3 bulan sebelumnya,
Petir menggelegar membela langit dengan awan hitam yang mendominasi serta suara gemuruh yang memekakkan sebagai pengiringnya.
Perlahan, angin mulai memasuki jendela kaca sebuah kamar dalam hunian mewah dipusat kota NY sehingga membuat gorden bermotif bungga – bungga tersebut melambai – lambai.
Suasana dingin dan berisik tersebut nyatanya tak membangunkan sang empu yang masih larut dalam mimpinya.
Justru suasana sejuk tersebut semakin membuatnya terlelap hingga suatu mimpi buruk menerpanya.
Viera merasakan dadanya sangat sesak waktu dia menyaksikkan sepasang insan dibalik pintu ruang kerja suaminya.
Canda tawa penuh kemesraan terdengar bagai lantunan musik kematian bagi Viera dimalam itu.
Tangan Viera yang memegang surat dari sang suami yang menyatakan akan menceraikannya begitu anak yang sedang dikandungnya lahir kedunia bergetar hebat seiring air mata yang mengalir deras membasahi kedua pipinya .
“ Jadi wanita itu yang membuat alasan mas tega menceraikanku....”, guman Viera dengan suara bergetar.
Viera sama sekali tak menyangka jika perlakuan lembut suaminya selama ini yang dia kira cinta nyatanya hanyalah sebagai kedok untuk menutupi kebusukannya dan meluruhkan tanggung jawabnya saja.
Diam – diam dibelakangnya, Revaldo masih berhubungan dengan mantan kekasih yang telah meninggalkannya demi lelaki lain yang lebih kaya dan mapan daripada dirinya.
Pantas saja sejak awal pernikahan suaminya itu sering pulang larut malam dengan alasan bertemu dengan komandannya.
Nyatanya semua hal yang diucapkan oleh suaminya itu merupakan kebohongan semata.
Bukannya menemui komandannya, setiap malam Revaldo menemani cinta pertamanya itu dan mengajari anak tunggalnya untuk belajar.
Viera kembali membaca surat yang sudah lecek ditangannya dimana suaminya berkata jika dirinya ingin berpisah secara baik – baik.
Bagaimanapun pernikahan dari perjodohan tak akan bisa membuahkan cinta dan dalam surat tersebut Revaldo juga menegaskan jika dirinya akan langsung menikahi cinta pertamanya yang sudah menjadi janda itu begitu mereka resmi bercerai.
Begitu Viera hendak berbalik, tiba – tiba pintu dibelakangnya terbuka dan terlihat Sekar tersenyum samar kepadanya.
Tak ingin mencari masalah dengan selingkuhan suaminya itu, Viera yang sedang hamil besarpun berniat untuk turun dan menyiapkan makan malam seperti biasanya.
Baru saja kakinya melangkah turun tiba – tiba ada tangan mendorong tubuhnya hingga diapun terjun bebas kebawah setelah tubuhnya hilang keseimbangan.
Viera n jatuh tergeletak dibawah tangga dengan darah mengalir deras dari kedua kakiku yang disertai rasa sakit yang sangat hebat diperutnya.
Sebelum kedua mataku tertutup sempurna samar – samar dia melihat suaminya dan selingkuhannya tersenyum menatap kemalangan yang menimpanya tanpa sedikitpun niat untuk memberi bantuan.
“ Mas....”
“ Tolong selamatkan anakku.....”, ucap Viera penuh permohonan dengan tenaga yang tersisa.
Bukannya berjalan mendekat, Revaldo malah menarik tubuh Sekar dan masuk kedalam kamar tamu yang biasanya wanita itu gunakan ketika sedang berkunjung kerumah mereka.
Viera hanya bisa menanggis sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat. Hanya dalam hitungan detik nafasnya pun menghilang seiring semakin deras darah segar mengalir dari kedua kakinya.
“ Maafkan mama nak karena masih memilih bertahan dengan papamu dengan harapan lelaki itu bisa berubah dan menyayangimu....”, guman Viera sebelum menutup mata untuk selama – lamanya.
..
Hosh...hosh....hosh...
“ Mimpi apa itu....”, guman Viera sambil mengatur nafasnya yang tersenggal.
Setelah nafasnya mulai teratur, Vierapun minum segelas air putih yang tersedia diatas nakas samping ranjangnya.
Setelah nyawanya terkumpul, Vierapun segera bangkit untuk berganti pakaian karena kaos yang diagunakan telah basah oleh keringat padahal diluar hujan deras dan udaranya sangat dingin berhembus masuk kedalam kamar seiring jendelanya yang terbuka lebar.
