NovelToon NovelToon

Brandir Warriors At Erast Landow

Erast Landow 1

Hay Ka ^^ Ini karyaku yang pertama dengan ambil tema Fantasi Hunter X Dungeon. Mohon maaf jika kurang berkesan karena masih belajar menulis ditema ini. Selamat membaca ... jangan lupa subs, like, dan comment supportnya. Terima kasih, salam author Fidia K.R ^^

...***...

Pernahkah kalian melihat aurora diangkasa pada malam hari? Garis lurus mencekung tak berarah, penuh  goresan warna indah yang sulit untuk dijelaskan hingga membuatmu kagum melihatnya. Jangan pernah lupakan kilau cahaya bintang yang membantu membuatnya semakin terlihat indah.

Jika kau menatap itu sangat indah, bagi kami yang mengijakkan kaki ditanah dunia bernama Landow, aurora ini tidak seindah seperti yang kau bayangkan. Bagaikan kabut menelan cahaya, serta keelokan bunga yang langsung gugur layu kuning kecoklatan.

Halivara, Leadale, Mareen, bahkan Beckton, keempat daerah element penting dimana semua berpusat pada Erast, inti dari dunia Landow dimana ilmu pengetahuan dan sihir berkembang disana dengan batu suci Thindrel yang menjaga keseimbangan.

Disatu sisi dunia lainnya yang kusebut Bumi, tanah pun ikut berguncang hingga tidak ada tempat untuk bisa berpijak secara aman. Melihat pada mereka yang berlarian untuk bertahan hidup, apalah daya diri ini yang tertunduk merangkul dibawah sebuah pohon dengan batang kayu yang mendayu.

“ANORA PERGI DARI SANA!” teriakan kedua orang terkasih yang menatap sendu dari kejauhan. Mereka pun tidak dapat bergerak akibat tanah yang berguncang dengan hebatnya. Kemana aku harus menyelamatkan diri? berkata dalam batin dengan penuh ketakutan.

Angin berhembus kencang disertai butir pasir yang menusuk kedua bola mata. Terpaksa tertatih secara perlahan, kedua mata yang akhirnya tertutupi sebuah selendang pun begitu membantu untuk melihat kearah mana kaki ini untuk berlari.

Bumi yang murka akibat ulah tangan manusia yang selalu haus dan tidak pernah merasa puas. Rintihannya begitu menggema memecah langit berawan coklat yang sudah tidak lagi terlihat indah. Inilah yang terjadi disaat kau menggali dan terus menggali hingga melupakan pondasi hirarki dunia.

Disaat amukan Bumi terhenti, semua begitu luluh lantah. Anora pun mencoba untuk menenangkan dirinya. Sepertinya bangunan itu aman. Gumam Anora kembali dalam hatinya saat menatap pada sebuah ruko kecil yang menjual barang barang. Dengan perlahan Anora melangkah masuk dan begitu terkejut ketika ia membuka pintu tersebut.

Bagai tertarik grativitasi kuat, Anora tidak dapat menolak tarikan itu, sebuah ruang hampa hitam namun terlihat kilau cahaya kecil seperti bintang malam. Hingga akhirnya Anora menabrak sesuatu dengan sangat keras hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

...***...

“Aaakkhh kepalaku sakit sekali ...,” ucap Anora yang kini tersadar dari tidurnya. Kejutan lainnya yang membuatnya tidak masuk akal saat membuka mata adalah, dimana ia berada saat ini serta penampilannya yang begitu berbeda. Entah siapa yang bersikap jahil padaku hingga memakaikan gaun renda ini padaku! berucap kesal kembali dalam hatinya.

“Tuan Putri ... sudah sadar?” seorang pria tiba tiba bertanya padanya. Melirik pada sosok seorang kesatria tampan disampingnya dengan baju zirah besi seperti jaman kerajaan. Aahhh ... aku pasti sudah gila! lirih Anora kembali dalam hatinya dengan terus mengusap kepalanya yang terasa sakit.

Disaat Anora mencoba untuk terbangun dari tempat tidurnya, tiba tiba terhuyung bagai terpukul besi tumpul pada kepalanya. Sebuah ingatan pun menghampirinya mengalir begitu saja tanpa ia inginkan. Anora menatap dirinya pada cermin dan meyakinkan bahwa itu adalah benar dirinya namun, ingatan siapakah itu? Kenapa seolah aku yang mengalami hal itu?.

