NovelToon NovelToon

Faradox

pertemuan yang akan mengubah takdir.

Prolog.

Di sebuah alam semesta, terlihat sebuah kapal yang cukup besar sedang berlayar, kapal tersebut menuju ke sebuah dunia yang memiliki warna hijau terang.

Kapal tersebut masuk ke sana dan ternyata sudah malam hari. Sebuah signal berwarna merah yang ber kelap-kelip terlihat, memanggil kapal tersebut untuk datang.

Kapal itu mendarat di tempat signal tersebut berada, dari dalam kapal tersebut, keluar seorang dengan jubah hitam dengan aura yang menyeramkan.

Beberapa prajurit mendekati orang dengan jubah hitam tersebut, salah satu dari mereka bertanya dengan ragu-ragu.

"A-apa anda orang yang kamu tunggu?"

"Itu tergantung,"

Dia mengeluarkan tanduk berwarna biru cerah, tanduk itu terlihat seperti kristal biru cerah.

"Jika kalian adalah orang-orang yang memesan benda ini, maka aku adalah orang yang kalian tunggu."

Para prajurit itu terlihat kagum dan senang melihat bedanya tersebut.

"Jadi ini, tanduk Raja."

"Benar-benar indah."

"Dengan ini, apa kita benar-benar bisa menjadi tidak terkalahkan?"

"Itu tergantung kalian semua, jika kalian bisa menguasainya maka kalian akan menjadi tidak terkalahkan."

Orang berjubah hitam tersebut masuk kembali ke dalam kapalnya, kapal itu mulai berlayar, keluar dari dunia itu perlahan-lahan.

Sementara prajurit-prajurit itu terlihat sangat senang.

"Dengan ini, kita benar-benar tidak terkalahkan!"

Mereka semua mulai tertawa dengan penuh percaya diri.

___

Di alam semesta yang sangat luas, terlihat sebuah kapal kecil mendekat ke sebuah dunia, itu adalah dunia yang sama dengan dunia yang sebelumnya di datangi oleh kapal yang sebelumnya.

Pengemudi kapal itu adalah seorang anak laki-laki, dengan rambut dan mata berwarna biru kristal, dengan sweater biru dan jubah berwarna biru dengan garis hitam di tepiannya, serta bros bintang jatuh di dada kanannya.

"Lama tidak bertemu, Dunia Angin Iginas!"

Dia mempercepat kecepatan kapal tersebut, kapal itu masuk ke dalam Dunia Iginas dan menuju ke sebuah Kerajaan, dengan sebuah pohon besar setinggi 700 meter, yang terletak tepat di belakang kerajaan itu.

Dia mendarat tepat di pelabuhan Kerajaan tersebut, begitu dia keluar dari kapalnya, angin keras dan menyegarkan langsung menghantam nya.

Dia tersenyum dan terlihat senang, merasakan angin yang menghantam tubuhnya.

"Seperti biasa, angin di dunia ini adalah yang terbaik."

Dia masuk ke Kerajaan itu, yaitu Kerajaan Igas.

Anak laki-laki itu berjalan sambil melihat-lihat sekelilingnya, menikmati pemandangan yang damai dan ceria di dalam Kerajaan.

Hingga akhirnya dia tiba di depan gerbang istana, para penjaga langsung menghentikannya begitu dia mendekat.

"Berhenti di sana! Orang luar tidak boleh sembarangan masuk ke dalam istana!"

"Tenang saja, aku bukanlah orang asing."

Dia mengeluarkan kertas undangan dengan lambang keluarga istana Igas, hal itu membuat para penjaga terkejut dan segera memperbolehkannya untuk lewat.

Dia masuk ke dalam istana dan segera menuju ke koridor, melawati lorong yang sangat panjang dan akhirnya sampai di sana, dia sangat terkejut karena melihat banyak bangsawan yang sudah ada di sana dan beberapa meja yang di penuhi dengan makanan dan minuman.

"Apa lagi ada pesta atau apa disini?" gumamnya.

Pandangannya segera tertuju ke makanan enak yang ada di atas meja, dia langsung mendatangi meja itu.

"Wooo!!! Ada makanan yang benar-benar enak, kalau begitu tanpa ragu akan ku makan!"

Dia segera mengambil makanan dengan rakus, lalu mulai makan tanpa peduli tata krama. Perhatian para bangsawan langsung tertuju kepadanya, tatapan yang merendahkan dan kebencian, di susul dengan bisikan-bisikan tidak enak, tetapi dia tidak mempedulikan nya.

"Semuanya, maaf membuat kalian menunggu lama."

Suara itu menarik perhatian semua yang ada di ruangan itu, dari anak tangga terlihat sang Raja Kerajaan ini Kalis Ignas Alka. Bersama dengan istrinya dan putra nya.

"Aku mengucapkan terima kasih pada kalian, karena telah menghadiri pesta ulang tahun putra ku, Nilin Ignas Alka, yang ke 5 tahun."

Semua bangsawan segera tersenyum dan memberikan tepuk tangan yang meriah, tetapi laki-laki berambut biru tadi masih lanjut makan tanpa menyadari bahwa Raja telah datang.

Tetapi perhatiannya di ambil oleh tepuk tangan para bangsawan, dia segera melihat ke arah tangga dan menyadari bahwa Raja telah datang.

Raja turun bersama dengan istri dan putra nya, para bangsawan segera menghampiri mereka dan memberikan selamat pada putra Raja, Nilin.

Laki-laki itu mendekati Raja Kalis, kemudian menepuk pundaknya dengan senyuman lebar, seolah sedang menyapa seorang teman.

"Yo Kalis! Lama tidak bertemu!"

Kalis bersama dengan para bangsawan sangat terkejut, mereka menatap laki-laki itu dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan, karena dia telah tidak sopan pada Raja. Sementara Kalis tersenyum hangat dan membalas sapaannya.

"Sudah 3 tahun ya, Airi."

Semua bangsawan terkejut saat Raja menyapanya dengan ramah. Anak kalian, Nilin langsung berlari ke Airi dengan bersemangat sambil berteriak.

"Kakak!! Aku sangat senang kakak datang ke ulang tahun ku."

Airi segera jongkok sambil tersenyum.

"Nilin!!"

Nilin memeluknya dan Airi membalas pelukan itu.

"Kau sudah sangat besar ya. Selamat ulang tahun, dan maaf ya kakak tidak membawakan hadiah apapun, kakak tidak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahun mu."

Nilin menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Tidak apa-apa, kakak datang saja aku sudah sangat senang!"

Mereka berdua saling melepaskan pelukan mereka, Airi segera kembali berdiri.

Kalis kembali berbicara dengan Airi.

"Airi, setelahnya ada yang ingin aku bicarakan dengan mu, tidak masalah?"

"Tentu saja!"

Pesta pun kembali di lanjutkan, dengan para bangsawan yang masih terlihat kesal dengan Airi, tapi mereka memendam nya karena tidak mau Raja Kalis marah.

Sorenya.

Pesta pun selesai dan para bangsawan segera pulang ke rumah mereka masing-masing.

Airi berjalan bersama dengan Kalis, mereka menuju ke tempat pelatih para kesatria.

