NovelToon NovelToon

Bangkitnya Pendekar Langit

1. Lin Han

Halo semuanya, terimakasih sebelumnya kepada kalian yang sudah mampir di cerita ini. Dan sebelum itu Saya mau mengingatkan untuk semuanya, agar tidak lupa menekan tombol Vote dan Like nya.

Tentunya itu merupakan dukungan terbaik untuk Saya. Terlebih dengan begitu, membuat Saya semakin semangat untuk update cerita!

Terimakasih!

Salam Hangat, Bubble!

----------------------------------------------

- Hutan Jiwa

Hutan ini terkenal dengan tempatnya yang sangat berbahaya. Ada alasan lain mengapa dinamakan Hutan Jiwa, tentunya karena di sinilah banyak orang yang kehilangan nyawanya oleh monster buas.

Beberapa tak ada yang berani untuk menginjakkan kakinya di sini. Terlebih mereka juga sangat sayang nyawa untuk melakukan tindakan bunuh diri seperti itu.

Namun ada satu hal yang orang-orang tidak ketahui. Yaitu keberadaan seorang pria tua, dan seorang bocah yang tinggal di dalam hutan tersebut.

Keduanya adalah guru dan murid, dimana saat sang murid masih kecil. Pria tua memungutnya, tepat di tengah Hutan Jiwa, yang di duga sebagai persembahan.

"Angkat tangan mu lebih tinggi, Lin Han!" Ucap pria tua sambil memukul-mukul tangan Lin Han yang terus bergerak

"Baik, Guru!!" Jawab Lin Han di sertai dengan keringat deras di tubuhnya

"Hah ... Kau ini, memang tak berbakat sepertinya..." Keluh Pria tua menggelengkan kepalanya

Lin Han terkejut, ia segera bersujud dengan ekspresi menyedihkan. Bahkan tanpa sadar ingusnya pun sampai keluar.

"Guru!! Kumohon jangan buang aku!!" Keluhannya memegang kaki pria tua

"Yah ... Bagaimana, bukankah sebelumnya aku meminta mu untuk memburu 10 ekor kucing hutan?" Tanya pria tua menatap tumpukan mayat singa hutan yang berjumlah enam ekor

"Anu ... Itu, sebenarnya aku tadi tidak fokus. Karena saat berburu aku tak sengaja melihat spesies lain." Jawab Lin Han menggaruk kepalanya

"Hooh, spesies lain?" Tanya pria tua mengusap janggut putihnya

"Ya! Dia mirip seperti kita! Hanya saja ekornya tidak ada!" Lin Han mengangkat tangannya

Pria tua terdiam sejenak. Matanya membulat mendengar apa yang Lin Han katakan, dan sudah jelas Pria tua mengerti dengan apa yang Lin Han maksud.

"K-katakan, apa yang sedang dia lakukan!" Tanya pria tua tersenyum menepuk pundak Lin Han

"Ah itu! Dia sedang mandi, tepat pada saat aku sedang berburu. Terlebih..." Lin Han terdiam sejenak

"Terlebih?"

"Sepertinya tubuhnya mengalami bengkak, di dadanya aku melihat ada benjolan besar, Guru."

"Uhaaakk!!"

*Bruk!!

Pria tua terjatuh, hidungnya mengeluarkan darah mendengar cerita dramatis yang Lin Han alami.

"Li Li Li Lin Han! Apa dia masih di sana!" Tanya Pria Tua nampak tertarik

"Sudah pergi, aku melihatnya pergi!" Lin Han menggelengkan kepalanya

Raut kecewa terpampang jelas dari wajah pria tua. Ia duduk seperti seorang janin di dalam perut dengan air mata yang terus mengalir keluar.

"Yah ... Ini kesempatan yang merugikan untuk ku..."

"Anu ... Jangan sedih, Guru! Setiap pagi aku selalu melihatnya! Meski aku sendiri tak berani mendekatinya?"

Mendengar hal itu pria tua kembali bersemangat, ia tersenyum lebar yang membuat rasa sedihnya sebelumnya langsung hilang dalam sekejap.

