Harum masakan menguar keluar memenuhi seluruh dapur. Begitulah rutinitas yang selalu dilakukan oleh Milla setelah statusnya berubah menjadi seorang istri. Bangun sebelum subuh untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri. Membersihkan rumah dan membuat sarapan untuk suaminya. Setelah selesai memasak Milla segera bergegas bersiap untuk pergi ke pasar.
"Mbk Rusda minta tolong nanti kalau ada Kang taufik dateng biar langsung masuk aja nggeh. Saya mau ke pasar.." Milla berpesan kepada Rusda didepan teras kantor ponpes. Mbk Rusda adalah salah satu ndalem pondok dan dia cukup dekat dengan Milla.
Rumah yang di tempati oleh Milla saat ini adalah rumah suaminya. Suami Milla adalah orang terpandang dan memiliki banyak pengikut entah itu di medsos ataupun di daerah tinggalnya. Suami Milla juga mendapatkan tugas dari Abi nya untuk mengelola ponpes tetapi masih dibantu oleh kerabat serta sahabatnya. Hingga mengharuskan Milla beradaptasi di tempat yang menurutnya sangat berbeda dengan dirinya.
"Tumben mbk Milla ke pasar pagi banget..." tanya Rusda menghentikan menyapu nya
"Ada orang ambil pesanan mbk Rusda jadi Milla mau siap siap. Sekalian ini kan hari minggu plus lagi tanggal muda biasa nya pasar rame mbk kalau tanggal segini.." Jelas Milla
"perlu Rusda temani mbk.."
"ndak perlu mbk Rusda, nanti kalau misal Milla butuh bantuan baru Milla telepon mbk Rusda. Sama mau minta tolong mbk misal Bib Haidar bangun tolong kasih tau ya mbk, kalau Milla berangkat ke pasar" Jelas Milla panjang lebar ke Rusda
"Milla berangkat dulu ya mbk, Assalamualaikum"
"nggeh waalaikumsalam" Milla segera mengendarai sepeda maticnya
*******
Di kamar yang sangat nyaman seorang pria mulai membuka matanya. Dia melihat sekeliling ruangan yang kosong dan hanya ada suara dari burung yang berkicau. Dia berhenti sejenak menyandarkan punggung nya ke tempat tidur.
"sampai kapan terus seperti ini, aku pun ingin memiliki kehidupan normal seperti yang lainnya. Memiliki istri yang selalu bermanja dan lembut kepada suaminya"
***Pov Muhammad Haidar Hasyimi***
Bukan tidak bersyukur memiliki istri seperti Milla. Walau bagaimanapun keadaan rumah tangga kami dia tetap melakukan kewajiban sebagai istri. Hanya sebatas bersih bersih ataupun memasak.
Tetapi entah lah bukan itu yang aku mau.....
Namanya Milla Rahma Salihin aku menikah dengan nya sejak 5 bulan yang lalu. Kita menikah akibat perjodohan yang di lakukan oleh paman ku. Entah kenapa aku tidak bisa menolak permintaan pamanku. Bagiku dia adalah seorang guru dan panutan setelah abi dan mamah selaku orangtuaku.
Milla lahir di Jawa Tengah, bahkan bisa dibilang cukup jauh dari tempat tinggal ku. Tetapi mungkin ini yang dinamakan jodoh tidak ada yang tau. Bahkan dia jauh dari wanita yang selama ini aku gambarkan untuk menjadi istriku. Saat itu aku ingin menikah dengan wanita yang lemah lembut dan bisa mendampingi ku disaat aku sedang ke majelis atau ibadah lainnya. Serta aku ingin memiliki istri yang bisa aku ajak untuk membangun ponpes yang sudah diamanahkan oleh Abi ku. Tetapi hal itu tidak ada di dalam diri Milla dan yang aku tau dulunya Milla adalah seorang karyawan. Hanya itu saja yang aku tau sebab dia adalah wanita yang cukup pendiam dan tertutup.
Hubungan kita selama ini hanya sebatas menyapa dan menanyakan kebutuhan kita masing masing. Setelah itu tidak ada obrolan. Mungkin jika pernikahan kita dilandasi dengan cinta tidak akan sehambar ini.
