"Sayang..."
"Maaf Buk." Gadis itu turun dari mobil dengan rambut acak-acakan, kancing terbuka, dan rok span yang terangkat.
Lelaki di dalam tampak mengusap wajah dengan dua tangan, seperti malu, frustrasi, dan mungkin pening. Aksi intimnya belum sampai, sudah terkena sidak seseorang yang dia panggil Sayang.
Parkiran basement, tempat di mana Flory berdiri, wanita cantik berambut cokelat keemasan itu meraih sapu tangan dari dalam tote bag mininya demi meraih sebuah CD yang tergulung di atas jok mobil suaminya.
"You bawa itu ke rumah!" Flory lemparkan CD beserta sapu tangan tersebut ke arah gadis berpenampilan buruk itu. "Lain kali, minta diajak ke hotel, jangan mau ditempat umum!"
Walau sakit, Flory si manik biru masih sanggup berkata demikian. Gadis mahasiswa semester akhir itu menundukkan wajahnya lalu ngeluyur pergi setelah diusir pelan oleh pria yang barusan turun dari mobil.
"Sayang..." Pria itu Elang. Dan gadis yang pergi barusan, satu di antara murid cantik Elang yang berusaha masuk ke dalam rumah tangganya demi sebuah nilai bagus.
"Ini yang ke lima kalinya kamu melakukan ini, Elang, dan itu baru yang ketahuan sama aku. Aku tidak tahu yang tidak aku ketahui."
"Aku tidak pernah berhasil selingkuh. Kamu selalu punya mata-mata!" tegas Elang, dan memang begitulah Flory, selalu menguntit ke mana pun Elang pergi, sedikit sikap anak anak yang sering membuat Elang muak.
"Kamu tahu apa alasan aku melakukan ini bukan? Kau pastinya lebih tahu!"
Flory memejamkan mata, ada seruak sesak yang tiba-tiba melesak ke bagian dada yang paling dalamnya, panas yang dia rasakan.
Yah, Elang selalu punya alasan untuk jajan, dan itu karena dirinya yang tidak benar-benar sempurna dalam hal ranjang. Tapi meski begitu, bukankah Elang tak berhak sakiti dia seperti ini?
Flory mengalihkan pandangan ke arah Kiandra, si asisten personal yang sudah melayaninya dari tahun ke tahun. "Apa kau mau gajimu aku lipat gandakan?" tanyanya.
Elang berkerut kening begitu pula dengan Kiandra yang cukup keheranan. Istri Kiandra baru saja melahirkan, tentu akan senang jika gajinya akan naik berlipat-lipat.
"Cium aku!" titah Flory.
"Flo!" Seketika rahang Elang mengencang.
Flory semakin jadi, dia meraih kemeja putih asistennya. "Cium aku, dan bulan ini gajimu naik!"
Satu tamparan keras mengenai pipi Flory yang terisak setelah itu. "M-maaf, Sayang... Aku..."
Elang memang marah jika Flory bertindak keras kepala seperti ini, tapi menyakiti secara fisik, sungguh Elang tak ingin. "Aku tidak bermaksud menyakiti mu."
"Kau mengotori pipiku dengan cairan mahasiswi mu, Elang." Flory menatap tajam pria itu. Siapa yang selingkuh, dan siapa yang bermain tangan, sempurna sekali suaminya.
Ya, memang sesempurna itulah pandangan orang pada suami Flory. Elang seorang dosen genius di fakultas kedokteran.
Flory beruntung bisa menikah dengan pria itu setelah hal-hal yang menimpa dirinya di masa lalu, Elang dengan tulus menerimanya.
"Coba introspeksi diri. Kamu tahu aku melakukan ini karena apa!" Elang hanya ingin merasa bagaimana nikmatnya bercinta.
"Kamu mirip boneka, hampir sama sekali tidak punya ekspresi saat melakukannya dengan ku!"
Flory menunduk. Ya, dia akui dia sakit, dia akui dia tidak baik-baik saja dalam urusan ini, bahkan Flory perlu psikolog untuk bisa waras kembali. Dia mungkin gila...
"Kamu tahu aku sangat mencintaimu, dan aku rasa cuma aku yang mencintaimu! Kau tidak mau sekalipun melihat ku." Elang berkata sangat lirih dan terdengar frustrasi.
Flory kemudian masuk ke dalam mobil suaminya, dia tertegun di jok penumpang bagian depan, lalu tak lama Elang masuk untuk meraih kemudi.
Flory bergeming meski Elang menarik sabuk pengaman dan melilit tubuh berisinya. Flory memang lebih gemuk setelah menikah dan memiliki satu orang anak.
