Terlihat pemuda tampan tersenyum menuju apartemen tunangan nya membawa bunga kesukaan nya.
Ting.
Saat keluar dari lift dahi nya mengerut saat melihat apartemen tunangan nya tak tertutup dengan rapat, dia membuka nya dengan pelan nampak banyak sekali pasang sendal wanita juga pria namun yang membuat nya bimbang sandal perempuan hanya dua pasang sedang sadal pasang laki laki lebih dari enam.
"Eeennnggg ah baby terus sayang, kalian sungguh hebat." Langkah nya terhenti saat mendengar suara racauan dari sang tunangan, dada nya berdebar kencang terlebih dia mendengar banyak sekali suara lelaki yang menyautinya.
Dia beranikan diri membukan kamar tunangan nya.
brak
Semua mata tertuju pada pintu yang ia buka kencang.
"La Lani?" Lani terdiam.
Jijik sungguh menjijikan saat tunangan nya di gerayangi empat pria, sedang sahabat perempuan nya juga di krubungi empat pria lagi, dada nya naik turun menahan gejolak amarah.
"Pergi dari apartemen ku.!" Ucap Lani dingin.
"Lan tap."
"PERGI..!!!!" Bentakan Lani sukses membuat semua pergi kecuali Veny yang sedang memakai baju nya.
"Lan, ak."
"Pergi.!! dan jangan kembali, hubungan kita sudah berakhir, pertunangan kita batal!" Ucap Lani dingin sembari keluar apartemen nya dada nya bergemuruh mata nya memerah melihat tunangan nya yang sebentar lagi menjadi istri nya bemain curang di belakang nya.
"Aaaahhh...!!"
Hah hah hah.
"mimpi itu Lagi, si al." Lani memijit dahi nya ketika mimpi masa lalu nya mendatangi nya lagi, dia melihat jam di dinding jam enam pagi segera ia beranjak menuju kamar mandi.
.
.
.
.
Begitu sampai di kantor, langkah Lani terhenti ketika Santi pihak hrd mendekat.
"Maaf pak Lani sekertaris yang bapak minta ada di ruangan saya, apa bapak mau menyeleksi nya?" Lani mengangguk.
"Apa dia memenuhi syarat nya?" Ucap Lani sambil berjalan sejajar dengan Santi.
"Sudah pak semua bagus dan eemm dia juga memakai setelan kerja sesuai yang bapak minta." Lani mengangguk.
Ceklek
Dapat Lani lihat wanita dengan setelan kerja seksih sedang duduk menatap Lani,
"Bagus, pilihan yang tepat Santi." Puji Lani.
"Terimakasih pak."
"Siapa nama mu?" Tanya Lani.
"Angel pak."
"Baik kamu ikut aku ke ruangan ku." Ajak Lani dan mereka menaiki Lift untuk menuju ke ruangan Lani.
"Oh iya tugas pertama untuk mu, kamu harus bisa memakaikan dasi pada bos mu." Angel mengerutkan alis nya.
"Memakai kan dasi?" Lani mengangguk.
"Iya memakaikan dasi, di atas nanti ada empat bos mu, pak Fahmi, pak Robi aku dan pak Lintang big boss nya." Jelas Lani.
Ting.
Langkah Lani menuju ruangan Lintang terlebih dahulu.
Ceklek.
Kebetulan lagi kumpul batin Lani terkikik melihat ke tiga sohib nya lagi kumpul.
"Siapa dia Lan?" Tanya Lintang.
"Jangan bilang itu sekertaris Robi gue cincang lu Lan." Dengus Fahmi membuat Lani terkekeh.
"Aman, dia sekertaris ku perkenal kan nama nya Angel, dan Angel kenal kan mereka ini bos mu, pak Fahmi, pak Robi dan pak Lintang big boss nya faham kan.?" jelas Lani, Angel mengangguk faham.
"Sekarang kau lakukan tugas pertama mu." Titah Lani, membuat ke tiga bos itu mengerutkan alis nya tugas apa?
"HEI KAU MAU APA..!" Bentak Fahmi ketika Angel mendekat pada nya.
"Cuma mau memakaikan dasi bapak." Fahmi mendelik untuk apa pikir nya.