Sebelumnya perkenalkan aku Muhammad Haidar Hasyimi. Terlahir dari keluarga yang memiliki lingkungan agama yang sangat kental. Menjadi pemimpin majelis di salah satu Majelis solawat yang cukup terkenal sejak 2 tahun terakhir. Sebenarnya sudah sejak dari aku Mts sudah aktif di majelis solawat bersama abi dan pamanku. Tetapi beberapa tahun terakhir memang acara solawat sudah masuk dunia media sosial. Hal tersebut membuat diriku juga ikut dikenal oleh banyak orang. Berkat hal tersebut jadwal majelis mulai merambah ke luar kota dan provinsi dan disitulah aku dan Milla bertemu melalui pamanku.
****Pov Haidar End****
Haidar bangun dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi dan segara menuju dapur. Pemandangan yang sudah biasa, meja makan penuh dengan menu makanan serta secangkir kopi hitam sudah tersaji. Haidar memandang makanan dengan tatapan yang sulit di artikan dan meminum kopi yang sudah disiapkan oleh Milla. Acara kemarin malam membuat dirinya kelelahan dan mengharuskan nya tidak sholat di masjid. Haidar segera mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Haidar berjalan ke depan teras rumah dan aktivitas cukup ramai walaupun hanya ada para ndalem yang tidak pulang sebab bulan ini sudah memasuki libur semester. Tetapi walau bagaimana pun Abi Haidar tetap memberikan privasi untuk mereka sehingga letak rumah haidar sedikit berjarak dengan area ponpes. Jadi ketika ada santri ndalem yang sedang bermain tidak menggangu Haidar ketika di rumah. Rumah yang asri dan berukuran cukup besar ini dulunya rumah yang ditempati oleh kedua orang tuanya. Sedangkan Haidar dan saudaranya mondok ditempat berbeda. Tetapi setelah menikah rumah itu sudah menjadi hak milik Haidar dan istri.
"Assalamualaikum bib..." Taufik menyapa Haidar yang mulai mendekati para santri ndalem. Haidar menjawab salam Taufik
"sudah sarapan bib kok sudah ngudut (ngerokok)" Tanya taufik sambil
"Belum kang, tadi sudah ngopi jadi ndak papa" canda Haidar
" Harus mulai di kurangi bib, jenengan harus jaga pola makan sama istirahat. Sebab bulan depan kita mulai jadwal ke luar kota bib" Jelas Taufik
"kalau masalah itu ndak perlu khawatir ini badannya tahan banting kok.." jelas haidar dengan tawa
"nggeh saya lupa sekarang ada mbk Milla yang ngurus ya bib" Taufik menggoda Haidar. Tidak banyak yang tau tentang pernikahan Haidar dan Milla. Bahkan yang tau dinginnya pernikahan mereka hanya Rusda dan Taufik saja
" Sudah to kang jangan mulai lagi..."
"oh iya Bib tadi saya ketemu Rusda di depan katanya mbk Milla sudah berangkat ke pasar habis subuh kalau ndak salah ada pesanan katanya"
"iya kang saya sudah tau..." Haidar berbohong pada kenyataannya Milla tidak memberi tau dirinya akan pergi kemana, tapi Haidar sudah menduga jika memang Istrinya itu pergi ke pasar. Setalah mereka berbincang akhirnya mereka mulai ikut bermain di lapangan bersama santri yang lain
Taufik adalah salah satu pengurus ponpes sekaligus orang yang mengurus Haidar waktu kecil. Taufik di minta untuk mendampingi kegiatan Haidar. Jadi semua jadwal dan kegiatan majelis yang mengurus adalah Taufik. Sedangkan Rusda adalah salah satu ndalem yang masih duduk di bangku aliyah. Ekonomi yang tidak mendukung membuat Rusda mengabdi di ndalem supaya tetap bisa mondok. Bahkan hanya dengan Rusda bisa berbicara bebas dan lepas. Sebab yang mereka tau Milla termasuk pribadi yang pendiam dan misterius.
***** Di Pasar****
Dengan semangat Milla melayani orang beli. Entah itu dalam jumlah sedikit atau banyak. Dia senang bisa bekerja walaupun hanya setengah hari saja, ketika pasar tutup Milla juga ikut menutup Toko.
Toko yang berukuran sedang dengan banyak nya stok barang terkadang membuat Milla kegerahan. Tapi Milla senang bisa dipercaya oleh Abi mertua nya untuk mengelola Toko sembako ini.