Begitu selesai berganti pakaian, Viera baru bisa merasakan udara tiba - tiba saja menjadi dingin sehingga diapun berjalan hendak menutup jendela kamarnya.
Namun langkah kakinya terhenti waktu dia merasa jika sebagian lantai kamarnya basah oleh percikan air hujan yang sekarang sudah mulai menggenang.
Setelah mengambil alat pel, Viera pun menutup kaca jendelanya dan mengepel lantai yang basah oleh air.
Sambil menatap hujan yang deras diluar, Viera kembali mengingat mimpi buruk yang baru saja dialaminya.
“ Apa ini sebuah pertanda....”
“ Kenapa nama lelaki yang menjadi suamiku itu sama dengan nama lelaki yang dijodohkan denganku....”, gumannya pelan.
Viera pun kembali mengingat ada banyak kesamaan antara lelaki yang ada dalam mimpi dengan lelaki yang dijodohkan kepadanya.
“ Bekas lukanya juga sama, meski terlihat samar....”
“ Apa itu masa depanku....”
“ Jika benar maka aku harus membatalkan perjodohan tersebut agar tak bernasib malang seperti yang ada dalam mimpiku....”, guman Viera penuh tekad.
Diapun segera menghubungi maminya yang ada ditanah air agar bisa membujuk papinya untuk membatalkan perjodohan yang telah dibuat oleh kakek buyutnya dimasa lalu.
Anggelina yang mendengar cerita jika mimpi buruk yang dialami putri bungsunya tersebutlah yang dijadikan alasan untuk membatalkan perjodohan hanya bisa terkekeh pelan dan menganggap jika Viera terlalu mengada – ada.
“ Jangan bilang jika kamu berasal dari masa depan dan mengulang kehidupan masa lalumu seperti yang ada dalam novel – novel yang sering kamu baca itu....”, ucap Anggelina mencemoh.
“ Bukan seperti itu mi...”
“ Aku tidak datang dari masa depan....”
“ Aku hanya bermimpi yang menurutku itu sebuah firasat....”, ucap Viera teguh akan pendirian
“ Mimpi itu hanya bunga tidur sayang....”
“ Kamu bermimpi seperti itu karena memang sejak awal kamu menolak perjodohan ini dan sekarang kamu memberi mami alasan tak masuk akal untuk membatalkan perjodohan yang ada...”
“ Asal kamu tahu, Revaldo itu lelaki baik dan bertanggung jawab....”
“ Mami yakin dia bisa menjadi suami yang bisa membimbingmu dan sangat menyayangimu....”, jawab Anggelina berargumen.
Sekeras apapun Viera melayangkan protes tetap saja segala macam argument yang diberikannya dimentahkan begitu saja oleh Anggelina hingga membuat diapun bungkam.
“ Achhh.....”
“ Kenapa sih mami tak percaya mimpiku.....”, ucap Viera sambil mengacak – acak rambutnya frustasi.
Segala macam pemikiran negative mulai muncul didalam kepala Viera yang kecil itu hingga terasa menguap karena kepanasan.
Viera yang merasakan otaknya semakin panas segera masuk kekamar mandi untuk berendam agar kepala dan hatinya menjadi dingin.
Sementara itu ditempat lain, seorang laki – laki yang menjadi kegelisahan Viera sedang menatap intens wanita cantik berhijab dihadapannya.
Tak bisa dia pungkiri jika hatinya masih bergetar kala melihat wajah cantik dan kedua mata sayu Sekar, cinta pertama Revaldo.
Meski keduanya tak mungkin lagi bersatu karena pengkhianatan yang dilakukan oleh wanita itu sehingga menorehkan luka yang sangat dalam untuk keluarga besarnya namun lelaki itu tetap menyayangi wanita yang sempat bertahta dihatinya itu dan menjadikannya sahabat.
Hubungan yang tak bisa Sekar terima namun karena tak ingin Revaldo menjauhinya diapun mengiyakan hubungan yang hanya sebatas sahabat tersebut.
“ Jadi kali ini mas menyerah dan akan mengikuti keingginan kedua orang tuanya mas meski itu mengorbankan kehidupan dan masa depan yang mas miliki.....”, ucap Sekar protes.
Sekar yang sudah berhasil mendapatkan kata maaf dari Revaldo harus berbesar hati menerima keputusan Revaldo untuk menjadikannya sahabat.
Meski begitu, Sekar yang ingin kembali mendapatkan hati Revaldo setelah bercerai pada awalnya merasa diatas angin karena Revaldo selalu menolak semua perjodohan yang dirancang oleh kedua orang tuanya.
