Seorang gadis berlari kencang sambil sesekali melihat kebelakang di mana ada anjing galak yang mengejarnya.
"WOI ANJENG JANGAN KEJAR GUE! GAK SENGAJA GUE TADI SUMPAH!"
tadi saat pulang membeli mie ayam dia sangat gabut di jalan makanya mengambil batu yang sedang lalu melemparnya asal.
Sialnya batu itu malah mengenai anjing galak milik tetangganya, ingin masuk ke dalam rumahnya saat di kejar tetapi gerbangnya terlalu besar dan berat yang membuat nya tidak bisa membukanya karena badannya yang mungil dan akhirnya gadis itu lari tak tentu arah.
"Huaaa mami tolongin Halona!"teriak nya dengan air mata yang mengalir deras, ia sangat takut sama anjing tapi ia juga gak pernah kapok mengganggu anjing.
Dia mempunyai dendam sendiri pada anjing, saat ia menginjak kelas 2 SD, kakinya di gigit toleh hewan galak tersebut yang membuatnya sangat takut pada anjing saat itu tapi kalo dia melihat anjing yang lumayan jauh dari tempatnya berdiri dia sangat ingin membunuh anjing itu kadang dia mengambil batu dan melemparkan nya kepada hewan galak tersebut kalo posisinya sudah aman dan gak bisa di jangkau oleh hewan itu.
Ia terus berlari dengan kaki yang lecet karena sandalnya yang lepas saat berlari, ia tak memperdulikan kakinya karena yang terpenting sekarang adalah selamat dari hewan galak tersebut.
Guk guk guk
"HUWAAA MAMI!"teriak nya histeris, ia rasanya ingin pingsan saja karena sudah sangat lelah berlari, apalagi ia belum mengisi perutnya dari pagi dan mie ayam yang di beli nya tadi sudah terlempar entah kemana saat dia di kejar anjing tersebut.
Tiba-tiba ia merasa kesal dan Marah karena mengingat mie ayam yang di beli nya di komplek yang jauh dari rumah nya belum dia makan, mana ia pergi membeli mie ayam tersebut Dengan jalan kaki lagi.
Sungguh hari ini adalah hari yang sangat sial baginya, andai saja ia tidak melempar batu tersebut asal sehingga mengenal anjing tersebut, pasti sekarang ia sedang makan dengan tenang sambil menonton tv di dalam kamarnya.
Ia melihat di depan ada tiga belokan dan ia langsung memiliki berbelok ke arah kiri supaya anjing tersebut kelolosan berlari.
Setelah berbelok, ia melihat kebelakang dan sudah tidak ada anjing yang mengejarnya bahkan dia melihat anjing tersebut kelolosan berlari lalu beralih menatap kedepan.
Gadis yang bernama lengkap HALONA QUENZHA MURELIO tersebut melototkan matanya kaget saat melihat di depan ada mobil yang melaju kencang ke arahnya.
"Aaaaaaaa"teriak halona tetapi dia merasakan badannya tak tertabrak, dia masih baik-baik aja bahkan posisinya masih sama yaitu berdiri dengan mata tertutup.
Guk guk guk
Ia melototkan matanya kala mendengar anjing yang menggonggong lalu ia melihat kebelakang dan seketika jantungnya berdetak kencang melihat anjing yang mengejarnya tadi sedang berlari ke arahnya.
Tanpa pikir panjang Halona berlari menuju mobil yang hampir menabraknya tadi dan tanpa permisi ia langsung masuk kedalam mobil tersebut.
"Ayo cepetan jalan!"seru Halona kepada pria yang terlihat memakai kacamata dan juga masker dengan padangan kosongnya yang membuat Halona bingung tapi ia tak memikirkan itu karena yang terpenting sekarang bebas dari kejaran anjing tersebut.
Mobil di jalankan yang membuat halona mengehela nafasnya lega, lalu ia menatap pria tersebut dan menampilkan raut wajah tak enaknya.
