Kerajaan Fullmoon adalah sebuah kerajaan yang terletak di tengah-tengah daratan yang subur dan indah. Dikelilingi oleh perbukitan hijau dan hutan yang rimbun. Namanya diambil dari keindahan malam bulan purnama yang sering kali menjadi momen magis bagi penduduknya.
Konon di kerajaan ini ada sebuah misteri yang belum terpecahkan sejak 1000 tahun yang lalu, misteri yang berdampak besar jika ditemukan dan bisa merubah kerajaan ini.
Di malam bulan purnama yang indah dan sakral, Ratu Alice tiba-tiba merasakan perutnya mulas ia menyadari bahwa saat persalinan telah tiba.
Dalam kepanikan, ia segera memanggil para dayang-dayang istana, yang sigap datang untuk membantunya.
Kamar yang dihiasi dengan kain tapestri yang elegan dan cahaya lilin yang lembut tidak lain milik Sang ratu yang merupakan seorang wanita anggun dan lembut, ia terbaring di tempat tidur, wajahnya menunjukkan rasa sakit. Dia meraih perutnya yang buncit serta nafasnya berubah menjadi berat.
"Bayinya akan segera lahir." Lirih Ratu Alice, keringat mulai membasahi wajahnya.
Rasa sakit yang tiada tara menjalari sekujur tubuhnya, rasanya mustahil untuk mengeluarkan manusia dalam tubuh mungilnya.
Suara kekhawatiran mengisi udara saat pelayan-pelayan bergegas masuk ke dalam kamar, langkah-langkah mereka bergema di lantai marmer. Mereka mengelilingi Ratu Alice,
"Siapkan perlengkapan persalinan! Kita harus bertindak cepat!" Titah salah satu pelayan yang panik.
"Tahanlah, yang mulia kami di sini untuk membantu Anda." Ucap salah satu pelayan disamping sang Ratu.
Ratu Alice hanya bisa mengangguk lemah, namun matanya penuh dengan tekad.
Tak lama tabib kerajaan segera dipanggil dengan cepat. seseorang yang ahli dalam bidang persalinan, ia datang dengan peralatan yang diperlukan untuk membantu Ratu Alice.
"Jangan khawatir yang mulia, saya disini untuk membantu persalinanmu," Ucap sang tabib menenangkan.
Suasana di ruangan itu sangat tegang saat Ratu Alice mengerang dan mendorong dengan kuat. Dia merasakan rasa sakit yang tak tertahankan, tetapi tekadnya tidak goyah, untuk melahirkan seorang anak yang akan menjadi penerus Kerajaan ini.
"Aku bisa..."
Ia terus mendorong dengan kuat, sekali dua kali, tiga kali, Tabib dan pelayan tak hentinya untuk menyemangati sang Ratu.
Disisi lain Mendengar bahwa istrinya sedang melahirkan Raja Erick menunggu dengan gelisah, langkah kakinya bergema di koridor yang sunyi sambil ia berbisik berdoa dengan tulus agar persalinan berjalan lancar dan anak mereka lahir dengan selamat.
Beberapa jam kemudian suara tangisan memecah keheningan. Para pelayan saling pandang, matanya dipenuhi dengan rasa lega dan kegembiraan
"Seorang Putri cantik telah lahir!" Teriak sang Tabib dengan berlinang air mata.
Mendengar suara tangisan bayi Raja Erik bergegas menuju pintu kamar yang terbuka campuran emosi membanjiri dirinya saat itu. Matanya langsung tertuju pada Ratu Alice, yang memeluk putri mereka yang baru lahir.
"Alice putri kita lahir dibawah cahaya bulan purnama, dia akan membawa cahaya pada kita dan kerajaan." Ucap sang Raja dengan nanar.
Ratu Alice hanya tersenyum lemah, namun sorot matanya menunjukkan kebahagiaan yang tidak terkira.
"Sophia, putri ini adalah Sophia." Ucap sang Raja." Dia akan tumbuh menjadi wanita yang bijaksana dan penuh kebaikan."
Dalam bahasa Yunani Sophia memiliki arti Kebijaksanaan, dan mereka mengharapkan Sang putri akan menjadi Wanita yang bijak.
Kabar kelahiran Putri Sophia dengan cepat menyebar ke seluruh kerajaan. Penduduk Fullmoon merasa gembira dan berbahagia atas kedatangan putri baru mereka. Mereka berharap agar Sophia tumbuh menjadi seorang putri yang bijaksana, cantik, dan penuh kasih, serta membawa kebahagiaan dan kemakmuran bagi kerajaan mereka.