Dia tak masalah menjadi sahabat asal mantan kekasihnya itu tak dimiliki oleh wanita lain sehingga perhatian Revaldo akan terus tercurah kepadanya dan anak semata wayangnya.
Tapi kali ini berbeda, entah apa yang mendasari Revaldo yang untuk pertama kalinya mengiyakan perjodohan yang dirancang oleh kedua orang tuanya.
Bukan hanya menerima perjodohan yang ada, bahkan Revaldo juga akan segera bertunangan dan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya membuat Sekar menjadi berang.
“ Ya mau gimana lagi....”
“ Kamu tau kan jika sebentar lagi usiaku sudah tiga puluh dua tahun....”
“ Kali ini aku ingin berbakti dan membuat kedua orang tuaku merasa bahagia dimasa tuanya dengan menghadirkan cucu untuk mereka...”, ucap Revaldo sambil menyeruput kopi dihadapannya dengan tenang.
“ Tapi calon istri mas itu beda dengan kita...."
" Bukan hanya berasal dari keluarga konglomerat, dia juga besar diluar negeri....”
“ Apa dia bisa menjadi pendamping yang tepat untuk mas dan menjadi istri yang membanggakan nantinya...”, ucap Sekar mencoba mempengaruhi.
Melihat Revaldo terdiam beberapa saat, hati Sekar merasa gembira setidaknya lelaki dihadapannya itu tampak memikirkan semua hal yang baru saja dia katakan.
“ Aku percaya dengan penilaian kedua orang tuaku.....”, ucap Revaldo menutup pertemuan malam ini yang langsung membuat hati Sekar luruh seketika.
" Tidak...."
" Aku tak akan pernah membiarkanmu bahagia bersama wanita pilihan orang tuamu...."
" Jika kamu tak bisa menolak, maka akulah yang akan bertindak untuk memisahkan kalian berdua.....", batin Sekar penuh kebencian.
Hujan rintik – rintik yang turun membasahi bumi hari ini membuat suasana syahdu yang menyelimuti hati Malviera Holfand, putri bungsu pasangan Alberto dan Anggelina semakin terasa.
Awan mendung yang menyelimuti sejak kehadiran kakak sulungnya ditempat tinggalnya kini terasa semakin gelap.
Petir terus bergemuruh dalam hatinya saat sang kakak terus saja membahas tentang laki – laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Laki – laki asing yang tidak dia kenal dan tidak dia cintai dengan luka wajah yang mengerikan akibat terkena cakaran hewan buas saat sedang bertugas dipedalaman hutan papua selalu terbayang dalam benaknya.
Dengan fisik seperti itu, boleh dibilang dia cacat terutama area wajah bagaimana Viera bisa menerimanya dengan mudah.
Apalagi ketika dirinya kembali mengingat mengenai mimpi buruknya dimana lelaki yang akan dinikahinya tersebut berselingkuh dimasa depan dan akan menceraikannya secara sepihak setelah dia melahirkan anaknya membuat api amarah dalam darah Viera mendidih.
Devian yang tak menyadari perubahan wajah adik bungsunya itu terus saja mengoceh menceramahi Viera mulai dari kediaman hingga sampai di bandara membuat telingga Viera terasa sakit.
Sebagai anak sulung yang diamanati oleh kedua orang tuanya untuk membawa Viera pulang bagaimanapun caranya membuat Devian merasa jika dia perlu memberi nasehat kepada adiknya agar tak lagi banyak bertingkah atau berniat melarikan diri di hari pernikahannya.
Meski pada awalnya Devian merasa keberatan atas permintaan kedua orang tuanya untuk menjemput Viera, tapi dia juga tak bisa menolak mengingat pernikahan adiknya tinggal satu bulan lagi sementara beberapa berkas masih belum Viera lengkapi terutama untuk pernikahan kantor yang akan dia laksanakan dalam minggu depan tersebut.
Hati Viera yang sudah memburuk sejak kedatangan Devian membuat emosinya tak terbendung lagi dan dengan tatapan membunuh diapun mulai memberikan ancaman kepada sang kakak.
“ Sebaiknya kakak diam, jika tidak ingin kulempar keluar pesawat sekarang juga…”, ucap Viera penuh amarah.
Mendengar ucapan adik bungsunya, Devian yang sedari tadi terus mengoceh untuk memperbaiki citra Revaldo, calon adik iparnya langsung terdiam dan memilih untuk memejamkan kedua matanya saat melihat api kemarahan dikedua mata sang adik.
Semua orang sangat tahu bagaimana bar - barnya Viera jika sedang marah. Bukan tidak mungkin adik bungsunya itu benar - benar akan melemparnya keluar pesawat jika masih tetap saja berisik.