"Kalis, apa yang kau ingin tunjukkan pada ku?"

Kalis tersenyum tipis.

"Seperti yang di harapkan, kau memang cepat tanggap."

Mereka sampai di tempat pelatih kesatria, disana terlihat beberapa kesatria yang sedang mengepung seorang laki-laki.

Dia memiliki rambut hijau zamrud, dengan jaket lengan pendek putih dengan gradasi hitam di pundak dan kerah, kaus hijau tua polos, kalung, dan sarung tangan karet berwarna hitam.

"Namanya adalah Itsuka Nagasaki, kami menemukannya hampir di makan oleh seekor Wyvern, dia tidak mengingat apapun selain namanya." jelas Kalis.

Airi tersenyum.

"Jadi begitu, tidak salah lagi ini adalah kelahiran Rune."

Kalis terkejut sekaligus bingung.

"Apa maksudnya itu?"

"Seperti yang kau tau, Rune adalah konsep kehidupan yang ada di segalanya bahkan benda mati dan tanaman. Kelahiran Rune adalah sesuatu yang terjadi ketika setengah Rune dari ayah dan ibunya terbagi dan menyatu, menciptakan sebuah eksistensi yang baru."

Perhatian mereka kembali ke tempat pelatih, para kesatria mulai menyerang Itsuka secara bersamaan, Itsuka memanipulasi angin untuk membuat serangan mereka berbelok agar tidak mengenainya.

Para kesatria terus menyerang tetapi tidak ada yang bisa, Itsuka kemudian mengayunkan tangan kanannya dengan kuat, menciptakan angin topan yang langsung melempar semuanya kesatria itu ke luar arena.

Airi dan Kalis terkesan dengan kekuatan Itsuka.

"Aku sudah melihatnya berkali-kali, tapi tetap saja sangat hebat."

Airi tersenyum dengan lebar.

"Rasanya aku ingin mencoba melawannya sekali."

"Hentikan, Itsuka bisa saja mati." balas Kalis.

Airi tertawa keras dan membalas perkataan Kalis.

"Hahahaha..... Manusia tidak akan mati semudah itu,"

"(Mau manusia atau tidak, kalau lawannya monster seperti mu maka mereka akan tetap mati!)" kata Kalis dalam hati.

Hari menjelang siang.

Itsuka terlihat sedang tidur di bawah pohon yang ada 700 meter yang ada di belakang istana, dia mendengar suara langkah kaki mendekat dan mengintip sedikit.

Langkah kaki itu berasal dari Airi yang berjalan mendekatinya.

"Yo! Apa tidak masalah seorang kesatria bersantai di tempat seperti ini?"

"Aku bukan kesatria, hanya seorang tamu saja." Balas Itsuka dengan biasa saja, tidak peduli terhadap Airi.

"Hmm... Jadi begitu,"

Airi mendekati Itsuka dan berbaring di sebelahnya.

"Angin di dunia ini benar-benar menyegarkan, rasanya nyaman dan tenang." Katanya sambil tersenyum lembut.

Itsuka tidak menanggapinya dan kembali memejamkan matanya.

"Ngomong-ngomong aku melihat pertarungan mu tadi, kau bisa mengalahkan mereka dengan sangat mudah, kau ternyata sangat kuat." Kata Airi.

"Bukan aku yang kuat, tapi mereka saja yang terlalu lemah." Balas Itsuka.

Setelah percakapan singkat itu, mereka berdua tertidur di bawah pohon itu. Waktu berlalu dengan tenang, hingga sore hari tiba. Bau asap yang menyengat membangunkan mereka.

"Apa itu?" Itsuka bergumam dengan terkejut.

Airi segera bangkit dan melihat asap tebal yang menjulang dari arah kastil. "Istananya terbakar?"

Itsuka terkejut dengan perkataan Airi, tanpa membuang waktu lagi, mereka berlari menuju istana.

Sesampainya di sana, setengah bangunan sudah hancur, api berkobar hebat di mana-mana. Mereka menghampiri seorang prajurit yang terbaring lemah di tanah, dan bertanya kepada penjaga itu.

"Oi, apa yang terjadi di sini?" Tanya Airi.

"Ka-kami diserang oleh para pemberontak. Mereka sedang menuju ruang tahta!" jawab prajurit itu sambil menahan rasa sakit.

Mereka segera menuju ke dalam istana, tetapi langkah mereka terhenti di depan pintu karena kobaran api yang sangat besar.

"Apinya terlalu besar," gumam Itsuka.

Airi mengangkat tangannya dan menggunakan sihir air untuk membentuk sebuah terowongan air besar yang menembus api, menciptakan jalan aman menuju ruang tahta.

"Ayo cepat! Kita ke ruang tahta!"

Airi berlari dan di susul oleh Itsuka, melalui terowongan itu dan masuk ke dalam istana, mereka akhirnya tiba di ruang tahta dan melihat Raja Kalis sedang bertarung dengan pemberontak yang berjubah merah.

"KALIS! Kalian tidak apa-apa?" teriak Airi.

Raja Kalis menoleh ke arah Airi. "Airi, kami tidak apa-apa!" Jawabnya sambil terus bertarung.

Dan putranya, Nilin, memanggil dengan nada cemas juga ketakutan di pelukan ibunya. "Kakak!"

"Airi, cepat bawa Nilin dari sini!" perintah Kalis. "Tempat ini terlalu berbahaya!"

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Airi khawatir.

Namun, sebelum Kalis sempat menjawab, kastil berguncang hebat. Atap hancur, dan di atas mereka muncul seekor naga hitam besar yang menghancurkan sisa-sisa bangunan kastil. Pemberontak tertawa keras dengan penuh percaya diri.

"Mereka bahkan membawa naga," gumam Itsuka tak percaya.

"Sayang sekali, Raja," salah satu pemberontak berbicara dengan nada mengejek, "ini adalah akhir dari kekuasaanmu. Tahta ini akan menjadi milik kami."

Namun tiba-tiba, sebuah angin berbentuk bor meluncur dari kejauhan, menghantam naga hitam dan mendorongnya keluar dari istana. Para pemberontak terkejut.

"Naganya biar aku yang urus," kata Itsuka yang baru datang dan di susul oleh Airi dari belakang, "kau selamatkan Raja Kalis bersama istri dan anaknya!"

Itsuka langsung melompat keluar istana.

Para pemberontak kembali tertawa dengan percaya diri. "Hahahaha.... Kau bodoh! Naga yang kami punya bukan hanya satu!!"

Dalam sekejap, tiga ekor naga lagi muncul dari balik awan, mendekati kastil, membuat semuanya terkejut.

"Sekarang bagaimana, Raja Kalis? Serahkan tahtamu, dan kami akan mengampuni nyawa semua orang di sini," kata pemimpin pemberontak dengan nada dan senyuman licik.

Raja Kalis, terlihat putus asa, dia langsung memandangi putra dan istrinya dengan tatapan yang khawatir.

Airi langsung berteriak, memanggil Raja Kalis. "KALIS!!"