“Putri Anora, kita harus segera pergi karena disini sangat tidak aman.” Ucap Ksatria itu dengan berdiri tegap menunduk penuh kesopanan. Ingatan Anora yang tiba tiba menyambarpun membuatnya merasa familiar akan kejadian yang saat ini sedang dialaminya.

“Raymond apa kau lupa? Aku bisa menggunakan sihir. Kemana perginya pasukan Lhatar?!” ucap Anora begitu lancar dalam berbicara. Dalam dirinya yang juga mempertanyakan hal ini pun merasa bingung, namun entah mengapa Anora tidak dapat membantahnya.

“Pasukan akademis sihir kerajaan masih membantu di bagian selatan dan timur. Banyak orang terluka dan jembatan penghubung pun runtuh. Kita kekurangan orang, Putri.” Raymond membalas dengan menundukkan tubuhnya penuh hormat pada Anora.

“Kalau begitu, kau tetaplah disampingku dan bantu aku menyelamatkan wargaku.” Anora melangkah keluar menuju balkon ruangannya dan menatap kearah bawah. Tiba tiba perasaan rumit pun hadir dalam dirinya yang merasa bimbang.

“Apa Putri bermaksud untuk ... tidak Putri!. Besok adalah hari penobatan. Mohon pertimbangkan kembali permintaan mendiang raja pada Putri.”

“Keadaan sedang seperti ini bagaimana bisa dilakukan acara penobatan?! Raymond percayalah padaku, kau lindungi aku dari belakang dan kita tolong dulu para warga itu,” Raymond pun terdiam sejenak mencoba untuk mempertimbangkan perkataan Anora. Pikirannya pun kini bercabang, entah apakah pilihan ini baik, atau justru menimbulkan masalah yang baru.

“Baiklah, tapi Putri harus berjanji untuk selalu dalam pengawasanku.”

Menganggukan seraya menyetujui, Anora berpindah tempat dihadapan Raymond, Letnan pasukan Lhatar kerajaan yang berbakat meski masih berusia muda itu. “VOLAREZ.” Ucap keduanya dengan bersamaan hingga tiba tiba dapat melayang meski hanya dalam hitungan menit.

Menuruni dinding kokoh kerajaan yang tinggi, tentu tidak akan sulit bagi seorang pasukan Lhatar yang sudah mendapatkan pendidikan sihir sejak usia belia. Bahkan tak urung bagi orang yang memang sudah memiliki kelebihan sejak dini seperti Raymond, meski baru berusia lima tahun kemampuan sihirnya terasa begitu kentara seolah memenuhi seisi ruangan dengan aura mendominan.

Anora dan Raymond pun langsung membantu para warga sebisa mereka. Dengan beberapa prajurit Lhatar yang tersisa, mereka pun menerima perintah Raymond dengan sangat teliti dan berhati hati dalam bertindak. Tak lepas Anora pun membantu menyembuhkan luka-luka ditubuh para warganya.

“PUTRI ANORA!” teriak Raymond seolah menemukan sesuatu yang tentunya dengan segera Anora pun berlari kearahnya dengan begitu tergesah.

Anora terkejut melihat tanah kediamannya bagai terkoyak oleh sesuatu yang tidak dia mengerti, berhati hati berjalan, Anora merasa ada yang aneh dengan lubang ini namun berusaha untuk bersikap biasa agar tidak menimbulkan keributan akan kekacauan lainnya.

“Apa ini akibat gempa barusan?” tanya Anora menelisik inti tanah Landow kembali yang terlihat bergeser begitu dalam terbelah hingga pekat hitam didalamnya. Raymond pun mengeluarkan jentikan api kecil dari tangan kanannya, lalu membuang kedalam lubang tersebut.

“11, 12, 13, 14. Ini sangat dalam. Putri, retakan akibat gempa kali ini sepertinya sangat dalam,” Raymond melaporkan setelah menghitung lamanya percikan api turun hingga menghentak pada tanah didasarnya yang terdengar rapuh.

Terdiam sejenak Anora pun akhirnya berkata, “ Apa kau sudah kirimkan Natarin?” tanya Anora pada Raymond, setelah mencoba mempertimbangkan hal apa yang harus dia lakukan saat ini.

“Akan aku kirimkan sekarang juga.”

Raymond seketika menundukkan sedikit tubuhnya mencoba untuk melepaskan ikatan Natarin, yaitu ikatan sihir yang dimiliki sesama penyihir senior atau biasa disebut Olgora. Kedua mata Raymond pun tertutup mencoba untuk berkonsentasi agar ikatan Natarin tak terputus. Menunggu beberapa saat, Raymond pun mendapatkan balasan dari para Olgora lainnya.