Flory Alexa Miller, nama wanita cantik berambut cokelat keemasan. Diusia ke dua puluh dua tahun, Flory telah menyelesaikan dua program pendidikan S1 dan S2 bisnis.
Flory tak melanjutkan hingga S3. Setelah lulus, Flory segera bergabung dengan perusahaan keluarga besarnya hingga kini usianya sudah menginjak 26 tahun.
Flory melahirkan setelah tujuh bulan menikah dengan Elang. Sekarang, usia putrinya sudah memasuki empat tahun.
"Apa masih pedih?" Elang meraih minuman kaleng dari box pendingin di mobilnya, dia tempelkan benda itu pada pipi mulus istrinya.
Elang tertegun ketika Flory menepis dan berkata dingin. "Tidak sepedih hatiku, Elang."
"Aku minta maaf," ujarnya lirih.
"Don't touch me!" Elang berusaha menyentuh kulit wajah Flory yang jujur saja dia masih jijik membayangkan jari-jari Elang telah menjajah milik mahasiswinya. "Jangan kotori aku!"
Elang menghela napas berat.
"Papi!" Anak cantik itu berlari menyatroni ayahnya. Elang merentang ke-dua tangan untuk memberikan sebuah pelukan hangat.
Sayangnya, Flory segera meringkus putrinya dengan posesif. Tentu hal itu membuat anak bernama Maurin Erland Gazza memberengut.
"Mami, aku mau peluk Papi..." Flory menatap Elang yang paham situasi. "Kau mandilah!"
"Hmm." Elang melepas satu persatu anak kancingnya, berjalan gontai memasuki rumah hingga ke dalam kamar.
Flory mendudukkan Maurin di sofa, Flory juga perlu membersihkan diri. Sengaja wanita itu memberikan ponsel untuk anaknya agar mau diam di tempatnya.
Flory masuk ke dalam bilik transparan di kamar mandinya. Sedang di sisinya Elang meraih pinggang wanita itu. "Maafkan aku."
Flory menatap Elang, lelaki ini yang membuat dirinya bangun dari mimpi. Lelaki ini yang mengangkat dirinya dari jurang nista, dulu.
Kemudian, sekarang lelaki ini pula yang menjatuhkannya hingga ke dasar. Lima kali sudah Elang terpergok bermain perempuan.
Kelimanya anak didiknya sendiri. Flory akui Elang begitu tampan, dosen genius sekelas Elang sudah pasti banyak peminatnya.
Mata biru Elang, bahasa Indonesia yang diucapkan dengan aksen Inggris pun membuat lelaki itu semakin menggemaskan.
Wanita mana yang menolak pesona seorang Elang Gazza? Bodoh saja jika ada wanita yang tidak mau dengan pria bertubuh atletis ini.
Bule blasteran Inggris itu begitu sempurna jika dilihat dari kacamata wanita pengagum produk luar. Dan ya, rata-rata anak didik Elang pasti menyukai tatapan maskulinnya.
Sementara di rumahnya, hubungan Elang dengan Flory hanya berangsur datar. Tidak bertengkar tapi dalam urusan ranjang, Elang selalu saja kurang berpuas diri.
"Mari kita perbaiki hubungan kita yang sudah semakin hambar ini." Elang berusaha merayu lagi istrinya, merajut kembali cinta yang harus nya tidak ada pengkhianatan.
Flory pejamkan matanya, miliknya kini tengah dinikmati bibir lelaki itu. Elang suka sekali berinovasi, tapi istrinya ini sering kali datar saat dimanjakan.
Tak ingin lagi Elang berpaling, jika alasan Elang hanya karena ini. Flory akan perbaiki, wanita itu mendesah sejadinya.
Ya, memang itu yang diharapkan Elang, memang begitu yang Elang mau. Istrinya begitu frontal saat berhubungan dengannya.
Setitik waktu saja bagi mereka karena Maurin pasti sudah menunggu di luar. Namun, meski sebentar Elang menyukai cara bagaimana Flory menerima sentuhannya barusan.
Flory cukup menggairahkan, Elang sudah ingin lagi walau baru saja mengeluarkan bibit bibit pewaris di dalam milik istrinya.
"Aku mencintaimu, Flo."
Flory tersenyum tipis. Matanya menatap lekat pantulan wajah damai suaminya dari cermin wastafel.
Doktrin Elang pria sempurna cukup berhasil, karena meski sudah lima kali jajan di luar dan lima-limanya tertangkap basah, Flory masih percaya jika Elang sangat mencintai dirinya dan Maurin.