Tatapan Kalis berpindah kepada Airi, yang tersenyum lebar dengan dan tidak takut. Melihat senyuman itu, keberanian Kalis kembali.

"AIRI! Ku serahkan naga-naga itu padamu," teriak Kalis dengan penuh tekad.

"O.K," balas Airi dengan bersemangat.

Para pemberontak terkejut lalu tertawa.

"Kau sendirian bisa apa?" Tanya pemimpin pemberontak dengan nada yang merendahkan.

Airi melompat ke arah naga-naga itu tanpa keraguan sedikit pun. Dengan satu pukulan kuat, salah satu naga terlempar keras ke tanah.

Dua naga lainnya langsung menyiapkan semburan bola api, namun Airi memukul mulut mereka sebelum sempat melepaskan serangan, menyebabkan bola api meledak di dalam tubuh mereka sendiri, dia terjatuh ke tanah dan tidak bergerak.

"" teriak Airi

Airi menciptakan tombak kristal biru besar yang melesat cepat dan menembus dada kedua naga tersebut. Hal itu membuat semua orang sangat terkejut.

Sementara itu, Itsuka muncul dari jendela kastil, menandakan bahwa dia telah mengalahkan naga hitam sebelumnya.

Para pemberontak terkejut melihat mereka berdua telah mengalahkan naga hitam mereka, mereka mulai ketakutan.

"Mustahil!"

"Mereka bisa membunuh naga hitam? Bahkan satu kerajaan pun kesulitan untuk mengalahkan satu naga hitam!"

Kalis mengarahkan bilah pedangnya ke leher pemimpin pemberontak. "Sekarang, jawab pertanyaanku. Dari mana kalian mendapatkan naga hitam itu?"

Namun, pemimpin pemberontak hanya tersenyum tipis. "Aku belum selesai. !!"

Lingkaran sihir muncul di bawah kaki mereka. Dari lingkaran itu, muncul Ice Dragon yang sangat besar, naga biru muda dengan es yang menutupi tubuhnya, dan sayap yang terbuat dari es.

Keberadaannya langsung membuat udara menjadi dingin dan membuat seluruh istana membeku. Angin berhenti berhembus dan berubah menjadi es, bahkan setengah kerajaan berubah menjadi padang es.

Itsukia, Kalis dan keluarganya, sangat terkejut melihat Ice Dragon muncul.

Para pemberontak kembali tersenyum dengan penuh percaya diri.

"Ini adalah akhir kalian," kata pemimpin pemberontak dengan tawa keras.

"Kau yang berambut biru, pergilah bersama Raja Kalis dan keluarga nya. Aku akan menghadapi naga ini," kata Itsuka dengan tatapan yang serius, meskipun dia tidak yakin bisa menang atau tidak.

Airi tersenyum bersemangat dan berjalan mendekati Itsuka. "Harusnya itu perkataan ku, kau pergi bawa Kalis dan keluarganya menjauh dari sini, akan ku hancurkan naga itu hingga berkeping-keping!"

Itsuka terkejut. "Kau benar-benar ingin melawan Ice Dragon sendirian? Apa kau sudah gila?" tanya Itsuka

Senyuman Airi semakin lebar. "Setidaknya aku jauh lebih kuat daripada dirimu, kau hanya akan mati sia-sia."

Itsuka terdiam beberapa saat, dia merasa kesal dengan perkataan Airi yang terdengar meremehkannya.

Saat dia akan membalas, Raja Kalis menghentikannya dengan menepuk pundaknya, Itsuka berbalik.

"Tenang saja, aku mengenal Airi. Jika dia bilang akan melakukannya, maka dia akan melakukanya." kata Raja Kalis.

Itsuka menatap Airi sejenak, lalu akhirnya mulai berlari, membawa Raja Kalis bersama keluarga nya menjauh dari situ.

"Dasar bodoh! Kau pikir bisa melawan Ice Dragon sendirian? Kau hanya akan mati sia-sia!" Ejek pemimpin pemberontak.

"Apa kalian pikir, kadal beku itu bisa mengalahkan ku?" Balas Airi.

Ice Dragon itu kemudian mengeluarkan aura esnya. Para pemberontak sangat percaya diri akan menang.

Ice Dragon menciptakan jutaan tombak es kecil lalu menyerang Airi, tombak itu melesat dengan kecepatan suara, tetapi tombak itu lenyap sebelum mengenai tubuh Airi.

Ice Dragon dan para pemberontak sangat terkejut.

"Ada apa kadal beku? Apa itu tadi serangan terbaik mu?" Ejek Airi.

Ice Dragon marah dan menciptakan penjara es yang langsung membekukan tubuh Airi, tetapi penjara es itu lenyap begitu saja, membuat Ice Dragon kembali terkejut.

Airi kemudian menyelimuti tubuhnya dengan partikel biru cerah. "" bisiknya dengan lembut.

Dia mulai melangkah maju, langkah pertama Airi menghancurkan semua es di daratan, dan langkah kedua Airi menghancurkan semua es yang membekukan angin, lalu langkah ke tiga Airi menghancurkan aura es milik Ice Dragon itu.

Ice Dragon sekali lagi sangat terkejut. Airi dengan cepat terbang dan memukul naga itu hingga pingsan.

Para pemberontak itu sangat terkejut dan ketakutan begitu melihat Ice Dragon mereka dapat di kalahkan dengan mudah.

"Ba-bagaimana mungkin seorang manusia biasa mengalahkan Ice Dragon yang bahkan bisa menghancurkan satu dunia?" tanya pemimpin pemberontak dengan gemetar.

"Ice Dragon hanya bisa menghancurkan dunia yang berada di universe ocean, bagi ku dia tetaplah makhluk lemah." jawab Airi sambil tersenyum.

"Apa kau bilang? Universe Ocean. Jangan-jangan kau ini!" kata pemimpin pemberontak itu dengan gemetar.

Mendengar perkataan itu Airi hanya membalasnya dengan senyuman licik. "Jadi bagaimana? Ingin menggunakan kekerasan atau menyerah secara baik?"

Para pemberontak berlutut tak berdaya dan Airi mengikat mereka, beberapa saat kemudian, Airi membawa semua pemberontak itu keluar dari istana.

Raja Kalis dan yang lain langsung merasa senang begitu melihat Airi keluar dari istana sambil membawa pemberontak yang sudah dia ikat.

"Airi!!" Teriak Raja Kalis.

"Kakak!!" Teriak Nilin sambil berlari dan melompat ke arah Airi, kemudian memeluknya.

Airi kemudian mengelus kepala Nilin "Kalis, Nilin" balas Airi.

"Kakak, hiks... Aku sangat takut..." Nilin menangis dan gemetar sambil memeluk Airi.

"Sudah tidak papa, aku sudah sudah mengurus naganya, jadi jangan menangis lagi" kata Airi sambil melihat ke arah Nilin.

"(Hebat! Kekuatan yang bahkan bisa membuat naga es tidak berdaya)" pikir Itsuka dengan penuh takjub

Airi menatap Raja Kalis dengan tatapan serius. "Kalis, aku punya perasaan buruk mungkin besok aku akan pergi dari dunia ini, aku ingin menyelidiki sesuatu"

"Kakak mau pergi?" tanya Nilin dengan raut wajah sedih.