“Tuan Putri, mereka meminta kita untuk datang ke Nymeria.”

“APA?! Tapi untuk pergi kesana memerlukan waktu beberapa hari, keadaan disini pun sangat kacau. Aku tidak bisa pergi begitu saja .... ” Anora begitu panik akan keputusan dewan Olgora para penyihir senior yang begitu diagungkan di Landow.

“Putri, mereka merasa ada yang tidak benar dengan gempa saat ini. Tuan Putri harus benar-benar datang dalam pertemuan ini.” Ucap Raymond dengan masih menutup matanya mencoba untuk berkonsentrasi penuh.

“Putri, Alumir akan datang ke pertemuan itu,” Lanjut Raymond kembali.

Anora seketika terdiam mendengar perkataan Raymond. Kenangan dari ingatan lainnya yang menyadari akan status Alumir yang begitu dihormati sebagai penyihir suci atau pemerintahan tertinggi, Anora pun tidak memiliki alasan lain untuk tidak pergi meski berat hatinya menatap pada warganya yang kesulitan.

Raymond memutus ikatan Natarin dan kembali fokus pada Anora. Menunggu akan perintah seperti apa yang akan Anora berikan selanjutnya. Namun Raymond dikejutkan dengan dirinya yang diperintahkan untuk tetap berada di Halivara, dikerajaan Everez yang dia cintai.

Tentu bagi Raymond yang sudah mengikat sumpah untuk menjamin keselamatan Anora pun keberatan dengan perintah Anora saat ini. Berdalih tetap menghormati Anora, Raymond memanggil wakil Lhatarnya serta beberapa menteri pertahanan kerajaan untuk membereskan masalah ini hingga ia dan Anora kembali dari pertemuan di Nymeria.

“Putri, biarkan aku menggunakan portal itu saja agar lebih menghemat waktu.” Ucap Raymond saat menghampiri Anora yang selesai berganti pakaian dengan baju zirah besi khusus untuknya.

“Kau yakin? Karena portal ini akan sulit untuk digunakan. Bahkan kau bisa terlempar keruang lain jika salah mengucapkan mantra ...,” Anora menatap dengan penuh khawatir ada Raymond yang sejak kecil selalu menemani dan menjaganya.

“Percayakan padaku.” Raymond begitu serius dengan kembali menutup kedua matanya pada sebuah pintu berukir mantra yang melingkar dipanjang ruas ujung ke ujungnya. Pintu itu memang khusus digunakan untuk sebagai portal perpindahan.

Dalam hati dan benak Anora pun bertanya, apa aku ditemukan pingsan oleh Raymond saat didepan pintu ini? Anora menatap Raymond didepannya yang begitu terlihat sangat serius melakukan gerakan tangan yang tidak dia mengerti.

Yang Anora tahu bahwa untuk melakukan sihir portal ini, khusus Olgora tertentu yang bisa menggunakannya karena dapat membahayakan nyawa. “MOVERE EON.” Ucap Raymond lantang dengan salah satu tangan yang menjulur pada pintu seraya memberikan perintah.

Seketika kilatan cahaya muncul didalamnya seolah ruang dimensi yang berputar pada porosnya. Tanpa merasa ragu Anora dan Raymond pun masuk kedalam ruang hampa itu dan hanya dengan sekejap mata mereka pun sampai tepat waktu di Nymeria, tempat pertemuan khusus yang berada ditengah tengah dari empat element wilayah.

Erast Landow 2

Begitu sampai, Anora dan Raymond dikejutkan dengan pemandangan yang memilukan dimana aliran mata air mancur yang selalu mengalir deras terlihat kekeringan bagai terhisap menghilang kearah berlawanan.

Pepohonan hijau menguning bagai musim gugur dengan tidak ada kicauan lantunan nada indah dari burung burung Nymeria yang terbang dan hinggap.

Entah mengapa Anora menjadi begitu terikat pada ruang dan waktu dimasa ini dengan alasan yang tidak ia mengerti. Ingatan yang benar-benar membelenggunya ini bagai menjalar keurat nadi untuk bertindak meski tidak ia inginkan.

“Apa yang terjadi ... kenapa jadi seperti ini?” tanya Anora pada Raymond yang tentunya sebagai Olgora dan pasukan Lhatar yang perkasa. Namun untuk menjawab pun bibir Raymond terasa kelut tak dapat berucap, karena dirinya sendiri pun bertanya-tanya.