Elang memiliki alasan, mungkin semacam, jika seorang istri yang suaminya impoten pun akan melakukan hal yang sama seperti Elang.
Selingkuh dengan pria yang bisa menyenangkan dalam hal ranjang. Bukankah Elang dan dirinya pernah hidup di luar negeri.
Having se,x sudah biasa di sana. Banyak kasus di mana para suami bertukar istri hanya untuk mencapai surga saat bercinta.
Flory maklum jika mengingat bagaimana mereka hidup di luar sana. Walau hatinya mulai remuk dan mungkin tinggal menunggu waktu di mana akan menghilang kepingan kepingannya.
"Berat badan kamu naik lagi kah?" Elang meraba pinggang yang sedikit lebih berisi dari bulan sebelumnya.
Baru kemarin Flory timbang, dan Flory mendapatkan angka 60, sebenarnya tidak terlalu gemuk karena tinggi Flory yang lebih tinggi dari model-model Indonesia.
"Kenapa?" tanya Flory.
"Hanya bertanya." Elang yakin Flory akan tersinggung, tapi ini demi kebaikan Flory juga.
"Sepertinya iya. Aku stres dengan pekerjaan, kamu tahu sendiri kan, aku suka ngemil kalo lagi stres. Dan bulan ini kerjaan numpuk."
"Itu wajar sih. Tapi jaga kesehatan, jaga bentuk tubuh juga. Aku rindu Flory yang dulu, Flory yang menggemaskan."
Flory menerima satu kecupan manis di pipinya. Elang memang seromantis itu, manis, lembut, dan yah Elang kebapakan untuk Maurin putrinya. "Maurin pasti sudah tunggu kita."
"Kamu duluan. Aku menyusul."
Flory membiarkan Elang keluar dari kamar mandi, dia masih betah bercermin, pipinya agak lebih chubby, tapi orang kantor bilang dia justru makin cantik.
Ya, Flory tahu selera orang berbeda-beda, dan Elang selalu menyukai bentuk ramping dirinya yang sangat menggemaskan. Masa sebelum dia melahirkan Maurin.
"Ganti baju, Sayang. Kita akan ajak Maurin main kuda!" Elang berteriak dari luar, segera Flory tersadar dari lamunannya.
"Ok!"
Pada hamparan rumput sebuah hipodrom di bilangan Jakarta selatan. Flory tersenyum menatap putri dan suaminya berkuda.
Tangan mungil mulusnya melambai, meski barusan dia mengetahui percakapan mesra Elang dengan gadis lain, dia harus terlihat bahagia di hadapan putrinya yang cantik.
Banyak hal yang membuat Flory masih tak mau berpaling. Salah satunya, Maurin yang masih butuh figur Elang.
Tak dipungkiri jika Elang sosok ayah yang hangat, penyabar, dan ya... Elang Gazza sangat memprioritaskan Maurin.
Elang rela meninggalkan apa pun demi putri cantik itu. Bahkan, Maurin tak mau makan siang jika Elang belum meneleponnya.
"Kalo aku jadi kamu, udah aku labrak ini cewek! Aku udah arak itu suami biar nggak semena mena lagi!" Nama gadis yang bicara jutek itu Snowy, gadis bule blasteran itu anak perempuan dari adik sepupu ayah Flory.
Intinya, Snowy sudah seperti adiknya sendiri, Snowy yang selama ini menampung curhatan Flory. Dan barusan, Snowy menunjukkan chat mesra Elang dengan anak didiknya.
Flory sendiri yang sengaja menyuruh Snowy si genius membajak ponsel Elang. Dan hasil dari kegiatan itu cukup miris; bukan hanya lima tapi masih banyak lagi gadis yang sering mengirim pesan mesra.
Gadis-gadis itu seperti bahagia meski sudah tahu Elang memiliki anak dan istri. Generasi pelakor dunia cukup mengerikan rupanya.
"Kamu nggak minta cerai ajah?" Snowy kembali bersuara. Flory yang dia kenal ceria dan asyik, entah kenapa jadi suka bengong sekarang ini.
"Kalo kamu diem, Elang makin jadi Flo, hidup kamu masih panjang, jangan dihabiskan sama cowok versi Elang!"
"Gimana sama Maurin?" Flory bicara seakan tak ada ekspresi. Flory tak mau Elang curiga jika barusan ponsel lelaki itu di bobol Snowy.
"Aku cuman lagi mikirin nasib Maurin ajah Snow! Elang ayah yang baik. Maurin butuh Elang," tambah Flory.