"Tidak apa-apa Nilin aku pasti akan kembali lagi." Kata Airi sambil tersenyum lembut.

"Janji yah!" Kata Nilin

"Ya, aku janji," balas Airi.

Itsuka tiba-tiba berteriak dan bertanya kepada Airi. "Kalo begitu, apa boleh aku juga ikut denganmu?" tanya Itsuka

Semuanya terkejut dan melihat ke arah Itsuka.

"Aku tau aku akan menjadi beban nantinya, tapi aku ingin bertambah kuat, dan juga aku ingin mencari kedua orang tua ku di world ocean ini, karna itu kumohon izin kan aku untuk ikut denganmu!" Kata Itsuka sambil menundukkan kepala, memohon pada Airi.

Airi mendekati Itsuka sambil tersenyum. "Baiklah kalo begitu, kebetulan aku juga sedang mencari teman, kalo aku sendiri aku pasti akan kesulitan, Namaku Airi Tristalia, mulai sekarang mohon bantuannya Itsuka!"

Itsuka merasa sangat senang dan tersenyum lebar. "Terima kasih banyak, mohon bantuannya mulai sekarang"

Dan perjalanan dari Airi dan Itsuka baru dimulai, dari sini Airi akan bertemu dengan banyak teman-temannya baru dan akan membantunya mewujudkan akan impiannya.

kesatria petir ungu

Dua minggu setelah serangan pemberontak yang mengguncang Kerajaan Igas.

kerajaan perlahan pulih, perbaikan berlangsung sedikit demi sedikit, dan para pemberontak yang bertanggung jawab sudah ditahan. Airi dan Itsuka bersiap untuk meninggalkan dunia Iginas.

"Itsuka, bagaimana? Apa semua sudah siap?" tanya Airi sambil memeriksa perlengkapan mereka.

"Semua sudah siap, kak! Bahan bakar kita juga sudah terisi penuh," jawab Itsuka dengan tegas.

Airi memperhatikan Itsuka yang kini lebih sering memanggilnya "kakak". "(Entah mengapa... Semenjak itu, Itsuka sering memanggilku kakak. Yah, aku sendiri tidak masalah dengan itu)," pikir Airi dalam hati, tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong, kita akan menuju ke mana?" tanya Itsuka dengan penasaran.

"Ada satu dunia yang jaraknya cukup jauh dari sini. Kalau kita ke sana, mungkin kita akan mendapatkan petunjuk yang lebih jelas," jawab Airi.

Setelah menyelesaikan semua persiapan, Airi dan Itsuka berpamitan dengan orang-orang di Kerajaan.

Mereka memulai perjalanan mereka, setelah berlayar selama satu kilometer, tiba-tiba kapal itu berhenti bergerak.

"Hm... Kenapa kapalnya tidak bergerak?" tanya Airi sambil mengerutkan kening. "Itsuka, kau benar-benar sudah memeriksa semuanya?"

"Aku sudah memeriksa—hm!" Itsuka berhenti sejenak, pandangannya tertuju pada full meter kapal yang berkedip merah, meskipun jarumnya masih menunjukkan bahwa bahan bakar penuh.

"Kak, kenapa lampu di full meter ini berkedip?" tanya Itsuka kebingungan.

Airi, yang sudah terbiasa dengan keanehan kapal mereka, langsung memukul full meter tersebut dengan keras. Jarum penunjuk bahan bakar langsung turun drastis, menunjukkan bahwa bahan bakar sebenarnya habis.

"Kapal sialan... Lain kali aku akan jual kapal ini," kata Airi dengan kesal.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang, kak?" Tanya Itsuka.

"Tidak ada pilihan lain. Kita harus gunakan kapal darurat untuk pergi ke dunia terdekat dan membeli bahan bakar." Jawab Airi.

Mereka berdua menaiki kapal darurat dan menuju dunia terdekat yang dikenal sebagai dunia Garnias, sebuah dunia yang terletak beberapa ratus meter dari lokasi kapal mereka berhenti.

"Garnias, ya...," Airi menghela napas dalam-dalam saat mereka tiba. "Dunia ini hanya menjual senjata perang. Semoga saja kita bisa menemukan bahan bakar di sini."

Dia menundukkan kepalanya, merasa kecewa dengan prospek mereka.

"Banyak sekali senjata di sini," kata Itsuka dengan kagum, sambil melirik ke berbagai toko. "Pedang, busur, pistol, tombak... Bahkan ada gauntlet."

"Itsuka, kita di sini untuk mencari bahan bakar, bukan untuk membeli senjata," kata Airi sambil menahan godaan.

"Padahal kakak juga pasti mau hal kayak gini." Balas Itsuka.

Mereka terus menjelajahi seluruh kota di Garnias, namun sejauh ini belum juga menemukan bahan bakar untuk kapal mereka. Setelah seharian mencari tanpa hasil, mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah penginapan.

"Haaaa... Tidak ada gunanya, kita terjebak di sini," keluh Airi sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Kak, aku lapar. Aku akan keluar sebentar mencari makanan," kata Itsuka.

"Oh, kalau begitu, aku nitip sesuatu."

"Baiklah," jawab Itsuka sebelum keluar mencari makanan.

Setelah membeli makanan, Itsuka kembali ke penginapan, namun Airi sudah tidak ada di sana.

Penasaran, Itsuka bergegas mencarinya dan menemukan Airi berdiri di tengah kota, memegang sebuah kotak besar.

"Jadi kau di sini, kak. Aku sudah mencarimu ke mana-mana."

"Ah, maaf. Aku bosan menunggu di penginapan, jadi aku keluar sebentar. Dan lihat apa yang aku temukan!" Airi menunjukkan kotak yang dia bawa.

Itsuka melihat ke arah kotak dan terkejut. "Ini bahan bakar kapal! Batu hitam. Dengan ini kita bisa melanjutkan perjalanan, kan?"

Airi menjawab dengan sedikit kecewa, "Sayang sekali, satu kotak ini hanya akan mengisi 1/5 dari bahan bakar kapal kita. Kita butuh empat kotak lagi. Tapi paling tidak kita bisa ke dunia Gardum untuk membeli lebih banyak bahan bakar."

Mereka kemudian kembali ke penginapan untuk makan dan beristirahat penuh. Keesokan harinya, saat hendak kembali ke kapal, mereka melihat banyak orang berlarian menuju sebuah bangunan besar. Airi menghentikan salah satu dari mereka dan bertanya, "Hey, kalian sedang menuju ke mana?"

"Apa kau tidak tahu? Hari ini ada turnamen untuk menentukan siapa kesatria terkuat di dunia ini. Pertandingannya di gedung itu!"

Airi tersenyum lebar. "Heh... Kedengarannya menyenangkan. Itsuka, ayo kita menonton!"

"Menonton? Kak, kau tidak berencana ikut bertanding, kan?" Itsuka menatap Airi dengan curiga.

"Ma-ma-mana mungkin. Jangan langsung mengambil kesimpulan seperti itu," jawab Airi dengan panik.

