Pengasuhku Cinta Pertamaku
Menjadi Semua Orang Yang Kau Inginkan.
Rumah yang awalnya jarang ditempati, akhirnya dijadikan tempat tinggal utama.
Mobil mewah tampak terparkir di depan rumah.
Kakek
Eldia, sekarang ini akan jadi tempat tinggalmu.
Gadis kecil berusia 5 tahun itu pun memandang rumah tersebut.
Mereka semua pun masuk ke dalam rumah tersebut.
Suasananya cukup berbeda. Jauh dari kota, menciptakan keheningan yang cukup menenangkan.
Eldia menoleh ke belakang.
Memandang dengan tatapan sayu dan wajah polos, Eldia memperhatikan dua orang yang berdiri di belakangnya itu.
Kakek
Pria ini akan jadi pengasuhmu.
Menatap pria remaja kisaran 14 tahunan itu.
Revan Eksilan
Senang bertemu dengan Nona Eldia. Perkenalkan, aku Revan Eksilan.
Menatapnya dengan penuh perhatian, mata yang tadinya jernih, perlahan sudah berlinangan dengan air mata, sampai dia akhirnya menangis.
Eldia Kecil
Nggak mau. Aku mau sama papa dan mama saja, hiks...
Eldia pun berjongkok, kemudian meletakkan kepalanya di atas tumpukan kedua tangannya, dan menyembunyikan wajahnya yang sudah dibasahi air matanya sendiri.
Melihat hal tersebut, Revan pun membungkuk dan membopong anak kecil itu ke atas.
Revan Eksilan
Nona, Aku akan menjadi papa dan mamamu.
Eldia Kecil
Tapi kau masih muda, kan?
Eldia pun memperhatikan wajah Revan yang tidak memperlihatkan ekspresi apapun.
Revan Eksilan
Aku juga akan menjadi kakakmu.
Revan Eksilan
Aku akan menjadi semua orang yang ingin kau inginkan.
Revan Eksilan
Meskipun aku tidak punya hubungan darah, tapi kita akan tetap jadi keluarga.
Revan Eksilan
Aku akan melindungimu selamanya.
Kata-kata dari Revan pun menarik perhatian Eldia yang masih polos itu.
Mendengar hal itu, Eldia yakin kalau Revan bisa berkata seperti itu karena diri Eldia adalah cucu Bos.
Meskipun itu tetap menjadi penyemangat yang cukup besar dalam hidupnya, saat itu, Eldia pun yakin, kalau kemungkinan besar, saat itu dia akan jatuh cinta pada pria tersebut.
Sambil digendong, dia pun memeluk leher Revan, dan mendekapnya dalam kenyamanan yang dia inginkan.
Eldia Kecil
Apa kau bisa berjanji?
Revan secara tidak sungkan, langsung menjawab.
Eldia Kecil
Janji untuk melindungi aku, selamanya?
Tanya lagi Eldia dengan bisikan kecil
Revan Eksilan
Aku berjanji.
Lantas, Eldia pun memeluk Revan dengan lebih erat, seolah Revan sudah jadi miliknya sepenuhnya.
Eldia Kecil
Jangan ingkari kata-katamu.
Sakit Hati
Di sebuah taman bermain yang terletak lima kompleks dari rumahnya, Eldia kebetulan di ajak jalan-jalan oleh pengasuhnya.
Revan Eksilan
Saya beli susu ini dan roti, lalu- hm...
Revan Eksilan
Berikan aku coklat itu padaku lima buah.
Kasir toko
"Wah, tampan sekali pria ini."
Mengambilkan coklat sesuai dengan pesanannya Revan.
Revan Eksilan
Ice mochi, sepertinya Eldia akan senang.
Bergumam lirih saat melihat ice cream mochi yang ada di dalam freezer, Revan pun mengambil sebanyak dua bungkus,
Revan Eksilan
Hitung semuanya.
Kasir toko
Apa tuan punya kartu member?
Revan Eksilan
Nggak ada, aku hanya punya uang tunai. Cepat hitung, aku sedang tidak ada waktu.
Ketus Revan, membuat kasir toko itu sedikit tersinggung dengan kata-katanya.