Jika bukan karena ancaman dari kedua orang tuanya yang akan memberikan perusahaan kepada adik keduanya, Renaldi, maka Devian tidak akan mau untuk menjemput dan membujuk adik bungsunya yang terkenal sangat keras kepala itu dan menakutkan jika marah tersebut.
Melihat kakak sulungnya sudah diam tak bersuara dengan mata terpejam, Viera baru bisa bernafas dengan lega setelah hampir sepanjang perjalanan tadi kakaknya tersebut terus mendesaknya agar berlapang dada menerima perjodohan yang telah ditetapkan tersebut.
Beberapa kali Viera terlihat menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara kasar sambil menatap keluar jendela.
Sampai detik ini Viera masih belum sepenuhnya memahami alasan sebenarnya kenapa kedua orang tuanya menerima dengan lapang dada perjodohan yang telah dibuat oleh kakek buyutnya itu.
Bukan hanya menghancurkan impiannya untuk membangun karir yang menjanjikann didepan mata.
Tapi Viera merasa jika masa mudanya sebentar lagi akan menghilang seiring dengan gelarnya sebagai seorang istri dari seorang tentara yang tentunya akan dituntut untuk mengikuti kemanapun suaminya pergi bertugas.
Bukan hanya berpindah – pindah tempat tinggal saja yang membuat Viera khawatir, namun mengenai tugas yang diemban oleh suaminya tersebut yang membuatnya tak tenang.
Dia sudah sering melihat dan mendengar cerita jika istri seorang tentara harus siap ditinggal tugas kapanpun negara membutuhkan.
Bahkan banyak juga yang ditinggal tugas dalam keadaan hamil dan pada saat waktu kepulangan ternyata sang suami sudah gugur dimedan perang.
Membayangkan semua hal buruk tersebut menimpahnya langsung membuat kepala Viera terasa mau pecah.
Tentunya dia tak ingin cepat – cepat menyandang gelar janda dipernikahan yang tak diinginkannya tersebut.
Viera menyangka dengan ketidak hadirannya pada saat keluarga Revaldo melamarnya dapat membuat perjodohan ini batal.
Tapi nyatanya, orang tuanya menerima pinangan keluarga Revaldo begitu saja tanpa meminta pendapatnya dan bahkan mereka juga sudah menentukan tanggal pernikahan keduanya.
Dan disinilah sekarang dirinya, diatas pesawat menuju tanah kelahirannya bersama kakak sulungnya yang super bawel dan menyebalkan.
Ya,Viera dijemput paksa oleh Devian yang tiba – tiba datang ke tempat timggalnya bersama beberapa bodyguard kepercayaan orang tuanya dan memaksanya untuk pulang.
Banyaknya bodyguard yang dibawa sang kakak membuat Viera tidak bisa berkutik dan melarikan diri sehingga dengan terpaksa ikut pulang seperti perintah kedua orang tuanya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh tiga jam akhirnya pesawat yang ditumpanginya mendarat dibandara internasional SH.
Untungnya mereka menggunakan jet pribadi sehingga tak perlu antri dan berdesakan untuk turun dari atas pesawat seperti ketika dia pulang seorang diri pada saat waktu libur telah tiba.
Dengan enggan, Viera mengikuti langkah kaki sang kakak yang terus saja mengenggam tangannya agar tidak lepas darinya.
Tidak lupa para bodyguard yang mengikuti mereka dari belakang membuat semua orang dibandara melirik penasaran kira – kira artis luar negeri atau pejabat tinggi negara mana yang datang hingga dibutuhkan pengawalan ketat seperti itu.
Devian yang sedikit menyeret Viera saat berjalan dan dijaga bodyguard secara tidak langsung mengundang perhatian orang – orang yang berada di bandara.
Namun Devian tak perduli, dia terus saja menarik tangan sang adik agar mengikuti langkahnya dan tak melarikan diri.
Bisik – bisik mulai terdengar, banyak diantara mereka yang merasa kasihan dengan Viera yang wajahnya terlihat sangat menyedihkan itu.
Namun mereka tidak bisa berbuat apa – apa karena takut dengan para bodyguard yang menatap semua orang dengan garang.
Sesampainya di loby, keduanya langsung menaiki mobil Alphard putih yang sudah menanti disana.
Tak menunggu waktu lama mobil tersebut segera berjalan meninggalkan bandara setelah Viera dan Devian memasuki mobil.
Sementara para bodyguard mengikuti dengan menggunakan mobil yang berada dibelakang mobil yang mereka naiki.