Hembusan angin sejuk tiba tiba berhembus diikuti wangi bunga yang menenangkan. Anora dengan sigap menunduk penuh hormat pada sosok seorang pria paruh baya berjubah putih yang berjalan melewatinya sebagai bentuk penghormatannya.

“Receperint retro Halivara, Leadale, Mareen, Beckton. Aku akan memulai pertemuan ini sebentar lagi. Silahkan menikmati hidangan yang sudah kupersiapkan terlebih dahulu,” ucap Alumir penuh sopan dan hangat saat memasuki aula utama dengan beberapa Olgora dibelakangnya.

“RECEPERINT RETRO ALUMIR ...,” balas keempat element secara bersamaan menunduk penuh hormat sebagai ucapan selamat datang kembali kepada satu sama lain.

Saling menunduk penuh hormat pada satu sama lain, didunia Landow meski terlihat ramai dan seolah penuh sesak, disini hanya terdiri dari empat element wilayah penting yang terbagi bagi dimana setiap wilayah memiliki aturan pemerintahannya sendiri.

Pertama, bagi wilayah Leadele. Kerajaan yang berada diatas awan, dengan pulau mengapung yang sangat indah. Paras mereka bagai lukisan hidup dengan sayap putihnya. Sifat damai, tidak memihak siapa pun ternyata memiliki kemampuan dalam ilmu berpedang dan memanah dengan element angin yang tentu tidak dapat ditandingi.

Kedua, bagi wilayah Beckton. Kerajaan yang berada ditanah subur Landow dengan sebuah pohon besar sebagai pusat peradaban. Dibawahnya kaya akan baja, besi, dan batu lainnya. Tubuh mereka yang semampai dan kekar, tidak terlepas dari harga diri mereka yang tinggi.

Ketiga, bagi wilayah Mareen. Kerajaan bawah laut dimana teknologi begitu berkembang pesat. Mereka begitu terbuka dan tahu akan segala hal. Penampilan mereka yang selalu terlihat rapi, serta tutur kata yang baik, memperlihatkan betapa berpendidikannya mereka.

Dan terakhir, Halivara. Kerajaanku dimana unsur keindahan tanah Landow berasal. Kami pekerja keras dalam berbagai hal serta hanya element wilayah kami yang dapat menggunakan ilmu sihir. Halivara juga mempunyai wilayah luas diantara lainnya dengan pusat perdagangan.

Kami mempunyai sistem yang berbeda beda sesuai dengan wilayah kami. Namun jika terjadi sesuatu, maka Erast adalah tujuan kami. Dalam Erast terdapat batu murni yang dianggap sebagai asal mula Landow serta sebagai penyeimbang keempat element wilayah yang disebut permata Thindrel.

“Dengan menyesal, aku ingin mengatakan ... permata Thindrel terpecah dan terbagi menjadi 4 bagian,” Alumir tiba-tiba memberikan pengumuman ditengah semua sedang menikmati hidangan yang tersedia. Saling menatap satu sama lain, tamparan hebat pun mereka dapatkan kali ini.

Permata Thindrel adalah tonggak berdirinya Landow, sedangkan Erast bagai tongkat kayu kokoh yang menopangnya untuk berdiri dan memberikan kekuatan setiap harinya. Jika Thindrel tidak berada disana, maka Erast akan menjadi lahan tandus dengan kekuatan yang dapat disalahgunakan.

“Alumir percayalah, saat kami menggali beberapa waktu lalu sebelum gempa terjadi. Kami merasa ada suatu pergerakan dibawah tanah Landow, yang berjarak dekat dengan kami.” Ucap Dolrak, Raja Beckon dengan menghentak- hentakkan kapaknya penuh wibawa.

“Terdapat pergeseran tanah Landow yang cukup luas serta lubang dalam di Halivara. Kami berusaha membantu warga semampu kami,” Anora pun juga ikut memberikan penjelasannya.

“Alumir ... apa yang harus kita lakukan?” tanya Raja Leadale bernama Valor. Terlihat sayapnya menutup sebagai bentuk pertahanan diri yang menjadi salah satu keunikan penghuni Leadale.

Semua pun terdiam menunggu Alumir untuk memberikan perintahnya. Penuh keseriusan, keheningan pun begitu terasa mencekam mengingat hidup yang dipertaruhkan. Tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, hanya dapat memangku tangan pada satu sama lain.

“Maaf jika aku menyela ... di Mareen, kami sedang mengembangkan sebuah teknologi yang dapat memindai pergerakan. Jika Halivara dan Beckton setuju, kami akan membawa alat tersebut dan bersama sama kita dapat mengetahui ada apa didalam sana.”