"Wooohooo!!" Pria tua langsung melompat dan berdiri tegap dengan bahagia

'Bocah sialan! Kau menikmati pemandangan itu sendiri saja?'

"Guru, wajah mu terlihat aneh?" Tanya Lin Han menatap heran

"Huh, untungnya aku mempunyai murid bodoh di sini. Meski usia mu sudah 15 tahun, aku khawatir kau masih terlalu cupu untuk mengerti kenikmatan surgawi." Keluh pria tua menghela nafas

Lin Han yang bingung hanya bisa diam, sembari memiringkan kepalanya karena tak mengerti dengan apa yang Pria tua katakan sekarang.

Sementara itu pria tua, entah mengapa ia nampak tersenyum-senyum seolah sedang memikirkan sesuatu dalam benaknya.

"Hehe ... Hehe ... Hehe...."

"Guru?"

"Ehem! Baiklah Lin Han! Karena kau sudah mengatakan informasi bagus, maka hari ini kau bebas dari hukuman!" Ucapnya berdehem

"Wow! Benarkah?"

"Y-ya! Sebagai hadiahnya, biar aku saja yang berburu besok pagi!" Ucapnya memamerkan otot

Mendengar berita bahagia itu, tentu saja Lin Han nampak senang, sampai melompat-lompat dengan penuh kebahagiaan.

"Hihi! Dasar bocah bodoh, untung saja kau ini tolol!" Bisik pria tua tersenyum aneh

***

Hari telah berganti kembali, pagi itu pria tua nampak bersemangat dengan sebuah tongkat di tangannya, bahkan ia sampai melarang Lin Han untuk ikut.

"Eh? Apa kau yakin guru?" Tanya Lin Han penasaran

"Tentu! Sudahlah, lebih baik kau istirahat saja di sini. Nih, makanlah makanan yang kau mau!" Ucap pria tua membuka stok makanan keduanya

"Woahh!" Kagum Lin Han dengan liur yang mengalir dari mulutnya

"Hehe ... Baiklah nikmati acara mu. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama, hehe..." Ucap pria tua berjalan keluar dengan bahagia

***

- Hutan Jiwa Timur

"Apa kau yakin tidak ingin mandi duluan, Nona Yin?" Tanya seorang wanita kekar dan tinggi

"Kau duluan saja. Kebetulan aku sedang merasa malas," jawab Ming Yin sembari menggosok matanya

"Baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu. Jika ada sesuatu tolong panggil saja!" Balas Lue

"Ya, tentu!" Senyum Ming Yin

Lue segera pergi meninggalkan Ming Yin, sementara itu Yin nampak duduk lesu karena masih merasakan kantuk yang amat sangat.

Apalagi ini sudah seminggu sejak kedatangannya menuju hutan ini, terlebih ia belum bisa kembali jika belum menyelesaikan tugas, yaitu mendapatkan 3 jantung singa hutan.

"Hah ... Aku hanya dapat satu. Terlebih mendapatkannya juga sangat sulit," keluh Ming Yin menatap langit

***

Tepat di sebuah semak-semak dekat kolam kecil, pria tua sudah bersiap di sana. Raut senyumnya tak bisa pudar karena menunggu pemandangan indah nantinya.

"Baiklah, aku tak sabar melihatnya, huehehe..."

*Srek srek srek

Suara semak berbunyi, pria tua masih membelakangi, ia penasaran seperti apa body indah yang Lin Han maksud sebelumnya.

"Ahh..." Suara helaan nafas wanita terdengar saat memasuki kolam

"Ini dia, mari kita lihat..."

Mata pria tua melotot, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat di sana. Seorang wanita kekar tengah berendam, terlebih benjolannya juga terlihat keras seperti batu.

"Eh? Apa-apaan batu berjalan ini?" Keluh Pria tua

"Yah ... Meski begitu, tetap saja ini cukup menarik, hehe..."