"Tapi berdasarkan pengalamanku bersamamu selama dua minggu ini, kau selalu bilang 'Aku janji hanya akan menonton,' tapi kenyataannya kau malah ikut terlibat," balas Itsuka dengan tatapan tajam.

Kali ini, Airi berusaha meyakinkan Itsuka. "Aku benar-benar hanya akan menonton, suwer, serius, duarius lagi!."

Itsuka mendesah panjang. "Baiklah, tapi hanya beberapa menit saja."

Mereka berdua kemudian memasuki gedung besar itu. Di dalamnya, mereka melihat kesatria-kesatria bertarung dengan sengit. Banyak yang sudah tumbang, dan hanya tersisa sepuluh orang.

Tiba-tiba, seorang laki-laki dengan armor perak dan berambut ungu gelap memasuki arena. Beberapa kesatria lainnya bersiap menyerangnya, tetapi dia segera memasang kuda-kuda.

""

Dengan satu ayunan pedang horizontal, petir tipis menyerupai benang keluar dari pedangnya, memotong armor dan senjata para kesatria, menyetrum mereka hingga terkapar. Penonton terdiam, terpesona oleh kekuatannya lalu bertepuk tangan.

"Hebat... Aku tidak mungkin menang melawannya, bukan, kak?" Itsuka menoleh, tetapi Airi sudah menghilang. Di arena, Airi berdiri dengan pedang kayu di tangannya, senyum penuh semangat menghiasi wajahnya.

Itsuka hanya bisa bergumam sambil menatap Airi dengan tatapan kosong. "Seharusnya aku tidak pernah mempercayai perkataannya."

Airi berdiri di tengah arena dengan senyum lebar yang tak bisa hilang dari wajahnya.

"Ini peringatan! Jika kau ingin selamat, cepat pergi dari sini!" kata nya dengan tatapan tajam.

Namun, bukannya merasa gentar, Airi malah tertawa terbahak-bahak. "Ahahahaha! Kau menarik sekali! Kalau begitu, Airi Tristalia maju!" balasnya dengan nada penuh semangat.

"Kau sendiri yang memintanya, Blade maju," balasnya dengan suara tegas.

Pertarungan antara mereka dimulai seketika tanpa aba-aba tambahan.

Laki-laki itu bergerak dengan kecepatan petir ke belakang Airi, dan mencoba menebasnya dari belakang dengan pedangnya yang tajam berkilauan.

Namun, Airi dengan mudah menahan pedangnya hanya dengan telapak tangannya. Terdengar dentingan keras saat logam pedang bertemu dengan kulit Airi yang tampak biasa, dia sangat terkejut begitu merasakan kerasnya kulit Airi.

Tanpa ragu, Airi membalas dengan menebaskan pedang kayunya ke arahnya. Tapi dia sudah menduga serangan balasan itu, dan langsung melompat mundur, lalu dengan cepat menendang Airi hingga terlempar menghantam dinding arena dengan keras. Suara benturan itu menggema di seluruh arena, membuat para penonton terkejut.

Dia tidak memberikan Airi kesempatan untuk pulih. Dan langsung melompat maju, menarik pedangnya yang siap menusuk Airi yang masih tersandar di dinding. Airi semakin bersemangat, lalu dia melompat ke udara tepat pada waktunya, menghindar serangan itu. Pedang laki-laki itu menghantam dinding, dan menancap dalam di antara retakan yang baru terbentuk.

"Kau benar-benar menarik, ayo kita bermain!" Kata Airi dengan bersemangat.

Airi mendarat kembali di tanah dan dengan cepat berlari ke arah laki-laki itu. Laki-laki itu berhasil mencabut pedangnya dengan satu tarikan kuat, dan mereka kembali terlibat dalam adu pedang.

Dentingan suara logam dan kayu bergema di seluruh arena. Gerakan mereka begitu cepat hingga sulit diikuti oleh mata. Para penonton yang menyaksikan pertarungan itu terdiam, terpaku melihat pertarungan luar biasa dan menegangkan itu.

Airi terus tersenyum lebar, menikmati setiap momen pertempuran. Sementara di tempat duduk penonton, Itsuka menatap dengan ekspresi datar, lalu berbisik pada dirinya sendiri. "Hmm... Apapun yang terjadi, aku akan menganggap tidak melihat apapun."

Di sisi lain, laki-laki itu mulai bergumam dalam hatinya. "(Ini aneh. Orang ini terlalu kuat. Siapa dia sebenarnya? Menggunakan pedang kayu saja dia bisa membuatku kesulitan seperti ini.)"

Airi mengambil langkah mundur untuk memberi jarak. Sesaat kemudian, dia maju dengan kecepatan suara dan tiba-tiba sudah ada di hadapan laki-laki itu. Laki-laki itu sangat terkejut tapi tak sempat bereaksi atau mempertahankan dirinya.

Airi berhasil menebasnya dengan pedang kayunya. Namun, tepat saat pedang itu menyentuh tubuh laki-laki itu, pedang kayu Airi patah menjadi dua.

Dia menghentakkan kakinya ke tanah, penuh amarah. "Kau ingin menghinaku dengan menggunakan pedang kayu saat melawan kesatria terkuat di dunia ini?!" tanyanya dengan penuh kekesalan.

Airi hanya tersenyum kecil, seolah-olah tak merasa bersalah sedikitpun. "Habisnya, kalau aku pakai pedang besi atau yang lain, dan melukaimu, itu akan membuatku menjadi penjahat karena telah melukai putra mahkota dunia ini... Aku benar kan, Pangeran Blade Kuroyami?"

Ucapan itu membuat seluruh arena terdiam lagi. Para penonton sangat terkejut mendengar identitas laki-laki. Sementara Itsuka yang mendengar itu hanya bisa berdiri diam dan sudah bodoamat, menatap Airi dengan ekspresi polos yang sama seperti sebelumnya.

"Jadi begitu, karena aku adalah putra mahkota jadi kau menahan diri, kalau begitu menyesal lah di akhirat karena telah meremehkan ku!" kata Blade dengan penuh kekesalan.

Blade mengangkat pedangnya ke langit. Seketika itu, langit yang cerah di atas arena diselimuti awan hitam tebal yang berputar membentuk pusaran. Suara guntur menggelegar, dan petir mulai menyambar di sekeliling mereka.

"" teriak Blade.

Petir yang sangat besar turun dari langit, langsung menghantam tempat Airi berdiri. Dampak dari petir itu begitu kuat hingga menciptakan lubang besar di setengah arena. Para penonton yang menyaksikan serangan itu sangat terkejut, tak percaya akan kekuatan yang baru saja dilepaskan oleh Blade.

Namun, dari balik asap yang mengepul, suara Airi terdengar. "" teriaknya dengan tegas.

Airi mengayunkan pedang patahnya, dan pusaran energi besar terbentuk, menghisap petir dan awan hitam itu ke dalamnya. Pusaran itu berputar dengan kekuatan dahsyat, dan dalam hitungan detik, langit kembali cerah seperti semula. Blade terkejut dan terdiam tanpa kata-kata selama beberapa detik.