Mendengar perkataan Hezekiah, Raja Mareen. Semua pun langsung mencoba mempertimbangkan perkataannya dan merasa setuju dengan pendapatnya. Kemampuan sihir yang juga memiliki batas, tentu akan terbantu dengan teknologi yang diberikan element Mareen disaat yang diperlukan. “Baiklah, aku pun setuju. Bawa alat itu menuju Halivara dan Beckton.”

Pernyataan Alumir pun menggema dan hanya dalam hitungan detik pintu portal kembali terbuka dengan Hezekiah dan istrinya Ratu Valta kembali ke kerajaan bawah laut untuk mempersiapkan semua yang diperlukan.

Semua pun kembali menuju wilayah masing masing dengan langsung menggunakan portal dan tidak menunggu waktu lama ikatan Natarin kembali terhubung dengan Raymond yang memberitahukan bahwa alat tersebut sudah siap untuk dibawa.

Halivara dan Beckton pun langsung mengambil posisi pada tempatnya masing masing dimana warga Mareen datang dengan sebuah kapal yang melayang. Mereka pun benar benar merasa kagum melihat penghuni Mareen yang begitu sangat modern namun rendah hati.

“Letakkan alat itu disana ... apa kau punya sihir untuk memindahkannya?” tanya Hezekiah kepada Anora yang saat ini sedang menyambutnya. Anora menatap pada Raymond dan mereka pun mengangguk seraya membenarkan pertanyaan Hezekiah.

Melangkah maju dengan gerakan tubuh dan tangan yang begitu sangat terstruktur, menatap tajam pada kedua alat tersebut, Anora pun dengan lantang berucap mantera, “EUVANEZ.” Begitu lantang bagi Anora yang dengan mudah menghilangkan dan dengan tiba tiba alat tersebut sudah berada pada tempatnya dan satunya terkirim ke Beckton.

Ikatan Natarin yang sedang dilakukan Raymond saat ini kembali memberikan arahan kepada perwakilan Olgora yang berada di Beckton. Hezekiah dan istrinya Valta, menjelaskan bagaimana alat ini bekerja agar dapat berfungsi secara benar.

Menunggu beberapa detik dari balik sebuah layar yang mengapung diudara, mereka pun dikejutkan dengan tertangkapnya gambaran salah satu makhluk yang ditakuti oleh mereka kembali muncul di tanah Landow ini. Mahkluk purbakala yang sudah sejak lama merena musnahkan.

“Tidak mungkin ... ini tidak mungkin ... apa itu Durog?” rintihan pedih Valta yang mencoba bertanya pada suaminya. Menatap kembali pada satu sama lain, membisu tekuk diri sendiri disaat harus berhadapan dengan hal yang tidak akan pernah mereka sangka sebelumnnya.

“Jika benar itu Durog ... apa menurut kalian, Ragor pun kembali kemari?” lanjut Valta bertanya dengan menatap pada Raymond dan Anora yang juga terlihat memikirkan hal yang sama dengannya.

Tubuh mereka seketika mematung. Durog, adalah hewan yang dulunya berasal dari Leadale. Sisi buas Durog yang tidak dapat dikendalikan meluluhlantahkan kerajaan Leadale saat itu dengan banyak korban jiwa berjatuhan hingga Alumir pun menghabisi semua Durog hingga tak tersisa.

Sedangkan Ragor dulunya adalah salah satu bagian dari Beckton. Namun pengasingan yang Alumir berikan karena mereka begitu egois, mudah merusak, dan brutal, membuat Ragor berubah menjadi sosok menyeramkan yang haus akan darah.

“Sepertinya secara diam-diam, dahulu Ragor sempat menyelamatkan beberapa Durog sebelum diasingkan oleh Alumir. Mereka pun ternyata berkembang cukup banyak. Jika kita ingat lima Durog saja bisa menghancurkan satu wilayah, maka ...,” Hezekiah tiba-tiba tidak dapat melanjutkan perkataannya.

“Tapi yang mulia, bukankah saat itu Alumir mengasingkan Ragor pada suatu tempat yang hanya bisa dilewati portal sihir? Bagaimana bisa kembali dengan mudah bahkan mendirikan pasukan dibawah tanah?” tanya Raymond meminta pendapat dari Hezekiah.

“Apa perlu kita tanyakan lagi? Pasti ada salah satu Olgora yang membelot dan membuka pintu portal itu dengan kekuatannya,” Hezekiah kembali memberikan pendapatnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi? ... Apa kita harus segera menemukan pecahan permata Thindrel?” tanya Anora kepada mereka semua yang saat ini sedang membisu tak dapat berkata.

