Langkah kaki memasuki garasi kendaraan dengan cara mengendap endap sembari memperhatikan keadaan sekitar yang terlihat aman. Kesempatan di gunakan dengan Mengotak atik kabel menggunakan pelindung tangan agar tidak meninggalkan jejak.
“Maaf Tuan. Aku butuh uang yang banyak untuk perawatan Ibuku”ucapnya setelah melakukan tugas tepat saat tuannya menghampiri.
“Bang Didi hari ini di rumah saja. Aku mau mengantar nyonya belanja”ucapnya pada laki laki yang membuka pintu.
“Siap Tuan”ucapnya sembari menunduk hormat.
“Bang Didi sudah berulang kali aku mengatakan. Aku sudah menganggap mu sebagai Abang. Jadi tidak perlu memanggil tuan dan melakukan seperti itu. Anggap aku adikmu”ucapnya penuh ketulusan membuat istrinya tersenyum.
“Maaf tuan”ucapnya kembali menunduk.
“Terserah Bang Didi saja. Aku titip orang rumah” ucapnya membuat Didi kembali menunduk hormat pada sepasang suami istri yang merupakan majikannya.
“Tuan orang baik semoga tuhan melindungi mu” batinnya sembari memandang mobil yang yang berlalu pergi.
“Terima Kasih Sayang”ucapnya sembari tersenyum ke arah suaminya yang sedang menyetir.
“Harusnya aku yang berterima kasih karena telah mengandung, melahirkan serta merawat Alex dengan baik”jawabnya sembari mengusap lembut rambut istrinya
“Itu menjadi kewajibanku sayang”ucapnya dengan senyuman indah.
“Terima kasih telah menjadi istri, Mom serta menantu yang sangat baik. Maaf jika Mami dan Papi sering merepotkan mu”
“Mami dan Papi memperlakukanku sama seperti Olivia, anak perempuannya.”ucapnya sembari bersandar di pundak suaminya.
“Aku yang berterima kasih karena telah menjadikan aku bagian dari Permana. Selama ini aku hidup hidup berdua dengan Bianca tetapi sayang memberiku keluarga yang sempurna dan sangat menyayangiku”lanjutnya berucap.
“Aku yang minta maaf karena terlalu sibuk di perusahaan sampai jarang meluangkan waktu untuk Sayang” ucapnya mengecup punggung tangan istrinya.
Kebahagian suami istri tidak luntur meski telah memiliki anak. Perjalan begitu dinikmati hingga mobil melaju kencang melewatinya membuatnya menaikkan kecepatan.
“Sayang. Jangan laju laju. Aku takut”ucapnya membuat sang suami menurunkan kecepatan tetapi tidak bisa.
“Sayang ada apa”ucapnya tambah khawatir.
“Sayang. Ram mobil tidak berfungsi” jawabnya berusaha mengendalikan mobil tetapi tetap saja melaju kencang dibarengi bunyi klakson.
Mobil menabrak kendaraan dihadapannya sampai tergelincir bersamaan dengan mobilnya.
“Sayang...”ucapnya sendu dengan darah yang mulai mulai menetes.
“Sayang. Alexa”ucapnya menggenggam tangan istrinya yang berlumuran darah.
Kebahagian seketika berubah menjadi lumuran darah tetapi tetap saja melempar senyuman kepada wanita yang di cintainya sebelum menutup mata. Tidak ada lagi cahaya kebahagian sebab berganti dengan kobaran api yang menghanguskan dua kendaraan roda empat sekaligus.
Bunyi mobil petugas, kepolisian, kesehatan, serta Pemadam Kebakaran. membelah membubarkan sekumpulan orang yang mengerumuni tempat kejadian.
Api dipadamkan kemudian memeriksa keadaan korban dan ada pula yang menjaga keamanan agar tidak melewati garis polisi.
Korban di larikan ke rumah sakit dengan bantuan pernapasan dan ada pula dengan yang dimasukkan kedalam kantong mayat.
Rumah sakit di sibukkan dengan pasien darurat sementara di kediaman Permana di sibukkan dengan membujuk anak kecil untuk berhenti menangis.