Sementara itu Lue, ia yang tengah sibuk menikmati kolam tersebut merasa ada yang aneh di sekitarnya. Apalagi saat melihat semak-semak yang dari tadi bergerak terus.

"Hm?"

"Hehe ... Baguslah, aku akan merekam semuanya di otak hehe..."

*SWOSHH!!

Di tengah aktivitas menyenangkan, pria tua terkejut. Terlebih saat sebuah batu besar tiba-tiba melesat cepat kearahnya.

"Eh?"

*BOOOOOOM!!

"Bajingan! Rupanya ada orang bodoh di sini!" Kesal Lue segera mengambil pakaiannya

"Waaaaaa!! Itu hampir saja?" Ucap pria tua menatap batu besar tadi menghantam pepohonan hingga hancur

*Buk!

Pria tua berbalik, namun kepalanya tak sengaja menempel di sebuah tumpukan daging yang terasa begitu keras.

"Hm? Apa-apaan tekstur ini? Seperti kelapa, namun lebih keras?" Ucapnya menggelengkan kepala di tengah dua benjolan

"Sialan ... Beraninya kau...!!!" Lue menggertakan tangannya dengan nada emosi

"Eh?" Bingung pria tua saat mengangkat kepala sembari tangannya masih *******-***** di sana

2. Mengintip

Halo semuanya, terimakasih sebelumnya kepada kalian yang sudah mampir di cerita ini. Dan sebelum itu Saya mau mengingatkan untuk semuanya, agar tidak lupa menekan tombol Vote dan Like nya.

Tentunya itu merupakan dukungan terbaik untuk Saya. Terlebih dengan begitu, membuat Saya semakin semangat untuk update cerita!

Terimakasih!

Salam Hangat, Bubble!

----------------------------------------------

Sementara itu di gubuk, Lin Han nampak duduk santai sembari menikmati makanan miliknya. Namun di sisi lain, ia juga bingung karena sudah sampai tengah hari, sang guru masih saja belum terlihat kembali.

"Guru tidak mungkin mati di makan hewan buas kan?" Ucap Lin Han menghela nafas menatap luar pintu

"Ya, baiklah sebaiknya aku bersantai sejenak!" Sambung Lin Han segera merebahkan tubuhnya kembali

Tak ingin berpikir macam-macam, Lin Han pun kembali bersantai seperti tadi. Hanya saja ada perasaan aneh yang Lin Han rasakan sekarang.

Perasaan aneh itu buka kekhawatiran dirinya pada sang guru, namun perasaan aneh karena dirinya yang sekarang tengah bersantai seperti ini.

Terlebih Lin Han juga tak pernah mengalami hal ini biasanya, karena setelah bangun ia juga harus bekerja keras, seperti berburu dan berlatih pedang.

"Em, ini benar-benar terasa sangat aneh? Aku sama sekali tak bisa menikmati waktu santai..." Keluh Lin Han segera bangkit berdiri

"Hm? Sebaiknya aku pergi keluar saja untuk jalan-jalan, toh aku juga mendengarkan apa yang guru katakan untuk tidak berlatih dan berburuk. Ya! Hanya jalan-jalan!" Senyum Lin Han segera berjalan keluar

***

*Bruk!

Di hadapan Ming Yin, Lue melemparkan tubuh seorang pria tua, membuat Ming Yin yang melihatnya pun seketika terkejut dengan apa yang terjadi.

"Ehh!! Siapa dia? Pria tua yang terluka?" Tanya Ming Yin panik

"Cih! Lebih buruk!" Jawab Lue dengan kesal

"Lebih buruk?"

"Ya, dia merupakan seorang penguntit, Nona!" Ucapnya menatap wajah babak belur pria tua

*Buk!

*Buk!

*Buk!

Dengan kompak keduanya menginjak-injak tubuh pria tua, membuatnya terlihat tak berdaya padahal sebenarnya tidak.