"A... Aliran Perak? Bagaimana mungkin? Itu aliran milik Red King, penggunaan pedang terkuat." Gumam Blade, matanya melebar karena terkejut.

Airi hanya tersenyum kecil, dengan nada santai dia menjawab, "Entahlah?"

Kemarahan Blade memuncak. Dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi, dia melesat ke arah Airi dan berniat menebas nya.

Namun, sebelum Blade bisa mencapai targetnya, Airi sudah bergerak lebih cepat. Dia tiba-tiba sudah ada di belakang Blade, dan dengan satu pukulan keras, Airi langsung membuat Blade pingsan.

Arena yang semula dipenuhi suara guntur kini diisi dengan suara sorak-sorai penonton. Mereka bersorak atas kemenangan Airi.

perempuan api dan rekan baru

Sembilan puluh tahun yang lalu, di dunia Garnias.

Ribuan phantom datang menyerbu istana dunia Garnias, semua kesatria yang berada di dunia Garnias mencoba melawan dan memukul mundur mereka.

"Jangan gentar! Kita harus bisa memukul mundur mereka!!!" kata Raja dunia Garnias dengan tegas.

Di dalam istana, lebih tepatnya di kamar raja, terlihat Blade kecil yang sedang ketakutan di peluk oleh ibunya.

"Mama.." gumam Blade dengan suara gemetar.

"Tidak apa-apa, papa dan yang lainnya pasti bisa mengatasi para phantom." kata ibu Blade untuk menenangkan Blade.

Tiba-tiba, ledakan terdengar dari lantai satu istana, hal itu membuat Blade dan ibunya terkejut, Blade terlihat semakin ketakutan dan ibunya memeluk nya dengan semakin erat.

"Blade, tetap disini dan jangan kemana-mana.." kata ibu Blade.

Ibu Blade membawa pedang logam hitam panjang dan keluar dari kamar, tak lama kemudian terdengar suara bentrokan dua pedang yang sangat kuat, hingga akhirnya suara bentrokan dua pedang itu menghilang.

Blade yang penasaran memutuskan untuk keluar dan menuju ke lantai satu, dia terkejut bahwa lantai satu sudah terbakar, dan dia lebih terkejut lagi melihat ibunya sedang terbaring di lantai dengan pedang yang menancap di Rune milik nya tanpa melukai tubuhnya.

Blade langsung berlari mendatangi ibunya dan memanggilnya beberapa kali, tapi tetap tidak ada respon, Blade mulai menangis sambil mengenggam tangan ibu nya, air mata mulai mengalir di pipi Blade.

Tak lama kemudian, Blade melihat dari balik api besar, sebuah siluet seorang anak laki-laki yang tingginya tidak terlalu jauh dari nya, anak laki-laki itu menggunakan armor api juga memiliki enam sayap cahaya, serta memakai topeng.

"Apa kau, apa kau yang membunuh ibu ku!!!?" tanya Blade dengan penuh kemarahan.

Tapi tidak ada jawaban dari nya, dia menghilang dari kobaran api itu.

"Aku pasti akan membunuh mu, pasti!!!!!" teriak Blade ke arah nya meskipun dia sudah tidak ada di sana.

"Hari itu adalah hari dimana aku menyadari betapa lemahnya diriku ini," kenang itu muncul dalam pikiran Blade, "Semenjak itu, aku bersumpah pada diriku sendiri. Aku tak akan kalah dari siapapun lagi. Aku akan menjadi ksatria terkuat di World Ocean ini!”

Cerita kemudian beralih ke masa kini,

Blade terbangun di sebuah ruang istirahat megah, dengan cahaya pagi yang terang masuk dari jendela. Kepalanya sedikit pening, dan dia menatap sekeliling, mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi.

"Apa yang terjadi?" gumamnya, dengan kebingungan.

Seorang pelayan dengan langkah hati-hati memasuki ruangan.

"Permisi, Pangeran... Yang Mulia memanggil Anda," kata pelayan itu dengan hormat.

"Ayah memanggilku?" Dia akhirnya mengingat apa yang terjadi. "Yang terakhir kuingat, aku ikut serta dalam pertarungan itu dan... Begitu ya, aku kalah." Ekspresinya berubah serius. "Beri tahu ayah, aku akan segera ke sana!" perintahnya dengan suara tegas.

Setelah pelayan meninggalkan ruangan, Blade mempersiapkan dirinya. Pikiran tentang kekalahannya memenuhi benaknya. "Orang itu... Namanya Airi Tristalia. Dia terlalu kuat. Levelnya jauh di atasku, dan gaya bertarungnya... Ternyata, aku masih jauh dari sebutan 'yang terkuat.'" Gumamnya.

Blade akhirnya tiba di ruang tahta, dan tatapan tajam Raja Jack, ayahnya, langsung menusuknya. Raja Jack duduk di singgasana, raut wajahnya kesal dan marah.

"Aku sudah mendengar semuanya, Blade," kata raja dengan nada yang tegas. "Tidak hanya kau ikut serta dalam pertarungan tanpa izinku, tapi kau juga kalah."

Blade merunduk dalam-dalam, suaranya tegas tapi penuh dengan penyesalan. "Aku benar-benar minta maaf, Ayah."

"Kau akan menerima hukuman mu nanti, tapi sekarang ada masalah yang lebih penting," ujar Raja Jack.

"Masalah apa itu, Ayah?" Blade menegakkan kepalanya.

"Di hutan utara, tiga lingkaran sihir pemanggilan terlihat," jelas Raja Jack. "Namun, ini bukan sihir pemanggilan biasa. Dilihat dari pola sihirnya, itu adalah sihir pemanggilan Ice Dragon."

Mata Blade terbelalak. "Ice Dragon...! Satu dari mereka saja sudah mampu menghancurkan satu dunia di universe ocean ini!"

Sebelum Raja Jack melanjutkan perkataannya, raungan keras terdengar dari arah gunung utara. Terdengar begitu menakutkan hingga dinding istana seakan bergetar.

Dari jendela, terlihat satu naga es muncul, ukurannya jauh lebih besar dari naga es yang biasanya terlihat di dunia Ignis. Bahkan dari jarak 400 meter, wujudnya mengintimidasi, dan aura dinginnya mulai menjalar hingga ke seluruh kerajaan, membekukan segalanya dalam jangkauannya.

"Apa-apaan naga itu!" Kata Blade dengan cemas. "Itu bukan ukuran normal Ice Dragon... Seluruh kerajaan bahkan berubah menjadi kota es hanya dengan kehadirannya dari jarak sejauh itu!"

Tiba-tiba, dua orang masuk ke dalam ruang tahta. Suara riang terdengar, seakan-akan ancaman Ice Dragon tak membuatnya gentar.

"Wah, Ice Dragon itu benar-benar besar," katan salah satu dari mereka.

Blade berbalik dan terkejut saat melihat Airi Tristalia berdiri di sana, tersenyum santai dengan Itsuka yang mengikutinya dari belakang.

"Kau... Airi Tristalia..." gumam Blade.

"Yo, Pangeran, dan juga lama tak bertemu, Paman Jack," jawab Airi dengan santai, melambaikan tangan.