“Alex Sayang. Mom dan Dad mu akan kembali membawakan mu mainan”ucapnya membuat tangisan makin keras.
“Opa. Tidak biasanya Alex menangis seperti ini. Alex biasanya bermain dengan gembira meski Mom dan Dad nya pergi”ucapnya tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Suara tangisan Alex tidak mampu mengalihkan pandangan orang tua dari Dad nya mengamati berita di layar TV tentang kecelakaan yang menewaskan semua korban.
Empat nama korban tertera dilayar, tiga perempuan dan satu laki laki yang sangat Dikenalinya.
“Tidak”teriaknya histeris.
“Opa. Anak anak kita tidak mungkin meninggal. Kita harus ke rumah sakit”.ucapnya sembari mengendong cucunya.
“Alex sayang. Diam iya. Kita akan mencari Mom dan Dad mu”ucapnya membuat Alex terdiam sampai tertidur dalam pangkuan Omanya.
Alex yang tertidur berali ke gendongan Opanya sehingga tidak mampu melihat kejadian dimana petugas mengantar Oma dan Opa ke ruang Mayat. Tangisnya pecah saat melihat wajah pucat Anaknya terlebih lebih saat melihat mayat yang tidak jelas bentuknya akibat terbakar
“Kami menemukan KTP di tas yang berada di sampingnya sehingga kami menetapkan bahwa beliau adalah Putri Alexa istri dari Erik Permana”ucap petugas membuat Oma histeris sampai tidur Cucunya terusik.
“Oma. Kenapa menangis. Mom dan Dad di mana?”ucapnya membuat Oma menahan tangisan dan berali membenamkan tubuh cucunya dalam pelukannya
“Sayang. Kita pulang iya nanti Mom dan Dad mu menyusul”ucapnya membuat Alex mengangguk.
“Oma. Alex sudah besar jadi bisa jalan sendiri”ucapnya membuat Oma menurunkan Cucunya.
Berjalan menyusuri Koridor rumah sakit membuat Oma menyembunyikan tangisannya dengan beberapa kali menghapus air mata yang berhasil tumpah.
“Apa yang harus ku katakan pada Alex. Kasihan cucuku jadi yatim piatu diusia dini”batinnya sembari melihat cucunya yang sekali kali berlari dan menyapa para suster dan pasien.
Mayat kedua orang tua Alex memasuki kediaman Permana membuat Alex memandangnya dengan tatapan bingung.
“Alex sayang masuk ke kamar iya. Sudah waktunya tidur siang”ucap Oma mengalihkan perhatian Alex.
“Mom dan Dad masih belanja iya Oma?”ucapnya membuat Oma terdiam.
“Alex Masuk ke kamar, Alex sudah besar jadi bisa tidur tanpa dinyanyikan nina bobo”ucapnya dengan nada tegas membuat Alexa berlalu sembari menunduk dengan wajah sedih.
“Opa tidak sayang Alex lagi”ucapnya sembari berbaring dan menutup mata.
“Oma. Opa juga sedih tetapi kita harus merelakannya. Kita harus mengurus pemakamannya”ucapnya membuat tangisan Oma Pecah.
“Apa yang harus kita katakan jika Cucu kita bertanya tentang orang tuanya. Usianya masih lima tahun masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya”ucapnya membuat Opa menenangkan istrinya dengan memeluknya.
“Kita akan mencoba menjelaskan secara perlahan. Percayalah kita bisa merawatnya sebagaimana kita merawat Dad nya”ucapnya membuat tangisan Oma mereda.
“Kita harus mengabari Olivia dan Bianca”ucap Oma sembari melakukan panggilan.
“Mami, tumben menghubungi Bianca”ucapnya setelah menerima panggilan.
“Bianca di mana?”ucapnya.
“Masih di kantor. Ada apa Mami?”ucapnya dengan pertanyaan.
“Mami bisa minta tolong. Bianca ke rumah Mami sekarang”ucapnya membuat Bianca heran.