"Rupanya apa yang kurasakan waktu itu benar-benar terjadi!" Kesal Ming Yin

"Ya, aku yakin yang mengintip mu kemarin sepertinya dia!" Jawab Lue ikut memukul

***

"Jadi, katakan apa yang kau lakukan di hutan ini?" Tanya Lue pada pria tua yang tengah terikat tanpa pakaian atas

"Wuwuwuw wuwu wuwu..." Jawab pria tua karena wajah lebam bengkak

"Sialan! Apa kau mengejek ku!"

*Plak plak plak!

Merasa kesal Lue segera menamparnya kembali, membuat Ming Yin harus turun tangan agar Lue tak lagi menyiksa pria tua yang malang.

"Lue hentikan, jika kau pukul terus dia tak akan bisa bicara!" Ucap Ming Yin memegang tangan Lue

"Ah aku lupa, maaf Nona." Ucapnya menunduk

***

Sementara itu di atas pepohonan, Lin Han nampak memandang sekitarnya. Matanya terus mencari dimana keberadaan sang guru sekarang.

"Guru dimana? Bukankah seharusnya dia di sekitar sini?" Bingung Lin Han segera turun dan melihat sekitar

Namun Lin Han di buat terkejut, terlebih saat melihat sebuah batu besar yang menghancurkan beberapa pepohonan di sekitarnya.

"Apa-apaan ini? Apakah guru sedang di serang?" Pikir Lin Han tajam

Bergerak kearah timur, Lin Han menemukan sebuah tenda di sana. Terlebih ia juga melihat seorang pria tua yang terikat di sebuah kayu dengan kondisi tak mengenakkan baju sama sekali.

"Hm? Siapa pria ini? Apakah dia di rampok?" Bingung Lin Han berdiri tepat di hadapan pria tua yang nampak lebam

"Waa? Waaaaa!!" Teriak pria tua yang terkejut melihat kedatangan Lin Han

*Bugh!

"Aghhhh!!"

Tanpa sadar Lin Han yang terkejut kembali menghantam pria tua di hadapannya, dan sontak aksi itu membuat Ming Yin dan Lue keluar untuk melihat.

"Siapa kau!" Teriak Lue kearah Lin Han yang terkejut

"Huh! Rupanya benar, mereka seekor penjahat!" Tatap Lin Han

Namun di tengah aksi saling memandang, mata Lin Han terdiam melihat Ming Yin. Terlebih ia merasa tak asing dengan wajah wanita di hadapannya.

"Brengsek! Kau tidak punya mulut, ya!" Lue maju melompat bersiap dengan sebuah pukulan

"Huh! Serangan dari arah depan!" Lin Han melompat menghindar pukulan itu

Cukup kuat, pukulan itu membuat tanah berguncang, bahkan sampai membuat pria tua yang terhempas pun terlempar jauh.

"Aaaa..." Seru pria tua

"Haaft!" Dari udara Lin Han memberikan sebuah tendangan berupa Axe kick

Membuat Lue dengan cepat menahan tendangan itu, namun hal itu sampai membuat Lue terduduk karena menahannya.

"Apa-apaan tendangnya!" Pekik Lue

Lin Han kembali melompat, ia menjaga jarak sambil menatap tajam kearah wanita di hadapannya. Ada rasa ragu dalam diri Lin Han saat ini, terlebih saat melihat dada wanita tersebut yang bengkak.

"Maaf saja, tolong menyerah lah. Aku tak berniat bertarung dengan manusia Terluka!" Ucap Lin Han

"Apa maksud mu!" Tanya Lue kesal

"Itu!" Tunjuk Lin Han

"Huh?"

"Dada mu, pasti sakit bukan sampai bengkak seperti itu?"

"Puft!" Ming Yin terkekeh, ia tak tau apakah pria di hadapannya ini bodoh atau hanya pura-pura

"Brengsek!! Beraninya kau bermain-main dengan ku!"

"Cih! Kau ini keras kepala sekali!"

Satu langkah Lin Han melesat, membuat tanah terhempas di sertai suara dentuman dan gelombang kejut yang membuat Lue tersentak melihatnya.

"Apa!?" Kejut Ming Yin dan Lue

"Maaf, sepertinya kau harus ku buat tertidur!"