Anora yang kini terjebak pada ruang dimensi entah berada dimana pun, hanya berpasrah dengan apa yang harus dia hadapi. Terdapat dua bagian dalam dirinya saat ini yang mencoba melakukan perlawanan berat hingga kebimbangan pun begitu menyiksanya.

Kenangan masa lalu dirinya di bumi yang begitu menekannya untuk tidak berbuat sesuatu, seolah terkalahkan oleh ingatan yang tidak dia mengerti. Berbagai pertanyaan yang tidak dapat dijelaskan dengan tidak ada satu pun orang yang dapat menjawab pertanyaan atau tempatnya mengadu atas rintihan kejadian hidup yang sedang ia alami saat ini.

Dilema yang dialami Anora begitu rumit hingga tanpa sadar teriakan Raymond tidak terdengar sama sekali. Sumbang, seolah kedua daun telinga yang tertututp, Anora tidak menyadari bahwa secara tiba tiba ada sekumpulan Durog yang melompat keluar dari dalam tanah mencoba untuk menyerangnya.

“CALIDUM IGNEMRA.” Sebuah mantra yang diucapkan Raymond saat berlari kearah Anora yang berdiri mematung tanpa alasan. Seketika pedangnya dipenuhi nyala api kemerahan dengan melingkar menjurus lurus menusuk tepat mengenai dada Durog tersebut.

“PUTRI ANORA, FOKUSKAN PERHATIANMU!” teriak Raymond kembali dengan menghunuskan pedang apinya kepada Durog lainnya yang berlarian menuju para warga yang berlarian kesana kemari mencoba menyelamatkan diri mereka.

Puluhan mahkluk aneh dengan bentuk yang tak terbayangkan sebelumnya. Mereka yang berlari begitu kencang dengan suara melengking saat membuka mulut dengan gigi yang tajam tak berurutan. Lidah mereka panjang menjuntai dengan cairan hijau yang berbisa.

Pedang pun terangkat dengan genggaman kuat yang siap menghunus tubuh lawan. Tidak lagi ada ketakutan dan keraguan, karena seketika perasaan itu hilang dengan kaki yang berlari menghentak tanah Landow yang akan menjadi saksi hari ini.

Erast Landow 3

Anora segera mengembalikan kesadaran dirinya dengan mendorong Valta kebelakangnya saat salah satu Durog mencoba untuk menyerangnya. “CALIDUM IGNEMRA.” Anora pun ikut menghunus pedang apinya mengarah kepada Durog tersebut hingga tidak lagi bernyawa.

Menatap pada Raymond yang masih berjuang menghadang para Durog masuk kedalam pemukiman warga Halivara, pasukan Lhatar pun akhirnya datang ikut membantu Hezekiah dan Valta masuk kembali kedalam kapal terbangnya untuk kembali pulang menuju Mareen.

Bagai tidak terhenti, satu persatu Durog berlarian keluar dari dalam lubang tersebut. Perhatian mereka langsung tertuju pada titik pintu masuk gerbang kerajaan dimana orang orang sedang berkumpul mendata diri mereka untuk melaporkan apa saja yang sedang mereka bawa sesuai peraturan istana.

Anora ditemani pasukan Lhatar mengejar Durog yang berlari sangat cepat hingga terlihat berhasil memanjat dinding kerajaan yang tinggi. “PUTRI PERGILAH! BIAR DISINI KAMI YANG MENGATASI.” Ucap salah satu pasukan Lhatar yang langsung mengambil posisi Anora saat ini.

“VOLAREZ.” Kembali Anora terbang melayang cepat mengejar Raymond diikuti beberapa pasukan Lhatar yang berada di pintu gerbang masuk Halivara. Pertempuran pun sengit pun terjadi dengan kemenangan pasukan Lhatar namun tidak sedikit pun dari mereka merasa bangga akan hal itu.

Tatapan Anora, Raymond, serta pasukan Lhatar yang masih dipenuhi peluh juga nafas yang menekan dada mereka, terasa begitu pilu merasa tidak berguna karena beberapa warga terluka bahkan sudah tidak dapat lagi diselamatkan.

“Durog, akan aku habisi kalian semua!” Anora tertegun sekesal-kesalnya melihat tumpukan makhluk menyeramkan yang tiba tiba menyerang Halivara. Tangannya bergetar dengan pedang yang masih menyisakan tetesan cairan hitam dari tubuh Durog saat Anora menusuk atau menebasnya.