"Sorry karena tiba-tiba masuk kedalam mobil Lo and terimakasih berkat Lo gue bisa kabur dari kejaran anjing galak itu"ucap Halona tapi pria tersebut hanya diam saja yang membuat nya merinding lalu Halona memilih menatap kedepan.
Ia menyipitkan matanya melihat sebuah truk yang melaju kencang kearah mobil yang di tumpangi nya.
"HEH BELOK KE KIRI CEPETAN, TRUKNYA MAU NABRAK KITA!"seru Halona panik tapi sepertinya teriaknya tak di indahkan oleh pria tersebut dan tetap melajukan mobilnya hingga ia bisa merasakan mobil yang di tumpangi nya terlempar beberapa meter karena tertabrak truk tadi.
"Haishh sa-kit banget!"lirih nya kala merasakan badannya yang sangat sakit karena terhimpit mobil tersebut.
Perlahan Penglihatannya mengabur Hingga kesadarannya benar-benar hilang.
Di dalam ruangan bernuansa biru Dongker dan abu-abu terlihat seorang gadis sedang melihat ke arah cermin dengan tampang bodohnya.
"Ini teh serius gue transmigrasi?."tanya nya entah kepada siapa karena di ruangan ini hanya ada dirinya seorang.
Walaupun sudah banyak buktinya kalo dia mengalami perpindahan jiwa atau bisa juga di sebut transmigrasi tetapi tetap aja ia masih ragu karena wajahnya Sama saat di dunia nyata dan di dunia ini yaitu dunia novel.
Gadis itu adalah Halona yang bertransmigrasi menjadi ibu yang bahkan sudah mempunyai anak kembar laki-laki dan juga suami, ah tidak Mereka berdua bukan anak kandungnya melainkan anak tirinya.
Tubuh yang dia tempati bernama lengkap Lafiza Shevanolica Britama di umurnya yang masih sangat muda ia mendapatkan kabar yang sangat di bencinya yaitu di jodohkan dengan seorang pria yang lebih tua darinya apalagi pria itu sudah mempunyai anak kembar laki-laki yang sudah remaja.
ia sudah membayangkan seberapa tuanya pria yang sekarang menjadi suaminya, membayangkan kalo pria itu sudah sangat tua dan letoy pun membuat halona bergidik ngeri.
Lafiza sudah membersihkan tubuh nya, ia berjalan ke luar menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan.
"ini teh mana jalan ke ruang makan?kenapa mansionnya luas banget!."seru lafiza melihat sekelilingnya yang sepi bahkan pelayan pun tidak ada.
Ternyata mempunyai mansion yang besar tidaklah menyenangkan, selain bisa membuat kita tersesat itu juga membuat kita lelah.
"Gimana nih."lafiza menggigit jarinya sendiri dia tak tau mau kemana karena takut tersesat lagi, ia tadi berjalan yang malah mengarah ke belakang mansion yang sangat mengerikan dan gelap yang membuatnya langsung putar balik.
"Kok gue bodoh banget sih, eh tapi kan dari dulu gue emang bodoh."gumamnya sambil merogoh sakunya yang terdapat ponsel pemilik tubuh.
Lafiza menganga tak percaya melihat kontak di ponsel ini yang hanya terisi 5 kontak saja.
Lafiza tersenyum senang melihat nama yang tertera di layar ponsel, langsung saja ia menelpon nomor tersebut.
Sedangkan di meja makan terlihat dua pemuda kembar dan seorang pria dengan tatapan datarnya sedang duduk tenang.
"Ck apa dia gak ikut makan lagi seperti kemarin-kemarin?."tanya seorang pemuda yang bernama Edgar Emilio Maxime sambil menatap sang Daddy yang mengedikkan bahunya acuh.
Edgar mengembuskan nafasnya kasar.
"Tapi kata pelayan tadi dia akan ikut makan malam bersama."jawab pemuda yang bernama lengkap Edrick Michael Maxime sambil memainkan ponselnya.