Hanya kesunyian yang ada selama perjalanan dari bandara ke rumah. keduanya sama – sama bungkam dan tidak ada yang berniat membuka suara.
Devian sekali – kali melirik sang adik yang wajahnya terus ditekuk selama perjalanan sambil menatap keluar jendela.
Tidak ingin membangunkan singa yang tertidur, Devian memilih untuk diam dan mulai memainkan ponsel yang ada ditangannya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh menit, akhirnya mobil Alphard putih tersebut memasuki halaman sebuah mansion mewah bergaya Eropa.
Jika dulu Viera akan sangat senang saat melihat bangunan tersebut dan segera berlari masuk untuk memeluk sang mami tercinta.
Tapi tidak dengan sekarang, bangunan tersebut terlihat seperti momok (setan) bagi Viera yang harus dia hindari keberadaannya.
“ Mau turun sendiri atau aku gendong…” ancam Devian saat melihat adiknya tersebut sama sekali tidak ada niat untuk beranjak dari tempat duduknya.
“ Iya…”
“ Aku turun…”
“ ck…menyebalkan…”, ucap Viera berdecak sebal.
Dengan enggan Viera pun melangkahkan kakinya menuju mansion mewah yang ada dihadapannya.
Diteras depan dapat Viera lihat mami dan kakak keduanya Renaldi berdiri sambil mengendong anak semata wayangnya Lucius berdiri menyambut kedatangannya dengan senyuman.
“ Aunty Vi…”
“ Ius angen…”, ucap Lucius dengan lidah cadelnya sambil merentangkan kedua tangannya minta digendong.
“ Aunty juga kangen sama Ius…”, ucapku sambil mengecup pipi gembulnya dengan gemas.
Bocah laki – laki berumur tiga tahun tersebut tersenyum geli saat aku menguyel – uyel kedua pipi gembulnya.
“ Selamat datang sayang…”
“ Mami kangen banget sama incessnya mami….”, ucap Anggelina sambil memeluk putri bungsunya itu dengan erat.
“ Selamat datang kembali princess kesayangan kakak…”, ucap Renaldi sambil mengacak – acak rambut sang adik dengan lembut.
Mereka berempat pun segera masuk kedalam rumah meninggalkan Devian yang terlihat sangat kesal karena diacuhkan.
“ Hey…”
“ Kenapa kalian tidak menyambutku juga…”, teriak Devian sambil berdecak kesal sambil berjalan masuk mengikuti keempat orang yang sedari tadi mencuekinya.
“ Hufff…”
“ Nasib…nasib….”, batin Devian pasrah dengan sikap acuh tak acuh keluarganya saat Viera berada ditengah – tengah mereka.
Keluarga Hofand sangat menyayangi Viera yang memiliki usia sangat jauh dengan kedua kakaknya.
Apalagi Viera merupakan satu – satunya anak perempuan dalam keluarga tersebut sehingga dia selalu menjadi pusat perhatian dan dimanjakan sejak masih kecil.
Dan alasan mereka menerima pinangan dari keluarga Revaldo, selain karena adanya janji yang telah dibuat oleh kakek buyutnya dimasa lalu, hal tersebut juga demi kebaikan Viera sendiri.
Meski mereka sangat tahu jika dihati Viera dan Revaldo masih belum ada cinta, tapi seiring berjalannya waktu kedua orang tuanya berharap putri bungsu mereka akan bisa menerima Revaldo dengan sepenuh hati sebagai suaminya.
Mereka juga sangat berharap Viera mau melupakan masa lalu dan membuka hatinya untuk laki – laki yang keluarga Hofand anggap sangat dewasa dan bertanggung jawab itu untuk membimbingnya.
Bukan hanya karena keluarga Revaldo merupakan keluarga yang cukup berpengaruh, terutama dibidang militer.
Tapi sikap dari Revaldo atau yang biasa disebut Aldo tersebutlah yang dianggap keluarga Hofand bisa membimbing dan menjaga princess kesayangan mereka kearah yang lebih baik.
Viera untuk sesaat melupakan sejenak kekesalan hatinya karena dijemput paksa untuk pulang dengan kehadiran Lucius yang mampu menghibur hatinya dengan tingkah dan celoteh lucunya.
Mata Viera langsung membulat sempurna dan terlihat bercahaya begitu tatapannya terkunci diatas meja makan.
Melihat banyaknya masakan kesukannya tersedia disana, untuk sementara waktu Viera melupakan keengganannya berada dalam mansion mewah tersebut.
Viera yang memang sudah kelaparan sejak dalam pesawat segera menghabiskan semua masakan yang telah maminya buat untuknya.