Kasir toko
"Apa sih, kenapa dia bersikap sombong seperti itu? Tapi- dia terlihat masih cukup muda, dan tidak terlihat ada yang menunggunya, apa yang membuatnya terburu-buru?" pikir kasir ini.
Berbeda dari tampangnya yang tampan, sorotan matanya justru tampak seperti tidak memiliki kehidupan apapun.
Sehingga, ketika Revan terus menatap sikap dari kasir tersebut, kasir itu pun semakin lama jadi semakin terganggu.
Kasir toko
Kenapa anda menatap saya seperti itu?
Revan Eksilan
Kau pasti belum lama keluar dari penjara karena kasus narkoba, kan?
Revan Eksilan
Aku pernah melihatmu keluar dari klub. Dan kau masih kecanduan ingin mengkonsumsi itu.
Kasir toko
"Kenapa pria ini jadi menakutkan, sih? Bagaimana dia bisa tahu kalau aku masih menginginkan untuk mengonsumsi obat itu? Jangan-jangan aku mau dilaporkan?" cemas bukan main, tangannya pun mulai gemetar ketakutan.
Revan Eksilan
Jika kau tidak ingin aku laporkan, karena kau sedang mencari barang itu lagi, sebaiknya pergi dari sini sesegera mungkin.
Ancam Revan. Niat sebenarnya dia tidak ingin ada lingkungan buruk di sekitar anak yang dia jaga itu, makannya, setiap tempat yang dia kunjungi, sudah dia selidiki, dan salah satu diantaranya adalah kasir ini.
Refleks menelan salivanya sendiri, kasir ini pun akhirnya diam dengan kaki gemetar.
Mendengar suara tangisan dari seberang jalan, Revan seketika memasang ekspresi wajah yang lebih serius.
Kasir toko
Aku akan pergi!
Seketika Revan langsung berlari keluar dari toko dengan langkah kaki cepat.
Kasir toko
.....? Eh? Orang tadi, pergi kemana?
Anak kecil 3
Kau anak nakal, kenapa kau mendorong temanku?
Eldia Kecil
Aku tidak mendorongnya, dia sendiri yang jatuh sendiri.
Anak kecil 1
Halah, kau pasti bohong.
Eldia Kecil
Aku nggak bohong! Dia menyuruhku untuk melepaskan ayunannya, ya aku lepas, dan dia sendiri yang jauh, kenapa menuduh aku yang tidak bersalah sih?!
Menoleh ke arah teman perempuannya yang baru masih duduk di tanah, dengan pakaian sudah kotor.
Anak kecil 2
Bohong, dia yang mendorongku. Dia ingin ayunan yang ingin aku pakai, tapi dia dengan kasar mendorongku agar dia bisa main ayunan.
Anak kecil 1
Wah, dasar, anak tidak tahu diri sekali.
Anak kecil 1
Kau harus tanggung jawab, lihat tangannya berdarah!
Anak kecil 3
Dia kesakitan, dan kau malah menuduh teman kami yang salah, keterlaluan.
Anak kecil 2
Hiks..., hiks.... Ini sakit.
Anak kecil 2
Hwahh, ini sakit, mama!
Ibu anak 2
Ada apa ini? Lisa, kau kenapa?! Kenapa kau duduk di tanah?!
Ibu anak 3
Siapa yang melakukan ini, katakan?
Dua orang wanita itu pun langsung mendatangi ketiga anak tersebut.
Anak kecil 3
Ma, dia yang melakukannya. Dia mendorong Lisa dari ayunan sampai jatuh.
Anak kecil 1
Betul, dia terus membela sendiri, dan tidak mau mengaku.
Eldia Kecil
Kenapa kalian tidak percaya padaku?! Dia yang jatuh, tapi aku yang disalahkan?!
Ibu anak 3
Kau- bukannya kau anak baru di komplek ini?
Ibu anak 2
Huh? Kau, dasar, apa kau tidak di didik orang tua agar kau tidak nakal pada anak lain?
Mendengar hal itu, Eldia pun langsung diam.
Hinaan
Ibu anak 3
Anak siapa sih kau? Sendirian disini, kemana orang tuamu? Karena kau tidak mau mengaku bersalah, panggil kedua orang tuamu kesini.