"Untuk apa? hei kau jangan macam macam yah aku sudah punya istri sempurna selain cantik dan menggoda dia juga galak.!" Sembur Fahmi beringsut menjauh.
"Jangan mendekat.! bini gue lagi hamil tua." Sentak Robi dia memegang map hendak pergi cari aman pikir nya.
Sedang Lintang terpekik kaget saat Angel tiba tiba memegang dasi nya dia fikir Angel tak akan mendekati nya setelah tau dia big boss nya.
"Ap.."
Ceklek.
"ABANG...!!!!!!!!!!" Semua terjingkit mendengar suara teriakan Tia bahkan para pekerja yang memang berada di luar ruangan Lintang ikut terjingkit kaget.
"Tia,? Ini tidak seperti yang kamu lihat." Mata Lintang berkedip kedip ketakutan melihat Tia yang sudah memuncak.
"APA..!!!! MAU NGELAK IYA!! KALIAN JUGA DIAM SAJA HAH TIDAK ADA YANG MENCEGAH CACING INI MENYENTUH LINTANG.!!" Fahmi mengangkat tangan nya tanda ia tak ikut ikutan, sedang Lani yang menjadi biang nya naik ke sofa.
"Si al! kabur kemana gue." Gumam Lani.
"Om Lani biyang nya mak, katanya suruh coba memakaikan dasi ke bos sebagai awal masuk kerja." Lani mendelik saat mendengar tebakan Robi yang tepat sasaran.
"APA!!" Emak mengambil tas Langit yang berisikan buku buku tebal.
Brug
Brug
Brug.
"Ampun Tia! ampun janji nggak akan iseng lagi.!! tolong berhenti ini sakit..!!" Pekik Lani saat Tia memukul nya dengan sekuat tenaga menggunakan tas Langit yang berat.
"Nggak ada ampun!! dan kamu.!" Tunjuk emak pada wanita yang sedang menunduk ketakutan.
"Kamu mau kerja atau mangkal!" Sentakan emak membuat wanita tersebut menggeleng cepat, Lani mengendap endap hendak pergi.
"Nggak buk saya mau kerja." Jawab nya terbata.
"Kenapa pakai baju kaya gitu hah!" Sembur emak.
"Di di suruh pak lani buk." Lani menepuk dahi nya mendengar jawaban jujur dari Angel alamat ini mah.
Aaaaahhhh. Pekik Lani saat rambut nya di jambak Tia.
Aduuuh
Ampuuuuuuuun
Lintang mendekat saat sang istri sedang mengurut dahi nya.
"Mah tolong jangan marah yah, mamah bisa cek cctv kok." Tunjuk Lintang memelas pada Bulan sang istri.
"FAHMIIII BINI LO AMPUUUUUN TIA..." Teriak Lani saat Tia terus menerus menyerang nya hingga Fahmi suami nya memeluk Tia dari belakang.
Lani meringis kesakitan "Gila tenaganya ampuun dah itu baru Lintang gimana coba kalau pas Fahmi yang di sentuh Angel mati dong gue." Gumam Lani sambil meringis kesakitan tenaga wanita yang pernah ia taksir ini sungguh di luar nurul.
"Sudah sayang sudah tenang lah ok," Lani mendengus saat Fahmi berusaha menenangkan istri nya yang macam singa itu.
"Dia kebiasaan soal nya, mau aku potong sekalian burung nya biar nggak macem macem.!" Sentak Tia, Lani memegang aset nya masa surga dunianya mau di potong.
"Ampuuuunn Tia." Pekik Lani sambil berlalu keluar ruangan Lintang.
Dada Tia naik turun masih emosi dengan kejadian barusan.
"Siapa namamu." tanya Tia.
"Angel buk." Sahut Angel.
"Oooh enjel?"
"Niat kerja kan." Angel mengangguk dengan cepat takut dengan wanita di hadapan nya ini, big boss aja sampai ketakutan.
"Iya buk."
"Balik ke rumah lu, ganti baju lo yang lebih sopan, kalau tidak aku robek baju mu sekalian biar toples toples dah." Sentak Tai, Angel mengangguk patuh
"Kalau begitu saya permisi dulu buk." Pamit Angel.
Lintang menelan salivanya ketika tatapan Tia menghunus pada nya.