Ponsel seorang pria yang bernama lengkap Jeremy Giordano Maxime berdering, Jeremy mengernyitkan dahinya bingung saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.
Pria itu langsung mengangkat nya.
"Om tolongin gue!." pria itu menjauhkan ponselnya dari telinga saat suara gadis itu yang sangat kencang membuat telinganya berdengung dan ia mengernyitkan dahinya tak suka saat gadis itu memanggil nya dengan sebutan om.
"Ada apa?."tanya nya yang membuat lafiza Di sebrang sana terdiam mendengar suara Jeremy yang sangat seksi.
"suaranya bikin gue mau jungkir balik anjir."gumam halona.
"Ada apa?."ulang Jeremy saat gadis itu malah bergumam tetapi dia tak mendengar nya dengan jelas.
"Oh iya lupa, jemput gue om, gue mau ke ruang makan tapi gue tersesat! rumah Lo sih kegedean! cepetan jemput gue om soalnya gue laper Banget!."
Jeremy langsung mematikan panggilan tersebut yang membuat lafiza memaki-maki pria itu dan berpikir Jeremy tidak mau menjemputnya.
"Mau kemana dad?."tanga Edrick saat Melihat Daddy nya berdiri.
"Menjemput gadis itu karena dia tersesat di mansion Kecil ini."
Setelah itu Jeremy langsung pergi, ia dengan mudah mengetahui di mana istrinya berada, di depan sana yang terletak di lorong menuju ruang bawah tanah terlihat lafiza yang terduduk dengan mulut berkomat Kamit seperti sedang mengumpat.
"Apakah kamu akan terus duduk di situ seperti gembel?."tanya Jeremy yang membuat lafiza mendongak menatap pria itu.
Lafiza terdiam dia tak menyangka dengan mulut yang menganga lebar, ternyata pria yang menjadi suaminya sangat tampan ia kira Jeremy sudah tua dan letoy tetapi sekarang lihatlah badannya sangat kekar dan seksi, sangat berbeda jauh dengan pemikirannya.
Lafiza menggelengkan kepalanya dia tak boleh terpesona pada pria ini karena dia adalah malaikat mautnya.
"Enak aja gue bukan gembel ya! cepet arahin gue ke meja makan!."ucap lafiza galak yang membuat Jeremy menatap Lafiza dengan tatapan rumit.
Sifat gadis ini sangat berbeda ketika pertama kali bertemu, dia terlihat dingin dan selalu menatap nya benci tapi sekarang dia sangat berbeda pikirnya dan tak ada lagi tatapan benci yang selalu dia layangan untuk nya.
Jeremy berjalan di depan dengan lafiza yang mengikuti pria itu, sesampainya di meja makan lafiza di buat berbinar melihat banyak nya makanan, bahkan air liurnya hampir menetes.
ia mengambil duduk di samping Edgar yang hanya menatapnya datar, lafiza berdecak kesal kenapa sekarang dia di kelilingi sama orang yang berwajah datar.
"Apa belum mulai makan?."tanya lafiza polos karena mereka bertiga sama sekali tak menyentuh makanan tersebut dan malah menatapnya.
Jeremy yang tersadar pun langsung berdehem kemudian menyuruh mereka untuk makan.
Makan malam Sudah selesai dan lafiza sekarang sedang berada di ruang tengah, ia tak mau pergi ke kamar karna takut tersesat, biarlah ia tidur di sini lagipula Sofanya lumayan lebar dan nyaman jadi ia bisa tidur di sini, apalagi di sini sudah ada selimut dan bantal kecil.
Sementara suaminya dan kedua anaknya sudah pergi ke kamar masing-masing, lafiza dan Jeremy berpisah kamar itupun karna permintaan lafiza.
Lafiza mengalihkan pandangannya ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki, ia menatap si kembar yang terlihat rapi, kemana mereka akan pergi? ia ingin bertanya tapi takutnya nanti dia emosi karena pasti mereka tak akan menjawab pertanyaannya.