Raja Jack tersenyum kecil melihatnya. "Senang melihatmu masih seperti dulu, Airi. Aku tidak tahu kau ada di sini. Jika kau datang, kau seharusnya menghubungiku."

"Maaf, Paman. Sebenarnya aku tak bermaksud mampir, tapi terpaksa saja."

Blade dan Itsuka terkejut bahwa Airi mengenal Raja Jack, bahkan berbicara seperti seorang teman.

Saat mereka berbicara, raungan Ice Dragon itu semakin keras. Kali ini, dua Ice Dragon lagi muncul dari lingkaran sihir, ukurannya sama besar dengan yang pertama. Aura dingin mereka semakin kuat, dan kali ini bahkan sampai bisa membekukan setengah dunia Garnias.

Blade yang tidak bisa lagi menahan diri, berlari keluar kastil. "Aku tidak bisa diam saja! Aku harus menghentikan mereka!"

"Tunggu, Blade!" Raja Jack memanggilnya, tapi Blade terus melangkah keluar. "Anak itu benar-benar keras kepala." kata Raja Jack.

"Aku juga akan pergi," kata Airi, diikuti oleh Itsuka yang dengan antusias berkata. "Aku juga akan ikut! Aku tidak akan lari lagi. Kali ini aku akan menghadapi nya!."

Airi tersenyum dan membiarkan Itsuka untuk ikut, mereka berdua segera menyusul Blade. Saat mereka mendekati medan pertempuran, Airi mengeluarkan jubah api phoenix dari ruang penyimpanan nya. "Itsuka, pakai ini!" katanya sambil melemparkan jubah itu kepada Itsuka.

Setelah beberapa meter berlari, mereka melihat Blade berhenti dan mengigil akibat dinginnya udara.

"Ini akibat kau bertindak tanpa berpikir dulu." kata Airi.

"Berikan cepat... Aku hampir beku!" kata Blade dengan gemetar.

Airi mengeluarkan satu lagi jubah Phoenix dan langsung memberikannya ke Blade, Blade mengambil jubah itu dan memakainya.

Sesampainya di tempat lingkaran sihir, mereka disambut oleh pemandangan mengerikan—30 orang terbaring membeku, tubuh mereka hancur berkeping-keping meski mereka telah mengenakan jubah api phoenix. Blade dan Itsuka kebingungan.

"Kenapa mereka masih bisa membeku? Bukankah mereka memakai jubah ini?" tanya Blade dengan heran.

Airi menjelaskan dengan tenang. "Jubah ini memakan energi sihir yang sangat besar. Jika energimu habis, maka jubah ini tak akan berfungsi. Jadi, jika mereka menggunakan sihir pemanggilan dan mengenakan jubah ini bersamaan, sudah jelas mereka akan kehabisan energi sihir."

"Bilang dari tadi!! Energi sihir ku ini sedikit!!!" teriak Blade ke arah Airi dengan kelas.

Airi dan itsuka terkejut saat Blade tiba-tiba berteriak. "Kenapa kau tiba-tiba berteriak seperti itu?" tanya Airi.

"(Dia pasti kesal karena kalah dari kakak, aku tidak akan bilang itu ah.)" tapi senyuman Itsuka mengatakan segalanya.

Mereka akhirnya sampai di dekat tempat ketiga Ice Dragon itu ada, terlihat mereka bertiga hanya berdiri terdiam dengan aura es yang tidak henti-hentinya terpancar.

"Tidak masalah, aku akan urus yang di tengah, kalian urus dua yang lainnya!" Airi memandang tajam ke arah Ice Dragon besar yang menjulang di depannya.

Airi terbang dengan cepat ke arah Ice Dragon yang ada di tengah itu.

"Oi!! Tunggu dulu!" Blade berteriak mencoba mengejar, tetapi Airi sudah terlalu jauh. "Cih. Aku ambil yang di kiri, kau ambil yang di kanan!"

"Panggil aku Itsuka. Pangeran Kuroyami." Kata Itsuka, sambil mengeratkan sarung tangannya dan tersenyum kecil.

Mereka berdua berlari menuju dua ekor ice dragon. Airi melesat dengan sangat cepat ke arah Ice Dragon itu dan langsung menghantam kepala naga itu dengan pukulan yang begitu kuat. Ice dragon itu terlempar sejauh 30 meter, tubuhnya yang besar menghantam tanah dengan dentuman keras. Namun, sang naga tidak tumbang. Ukuran tubuhnya yang mencapai 360 meter membuat pukulan itu hanya seperti lemparan batu kecil.

Blade sangat terkejut ketika Airi berhasil membuat Ice Dragon itu terlempar jauh. "Dia itu sejenis monster atau apa sih?"

Di sisi lain, Itsuka hanya tersenyum kecil. Dia sudah tahu kekuatan Airi, dan kejadian itu tidak lagi mengejutkannya.

Airi yang melihat ice dragon itu bangkit lagi, tersenyum penuh semangat. "Hebat juga," gumam Airi. "Waktunya kita bermain."

Dia melesat menuju sang naga yang kali ini menyerangnya dengan pilar-pilar es yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Di atasnya, tombak-tombak es juga terbentuk di udara dan meluncur ke arahnya.

"" teriak Airi.

Kristal biru muncul dan langsung menyelimuti Airi, menghancurkan setiap serangan yang mengarah padanya. Tidak berhenti di situ, Airi melanjutkan serangannya dengan pukulan kuat yang menghantam wajah ice dragon. Naga besar itu terlempar 100 meter ke belakang, menghantam pepohonan di hutan dan menghancurkan tempat dia mendarat.

Sementara itu, Blade dan Itsuka masih berjuang melawan ice dragon mereka.

"" Serangan petir ungu Blade mengenai Ice Dragon, mendorong naga itu mundur sejauh 5 meter. Namun, naga tersebut hanya mengerang marah, seolah serangan itu tidak lebih dari gangguan kecil.

"" Itsuka melancarkan serangannya. Angin berputar tajam seperti bor menghantam perut ice dragon, membuatnya berteriak kesakitan. Meski begitu, naga itu masih berdiri kokoh.

Blade menghela napas. "Rupanya serangan seperti itu masih bisa melukai mereka. Setidaknya aku tahu mereka tidak tak terkalahkan."

"Rasa percaya diriku kembali lagi." kata Itsuka sambil tersenyum tipis.

Itsuka kemudian mengangkat tangannya ke depan, tangan kanan di atas dan kiri di bawah. Angin di sekelilingnya berkumpul, membentuk sebuah pedang tipis namun tajam di tangannya. "" Ribuan bilah angin terbentuk di udara dan meluncur cepat menuju Ice Dragon. Di tempat lain, Blade juga sedang bersiap dengan serangan terkuatnya.

""

Dua serangan itu menghantam kedua Ice Dragon dengan kekuatan penuh. Jeritan naga terdengar keras, namun mereka masih bisa berdiri, meskipun terluka parah.

Blade menggeram dalam hati. "(Sial, mereka masih bisa berdiri. Kalau aku melancarkan satu serangan lagi... Energi sihirku akan habis.)" Dia menoleh ke Itsuka. "Kau masih bisa menyerang sekali lagi?"