Angelina tersenyum lebar saat melihat putri bungsunya itu begitu menikmati menu yang tersedia dan makan dengan lahap.
Ya…mungkin pemandangan ini tidak akan dia lihat lagi dalam waktu yang lumayan lama saat Viera menikah dan diboyong pergi oleh suaminya.
“ Pelan – pelan makannya dek, nggak ada yang minta juga…”, ucap Renaldi sambil mengelap sudut bibir Viera yang belepotan saos dengan tisu.
“ Abbis ennyakkk kak… ”, ucap Viera dengan mulut penuh makanan.
“ Ditelan dulu kalau mau ngomong, biar nggal kesedak….”, ucap Angelina sambil menungkan air putih kedalam gelas yang ada didepan putrinya.
Semua orang menyunggingkan senyum diwajahnya saat melihat hal tersebut. Melihat keceriaan diwajah princess kesayangan mereka saat menikmati masakan sang mami.
Malam harinya,
Terlihat seorang laki – laki paruh baya baru saja memasuki kamar dan membuka jas serta kemeja yang dipakainya dan meletakkannya sembarang diatas ranjang.
“ Kumpulkan semua orang setelah makan malam…”, perintah Alberto sebelum masuk kedalam kamar mandi.
Angelina yang mendengar ucapan sang suami hanya mengangguk dan segera mengambil ponselnya untuk menghubungi kedua putranya yang tinggal dirumah terpisah dengannya.
Devian dan Renaldi tinggal dirumah mereka masing – masing setelah menikah agar bisa membina rumah tangga mereka sendiri.
Karena jarak rumah mereka dengan rumah induk tidak terlalu jauh membuat dua anak laki – laki beserta istri dan anak – anak mereka sering banget main ke rumah orang tuanya hanya untuk sekedar menanyakan kabar.
“ Ren, jangan lupa jemput oma sama opa ya…”, ucap Angelina mengingatkan kembali putra keduanya untuk menjemput kedua orang tuanya.
Sedangkan mertuanya sudah datang sejak siang tadi hampir berbarengan dengan kedatangan Viera dirumah.
Sebelum turun untuk menyiapkan makan malam, Anggelina menyiapkan baju ganti sang suami dan meletakkannya diatas ranjang.
Setelah semua kebutuhan suaminya telah disiapkan, Angelina segera turun untuk menyiapkan makan malam bagi keluarganya.
Satu persatu anggota keluarga Hofand mulai berdatangan. Setelah semua lengkap, mereka segera menuju meja makan untuk makan malam bersama.
Seperti biasa, semua orang menyantap makan malam dalam diam. Hanya ada dentingan suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar.
Semua tampak begitu menikmati hidangan yang tersaji sambil sibuk dengan pemikiran masing – masing.
Setelah makan malam selesai, semua orang satu persatu mulai masuk dan berkumpul diruang keluarga.
Semua anggota keluarga Hofand ada disana, termasuk oma opa dari mami dan papi serta kedua putra keluarga Hofand beserta istri dan anak mereka yang sudah duduk manis ditempatnya masing – masing untuk membicarakan perihal pernikahan Viera yang akan digelar satu bulan lagi itu.
“ Aku tidak mau menikah dengannya karena aku tak mau meninggal diusia muda…”, ucap Viera membuka suara dengan lantang.
Suasana ruang keluarga konglomerat yang dari awal sudah sunyi sekarang terlihat semakin mencekam saat princess Hofand tersebut berbicara.
“ Jangan berbicara omong kosong menggunakan alasan konyolmu itu....”, ucap Alberto tajam.
Melihat suasana bertambah mencekam seiring ucapan Alberto, Rose sebagai menantu tertuapun mulai bersuara untuk memecah keheningan yang ada.
“ Ayolah Viera…”
“ Kau akan sangat beruntung jika bisa menjadi istrinya Revaldo..... ”, ujar Rose, istri Devian, kakak iparnya yang menyebalkan karena terlalu bawel seperti suaminya.
“ Beruntung apanya, sial iya…”, ucap Viera tersenyum sinis
Akibat perkataannya, Viera langsung mendapat pelototan dari semua orang yang berada disana karena dianggap tidak sopan.
Melihat hal itu, Viera memutar bola matanya dengan malas sambil memakan camilan yang ada diatas meja tanpa memperdulikan semua orang yang masih saja menatapnya tajam dan sebagian terlihat menghela nafas panjang menghadapi gadis yang sangat keras kepala itu.
“ Kenapa kau menolak, katakan alasanmu yang sebenarnya…”, ucap Alberto bersikap bijaksana.