"Kalian mau kemana?."tanya lafiza yang lidahnya sudah gatal ingin bertanya kepada dua anak tirinya.
"Lo pikir aja sendiri." jawab Edgar dingin sambil berlalu pergi di ikuti Edrick, lafiza mengumpat dalam hati, ia harus bersabar menghadapi keduanya di saat kesabarannya setipis tisu di bagi tujuh.
"DASAR ANAK DURHAKA! GUE SUMPAHIN LO BUCIN SAMA GUE DAN GAK MAU KEHILANGAN GUE! TAPI SEBAGAI ANAK KE IBU!."seru lafiza kepalang kesal, biasanya doa seorang ibu tiri yang tersakiti selalu terkabul, amin Ya Allah.
Lafiza menyambar kripik yang terletak di meja kaca, ia memakannya dengan brutal serta perasaan dongkol dan juga kesal.
"Anak sama bapak sama-sama aja njir,pengen banget jambak ketiganya biar rambutnya botak, sekalian tendang gigi nya biar ompong!."ucapnya berapi-api dengan wajah yang memerah padam.
Tanpa lafiza sadari di atas tangga Jeremy melihat semuanya lalu ia terkekeh pelan melihat gadis itu yang terlihat errr menggemaskan, maybe.
Pemuda tersebut menatap jengah wanita yang menjabat sebagai ibu tirinya yang tengah mengoceh sedari tadi.
"Lo ini ya, kenapa suka sekali berantem sih!."omel lafiza seraya menekan kuat luka lebam di pipi kanan edrick.
"shhh."ringisnya Pelan.
"Sakit kan? Makanya jangan berantem, minimal ajak gue lah, lihat wajah tampan Lo jadi jelek."ucap lafiza melihat wajah Edrick.
ia berbohong! malahan wajah Edrick terlihat lebih tampan dengan wajah yang terdapat lumayan banyak luka.
"Gue gak berantem!."bantahnya karena memang itu kebenarannya, saat ia dalam perjalanan pulang ke rumah ia di hadang oleh sekelompok preman dan berakhir ia di keroyok hingga wajahnya babak belur serta badannya yang juga sakit.
Bayangkan saja satu lawan tiga yang mana badan ketiga preman-preman tersebut sangat besar nan kuat.
Setelah ketiga preman tersebut selesai memukulinya dan mengambil uangnya mereka langsung pergi begitu saja dan edrick menunggu sampe satu jam lalu ia pulang dengan sekuat tenaganya ia mengendari motor nya.
Ia seharusnya ikut menginap bersama Edgar di apartemen kembarannya itu tapi tadi ia memilih untuk pulang sehingga kejadian yang tidak di inginkan nya pun terjadi.
Saat ia Sampai di rumah, edrick sangat terkejut melihat Lafiza yang tertidur di sofa, ia memilih abai dan melanjutkan jalan menuju kamar nya.
Tetapi saat masuk ke dalam lift entah kenapa ia kembali berjalan ke ruang keluarga di mana ibu tirinya itu berada.
Tanpa perasaan ia membangunkan lafiza dengan cara tak manusiawi yaitu menendang kakinya walaupun tidak keras tapi itu mampu membangunkan gadis itu yang sedang menjelajahi mimpi nya.
Lafiza ingin marah karena edrick membangunkannya tapi tak jadi karena melihat lebam di wajah anaknya itu jadinya ia mengomel karena mengira edrick pergi tawuran karena itu sering terjadi di dalam novel dan tak menutup kemungkinan kalo Erick beneran tawuran.
Selesai mengobati Edrick, lafiza juga membersihkan tubuh pemuda tersebut menggunakan tisu basah, karena kalo dia mandi yang ada luka yang di dapat Edrick di beberapa bagian tubuhnya pasti akan sakit.
Sementara Edrick tertegun, sebegitu perhatiannya lafiza kepadanya walaupun dia terus mengacuhkan gadis itu dan tak menganggap nya ibu tirinya.