Tanpa Lue sadari, Lin Han sudah berdiri di hadapannya dengan telapa tangan yang terbuka lebar, lalu...

*BOOOOOOM!!

Lin Han memegang wajah Lue, membantingnya dengan sangat keras sampai membuat area sekitarnya hancur.

"Huh! Tidurlah dulu, luka bengkak di dada mu tak memungkinkan untuk melanjutkan pertarungan."

Lin Han berdiri, angin menghembuskan rambutnya membuat ketampanan di wajahnya seolah memikat, Ming Yin saat ini.

"Owh! Dada mu juga bengkak!" Kejut Lin Han dengan panik

***

"Hooh, jadi kalian ini wanita?" Tanya Lin Han setelah mendengarkan penjelasan Ming Yin

"Itu benar, ngomong-ngomong kau tinggal dimana?" Tanya Ming Yin penasaran

"Hutan Jiwa. Aku tinggal dengan kakek, pria tua yang ku sebut juga sebagai guru!"

Ming Yin terdiam sejenak, ia merasa tak enak pada pria tua yang saat ini tengah terbaring dengan selimut di samping Lue yang terkapar.

"Ah soal itu, aku minta maaf karena bawahan ku telah menghajarnya..." Keluh Ming Yin tanpa menyebut dirinya yang juga ikut terlibat

"Tidak masalah, itu kecelakaan," Lin Han menggelengkan kepalanya

"Em, nama ku Ming Yin. Kau?"

"Lin Han, aku seekor pria!" Ucapnya tersenyum lebar

"Seekor?"

"Ya ekor! Lihat!"

Lin Han hendak menurunkan celananya, namun dengan panik Ming Yin segera menahannya agar kejadian tak senonoh tidak ter publish.

"Kyaaa!! Hentikan!" Cegah Ming Yin

"Huh, ada apa?"

"T-tidak, jangan perlihatkan. Itu tidak boleh!" Jawab Ming Yin merona

"Ah! Maaf!"

"Fiuh... Kau sadar ya," menghela nafas

"Aku minta maaf, kau pasti akan merasa sedih karena tidak mempunyai ekor..." Lin Han bersujud

"Eh?"

3. Kucing Hutan

Halo semuanya, terimakasih sebelumnya kepada kalian yang sudah mampir di cerita ini. Dan sebelum itu Saya mau mengingatkan untuk semuanya, agar tidak lupa menekan tombol Vote dan Like nya.

Tentunya itu merupakan dukungan terbaik untuk Saya. Terlebih dengan begitu, membuat Saya semakin semangat untuk update cerita!

Terimakasih!

Salam Hangat, Bubble!

----------------------------------------------

"Ah ... Kepala ku..." Lue mendesah setelah merasakan sakit di kepalanya

"Lue! Kau sudah sadar!" Senang Ming Yin menatapnya

Lue pun segera bangkit dari tidurnya, matanya perlahan melihat sekitar, dan dibuat terkejut saat melihat Lin Han yang tengah berdiri di samping Ming Yin.

"Waaaaaa!!" Lue melompat mundur sambil menjaga jarak

"Wuuu, kau ini kuat sekali!" Puji Lin Han yang membopong tubuh pria tua

"Kalian! Apa kalian telah menyandra Nona Ming!" Lue bersiap dengan kuda-kudanya

"Lue, kau salah paham. Mereka bukan orang jahat," Ming Yin menenangkan

"Hah? Bukankah pria tua itu adalah seorang pengintip!?"

"Y-ya ... Itu tidak salah, namun mereka memang orang baik!"

Ming Yin pun akhirnya menjelaskan semuanya pada Lue, dan barulah pada saat itu Lue pun akhirnya tenang. Meski ketika di samping Lin Han ia masih waspada.

"Kita akan kemana?" Tanya Lue mengikuti rombongan perjalanan

"Menuju rumah, terlalu berbahaya di sini kata kakek." Jawab Lin Han yang masih setia membopong Pria Tua

"Nona Yin..."