Dulu toko terdiri atas 2 ruko yang bersebelahan. Tapi karena keadaan Abi mertuanya yang kurang sehat mengharuskan nya mengurangi stok barang bahkan hampir gulung tikar.
"Mbk Milla mau ambil gula 3 duss sama kopi 10 renceng ya mbk" Salah satu pelanggan Milla
"Siap buk tambah apa lagi, mie nya ndak sekalian bu..?" Tanya Milla sembari mengambil beberapa renceng kopi
"iya udah deh mbk sekalian sama mie tapi yang kuah aja ya mbk yang goreng masih banyak soalnya 2 duss aja mbk" Milla segera mengambilkan pesanan yang diminta oleh pelanggan nya. Tidak banyak yang tau jika Milla adalah menantu dari Habib Muhammad abdul Al Hasyimi yang mereka tau Milla adalah pegawai dari Habib Abdul. Tetapi Abi Abdul ini terkenal dengan sebutan Ustadz sebab beliau adalah pengurus serta pengajar di ponpes ataupun perguruan tinggi.
"Ustadz Abdul gimana mbk kabarnya, dah lama ndak ke Jogja, katanya sempet drop sakit ya mbk sampek mau gulung tikar. Tapi alhamdulillah nya ada mbk Milla..." tanya Pelanggan perempuan itu
Sedangkan Milla hanya menanggapi dengan senyumannya dibalik masker yang ia gunakan
"nggeh buk Alhamdulillah beliau sudah sehat tapi sekarang masih di Semarang. Rezeki sudah ada yang ngatur bu jadi nggeh alhamdulillah ndak jadi gulung tikar..." Jelas Milla sembari mengepak barang yang dipesan
"sayang mbk Mill kalau ndak ada yang nerusin, semua putra putri beliau juga memiliki kesibukan sendiri. Apalagi sekarang Bib Haidar sudah banyak yang kenal dan majelis nya juga sudah sampai keluar kota. Apalagi menantu beliau yang pertama juga seorang syarifah ya pasti kegiatan di majelis lebih sering mbk Mill. Sungguh Masyaallah sekali keluarga beliau. Omong omong nih ya mbk Mill, saya denger kabar kalau Bib Haidar sudah mau nikah nggeh, kalah ndak salah sudah di jodoh kan dengan Syarifah Syella bener gak sih mbk Mill "
"saya ndak tau buk kalau itu...." Jawab Milla sekenanya saja
"Oalah kok bisa ndak tau to mbk, Mamah Hannah pinter kalau cari calon mantu. Kita yang orang biasa begini cuma bisa mengharap berkahnya saja ya Mbk Mill"
"Nggeh bu... " Jawab Milla dengan tersenyum
Setelah kepergian Ibu itu Milla duduk memakan sarapannya. Bukan satu kali dua kali ada yang bertanya seperti itu ke Milla. Semua orang membicarakan menantu Mamah Hanna serta calon istri untuk Bib Haidar dari kalangan orang terpandang dan terpelajar. Mungkin jika masalah itu Milla masih bisa bersaing tapi untuk masalah sekufu tidak akan bisa. Ketika ditanya orang sekitar siapa Milla sebenarnya dan ada hubungan apa dengan Keluarga Hasyimi, Milla selalu menjawab jika dia adalah orang yang diamanatkan untuk memegang toko tersebut. Tanpa menunjukkan identitas dirinya sebagai menantu dari keluarga Hasyimi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Milla segera pulang ketika hari sudah siang. Bahkan tidak ada satu pun pesan dari Haidar. Mungkin jika pasangan normal lainnya akan saling mencari dan mengirim pesan. Tapi tidak dengan mereka Milla sibuk dengan kegiatannya begitu juga dengan haidar.
Milla sampai di rumah dan halaman rumah sangat ramai dengan motor yang terparkir di depan halaman. Milla melihat dari kejauhan banyak teman Haidar yang sedang berkumpul. Sepertinya mereka sedang membahas jadwal Majelisan. Dulu sebelum menikah rumah ini memang sangat sering dijadikan tempat untuk berkumpul walaupun sekarang iya tetapi sejak Haidar menikah tempat berkumpul mereka di sebelah teras yang sangat asri sebab mereka tau Haidar sudah memiliki istri jadi mereka sudah tidak lagi sembarangan keluar masuk rumah tersebut.