“Bianca Masih kerja Mami”ucapnya membuat Tangisan Oma kembali terdengar.
“Bianca. Abangmu dan Kakakmu meninggalkan kita untuk selamanya”ucapnya dibarengi isak tangisan
“Mami pasti bercanda . Abang dan Kak Alexa barusan menghubungiku untuk bertemu di Mall”ucapnya.
“Mereka kecelakaan Bianca dan mayatnya sekarang ada di rumah Mami”ucapnya membuat Bianca tidak berpikir dua kali untuk pulang meski masih di jam kerja.
Bianca berusaha menembus kemacetan sementara Oma berusaha menghubungi anak perempuannya yang sampai saat ini masih belum bisa di hubungi.
“Opa. Nomor Olivia tidak bisa dihubungi”ucapnya.
“Ponselnya mungkin di cast Oma. Nanti kita hubungi kembali”ucapnya membuat Oma mendekati kedua mayat.
“Kenapa tuhan mengambil kalian. Kenapa bukan Mami saja. Alex masih membutuhkan kalian”ucapnya sembari menangis membuat Opa terdiam dengan hati yang tidak kalah sakit akibat kehilangan.
“Momi harus bagaimana menenangkan Alex ketika nanti mencari kalian lagi”ucapnya dengan tangisan pilu sampat tidak sadar diri meski dibangunkan oleh suaminya
“Oma. Oma. Bangun”ucapnya histeris sempai membuat para pekerjanya berlari menghampiri majikannya.
Pesawat mendarat dengan sempurna membuat wanita yang sedari tadi di cari muncul tiba tiba tanpa memberitahu keluarganya untuk memberi kejutan.
“Mami dan Papi pasti bahagia melihatku”batinnya senyum senyum sendiri.
“Abang dan Kak Alexa pasti terkejut melihatku pulang tanpa sepengetahuannya”lanjutnya membatin sembari menyeret kopernya.
“Alex. Aku tidak sabar melihatnya langsung. Pasti dia lebih tampan daripada tiga tahun yang lalu”ucapnya tanpa membatin membuat laki laki berjas hitam yang berjalan sejajar dengannya mendengar ucapannya.
“Bucin (Budak Cinta)”batinnya sembari terus memandang wanita yang mengambil langkah seribu.
“Tuan Egi. Langsung ke Rumah Sakit atau ke Rumah”tanyanya mengembalikan Fokus.
“Pak. Ke Makam Ayah dulu lalu kembali ke rumah”ucapnya.
Kesadaran Oma kembali datang di kelilingi orang orang yang mempersiapkan pemakaman bahkan Bianca sudah berada diantara gerombolan berpakaian putih putih.
“Mami. Mengapa mereka pergi begitu cepat padahal Abang dan kakak berjanji akan membelikan ku tas impianku”ucapnya dengan tangisan membuatnya mendapat pelukan.
“Setelah orang tua kami tiada. Hanya Kak Alexa yang aku punya tetapi sekarang kakak juga meninggalkanku. Bianca tidak punya siapa siapa lagi”ucapnya pilu.
“Jangan mengatakan itu lagi. Kami adalah keluargamu Bianca”ucapnya membuat tangisan mereda.
“Terima Kasih Mami”jawabnya mengusap air mata berali menjadi senyum simpul.
“Mami. Kita menunggu Olivia untuk mengantar Abang dan Kakak ke tempat peristirahatan terakhirnya?”tanyanya setelah pelukan terlepas.
“Tidak perlu. Nomornya tidak bisa di hubungi kalaupun kita memberitahukannya, untuk kembali ke Indonesia harus mengurus tiket dan menempuh perjalan beberapa jam. Kasihan Abangmu dan Kakakmu harus di siksa lagi”jawabnya membuat seulas senyum simpul terbit di bibir Bianca.
Pemakaman dihiasi tangisan. Nisan yang ditempatkan berdampingan membuat keluarganya tetap tinggal setelah pengantar mayat kembali setelah turut berduka cita dan mengantar mayat ke peristirahatan terakhirnya.