"Tenanglah, kita harus percaya. Terlebih dia juga lebih tau tentang hutan daripada kita," Ming Yin menggelengkan kepalanya

***

Perjalanan terus berlanjut, dan hanya memakan waktu lima belas menit saja jika di tempuh dengan santai.

"Kita sampai!" Ucap Lin Han yang langsung merebahkan tubuh Pria tua di atas tumpukan jerami

"Hm? Ini kecil sekali?" Lue memandang sekitarnya

"Ya, apa mereka benar-benar hidup di tempat seperti ini?" Tanya Ming Yin penasaran

"Anu, apa kalian mau minum?" Tanya Lin Han

Ming Yin dan Lue hanya bisa saling memandang satu sama lain. Mereka hanya mengangguk dan duduk dengan sopan melihat sekeliling.

"Tempat ini, Aura aneh terasa begitu kuat?" Ucap Lue di susul anggukan kepala Ming Yin

*Sret...

Lin Han menyerahkan dua gelas teh hangat, dan dengan senang hati Lue dan Ming Yin menerimanya.

"Terimakasih," jawab keduanya

"Tentu saja, ngomong-ngomong apa kalian lapar?"

Keduanya kembali memandang satu sama lain, meski terasa tak enak namun raut Lin Han begitu mengharapkan jika sebaliknya.

"Ah, i-iya..." Jawab Ming Yin

"Haha, Bagus! Tunggu dulu, aku akan memasak di belakang!"

Lue dan Ming Yin mengangguk, keduanya nampak duduk diam menunggu. Namun karena terlalu lama, Ming Yin memutuskan untuk keluar sejenak, ia ingin melihat aktivitas Lin Han saat ini.

"Nona Yin?"

"Aku ingin keluar sebentar, terlalu panas di dalam."

Ming Yin keluar, langkahnya menuju kearah belakang. Dengan santainya ia berjalan sembari menghela nafas mencium aroma nikmat dari belakang.

"Ini baunya ... Nikmaaaaaaat!!!!!!"

Lue segera melompat keluar, terlebih saat mendengar teriakan Ming Yin yang seperti mengalami sesuatu.

"Nona Yin!"

Namun saat keluar, Ming Yin nampak baik-baik saja. Malah membuat Lue semakin bingung dengan apa yang terjadi saat Ming Yin menunjuk kearah Lin Han.

"Hm? Ada apa Nona?"

"Itu..."

"Hah? Bukankah dia sedang memasak?"

"Di sampingnya, Lue..."

Lue menurut, namun matanya langsung melotot Serta dengan mulut yang menganga tak percaya saat melihatnya juga.

"Sing sing sing sing singa hutan!!!" Kejut Lue tak percaya

"Eh? Kalian kenapa di sini? Apa kalian terlalu lapar?" Tanya Lin Han memiringkan kepalanya

'Apa-apaan ekspresinya itu!' ucap keduanya dalam hati

"Itu ... Lin Han. Apa itu singa hutan?"

"Ini? Sepertinya bukan, guru bilang ini kucing hutan?"

"Kucing mata mu!! Ukurannya saja dua kali dari singa biasa!" Balas Lue kesal

"Lue sudahlah, terlebih hewan itu adalah sesuatu yang kita cari..." Ucap Ming Yan

"Ada apa?" Tanya Lin Han kembali

"Sebenarnya Lin Han. Kami memerlukan 2 buah jantung hewan itu. Apakah kami boleh memintanya?" Tanya Ming Yin sambil mengusap rambutnya dengan sikap malu-malu kucing

"Tentu!"

*Crack!

Tanpa basa-basi Lin Han segera membelah tubuh 3 ekor singa hutan itu. Dan dengan santainya menyerahkan hal tersebut pada Ming Yin yang semakin terkejut.

"Apaaaa!? Dia membelahnya dengan pisau dapur?" Kejut Lue

***

Hari itu tak seperti biasanya, Lin Han lebih banyak bicara karena memiliki dua orang tamu. Tentunya ini adalah pengalaman langka yang Lin Han rasakan.