Di pasar, para pedagang berbisik-bisik. "Putri Sophia telah lahir! Dia akan menjadi pewaris takhta yang bijaksana seperti orang tuanya," kata mereka dengan penuh harapan. Orang-orang berkumpul di jalan-jalan, berbagi kebahagiaan mereka dan berdoa untuk masa depan yang cerah bagi sang putri.
Sementara itu para pelayan di istana bekerja keras, menghiasi setiap sudut ruangan dengan bunga-bunga yang indah dan mempersiapkan pesta yang megah untuk menyambut kelahiran putri mahkota,
Pesta perayaan berlangsung sepanjang malam, dengan para tamu menikmati makanan lezat, tarian, musik. Suasana di dalam istana penuh sukacita dan kegembiraan.
...----------------...
Ketika raja dan ratu sedang berada disamping ranjang bayi,ratu yang tersenyum bahagia mulai mengeluh.
"Aku merasa tidak enak badan yang mulia," Ucapnya terengah-engah seperti menahan sakit, ia memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri.
"Sayang, apa yang terjadi?" Tanya Raja Erick panik.
Wajahnya berubah menjadi pucat."Aku tidak tahu, rasanya sakit sekali.." suaranya melemah dan sang ratu pingsan.
Seminggu setelah kelahiran putri Sophia, sayangnya sang Ratu jatuh sakit dan meninggal dunia. Kabar duka ini menyebar dengan cepat, mengubah suasana dari kegembiraan menjadi kesedihan yang mendalam di seluruh kerajaan Fullmoon.
Rakyat, bangsawan, dan semua orang yang mengenal Ratu merasa terpukul, mendengar berita ini. Ratu adalah sosok yang penuh kebaikan, kelembutan, dan kebijaksanaan.Orang-orang berkumpul di gereja dan tempat-tempat ibadah untuk berdoa bagi arwah sang Ratu.
"Apa yang terjadi pada Ratu? Bagaimana bisa dia meninggal begitu tiba-tiba?" Tanya salah satu warga.
Di istana, suasana menjadi hening .wajahnya pucat dan mata terlihat sayu. Hati dan pikirannya terasa hampa, karena baru saja ia kehilangan ratu yang dicintainya, Ratu Alice.
Dia memegang foto Ratu dan menatapnya dengan penuh kerinduan. "Sayangku, Ratuku, kenapa kau pergi secepat ini?" lirihnya dengan suara serak.
Erick berjalan melalui gang-gang istana, diiringi oleh pengawal setianya. Setiap orang yang melihatnya dapat melihat kepedihan yang mendalam di matanya. Rakyat yang lewat memberi penghormatan pada raja mereka, menunjukkan dukungan dan simpati mereka.
"Mereka mengharapkan kekuatan dariku, dan aku tidak akan mengecewakan mereka," gumam Erick dalam hati. "Aku akan menjadi pemimpin yang bijaksana, seperti yang Alice harapkan dariku."
Erick sadar bahwa kehidupan harus terus berjalan, meskipun kehilangan yang ia rasakan begitu besar. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membangun masa depan yang cerah bagi putri mereka, Sophia, dengan cinta dan kebijaksanaan yang sama seperti yang dia miliki.
Namun ketika ia menatap putrinya, ada perasaan campur aduk dalam dirinya, satu sisi ia senang dengan kehadirannya di dunia, namun di sisi lain ia sedih Ratu Alice harus meninggal setelah melahirkannya.
Erick menatap wajah Sophia, melihat ciri-ciri Alice terpancar di dalamnya. Matanya yang lembut berwarna biru gelap, senyumnya yang cerah, semuanya mengingatkannya pada istrinya yang telah pergi.
Putri Sophia, yang masih kecil, Dia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang membuat hatinya terasa kosong. Tanpa sadar, tangisannya memenuhi ruangan, seolah-olah dia menyadari bahwa ibunya telah pergi untuk selamanya.
.
.
10 tahun berlalu
Seorang gadis dengan rambut panjang indah tergerai, mata birunya bersinar,senyumnya yang merekah, dan gaunnya yang indah, terus berlari sepanjang lorong istana, disusul oleh para dayangnya, mereka tak hentinya tertawa, menunjukkan kebahagiaan yang memenuhi hatinya, kini Sophia sudah berusia sepuluh tahun.
Tiba-tiba, tanpa sengaja, Sophia bertabrakan dengan seorang anak laki-laki sampai terjatuh, dengan sigap anak itu langsung membantu Sophia berdiri lantas membungkuk dan menundukkan kepalanya.