“ Pi…”
“ Jangan berpura – pura tidak tahu.…”
“ Kita semua tahu apa alasannya…”, ucap Viera mulai jengah dengan semuanya.
Semua orang hanya bisa menghela nafas panjang karena sudah mendengar cerita dari Anggelina jika alasan Viera menolak perjodohan tersebut karena mimpi buruk yang dialaminya yang menurut anggota keluarganya sangat tak masuk akal.
Sebelum menerima lamaran dari keluarga Revaldo tentunya Alberto sudah mencari tahu bagaimana sosok lelaki yang akan bersanding dengan putri kesayangannya itu.
Meski keduanya terikat akan perjodohan yang dibuat oleh kakek buyut mereka tapi jika Alberto menemukan hal yang tak baik dari calon menantunya itu maka diapun tak segan menolak dan membatalkan perjanjian yang ada.
Tapi karena hasil dari penyelidikannya Revaldo merupakan sosok lelaki dewasa yang sangat bertanggung jawab maka diapun sepakat untuk melanjutkan rencana yang telah dibuat oleh kakek buyutnya itu jauh – jauh hari.
Dan karena Alberto hanya memiliki satu orang putri maka Viera lah yang harus menjalani perjodohan tersebut meski usianya masih sangat muda untuk melakukan pernikahan.
“ Bagaimana kalau kalian bertemu dulu…”, ucap Angelina berusaha membujuk putrinya
“ Dia tidak seburuk yang kau bayangkan Viera…”
“ Kau hanya belum berjumpa dengannya saja…”
“ Dan maaf, untuk foto yang kakak kirim itu hanya keisengan kakak saja….”
“ Aslinya Revaldo sangatlah tampan….”, ucap Devian berusaha membujuk sang adik.
Meski bekas cakaran hewan masih ada diwajah Revaldo, nyatanya hal tersebut sama sekali tak mengurangi ketampanan sahabatnya itu.
Nyatanya, masih banyak gadis – gadis yang mengejarnya dan berusaha dekat dengan lelaki tersebut agar dijadikan istri.
“ Jangan mentang – mentang dia sahabat kakak maka kakak bersemangat sekali dengan pernikahan ini…”, ucap Viera sambil mendengus sebal.
“ Kakak minta maaf jika sempat mengusili kamu sebelumnya…”
“ Kakak sudah mengirimkan foto Revaldo yang terbaru kepadamu bukan…”
“ Bukan kah dia sangat tampan….”
“ Selain tampan, Revaldo itu juga baik dan sangat sabar…”
“ Dan mengenai mimpimu bisa kakak pastikan hal itu tak akan terjadi karena Revaldo itu orangnya sangat setia dan berkomit terhadap suatu hubungan....”, ucap Devian berusaha meyakinkan sang adik.
Sedangkan Viera lagi – lagi memutar bola matanya dengan malas mendengar semua pujian yang terus dilontarkan kakaknya itu.
Devian berdecak sebal saat melihat ekspresi tidak percaya yang ditunjukkan sang adik terhadap semua perkatannya.
Bukan hanya Devian dan sang mami yang membujuknya, bahkan oma dan opanya serta kakak iparnya juga turut meyakinkan bahwa calon suaminya itu adalah orang yang tepat dan terbaik untuknya.
Viera menekuk wajahnya dalam – dalam mendengar ucapan semua orang yang berusaha membujuknya.
Sambil menutup mata, Viera yang merasa emosinya mulai tersulut saat kembali mendengar ucapan sang kakak yang terus saja membanding – bandingkan deretan mantan pacarnya dengan laki – laki yang akan dijodohkan dengannya itu membuatnya langsung meledak.
“ Kalau begitu, kenapa tidak kakak saja yang menikah dengannya !!! ”, teriak Viera jengkel.
“ Kau ini bicara apa !!!….”
“ Aku sudah punya istri dan anak….
“ Lagian aku ini laki – laki tulen dan masih normal yang masih suka l****g !!!…”, teriak Devian sambil melotot tak percaya dengan ucapan sang adik yang menyuruhnya menikah dengan lelaki, jika dia menyodorkan wanita mungkin Devian akan memikirkan ulang untuk punya dua istri.
“ DEV !!!!....”, tegur sang papi dengan keras.
Devan menciut saat mendapatkan tatapan tajam dari kedua orang tua serta oma opanya akibat perkataan yang dianggap mereka terlalu vulgar tersebut.
“ Viera sayang….”, ucap Alberto sambil menghela nafas panjang.
“ Coba kamu pikirkan sekali lagi, dengan kepala dingin tentunya…”, ucap Alberto lembut.