Di sisi lain Olivia yang baru tiba di kediaman Permana terheran heran melihat rumah yang biasanya ramai kini tidak berpenghuni.
“Nona Olivia”ucapnya mengejutkan Olivia.
“Kak Didi. Mami dan yang lain pada kemana. Rumah seperti kuburan. Sunyi”ucapnya membuat Didi menyalahkan TV di mana berita kecelakaan mengejutkan Olivia sampai tubuhnya ikut mati bersamaan dengan para korban.
“Tuan dan Nyonya di makamkan di Pemakaman Kemboja”ucapnya membuat Olivia mengendarai mobil dari garasi dengan kecepatan tinggi.
“Maafkan Kakak. Nona”batinnya.
“Nak. Mami dan Papi sebisa memungkin merawat Alex sebagaimana merawat mu. Dan untukmu menantuku tenanglah di sana bersama anakku, anakmu akan menjadi tanggung jawab kami” ucapnya sembari mengusap nisan tertulis nama anak serta menantunya.
“Oma. Kita harus kembali sebelum Alex bangun. Nanti menangis lagi mencari kita”ucapnya membuat Oma mengusap air matanya kemudian mencium nisan secara berganti sebelum berlalu.
“Bianca. Cuaca mendung. Ayo kita kembali sebelum hujan turun”ucapnya tetapi Bianca tetap bersimpul di antara kedua nisan.
“Mami dan Papi pulung dulu nanti Bianca menyusul. Bianca masih ingin menemani Abang dan kakak”ucapnya dengan wajah lesunya akibat tangisan membuat Oma mengatur nafas.
“Baiklah. Mami dan Papi pulang dulu”ucapnya membuat Bianca mengangguk sembari melihat kepergian dua orang yang saling bergandeng tangan.
Nisan bertebaran dimana mana tetapi hanya di isi dua orang yang masih bernyawa. Bianca dan laki laki yang mengunjungi makam Ayahnya yang berada tidak jauh dari tempat Bianca.
“Kakak, Bianca janji akan jaga diri dan menetapi janji kita”ucapnya sembari mengusap Nisan.
“Abang adalah laki laki baik sehingga aku perna berniat memilikimu sebelum Abang memili kakakku, tetapi sayang sekali Abang pergi begitu cepat apalagi dengan cara tragis”ucapnya membuat makan tersirami air mata.
“Terima kasih, Abang mengangkat derajat kami, menyayangiku dan memenuhi kebutuhanku dan kakak meski aku dan kakak masih sering merasa iri dengan teman teman yang bisa membeli semaunya sedangkan Bianca dan kakak harus berhemat karena uang Abang tidak sebanyak yang mereka miliki”lanjutnya sembari tertawa terbahak bahak dengan air mata yang masih menetes.
“Gadis Aneh”ucap laki laki yang ternyata menyaksikan dan mendengar curahan hati Bianca.
“Abang paling tidak suka melihat wanita menangis, jadi Bianca harus tetap bahagia meski tidak ada lagi Abang di sisiku”ucapnya tertawa kemudian terisak.
“Abangmu akan marah jika melihatmu menangis seperti ini”ucapnya setelah berada di depan wanita yang kini mengangkat kepala melihat ke arahnya.
“Tampan”batinnya mengangumi ciptaan tuhan di hadapannya.
“Tidak baik menangis terlalu lama nanti kepalamu sakit”ucapnya sembari memberikan sapu tangannya pada Bianca yang menerimanya tanpa mengalihkan tatapan.
“Pulanglah sebentar lagi hujan”ucapnya melihat cuaca yang sudah dipenuhi awan hitam.
Egi berlalu membuat Bianca tersadar dari terpesonanya membuatnya mengejar dan mencari pemilik sapu tangan yang sudah ada dalam genggamannya
“Tuan Egi langsung pulang ke rumah atau masih ingin ke suatu tempat”ucap sang sopir setelah tuannya memasuki mobil yang terparkir.
“Aku masih ingin di sini sebentar saja”jawabnya membuat sopir terdiam dengan mode siap siaga.