Itsuka tersenyum tipis. "Sayang sekali, tapi kakiku sudah mulai terasa beku."

"(Sial! Di mana Airi? Apa dia belum selesai?)"

"" Suara teriakan seorang gadis terdengar bergema dari dalam hutan.

Seketika itu juga, sebuah tinju api raksasa muncul dari pepohonan, membakar habis kedua Ice Dragon tersebut. Suhu yang panas mencairkan es di sekitar mereka, namun anehnya, hutan tetap utuh tanpa terbakar.

"(Apa-apaan serangan itu?!)" pikir Blade, takjub. "Dua ice dragon langsung terbakar habis, dan wilayah ini mencair tapi hutan tidak terbakar. Dia benar-benar mengendalikan sihirnya dengan baik."

Dari balik pepohonan, muncul seorang gadis berjubah merah tua. Dia melangkah keluar dengan percaya diri, dan dia berbicara dengan nada sombongan.

"Orang-orang bodoh, mencoba melawan Ice Dragon yang telah diberi tanduk raja."

"Tanduk raja? Apa itu?" tanya Blade, penasaran.

Gadis itu membuka tudung jubahnya, memperlihatkan rambut panjang berwarna merah terang yang berkibar seperti api yang sedang menyala. "Mana mungkin aku akan memberikan informasi semudah itu. Ada harga atas informasi dariku."

Blade mendengus kesal. "Dasar mata duitan! Aku paling benci orang sepertimu."

Gadis itu tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana jika kalian bisa mendaratkan satu serangan padaku, aku akan beritahu apa itu tanduk raja."

Blade dan Itsuka saling berpandangan, mempertimbangkan tantangan itu.

"Apa kau masih bisa bertarung?" Bisikin Blade.

"Sayangnya sudah tidak bisa, bergerak saja sudah kaku karena kaki ku membeku." Jawab Itsuka.

"Bagaimana, pangeran? Mau menerimanya?" tanya Itsuka.

"Aku akan menolaknya, kami sudah berada di kondisi kehabisan tenaga." Jawab Blade.

Tiba-tiba, teriakan terdengar dari dalam hutan. "Oi! Blade! Itsuka!" Airi muncul, melambai pada mereka. "Kalian lama sekali!"

"Kak, kau lama sekali." Kata Itsuka.

"Maaf-maaf, aku terlalu asyik bermain-main dengan naga itu." Airi melihat dua ice dragon yang sudah terbaring gosong. "Wow, kalian mengalahkan mereka? Hebat sekali."

"Eh, sebenarnya bukan kami, tapi dia-" kata Blade sambil menunjuk ke arah gadis itu. Namun ketika dia melihat, gadis itu sudah menghilang.

"Wanita mana?" tanya Airi kebingungan.

Blade menghela napas. "Yah sudahlah. Ayo kita kembali ke istana."

Sesampainya di istana, mereka melihat banyak orang yang berkumpul sambil menggigil kedinginan. Tanpa pikir panjang, Airi mengeluarkan beberapa jubah api phonix miliknya dan memakaikan kepada semua orang untuk menghangatkan mereka. Seorang pelayan kemudian datang menghampiri mereka.

"Pangeran, Tuan Airi, dan Tuan Itsuka, Yang Mulia memanggil kalian bertiga."

Mereka mengikuti pelayan itu menuju ruang tahta. Raja Jack duduk di atas singgasananya dengan ekspresi serius.

"Terima kasih telah datang kemari. Ada tiga hal yang ingin aku sampaikan pada kalian. Pertama, terima kasih karena telah menyelamatkan dunia ini. Kalau kalian tidak ada, sudah dipastikan dunia akan hancur. Kedua, hukuman terhadap putraku, Blade Kuroyami..."

Blade menundukkan kepalanya, wajahnya menunjukkan rasa bersalah.

"Meskipun kau telah menyelamatkan dunia ini, kesalahanmu tidak dapat dimaafkan. Oleh karena itu, kau akan diasingkan dari dunia ini... Jangan kembali sampai kau telah menjadi lebih kuat."

Blade mengepalkan tinjunya. "Baiklah, Ayah."

"Lalu yang ketiga, Airi Tristalia dan Itsuka Nagasaki. Aku ingin memberikan kalian hadiah sebagai ucapan terima kasihku. Katakan apa keinginan kalian."

Airi tanpa ragu menjawab, "Aku ingin batu hitam untuk bahan bakar kapalku. Kami sebenarnya kehabisan bahan bakar."

"Baiklah," jawab Raja Jack. "Keinginanmu akan dipenuhi. Bagaimana denganmu, Itsuka?"

Itsuka menundukkan kepalanya sedikit. "Maafkan aku, Yang Mulia, tapi aku tidak layak mendapatkan hadiah itu. Sejujurnya, bukan aku yang mengalahkan ice dragon itu. Seseorang menolongku dan pangeran. Jika bukan karena dia, kami pasti sudah mati."

Raja Jack terdiam sejenak. "Baiklah, jika kau bilang begitu maka tidak apa-apa. Dengan ini, pertemuan selesai."

Blade langsung menuju kamarnya, membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba, Airi muncul di belakangnya.

"Kemana kau akan pergi, Pangeran?" tanya Airi.

"Aku juga tidak tahu..." Blade menjawab pelan. "Tapi aku harus menjadi lebih kuat, agar aku tidak kehilangan orang yang kusayangi lagi. Saat aku berumur 7 tahun kerajaan Garnias sempat di serang oleh pasukan phantom, saat aku dan ibu ku bersembunyi di istana, seorang phantom menerobos masuk ke dalam istana dan menghancurkan istana ini, ibu ku mencoba melawan phantom itu, tapi...... Dia tiada, aku kehilangan ibuku. Kalau saja aku punya kekuatan waktu...." Blade mengepalkan tangannya dengan sedih.

"Kalau kau jadi kuat, apa yang akan kau lakukan?" tanya Airi sambil menatap ke arah luar jendela.

"Aku akan membalas kematian ibu ku, aku akan mencari phantom itu dan membunuh nya dengan tangan ini." jawab Blade dengan penuh kemarahan.

Airi terlihat terdiam sejenak, seolah-olah memikirkan sesuatu. "Apa kau tau sosok phantom itu?"

"Aku masih mengingat nya dengan jelas, dia memiliki armor api dan enam sayap cahaya, serta memakai topeng yang unik." jawab Blade.

"Begitu....." Tatapan Airi tiba-tiba berubah, seperti seseorang yang menyesali sesuatu.

Dia kemudian mendekati Blade sambil tersenyum. "Aku akan membantu mu, aku akan membuat mu menjadi kuat agar kau bisa membalas kan dendam mu itu."

Blade terkejut dengan perkataan Airi, dia menatap Airi dengan ekspresi terkejut.

"Ikut dengan kami Blade, bersama-sama kita akan menjelajahi World Ocean ini!" Airi mengulurkan tangannya ke arah Blade.

Blade tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Airi, mereka berdua saling bersalaman.

"Kalau begitu, akan ku pegang janji mu itu, Airi."

"Tentu saja!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!