Anora dan Raymond kembali menghampiri tanah bergeser itu yang saat ini yang terlihat semakin bertambah luas dengan lubang yang cukup besar. Jadi dari sinilah mereka datang? Tapi bagaimana bisa? Pertanyaan dalam hati Anora yang begitu sangat khawatir.

Raymond dan Anora pun saling menatap, mereka teringat akan sebuah mantra kuat yang bisa menutup lubang ini namun memerlukan kerjasama dari dua Olgora yang berpangkat sama. Mengingat hal ini, hanya Raymond yang bisa karena Anora masih belum begitu tinggi dalam akademis sihir yang sedang ia pelajari.

“Tidak apa apa. Kita lakukan saja .... ” ucap Raymond dengan begitu mudahnya. “Tidak, kau bisa jatuh sakit karena aura runa sihirku tidak sekuat dirimu. Kau seperti tumbal disini!” Anora memberikan sanggahan akan pernyataan Raymond yang terdengar berbahaya.

“Lalu, apa kau akan tetap membiarkan lubang ini terbuka dan para Durog itu kembali datang?! Putri Anora, apa yang terjadi padamu?! Kenapa kau jadi seperti ini!” ucap Raymond yang akhirnya merasa kesal akibat Anora yang terkesan plin plan dan penuh ketakutan.

Bagaimana aku harus mengatakannya padamu?! Aku memang bukanlah Anora yang kau kenal. Aku pun tidak mengerti dengan apa yang harus kulakukan .... pekik Anora lirih dalam diri, tertunduk mencoba menahan perasaan batinnya yang menjerit.

Malam kian larut terlihat pasukan Lhatar berusaha keras untuk menutup lubang yang terlihat semakin membesar itu. Anora masih saja bersembunyi alih–alih melarikan diri dengan menyembuhkan para warga yang saat ini terluka di aula pengobatan istana.

Anora menatap begitu lirih pada sepasang keluarga yang baru kehilangan anaknya karena serangan Durog sore tadi. Atau seorang ibu yang harus kehilangan salah satu kakinya yang biasa ia gunakan untuk berjalan. Tak urung Anora menatap pada beberapa anak kecil yang kehilangan kedua orang tuanya saat melawan Durog yang mencoba melahap anak tersebut.

“Kalian ... tidak apa apa?” tanya Anora lembut dengan terduduk disamping Ibu tersebut dan beberapa anak yang tertunduk lemas. Terlihat mereka memikirkan bagaimana nasibnya kelak dengan kondisi mereka saat ini ditengah perjuangan hidup yang berat dan luka batin membekas.

Anora pun mengerti perasaan mereka karena tanpa ia sadari, dirinya saat ini tidak jauh berbeda dengan para warganya saat ini. Anora terdiam sejenak mencoba untuk berpikir hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Untuk menghibur mereka, Anora menunjukkan sihir kecil dimana kembang api berupa burung phoenix terbang mengitari aula pengobatan istana begitu indahnya. Percikannya yang indah saat terbang begitu menghibur hati yang terluka dan dapat menghentikan tangis yang terdengar.

Terakhir Anora mencoba melakukan sihir yang dapat menenangkan mereka dengan berkara, “ SURSUM.” Lantai pun seketika berubah menjadi hamparan rumput hijau yang indah dengan bunga yang menghiasi. Hembusan angin pun terasa sejuk hingga mereka dapat tertidur beristirahat dengan tersenyum manis diwajahnya.

Entah karena apa, langkah kaki Anora berjalan mantap lurus keluar menuju para pasukan Lhatar dengan Raymond yang menatapnya dari kejauhan. Meski aku tahu aku takut, tapi kupikir hiduplah untuk hari ini, lalu berikan harapan untuk hari esok. Tuturnya dalam batin terdalam.

Pasukan Lhatar begitu terlihat kelelahan dengan aura runa sihir mereka yang mulai meredup. Anora menatap pada lubang itu yang masih terlihat begitu besar seolah tidak bisa tertutup. Tatapan Raymond begitu tajam menusuk Anora akibat masih merasa kesal padanya.

“Maafkan aku ... kalian beristirahatlah, biar aku dan Raymond yang membereskan sisanya.” Ucap Anora pada pasukan Lhatar dengan langsung menghampiri Raymond. Raymond pun menundukkan kepalanya seraya menyetujui lalu berjalan memutar untuk berdiri tepat diseberang Anora.