"Bisa kan bang lo buat peraturan pakai baju yang sopan di kantor, celana panjang kek biar sopan, kalau perlu sekalian dah pakai kain kafan biar rapet." Sembut Tia.
"Waduh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jumpa Lagi dengan macil.... nah ini versi cerita kakek Lani si obat tetes sana tetes sini.
Jangan Lupa kasih suport biar macil semangat.
Lani berjalan dengan santai nya melewati manusia manusia yang sedang menikmati genjotan musik yang menggema, club malam sebagai tempat tongkrongan Lani.
"Hei bro." Sapa seorang lelaki dengan setelan jas nya sama dengan yang Lani kenakan nampak nya sama sama sehabis pulang kerja.
"Hemm.." Jawab Lani sambil meminum minuman nya.
"Kau nampak nya sangat lelah?" Lani mengangguk memang lelah akibat mimpi buruk nya semalam berpengaruh hingga saat ini.
"Gue mimpi si.al lagi." Decak nya membuat sahabat nya terkekeh.
"Lo nggak coba buat ikhlasin aja bro, biar hidup lo tenang dari bayang bayang masa lalu itu." Saran Coki.
"Entah lah rasa nya amarah itu masih terasa." Jawab Lani malas.
"Lo sih kalau sudah cinta tuh terlalu setia jadi gitu, mau kaya biasa nggak buat ngilangin penat." Ujar nya menaik kan ke dua alis nya.
"Boleh deh." Lani menengguk minuman nya.
"Mau yang seperti apa kali ini?" Lani mendongak.
"Yang bisa gerak cepat." Sahut Lani tanpa pikir panjang.
"Ok sebentar yah, aku panggil dulu." Lani melanjutkan minum nya, cukup dua gelas saja Lani tak mau sampai kehilangan kesadaran nya.
Lani berdiri melangkah kebelakang lebih tepat nya di dalam rungan kerja nya di mana teman nya tadi menyiapkan barang nya.
"Ck lama banget sih, udah siap nih, gue jamin kali ini lo bakal suka dia gerak cepat bro." Lani mengangguk angguk paham dia membawa perempuan tadi keruangan yang sudah teman nya siap kan khusus untuk pesanan bos Lani.
"Tidak..! tugas mu hanya di bawah." Sahut Lani saat perempuan bayaran itu hendak mencium bibir nya.
"Kau tak ingin mencobanya hemm?" Lani menatap datar wanita di hadapan nya.
"Lakukan saja tugas mu." Wanita tersebut jongkok di depan Lani saat mendengar nada dingin yang Lani utarakan, membuka celana Lani mengeluarkan junior nya dan melahab milik nya.
"Ssssshhhh lebih cepat si alan ini nik mat." Desis Lani memaju mundurkan kepala wanita tersebut dengan cepat.
"Aaaahhhhh." Desah Lani tertahan saat dia sudah menyemburkan bisa nya.
"Bayaran mu mintalah pada bos mu." Ucap Lani mencabut paksa milik nya dari mu.lut wanita bayaran itu, berucap dengan dingin meninggal kan wanita tersebut yang sedang membersihkan bisa Lani di mulut nya.
Yah seperti itulah Lani habis manis sepah di buang, butuh dia bayar selesai dia pergi tanpa perasaan, benar kata Tia dia macam obat tetes sana tetes sini sudah tetes tinggal pergi.
Bagi Lani wanita tak lebih dari tempat nya membuang cairan menjijikan itu.
Lani melajukan mobil nya menuju tempat makanan, ia lapar setelah mengeluarkan bisa nya.
"Lani?" Langkah Lani terhenti saat mendengar diri nya di panggil oleh seorang wanita yang ia kenal suara nya.
Ck baru semalem gue mimpi ketemu sama cicak ini dengus Lani dalam hati.
"Hemmm."
"Bagaimana kabar mu Lan?" Tanya nya lembut.
"Sangat baik ." Jawab Lani dingin.
"Ini mas pesanan nya." Lani menerima pesanan yang ia bungkus.
"Kamu membungkus makanan Lan, apa kamu sendirian sampai sekarang?" Lani memutar mata nya malas mendengar pertanyaan dari cicak ini.
"Ini titipan istri ku." Jawab Lani mantap sambil melangkah hendak berlalu pergi.