Apakah ia bisa menerima lafiza sebagai mommy nya?.
Lafiza mengelus pelan Surai indah edrick kemudian menyelimutinya.
"Tidur Lo, awas kalo gak tidur gue cincang anu Lo."ancam lafiza sambil melototkan matanya tetapi edrick hanya diam saja dengan wajah datarnya yang membuat lafiza berdecak kesal.
"Selamat tidur anak durhaka."ucap lafiza mematikan Lampu lalu pergi dari kamar edrick yang bernuansa abu-abu.
Sementara edrick mendengus mendengar ucapan lafiza yang selalu menyebutnya anak durhaka.
"Semoga Lo jadi mommy terbaik untuk gue sama edgar."lirihnya lalu memejamkan mata.
.....
Pagi-pagi sekali lafiza sudah berada di dapur, ia mencoba belajar memasak dengan dua koki yang sedari tadi menatap nya was-was takut sang nyonya terluka.
"Nyonya bukan begitu cara memotong bawang putihnya!."ucap koki yang bernama Febby dengan sabar mengajari sang nyonya untuk masak.
Lihatlah dapur yang semulanya bersih menjadi kotor akibat lafiza yang sangat brutal saat memasak apalagi saat memotong.
Lafiza mendengus kesal mendengar ucapan koki tersebut, tadi ia hanya iseng-iseng saja mau belajar memasak tapi kedua koki kembar tersebut sangat berisik.
Dua koki perempuan tersebut meringis ngilu melihat sang nyonya yang terus melanjutkan masak walaupun tangannya tergores oleh pisau.
"Nyonya mendingan anda istirahat, biar saya saja yang menyelesaikan nya."ucap kembaran Febby yang bernama fiola.
"Tidak usah, mendingan kalian berdua duduk manis aja."tolak lafiza, walupun tangannya banyak yang tergores dan beberapa plester yang tertempel untuk menutupi lukanya tak membuatnya berhenti untuk belajar masak.
"Feby, fiola, Nanti malam gue juga mau belajar masak lagi supaya gue cepet bisa masak untuk suami dan kedua anak gue."beritahu nya dan keduanya hanya menganggukkan kepalanya pasrah.
Tanpa lafiza sadari sedari tadi jeremy dan kedua anaknya berdiri di depan pintu dapur dan Jeremy menyuruh Febby dan fiola untuk diam agar lafiza tak tau ketiganya ada di sana.
Edgar Sudah pulang dari subuh tadi makanya dia ada di sini.
Jeremy dan kedua anaknya pergi ke meja makan saat melihat lafiza yang sudah selesai memasak.
"Apa kita bisa menerima dia sebagai mommy kita Ed?."tanya edrick menatap kembarannya yang terdiam.
"Gue gak tau"ucap Edgar, selama ini ia terbiasa hidup tanpa adanya seorang ibu di sisi nya dan kehadiran lafiza yang menjadi ibu tiri keduanya itu menjadi sangat aneh baginya, walaupun tak bisa di pungkiri kalo ia juga membutuhkan sosok ibu.
Jeremy hanya terdiam, ia berharap kedua anaknya menerima lafiza dan memanggil gadis itu dengan sebutan mommy karena memang itu tujuannya menyetujui perjodohan tersebut karena ia tahu kalo kedua anaknya membutuhkan sosok figur ibu walaupun bukan ibu kandung.
Terlihat lafiza bolak balik ke dapur untuk mengambil makanan yang dia masak tadi.
"Ayo makan gue udah laper."ucap lafiza dan ketiganya tak menjawab melainkan langsung memakan sarapan mereka.
Lafiza tersenyum senang, masakannya enak tapi senyumannya luntur saat mendengar ucapan suaminya.
"Lumayan."
Hei apa tadi katanya, lumayan? padahal masakannya enak tapi pria itu malah bilang lumayan, ingin sekali mencekik nya tapi ia takut jeremy mati dan berakhir dia di penjara atau bahkan di hukum mati.