“Aku harus memastikan gadis itu kembali”batinnya sembari melihat wanita yang berlari sembari memandang ke sana ke mari.
“Bodoh kamu Bianca membiarkannya pergi tanpa berkenalan. Kamu juga sampai lupa berterima kasih”ucapnya kembali melakukan pencarian hingga kegiatannya terganggu oleh kedatangan wanita yang menghampirinya.
“Bianca”teriaknya menghampiri wanita yang berdiri di samping mobil.
“Olivia”ucapnya.
“Kenapa kamu baru datang. Lihat Abang dan kakak sudah tiada” ucapnya membuat sopir memandang tuannya yang meletakkan telunjuk pada bibirnya pertanda perintah diam,jangan berisik.
“Olivia baru mengetahuinya. Abang dan Kakak di tempatkan di mana?”ucapnya dengan tangisan.
“Cari saja sendiri ini hukuman karena jadi adik tidak tahu diri”ucapnya meninggalkan Olivia dan memili pulang.
Olivia menangis sejadi jadinya membuat Egi memegang dadanya yang terasa sakit. Olivia berlari memasuki area pemakaman sembari mencari cari hingga dua nisan yang masih basah membuatnya memperlambat langkah dan langsung bersimpul di antaranya.
“Abang, Kak Alexa mengapa pergi. Bukankah kalian berjanji ingin memberiku hadiah kelulusan. Olivia sudah sarjana”ucapnya.
“Jika Olivia tahu akan jadi seperti ini. Olivia tidak akan memili kuliah di Singapura. Olivia akan tetap di Indonesia bersama kalian”lanjutnya bersandar di nisan yang masih tanah basah.
“Abang. Olivia minta maaf terlambat pulang”tangisnya seakan membuat semesta ikut bersedih.
Rintik rintik hujan membasahi bumi tetapi Olivia enggan untuk beranjak dari pemakaman membuat laki kaki yang sedari tadi setia duduk di dalam mobilnya memili keluar dengan payung di tangannya membuat sopir hanya memandang kepergian tuannya yang kembali memasuki area pemakaman.
Payung hitam menemani langkah Egi menuju wanita yang masih menangis tanpa mempedulikan baju putihnya yang telah berganti warna coklat, hujan yang semakin deras terlebih lebih tidak menyadari kehadiran laki laki tampan di belakangnya. Dunianya pergi bersama dua orang tersayangnya.
“Abang, Kakak. Tidak ada gunanya Olivia…”ucapnya sebelum kehilangan kesadaran.
“Olivia”panggilnya tanpa mendapat respon.
Wajah pucat,mata bengkak serta tubuh basah kini dalam gendongan Egi yang ikut basa sebab payung hitamnya kini tergeletak di tanah.
“Tuan..”ucapnya setelah berhasil memayungkan tuannya dan wanita dalam gendongannya
“Aku harus membawanya ke rumah sakit” ucapnya tanpa berhenti melangkah.
“Bapak langsung ke rumah saja. Aku menggunakan mobilnya”ucapnya setelah membuka dan memasukkan Olivia ke dalam mobilnya dan menutupi tubuhnya menggunakan Jaz hitamnya.
“Ceroboh”ucapnya saat menjalankan mobil dengan kunci yang tergantung di tempatnya.
“Apa kamu tidak tahu pentingnya menjaga kesehatan. Untung saja aku tidak langsung pulang”ucapnya mengomel ngomel.
“Kalau sampai orang jahat yang menemukanmu seperti ini, hancurlah hidupmu”lanjutnya masih sementara mengemudi.
Saat sampai ketempat tujuan Egi dengan sigap menggendongnya sembari berlari membuat petugas kesehatan dengan sigap membawah bangsal
“Segera lakukan tindakan dan jangan lupa pakaiannya di ganti”ucapnya setelah memberikan Olivia, membuat petugas langsung menjalankan tugas.
Ruang VVIP menjadi tempat Olivia di rawat pertanda laki laki yang membawanya bukan sembarang orang. Pasien telah di tangani bahkan telah menggunakan pakaian pasien.