"Lan benarkah kau sudah menikah?" Lani mengangguk mantap bodo amat lah kalau dia bohong.
"Kau sudah melupakan ku?" Lani menghela nafas nya berbalik menatap Veni dengan tajam.
"Veni ayo lah, kita sudah sama sama tua, kita sudah punya kehidupan masing masing dan lagi jangan berbicara seolah aku yang bersalah ok?" Lani bergegas pergi, amarah nya memuncak jika mengingat kenangan lima belas tahun silam. Kenangan pahit, kenangan yang membuat fikiran nya membenci wanita, menganggap semua wanita sama murahan nya.
"Ck si.al sumpah ketemu cicak itu ya tuhaaaaaan datang kan aku jodoh yang baik untuk ku yang banyak dosa nya ini." Pinta Lani mengangkat ke dua tangan nya memohon dengan penuh belas kasih di dalam mobil sebelum akhir nya melajukan mobil nya di tengah keramaian malam ini.
Hingga sampai di apartemen Lani menaruh makanan nya di meja ruang tengah dan melepas seluruh baju nya kecuali celana bokser yah itu kebiasaan bujang yang ternoda ini.
Menikmati makanan nya tanpa peduli seluruh baju nya yang berserakan juga piring juga gelas kotor yang menumpuk di dapur serta lantai yang malas ia sapu.
Ini menjadi alasan Lani tak mau tinggal dengan orang tuanya di rumah hasil kerja nya menjadi asisten terlama di Mareeta grup, dia lebih memilih tinggal di apartemen yang dekat dengan kantor tempat ia bekerja.
"Nonton film horor dulu lah." Lani membuka laptop nya menonton film horor.
"Aaahhhh ssssshhh." Suara film horor versi Lani itu membuat Lani menegang, mengeluarkan ular nya dan memaju mundurkan tangan nya dengan ritme cepat.
"Aah ah ah oh baby." Lani mendongak menikmati suara horor dengan tangan nya yang lebih aktif bergerak.
"Aaaaaah" Lenguh Lani saat bisa nya keluar.
"Ck tahu gini yah ngapain bayar cewek coba kalau gini aja keluar." Cletuk Lani.
Lani membersihkan cairan bisa tadi yang berceceran di lantai, badan nya lemas dia memutuskan untuk tidur di kamar tanpa peduli dengan sisa makanan tadi, bodo amat dengan apartemen yang bak kapal pecah. Lani akan menyewa tukang bersih bersih saat diri nya bekerja.
.
.
.
.
.
Lani berada di tepi danau menatap hamparan air yang menyejukan jiwa nya, menatap nanar pada perahu yang sedang berjalan tanpa ada yang mengemudi.
Terlihat dua pasang merpati putih mendekat pada nya hinggap di pangkuan nya membuat Lani terpekik kaget.
"Hus hus ngapain sih di sini." Usir Lani mengibas ibas kan sepasang merpati dia takut merpati membuang kotorang nya di di celana nya, namun sayang sepasang merpati itu tak mau pergi dari nya.
"Terserah kalian lah." Decak Lani menatap Langit namun dia terjingkit kaget saat melihat petir jelas terpampang di mata nya namun yang membuat Lani terheran adalah bunyi petir itu sangat lucu menurut nya.
Deeerrrtttt deeerrrrttt.
"bunyi nya kaya suara ponsel gue." Gumam Lani namun ada suara dari merpati di pangkuan nya yang membuat Lani terjingkit kaget.
Ting tong.
Ting tong
Dreeett dreeett
Ting tong.
Dreeettt drreeettt.
"Aaaahhh." Pekik Lani terkaget mendengar ke dua suara bising mengganggu nya.
Ting tong.
Dreeettt Dreeett.
"Siapa sih lagi tidur juga!!" Lani mengambil ponsel nya matanya membola melihat nama di layar ponsel nya.
📞singa betina.
"Anying nyokap gue yang telfon lagi, ekhem ekhem." Lani berdehem sebelum mengangkat panggilan dari mamah nya.
"Pagi yang cerah mah." Jawab Lani.
"Kamu di mana hah!" Lani menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar suara sang mamah yang menggelegar.
"Lagi olah raga ini mah, huh huh kenapa mamah ku yang cantik huh huh ?" Rayu Lani namun suara cempreng mamah nya membuat Lani menjauhkan ponsel nya.