Suasana pun hening dengan pasukan Lhatar yang ikut memperhatikan Anora dan Raymond dengan gerakan tubuh yang seimbang dan selaras. Seolah saling melengkapi, Anora dan Raymond seketika memancarkan cahaya aura runa yang semakin intens bahkan dapat terlihat dari kejauhan.

“CLAUDERE EARAM.” Ucap keduanya dengan serempak. Sinar kuning keemasan terpancar dari salah satu tangan keduanya yang mengarah langsung pada titik lubang di tanah Landow. Getaran bumi yang dapat terasa namun begitu pelan hingga tidak menimbulkan suara pun akhirnya menutup lubang tersebut dengan sempurna.

(BRRUUKKK) Anora yang tiba tiba jatuh pingsan.

“Tidak apa, aura runanya melemah biar aku saja yang mengurus Putri. Kalian gantian berjaga dan segera panggil aku jika terjadi sesuatu.” Perintah Raymond saat menggendong Anora pada pasukan Lhatar yang langsung bergerak melakukan perintahnya tanpa berkata sedikit pun.

Hangat sekali, bagai pelukan ayah yang menggendongku kala kecil saat tertidur. Tidak sedikit pun bau besi yang tercium dari baju zirah besinya, melainkan wangi aroma kayu bercampur daun mint yang begitu menenangkan. Raymond, apa aku bisa bersandar padamu?.

...***...

Sinar matahari kembali menyambut dengan terangnya. Terdengar suara ramai dari arah luar yang tidak dimengerti oleh Anora yang baru saja tersadar dari mimpinya. Berjalan menuju balkon kamarnya, Anora dikejutkan dengan kejadian tak terduga lainnya.

Bukan sebuah gaun indah yang biasa digunakan para putri kerajaan, Anora justru lebih memilih baju zirah besinya kembali agar dapat bergerak dengan bebas mengingat kejadian terakhir kali saat Durog berani menyerang Halivara.

(BRAAKKK) Suara pintu yang terbuka oleh Anora.

“Tuan Puteri sudah bangun .... ” sambutan penuh hormat yang dilakukan Raymond saat Anora berjalan keluar dari ruangannya.

“Raymond, ada apa ini? Kenapa aku tiba tiba melihat kapal terbang dari Mareen, kereta api Beckton, dan para Tallis ( kuda terbang) dari Leadale?” Anora menatap Raymond untuk meminta penjelasan.

“Maafkan aku, Putri ... semalam saat Putri tidak sadarkan diri akibat kekurangan aura runa, ikatan Natarin tersambung dengan Alumir yang berpesan untuk mengadakan pertemuan disini pada siang hari. Putri tenang saja, jamuan dan lainnya sudah aku persiapkan semua.”

“Maafkan aku ... meski kau yang paling banyak mengeluarkan aura runa, entah kenapa aku masih saja pingsan .... ” Anora menundukkan kepalanya menyadari bahwa kali ini bersalah karena jujur dirinya mengunci kemampuan yang ada dalam dirinya.

Tatapan Raymond menyudut dengan kedua alisnya yang berkerut. Pikirnya pasti terjadi sesuatu pada Anora saat menemukannya tergeletak pingsan didepan pintu portal. Apa dia bermaksud memaksakan diri pergi kesuatu tempat tanpa memberitahuku melalui pintu portal? gumam Raymond dalam hati.

Anora mulai berjalan dengan Raymond yang selalu siap dibelakangnya. Menemui para Raja dan Ratu kembali dengan penyambutan luar biasa. Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk membuka percakapan, karena Beckton sudah memulai duluan dengan menceritakan bahwa kerajaannya pun diserang secara tiba tiba oleh Durog melewati sebuah retakan pada tanah pertambangan.

Saat ini mereka terdiam dan mencoba untuk menerka serta memikirkan jalan keluar, hingga Alumir pun datang bersama beberapa Olgara dibelakangnya. Bagi mereka yang sudah menaruh curiga dengan keberadaan Olgara saat ini, Alumir yang dapat dengan mudah membaca keadaan pun hanya terdiam mengamati mereka semua.

“Aku memutuskan untuk membentuk pasukan Brandir, yang dimana dalam pasukan ini akan mencari ketiga permata Thindrel yang hilang. Berikan pasukan terbaik yang kalian miliki.” Ucap Alumir terduduk pada sebuah bangku dan menaruh tongkat kayu miliknya.

Keadaan kali ini sangat amat senyap. Tidak ada lagi gementing piring atau gelas, bahkan hembusan nafas pun bagai tak bertuan. Rana menjelajah pada ruang yang entah kapan kembali namun mencoba tersadar akan betapa mengerikannya pencarian ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!