Selesai sarapan sekarang keempatnya sedang berada di ruang keluarga, hari ini hari Minggu dan jeremy tidak ke kantor begitu juga Edgar dan edrick yang libur sekolah.
"Kenapa malah hening sih!."batinnya kesal, berada di antara ketiga Manusia kutub yang sayangnya adalah suami dan anak tirinya membuat lafiza ingin pergi dari sini.
"Om!."panggil lafiza yang membuat pria itu menatap istrinya sambil menaikkan sebelah alisnya, ia Hanya pasrah saja di panggil om oleh gadis itu karena ia juga sadar kalo dirinya pantes di panggil om apalagi umurnya dengan lafiza berbeda jauh.
"Gue mau minta Lo beliin gue motor, pliss!
"ucap lafiza menatap harap ke arah jeremy yang menggelengkan kepalanya.
"Tidak"tolak jeremy sambil menatap tajam istrinya, dia bisa membelikan apa pun untuk lafiza tapi tidak dengan motor karena itu bisa membahayakan gadis itu.
"Ck apa susahnya tinggal beliin gue motor.!"decak lafiza berlalu pergi, dia tak tau mau kemana karena sedari tadi ia terus muter-muter di mansion ini, dia tak tau jalan keluar dari mansion ini di mana saking luasnya.
.....
"Ayo bik tangkap!."seru lafiza di atas pohon apel yang terletak di belakang mansion, ternyata di sana adalah kebun buah yang mana membuat nya sangat senang.
Sedangkan wanita yang di panggil bibi tersebut hanya menghela nafasnya pasrah, padahal sudah banyak buah-buahan yang nyonya nya petik tapi itu tak membuatnya puas.
Lafiza meloncat turun dengan sangat mudah yang membuat pembantu bernama Mona tersebut sangat kaget bukan main.
"Astaghfirullah."ucapnya sambil mengelus dadanya yang berdetak kencang.
"Nyonya jangan manjat di pohon jambu! Itu sangat tinggi!."seru Mona menatap lafiza khawatir.
tetapi gadis itu sama sekali tak mendengar kan ucapan Mona karena ia sudah sangat ahli dalam hal manjat memanjat pohon apalagi pohon jambu, itu baginya sangat mudah karena di dunia nyata ia sering di ajak manjat seperti monyet oleh teman-temannya.
Mona mengehela nafasnya pelan, untung saja sang nyonya tidak kenapa-kenapa, bahkan sekarang gadis itu sedang memakan buah jambu di atas pohon.
Baru saja Mona akan duduk di kursi yang memang sudah di siapkan di sana karena lelah berdiri tapi ia terperanjat kaget mendengar teriakan sang nyonya.
"AAAAAA MONA ADA ULAR!."
Mona melotot kan matanya kaget, ia langsung berteriak memanggil para bodyguard dengan suara kerasnya karena kepalang khawatir dengan sang nyonya.
Karena teriakan Mona yang sangat kencang berhasil membuat semua penghuni mansion tersebut berlari ke tempat di mana ia berada.
"Huaaaa om tolong gue!."pekik lafiza dengan air mata yang mengucur deras, ia phobia sama ular bahkan badannya sudah lemah dan bergetar hebat.
Jeremy terkejut melihat itu, apalagi terlihat ular itu lumayan besar, para bodyguard langsung memanjat pohon untuk menangkap ular tersebut yang hampir saja menggigit lafiza.
Jeremy juga ikutan naik ke atas pohon, untung saja pohon jambu tersebut sangat besar dengan batang pohonnya yang merambat kemana-mana.
Jeremy dengan sangat mudah menggendong lafiza ala koala kemudian turun, ia mengusap lembut punggung lafiza yang bergetar hebat dengan Isak tangis nya.
"Tenang, saya ada di sini."bisik nya sesekali mengecup ubun-ubun istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!