"Kamu fikir mamah bo.doh! suara kamu aja jelas serak gitu." Sentak Mamah Las.
"Eemmm Lani habis bangun tidur mah hehehhe, emm kenapa memang nya mah?" Ujar Lani lembut.
"Mamah ada di depan apartemen kamu cepat buka pintu nya.!" Lani membola mendengar ucapan mamah nya barusan.
"Apa !!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mimpi di datangi sepasang merpati kalau menurut kepercayaan masing masing biasa nya tanda nya apa? Setiap desa biasa nya berbeda beda arti mimpi, kalau di kota kalian apa gaaeess.
"Kamu di mana hah!" Lani menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar suara sang mamah yang menggelora.
"Lagi olah raga ini mah, kenapa mamah ku yang cantik?" Rayu Lani namun suara cempreng mamah nya membuat Lani menjauhkan ponsel nya.
"Kamu fikir mamah bo.doh! suara kamu aja jelas serak gitu." Sentak Mamah Las.
"Eemmm Lani habis bangun tidur mah hehehhe, emm kenapa memang nya mah?" Ujar Lani lembut.
"Mamah ada di depan apartemen kamu cepat buka pintu nya.!" Lani membola mendengar ucapan mamah nya barusan.
"Apa.!!" Lani menutup panggilan telfon nya dengan cepat.
"Mamah ke sini ya ampun mana rumah kaya kapal pecah habis nabrak karang ancur lebur ya ampuuuun kenapa si.al terus sih." Gerutu Lani sambil mengemasi plastik kotor namun suara bel membuat nya nampak tidak peduli lagi dengan sampah nya.
Ceklek.
"Eh ada mamah.?" Mamah Lani mendelik saat melihat putra nya yang sudah berumur hanya mengenakan celana sangat pendek.
"Kamu nggak nyuruh mamah masuk.?" Lani menegang.
"Eeeemmm jangan dulu deh mah soal nya ada tikus, Lani lagi bongkar barang lama soal nya." Ujar Lani berusaha tenang, jelas saja ia menghalangi sang mamah masuk bisa bisa di gorok seketika.
"huh kamu ini kebiasaan jorok," Lani tersenyum melihat sang mamah bergidik ngeri ketakutan.
"Eeemmm mamah ada apa ke sini?" Tanya Lani menatap mamah dan gadis di sebelah nya.
"Oh ini mamah mau nitip cucu temen mamah, dia dari kampung mau kuliah di sini nggak ada tempat tinggal kamu gantiin mamah jagain dia yah, oma pergi dulu ya sayang, kamu betah betah di sini yah, makasih anak ganteng mamah, mamah permisi pamit dulu ya daaaaah." Lani menganga melihat mamah nya meninggalkan nya dengan gadis kecil yang sedang memegang koper.
"Pih." Lani terkesiap mendengar suara kecil dari mulut bocah di depan nya, apa tadi katanya?
"Kamu tadi panggil aku siapa?"
"Pih, papih kan?" Mata Lani membola sejak kapan dia memiliki anak tanpa enak enak.
"Kenapa kamu panggil aku papih?" Tanya Lani menunjuk diri nya sendiri.
"Kata oma papih ini seumuran dengan almarhum ayah aku jadi aku bisa panggil papih, gitu kata oma." Jelas nya polos, Lani menghela nafas nya ternyata mamah nya menjadi biang rusuh nya.
"Mamah ini nggak pernah nyuruh aku nikah tapi sekali nya bertindak langsung kasih anak ck ck ck langka bener ni orang tua decak Lani dalam hati.
"Ya sudah masuk." Lani membawa gadis cilik di hadapan nya memasuki unit apartemen nya.
"Siapa nama mu?" Lani duduk di sofa menatap bocah yang seumuran dengan Ale.
"Natasya pih," Jawab nya sambil mengindahkan seluruh ruangan yang berantakan.
"Ok aku panggil kamu Nana biar gampang." Nana mengangguk.
"Kamu kuliah di sini baru,?" Nana mengangguk.
"Iya pih"
"Ambil jurusan apa.?" Tanya Lani.
"Pertanian pih, emmmm papih bongkar barang dari depan sampai belakang?" Lani mengerutkan alis nya, pertanyaan macam apa itu.