Milla masuk ke rumah melalui pintu samping. Tubuh nya sangat lelah dia ingin segera mandi dan sholat dhuhur setelah itu istirahat sebentar.
Langkahnya terhenti setelah melihat ternyata Haidar berada di dalam kamar sedang mengambil notepad nya.
"Sudah pulang,,,,, apakah kamu tak punya ponsel hanya sekedar memberi tau kamu pergi kemana walaupun mungkin aku tau kamu pergi kemana. Kenapa setiap kali aku ajak bicara selalu saja seperti kamu tidak pernah mengganggap aku, ingat walau bagaimana pun aku suami kamu dan kamu harus patuh terhadapku" Tanya Haidar sedikit kesal sebab dia sedikit tersinggung atas pernyataan kang Taufik tentang Milla yang menitipkan pesan kepada Rusda.
Haidar merasa dirinya sudah sangat tidak dihargai. Setidak nya jika dia pergi tanpa berpamit sudah tidak perlu menitipkan pesan kepada orang lain. Kenapa ia tak memberikan pesan lewat ponsel. Yang membuat Haidar kesal Milla seolah tidak menganggapnya ada dia berbicara tapi Milla hanya diam sembari membongkar isi tas nya yang berisi catatan penjualan hari ini.
"Jenengan ndak salah apa bib..? Bukannya selama ini Milla selalu kirim pesan ke ponsel jenengan tapi jenengan kan ndak bisa balesi sebab jenengan sibuk. Tadi saya berangkat pagi sekali tapi jenengan masih tidur saya ndak berani hanya sekedar membangunkan jenengan untuk berpamitan" jelas Milla agak panjang
"Setidaknya ndak usah ngomong ke yang lain. Kamu mau nunjukin gimana ndak beres nya rumah tangga kita. Kamu mau buat saya malu dengan ketidak patuhan kamu. Saya juga pingin Mil punya istri yang manut dan ndak banggel kalau dikasih tau.." Haidar tersulut tidak biasanya Milla berani menjawab dia selalu menjawab dengan kata nggeh atau iya atau ndak hanya itu saja. Milla mendengar kata Banggel (tidak patuh) hanya bisa menghela nafas
"Milla boleh ngomong ndak bib...? Kalau jenengan tau, jadi Milla itu selalu serba salah. Milla selalu patuh dengan jenengan apapun yang jenengan minta Milla selalu usahakan. Bahkan semua yang Mamah Hannah mau selalu Milla laksanakan. Milla ndak boleh ini dan boleh itu Milla selalu turuti padahal Milla berhak untuk melakukan itu. Bahkan untuk masalah sepele seperti ini kenapa jenengan marah. Milla juga pingin bib punya suami yang bisa mengerti istrinya. Tapi Milla sadar siapa Milla ini Milla hanya perlu menunggu kapan waktunya Milla selesai melayani jenengan bib. itu saja.." Diakhir kalimat Milla merasa tak sanggup mengatakannya. Baru kali ini Milla berbicara panjang, ada satu hal yang dia baru tau tentang Syarifah Syella
"Maksud kamu apa...? Selama ini yang ndak bisa dimengerti itu kamu Mill. Kenapa waktu itu kamu mau menerima lamaran Abi dan paman jika pada akhirnya kamu mengeluh tentang saya yang tidak bisa mengeti kamu. Kita sudahi saja berbicara kita, selalu akan seperti ini jika kita berbicara." Kata Haidar menyudahi perbincangan ini. Selalu saja ketika Haidar ingin memulai berbicara pasti akan menjadi perdebatan
(Nggeh bib pada akhirnya tetap Milla yang salah bib. Milla yang ndak ngaca ini mau menerima lamaran Abi dan paman...) kata Milla dalam hati. Setelah itu Haidar pergi keluar dan Milla segera menyelesaikan menghitung penghasilan tadi pagi
Jika ditanya kenapa Milla ndak nangis atau meratapi nasibnya jawaban nya percuma. Semau yang terjadi sudah ditakdirkan. Milla adalah tipe cewek yang tak perlu memikirkan semua nya berlarut larut. Dia hanya perlu bersabar dan menjalani apa yang terjadi dengan ikhlas walaupun terkadang ia juga mengeluh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!