"Maurin pasti ngerti suatu saat nanti!" Snowy menyelanya sinis.
"Gimana caranya ngerti?" Flory tak kalah sinis dari sepupunya. Nyatanya, yang disarankan Snowy tidak semudah itu.
"Maurin sama Elang sudah jadi satu kesatuan. Kamu liat sendiri kan, Maurin nggak pernah mau tidur kalo bukan Elang yang bacain dongeng! Aku bisa cari ganti Elang, mungkin. Tapi Maurin, belum tentu bisa, Snow!"
Snowy menghela napas. Banyak rasa yang Flory unjuk padanya barusan ini. Dan Snowy tahu itu semua tidak serta merta karena Maurin, tapi juga karena Flory masih butuh cinta dan belaian pria tampan itu.
Snowy akui, Elang definisi pria sempurna jika dilihat dari segi penampilan. Senyuman dosen itu, sebelum tahu Elang milik Flory, Snow bahkan hampir saja menyukainya.
"Yeay..." Flory beralih menatap putrinya, Elang dan Maurin rupanya sudah turun dari kuda coklat.
"Kita makan?" Elang meraih punggung Flory untuk melabuhkan kecup di bibir. Dan, wanita itu mengangguk sambil tersenyum, senyum yang dibuat manis dan berakhir getir.
"Kamu kenapa?" Elang curiga. Elang memang sepeka itu jika menyangkut dengan anak dan istrinya.
"Aku lapar, kalian terlalu lama bermain main, Elang." Flory berdusta, dan tentunya membuat Snowy sangat muak akan drama ini. Gadis itu memilih pergi setelah mencium pipi gembul Maurin.
"Kamu mau ke mana?" tanya Flory.
"Cabut lah!" Snowy pergi dengan wajah jutek.
Elang terkekeh sambil merangkul punggung istrinya. "Snowy ditolak cowok lagi Yank?"
"Iya kali makanya bad mood." Flory tertawa dengan dua bahu yang terangkat.
Elang menggendong Maurin, Flory berjalan di sisi pria tampan itu. Keduanya lantas berakhir di sebuah restoran Nusantara.
Meski pernah tinggal di California, selera Elang memang tidak jauh dari makanan Indonesia. Maurin duduk di kursi khusus balita, di sisi Elang dan Flory yang sigap mengawasinya.
Sejuntai rambut yang menutupi kecantikan Flory, Elang taut ke telinga. "Kita diundang di acara pertunangan Zayn."
Flory mendelik tanpa sadar. "S-siapa? Mmmh, ma-maksud ku Zayn siapa Lang?" tanyanya memastikan.
Masalahnya, Zayn yang kenal dengan Elang, hanya Zayn sepupu dari pria masa lalu Flory. Jujur, Flory malas jika harus berpapasan tidak sengaja atau apa pun itu.
"Dosen. Siapa lagi? Zayn temen ku. Ya Zayn cuma dia," kata Elang.
"Kamu pergi sendiri saja." Flory menolak.
"Aku tidak akan hadir tanpamu. Dan Zayn pasti kecewa setelah itu." Elang tak mau berdebat.
"Tapi Lang..." Elang mengerut keningnya. Wajah Flory tiba-tiba berubah, dia cukup penasaran.
"Kenapa? Kamu masih marah yang kemarin hmm? Denger, Flo, aku nggak akan selingkuh selama kamu nurut. Coba lebih menurut dimulai dari hal hal kecil seperti ini."
"Permisi, pesanan Bapak."
Flory menatap ke arah kurir yang sepertinya sengaja Elang suruh datang ke sini. Dilihat dari kotak dan paper bag-nya, barang mahal.
"Terima kasih." Kurir pergi setelah Elang meraih pesanannya. Lantas meletakkan di depan tubuh istrinya. "For you, Baby..."
"Ini apa?" Elang pemaksa, tapi sweet.
"Itu gaun yang harus kamu pakai nanti malam. Aku mau kamu lebih cantik dari siapa pun malam ini."
Elang yakin, dilihat dari cara Flory menghela napas saja sudah tampak sangat keberatan. Flory memang tak pernah mau jika disuruh mengenakan pakaian yang sesuai seleranya.
"Menurut ya..." Ultimatum itu mungkin akan membuat Flory mengalah. Dan berhasil karena wanita itu menyerah. "Baiklah..."
Sebetulnya bukan karena gaun yang tidak sesuai selera. Flory hanya sedang berpikir bagaimana cara dia menghindari pertemuan dengan pria di masa lalu, yang mungkin bisa saja hadir di pesta Zayn.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!