“Sus. Tahu wanita ini siapa?. Tidak biasanya Dokter Egi bersama wanita apalagi sampai kontak pisik”ucapnya setelah menyelesaikan tugas.
“Uss. Kalau sampai Dokter Egi mendengar ucapanmu. Matilah Kita. Yang jelas wanita ini wanita spesial”jawabnya membuat Suster menanggung dan meninggalkan Pasien yang sudah kembali normal meski belum sadar diri.
Tepat saat pintu tertutup Olivia membuka mata perlahan yang nampak ruangan megah dengan atribut kesehatan membuatnya beranjak dari tempat tidur.
“Aku harus pulang”ucapnya.
Olivia mencabut gelang pasien dan berali mengganti pakaian menggunakan pakaiannya yang sudah bersih dan terlipat rapi.Tangan menari di atas kertas kemudian meletakkannya di bawah gelas berisi air.
Egi yang menjadi buah bibir dengan santainya mengganti pakaian dan berjalan menuju tempat wanita yang dibawah tetapi di tengah koridor tubuhnya di senggol oleh orang berjs hitam serta memakai masker.
“Maaf”ucapnya sembari menunduk kemudian berlalu begitu saja.
Egi kembali melangkahkan kaki hingga sampai di ruangan yang tidak berpenghuni.
“Mungkin. Olivia ke toilet”ucapnya sebelum melihat isi kertas di tangannya.
“Terima Kasih telah menolongku dan merawat ku tetapi aku harus pulang”ucapnya membaca isi surat.
Ingatan kembali terputar saat seseorang menyenggol tubuhnya membuatnya berhenti cemas dan berali tersenyum.
“Ternyata Olivia, pantas saja aku mengenali Jasnya. Wanita itu ternyata cerdas juga bisa kabur dari rumah sakit ini”ucapnya senyum senyum membuat dua orang yang baru membuka pintu terkejut.
“Dokter Egi”ucapnya membuat senyuman lenyap berganti wajah datar.
“Dok. Wanita itu..”ucap salah satu Suster saat menyadari Pasiennya tidak ada di tempat.
“Dia sudah kembali ke Rumahnya. Kalian bisa kembali bekerja”ucapnya membuat Suster yang baru tiba bergegas pergi lagi tetapi terhalang oleh ucapan Egi.
“Sus Ana dan Sus Rini”ucapnya membuat pemilik nama berbalik arah melihat wajah yang nampak serius.
“Mulai sekarang jangan menggunakan ruangan ini tanpa seizinku”lanjutnya membuat kedua suster terdiam dilanda heran.
“Kalian mengerti”ucapnya dengan suara tegas yang langsung mendapat persetujuan.
“Mengerti Dok”ucapnya.
“Kalian silahkan kembali bekerja”ucapnya.
“Sus. Dokter Egi tampan tampan tetapi menakutkan. Kasihan banget wanita itu”ucapnya setelah menutup pintu ruangan.
“Sus Rini. Pelan kan suaramu. Ini rahasia kita”jawabnya membuat Sus Rini menutup mulut.
Kendaraan kembali ketempat semula membuat wajahnya kembali sendu melihat halaman di mana waktu kecilnya bersama Abangnya di habiskan di sana. Ternyata bukan hanya Olivia yang berduka melainkan seluruh keluarganya.
“Mami. Maafkan Olivia datang terlambat”ucapnya memeluk.
“Olivia kemana saja?. Mami menghubungimu sedari tadi”ucapnya.
“Maaf Mami. Olivia sengaja menonaktifkan ponsel untuk memberi kejutan tetapi..”ucapnya kembali terisak.
“Olivia. Ikhlaskan Abang dan Kakakmu. Ini sudah takdir mereka”ucapnya mencoba tegar membuat tangisan mereda.
“Mom”teriaknya sembari berlari memeluk Olivia yang tubuhnya tiba tiba terasa membeku.
“Mom. Dari mana saja. Kenapa baru kembali” lanjutnya berucap membuat semua dilanda kebingungan serta duka.
“Alex. Olivia is your my Aunty”ucapnya membuat Alex menggeleng.