"Kenapa?"
"Berantakan semua nya pih." Lani membelalak dia baru sadar akan semua apartemen nya macam kandang sapi.
"Ah iya eeemmm itu anu ya ampun! Kerja..!" Lani berlari menuju kamar nya saat melihat jam di dinding sudah menunjukan angka tujuh pagi.
hingga dua puluh menit setelah nya Lani berjalan cepat.
"Pih.?" Panggil Nana, Lani menghentikan langkah nya.
"Kamu masih berdiri di sini?" Tanya Lani heran pasal nya Nana masih berdiri di tempat sebelum ia bersiap.
"Aku nggak tau harus ke mana pih?" Rengek nya, Lani menghela nafas nya dia lupa.
"Itu kamar ku, dan yang ini kamar mu, kamu bebas mau apapun di sini ok? aku sudah telat." Lani berjalan cepat menuju pintu.
"Pih.?" Lani menghela nafas nya.
"Apa lagi?"
"Emmmm aku nggak punya uang pih, kata oma tiap hari harus minta jatah sama papih?" Lani membola jatah? ya ampun nggak ikut bikin anak malah ikut nafkahin, Lani mengambil dompet nya mengambil dua lembar uang kertas merah.
"Cukup kan? aku sudah terlambat ok." Nana terpekik senang.
"Makasih papiiiiiiiih cup." Ujar nya semangat menerima uang dan menggeret kopernya menuju kamar yang di tunjuk Lani, meninggal kan Lani yang sedang terbengong setelah bibir nya merasakan kenyal nya bibir tipis Nana.
"Apa tadi?" Gumam Lani sambil memegang bibir nya netra nya tak sengaja melihat jam sudah menunjukan angka setengah delapan.
"Oohhh sshhiiiitt telat gue." Lani bergegas ke kantor.
Selama di perjalanan dia hanya terdiam memikirkan kejadian tadi.
"Bisa bisa nya ciuman pertama gue di ambil sama bocah." Gumam Lani berdecak memang benar itu ciuman pertamanya.
Lani terkenal sebagai penjahat kelamin tanpa mereka tau Lani hanya melakukan seperti kemaren tanpa kiss tanpa sentuhan balik dari nya, wajar saja dulu Veny meninggal kan nya sebab dia yang memiliki kelainan saat berhubungan badan memiliki tunangan macam patung yang tak mau di sentuh walaupun hanya sekedar kiss.
Saat sampai di kantor dia berpapasan dengan Robi yang keluar dari ruangan big boss.
"Om baru sampai?" Lani mengangguk.
"Om sibuk di rumah tadi." Alasan nya, Robi mengangguk.
"Baik lah om, aku ke ruangan ku dulu" Pamit Robi, Lani segera ke ruangan nya untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah menunggu nya.
Selama bekerja seharian ini Lani nampak tak fokus dia takut apartemen nya akan terbakar akibat bocah cilik yang baru saja tinggal di apartemen nya.
Lani meremas rambut nya frustasi kalau apartemen terbakar hilang sudah aset ternyaman nya, dia menyesal ketika mengatakan bocah itu bebas melakukan apa pun.
Begitu waktu sudah menunjukan jam empat sore Lani bergegas pergi dari kantor bahkan tanpa pamit pada bos nya.
Berjalan cepat menaiki Lift dada nya naik turun akibat lelah berlari.
Lani bergegas membuka sandi pintu apartemen nya.
Ceklek.
Lani tertegun melihat apartemen nya bukan nya hangus malah justru berkilau nampak seperti apartemen baru, tak ada sampah, tak ada baju yang berserakan, tak ada piring atau gelas yang berjejer di meja ruang tamu juga ruang tengah nya, semua barang tersusun rapih, lantai bersih berkilau.
"Aaaaahhhh papiiiiiiiiiiiiih..!!!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nah loh nggak ikut bikin malah langsung dapet anak🤣🤣🤣 apes bener idup lu Lan.
Kalau mau tahu kenapa di panggil kakek Lani dan apa pekerjaan nya monggo mampir di cerita
KETIKA DUA KELUARGA BERTEMU
KONTRAK PERNIKAHAN SESAMA KORBAN SELINGKUHAN.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!