Alberto mengakui jika dia sedikit hilang kesabaran setiap kali berhadapan dengan putri bungsunya itu.
Tapi kali ini, dia akan berusaha untuk mengalah dan berusaha mendinginkan kepala dan hatinya menghadapi sikap keras kepala Viera.
“ Sebenarnya mirip siapa anak ini…”, batin Alberto kembali menghembuskan nafas panjang saat melihat putri bungsunya yang masih terlihat menekuk wajahnya karena kesal.
Bukan hanya Alberto yang frustasi dengan sifat keras kepala Viera yang entah menurun dari siapa, tapi juga oma dan opanya yang sedari tadi menatap gadis dihadapan mereka itu dengan intens.
Alberto kembali menatap Viera yang masih menunduk sambil menikmati camilan yang ada ditangannya dengan cuek.
Kali ini wajahnya menampakkan ketegasan dan peringatan bahwa perintahnya adalah mutlak dan tidak bisa dibantah.
“ Papi dan mami sudah mengatur pernikahanmu dengan Revaldo Bramastya yang tetap akan dilaksanakan satu bulan dari sekarang…”, Alberto mengangkat tangannya saat Viera berusaha menyanggah.
“ Dan papi tidak menerima penolakan karena ini menyangkut nama baik keluarga…”, ucapnya lagi.
“ Tidak pi !!!….”
“ Tidak !!!…”
“ Aku tidak mau menikah dengan dengannya !!!.....”
“ Tidak akan pernah !!!…”, teriak Viera sambil berlari meninggalkan ruangan sambil berderai air mata.
Viera sangat kecewa dan marah, kenapa keluarganya yang sama sekali tidak mengerti dirinya dan egois.
Bagaimana bisa mereka merelakan dirinya menikah dengan lelaki yang pada nantinya akan menjadi malaikat pencabut nyawa untuknya.
Meski mereka tak mempercayai mimpinya, feeling Viera mengatakan jika pertanda dalam mimpinya itu adalah suatu kebenaran.
Selama ini feeling Viera selalu tepat, maka dari itu gadis muda tersebut mempercayai apa yang dikatakan hati kecilnya yang memberikan peringatan keras untuk tak menikahi lelaki tersebut.
BRAKKK…..
Semua orang terdiam saat mendengar suara pintu kamar yang dibanting dengan kasar dari lantai dua.
Viera yang sudah berada di dalam kamarnya langsung naik keatas tempat tidur dan terus menangis sepanjang malam.
Meruntuki nasib sial yang menimpanya saat ini. Akibat terus menangis sepanjang malam, tak terasa matanya mulai tertutup karena kelelahan.
Malam itu, Alberto diam – diam masuk kedalam kamar Viera dan mengusap air mata yang menetes dari mata sang putri dengan lembut.
“ Maafin papi ya sayang…”
“ Tapi ini semua juga demi kebaikanmu…”, ucap Alberto sambil mengecup kening Viera dengan lembut.
Sekali lagi Alberto menatap sendu wajah putri kesayangannya yang tidur sambil menangis sebelum akhirnya menutup pintu kamar Viera dengan sangat pelan hingga tak menimbulkan suara apapun.
Keesokan harinya, Viera bangun dengan wajah kusut dan kedua mata yang bengkak. Meski perutnya lapar, namun dia malas untuk beranjak dari ranjangnya.
Dia masih kesal dan marah dengan keluarganya yang menurutnya sangat egois dan memaksakan kehendak mereka tanpa memikirkan perasaannya.
Diambilnya ponsel yang tergeletak diatas nakas dan mulai menggerakkan jarinya yang lentik menjelajahi dunia maya.
Viera hanya melihat pesan yang masuk kedalam ponselnya begitu saja tanpa berniat untuk membalasnya.
Saat ini otaknya bekerja keras mencari cara agar pernikahannya batal. Cukup lama dia berpikir namun tidak ada satupun ide cemerlang yang bisa diambilnya.
“ Semuanya beresiko tinggi untuk gagal…”, batin Viera kecewa.
Viera mulai mengingat kembali ucapan dan raut wajah tegas papinya dalam pertemuan keluarga semalam.
Dari ucapan sang papi sangat jelas bagaimana kerasnya usaha Viera untuk membatalkan pernikahan yang tidak dikehendakinya itu, semuanya akan berakhir sia – sia.
Semua orang sangat tahu jika keputusan yang diambil oleh sang papi akan sangat sulit untuk dibatalkan, apalagi keputusan tersebut telah disetujui oleh seluruh keluarga besar Hofand.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!