“No. My Mom”jawabnya mempererat pelukan pada kaki jenjang Olivia.
“No Alex. Olivia adalah Aunty nya Alex bukan Mom. Mom nya Alex..”ucapnya terpotong oleh ucapan Maminya.
“Olivia. Alex masih kecil, belum tahu apa apa” ucapnya dengan nada tegas
“Mami. Kita harus memberitahu kenyataannya” ucapnya.
“Olivia”teriaknya penuh emosi membuat Alex berali memeluk Omanya.
“Oma. Mom tidak salah. Alex janji tidak menangis lagi”ucapnya membuat emosi mereda.
“Mom. Alex sudah besar jadi tidak boleh cengeng” ucapnya tersenyum kepada Olivia.
“Alex main sama Kak Didi dulu”ucapnya penuh kelembutan.
“Alex mau main sama Mom”jawabnya membuat Olivia terpaksa tersenyum.
“Alex main sama Kak Didi dulu. Nanti aku temani Alex main,sepuasnya”ucapnya membuat Alex girang dan langsung melaksanakan perintah.
“Mami. Aku Aunty nya Alex sampai kapanpun akan seperti itu”ucapnya.
“Alex lambat laun juga akan mengerti kalau Mom nya telah tiada. Kita hanya butuh waktu yang tepat untuk menjelaskannya. Tunggu sampai Alex dewasa”jawabnya membuat yang lain hanya menyimak.
“Mami. Tidak bisa .Olivia harus segera kembali ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan. Olivia dapat beasiswa Mami”ucapnya membuat orang tuanya terdiam tetapi tidak dengan Bianca.
“Dimana hati nuranimu. Kamu tega meninggalkan Alex demi mengejar pendidikanmu” ucapnya membuat keadaan makin panas.
“Tutup mulut Bianca. Aku tidak bermaksud demikian aku hanya ingin mengambil kesempatan yang belum tentu datang dua kali”jawabnya.
“Kamu terlalu egois Olivia. Mementingkan diri sendiri dan mengabaikan perasaan Mami dan Papi apalagi Alex”ucapnya.
“Kenapa kamu terus menyalahkan ku?. Kenapa bukan kamu saja yang menjadi Mom nya Alex. Kamu juga Aunty nya sama sepertiku”ucapnya tidak mau mengala.
“Aku tidak bisa. Aku harus kerja”
“Aku juga tidak bisa. Aku harus kuliah lagi sekaligus cari pekerjaan”
“Kenapa harus susah cari kerja apa kamu luka Permana punya perusahaan yang selama ini Abang yang pimpin. Kenapa tidak menggantikan posisi Abangmu karena tinggal kamu anak Papi”ucapnya makin saling memanasi.
“Aku tidak masalah jika Bianca yang memimpin sebab Mami dan Papi sudah menganggap mu sebagai anaknya. Kamu bisa memimpin perusahaan sekaligus merawat Alex. Setidaknya kamu lebih berpengalaman dari pada aku”
“Aku tidak bisa. Apalagi Alex sendiri yang memanggilmu Mom, bukan Aku”ucapnya membuat orang pusing.
“Kalian selalu saja bertengkar. Alex dan perusahaan akan menjadi tanggung jawab Papi dan Mami. Kalian silahkan melakukan apa yang kalian mau”ucapnya membuat perdebatan berakhir.
“Oma. Kita pasti bisa merawat perusahan serta cucu kita”ucapnya membuat tangisan Oma pecah lagi membuat Alex berlari menghampirinya.
“Oma jangan nangis. Nanti Dad ikut menangis di surga”ucapnya membuat tangisan redah.
“Kata Dad dan Mom. Alex harus menjaga Oma,Opa, Aunty dan Mom”lanjutnya membuat semua terdiam antara haru dan juga bingung.
“Alex. Dad di surga, siapa yang memberi tahumu?” tanyanya.
“Kak Didi”jawabnya.
“Tadi malam Dad dan Mom tidur bersama Alex dan bilang dia Mom Alex”,ucapnya sembari menunjuk kearah Olivia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!