Karena jujur, sedari kecil Lin Han hanya mengobrol dengan pria tua, dan tak ada yang lain. Apalagi dengan tempat ini sendiri yang jarang di masukin manusia.

"Oh ya, Lin Han," panggil Ming Yin

"Ada apa?"

"Ngomong-ngomong, apa kau tidak tertarik untuk melihat dunia luar?" Tanya Ming Yin

"Itu benar, terlebih hidup dengan pria aneh itu akan membuat mu juga ikut-ikutan aneh." sambung Lue

"Dunia luar? Apa kita sekarang di dunia dalam?"

Ming Yin tersenyum masam mendengar kepolosan yang Lin Han miliki. Karena jujur, baru kali ini dia melihatnya.

"Tentu saja, dunia luar lebih menarik. Ada banyak orang yang bisa kau temui!"

"Woah benarkah!"

Sejenak Lin Han memandang pria tua, ia bingung harus bagaimana. Karena sejujurnya Lin Han sangat ingin melihat dunia luar, namun ia juga tak bisa meninggalkan pria tua sendiri.

"Ikutlah jika kau mau, Lin Han." Ucap pria tua yang rupanya sudah sadar

"Waaaaaa!! Bajingan ini sudah sadar rupanya" Lue terkejut

"Kakek ... Apa kau akan ikut?" Tanya Lin Han

Pria tua segera duduk, ia menggelengkan kepalanya. Tentunya ada suatu alasan mengapa ia tak bisa pergi meninggalkan hutan ini.

"Aku tidak bisa, Lin Han. Aku memiliki tugas untuk tinggal di hutan ini. Terlebih usia mu sudah cukup untuk melihat dunia luar, kau juga perlu belajar pada dunia luar juga." Ucapnya bijak

"Guru..." Mata Lin Han berkaca-kaca

"Pergilah, Lin Han! Aku akan menunggu di sini jika kau bersedia mengirimkan dua ratus gadis perawan, hoho..." Ucapnya menangis

"Kakek!! Aku akan memberikannya suatu saat!!"

Keduanya berpelukan disertai tangisan sendu di antaranya, langit pun tau bagaimana kesedihan dua mahluk ini, sampai hanya menurunkan petir tanpa hujan sama sekali.

Sementara Ming Yin dan Lue, keduanya hanya bisa menatap datar dengan ekspresi aneh melihat drama di hadapan mereka.

***

Siang itu Lin Han akhirnya memutuskan untuk ikut pergi menuju dunia luar. Tentunya Ming Yin dan Lue akan bersamanya juga.

Terlebih Ming Yin sedikit tertarik melihat kekuatan Lin Han, dan berpikir jika hal itu akan berguna untuk kekuatan sekte mereka suatu saat nanti.

"Kakek, aku akan pergi dulu. Jangan lupa jaga diri baik-baik!"

"Baiklah Lin Han. Jangan lupa dengan janji kita!"

"Baik, aku akan selalu mengingatnya!"

"Dan Nona dada batu, tolong jaga-"

*Bugh!

Menyedihkan, kepala pria tua menancap telak kebawah tanah, hal itu tentunya karena pukulan Lue yang amat sangat kuat.

"Bajingan, mati saja kau!"

"Lin Han, mari kita pergi!" Ajak Ming Yin

Lin Han mengangguk, dan segera melangkah pergi sambil tangannya melambai terus-menerus kearah pria tua yang kepalanya menancap.

"Ughhh!"

*Plok!

Kepala tercabut dari dalam tanah, melihat kedepan semuanya telah sunyi dan sepi. Membuat pria tua tersenyum hebat penuh arti.

"Baiklah, ini waktunya untuk ku juga beraksi!"

Pria tua melompat masuk menuju gubuk, tepatnya di bawah lantai ia mengambil sesuatu yang mirip seperti sebuah peti. Dan ketika di buka terdapat tumpukan emas di sana.

"Hahahaha! Kakek ini juga akan berkelana, aku akan menggunakan harta ini dengan sungguh-sungguh! Menikmati wanita tentunya, hehe..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!