Eldia Kecil
"Kenapa jadi bahas mama dan papaku?" gumam Eldia.
Ibu anak 2
Ayo, mana? Oh, lebih baik kau tunjukkan rumahmu, biar kami datang dan meminta pertanggung jawabannya langsung pada kedua orang tuamu.
Anak kecil 2
Mama, ini sakit, pakaianku jadi kotor juga.
Ibu anak 2
Ayo berdiri dulu,
Membantu anaknya yang terjatuh untuk berdiri, wanita ini terus mengomel pada Eldia.
Ibu anak 2
Kenapa diam? Apa kau bisu?!
Ibu anak 3
Kurang ajar sekali, ada yang bertanya tapi malah diam!
Karena tidak tahan dengan Eldia yang tiba-tiba jadi diam, salah satu dari mereka pun langsung menghampiri Eldia dan mencengkram tangannya Eldia dengan kasar.
Takut dengan wanita itu, Eldia pun bicara dengan suara gemetar.
Ibu anak 3
Aku tahu dimana rumahnya, kita seret saja dia pulang ke rumahnya, dan minta pertanggung jawaban.
Ibu anak 2
Ayo, Lisa, pergi sama tante, biar mama minta pertangg-
Belum selesai bicara, tiba-tiba saja, pergelangan tangannya langsung di cengkram oleh seseorang.
Revan Eksilan
Siapa yang mengizinkanmu menyentuh tangannya?
Dengan raut wajahnya yang begitu dingin, Revan benar-benar mencengkram pergelangan tangan wanita itu dengan begitu kuat.
Ibu anak 2
A-argghh, siapa, siapa kau?! Lepaskan!
Revan Eksilan
Eldia, tanganmu-
Melihat pergelangan tangan Eldia itu memerah karena bekas cengkraman tangannya tertinggal di situ, hal itu pun semakin membuat Revan semakin kesal.
Ibu anak 3
Siapa kau?! Lepaskan temanku!
Mencoba untuk membantu temannya yang di cengkram tangannya.
Revan Eksilan
Siapa aku, kalian tidak perlu tahu. Tapi berani menyentuh tubuh Eldia, aku tidak akan memaafkan kalian.
Setelah bicara seperti itu, Revan langsung melepaskan tangan dari kedua wanita tersebut, dan langsung mendorong kedua wanita itu dengan kasar.
Anak kecil 1
Kenapa kakak jahat pada mama aku?!
Ketiga anak kecil itu langsung menghampiri kedua wanita itu.
Revan Eksilan
Bukannya kalian dulu yang memfitnah Eldia dengan alasan kecil yang bahkan bisa di sebut sandiwara saja?
Revan Eksilan
Apa aku salah?
Revan Eksilan
Lisa, kau bersikap sok imut, baik, dan lemah di depan orang, padahal kau anak yang licik dengan cara meminta perlindungan dari orang sekitarmu dengan simpati mereka padamu.
Anak kecil 2
A-apa? Aku tidak begitu!
Dengan aura tubuhnya yang dingin, Revan langsung mencengkram tangan Lisa, anak perempuan berusia 6 tahun itu dengan satu tangannya dan mengangkatnya.
Anak kecil 2
Akkhh! Sakit!
Anak kecil 2
Kenapa kau lakukan ini! Kalian berdua jahat!
Ibu anak 2
Lepaskan anak aku!
Ibu anak 2
Atau aku laporkan kalian berdua ke polisi!
Lirih Eldia, memanggil nama pria itu dengan hati yang sudah berkecamuk, karena dia sendiri kesal karena dihina oleh mereka semua.
Revan Eksilan
Kalau mau melapor ke polisi silahkan aja, lapor. Tapi aku akan menjamin kalian semua lah yang akan kena dampaknya.
Anak kecil 3
Lepaskan Lisa
Anak kecil 1
Lepaskan temanku! Lepas!
Anak kecil 2
Lepaskan aku! Ini sakit! Ma! Tolong aku!
Kedua anak itu ribut, memukul kedua kakinya Revan.
Eldia Kecil
Kalianlah yang apa-apaan, jangan pukul kaki Revan!
Akhirnya Eldia yang marah pun mendorong kedua anak itu satu per satu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!