"Maafkan saya tuan putri." Katanya dengan rasa penyesalan.
"Peter! Aku yang seharusnya minta maaf." Ucap Sophia sembari tertawa.
Peter hanya menunduk dan memberikan seulas senyuman."Tidak apa apa tuan Putri."
Sophia memutar bola matanya."Kamu tidak usah bersikap Formal seperti ini padaku Peter!"
Sophia lantas langsung mengambil tangan Peter menyeretnya berlari bersama, dan anak laki laki itu tak bisa menolak Tuan putri.
Peter adalah anak dari seorang jenderal di Kerajaan Fullmoon dan akan menjadi pengawal pribadi Putri Sophia di masa depan. Meskipun perbedaan usia mereka tidak jauh, Peter selalu ada di samping Sophia, menjadi temannya.
Peter dan Sophia pergi ke taman istana, tempat di mana bunga-bunga indah tumbuh dengan subur. Mereka terpesona oleh keindahan taman tersebut. Bunga-bunga berwarna-warni mekar dengan sempurna, memancarkan aroma yang harum. Sophia dan Peter berjalan di antara deretan bunga.
"Peter, lihat bunga-bunga ini!" ucap Sophia dengan penuh kekaguman, ia berlari kesana kemari, mencium setiap bunga yang mekar.
Peter tersenyum. "Ya, bunga bunganya sangat cantik, aku belum pernah melihat bunga-bunga seindah ini sebelumnya."
Sophia dan Peter berhenti di depan bunga mawar yang mekar dengan sempurna. Mereka terpesona oleh keindahan kelopak-kelopak mawar yang lembut,
"Kau tahu Peter, aku selalu ingin memberikan bunga cantik ini pada ibuku.!"Sophia membungkuk dan mencium mawar yang paling indah.
"Tuan putri bisa memberikannya kapanpun tuan putri mau,"
Anak ini memahami perasaan sang Putri yang bersedih, namun ia tidak ingin gadis ini larut dalam situasi ini. Peter dengan hati hati memetik satu bunga mawar merah yang paling sempurna dan memberikannya pada Sophia.
"Jika Tuan Putri merindukan Ratu, Tuan putri tinggal bercermin saja, saya yakin kalian sangat mirip, baik dari wajah dan juga sikap." Ucap Peter berusaha menghibur sang Putri.
Sophia tersipu malu dan tersenyum pada Peter. dengan senang hati menerima bunga itu dan meletakkannya di rambutnya.
Di taman itu, Peter dan Sophia merasa bebas. Mereka berlari-lari kecil di antara bunga-bunga, tertawa riang, dan menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama.
Sejak kecil, Putri Sophia selalu memiliki semangat belajar yang tinggi. Dia adalah seorang gadis yang cerdas dan berbakat, ayahnya, Raja, sangat mendukung keinginan Sophia untuk belajar. Dia menyediakan guru-guru terbaik untuk mengajarinya berbagai mata pelajaran, mulai dari sejarah dan politik hingga seni dan sastra.
Tidak hanya dalam hal akademik, Sophia juga belajar banyak tentang kepemimpinan dan tanggung jawabnya sebagai pewaris takhta.
...----------------...
Hari itu, Raja memanggil Putri Sophia ke ruang takhta dan memberitahunya tentang keputusan yang mengubah hidup mereka.
"Sophia." Panggil Ayahnya.
Sophia datang lalu menekuk sedikit kakinya lantas membungkuk hormat pada Ayahnya.
"Ada apa yang mulia?" Tanyanya Formal.
Raja Erick menatap putrinya dengan serius." Ayah akan menikah lagi."
Mendengar itu Sophia sedikit tersentak,ia terdiam, hatinya terasa berat mendengar kabar tersebut. rasanya campur aduk, perasaan cemas, kehilangan, dan kebingungan. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana dia harus menghadapinya? Ya walaupun sudah 10 tahun ayahnya telah melajang, ia tidak mengira akan mendengar ini sekarang.
"Ayah sudah melupakan Ibu?" Tanyanya cemas.
Raja mencoba menjelaskan alasan di balik keputusannya. "Ayah merasa bahwa saatnya ayah mencari pendamping hidup yang akan membantu ayah dalam memimpin kerajaan ini." katanya dengan lembut,
Pernikahan ini adalah untuk kestabilan kerajaan, untuk memastikan masa depan yang aman bagi rakyatnya. Raja meminta Putri Sophia untuk memahami dan mendukung keputusannya.
Sophia menahan air mata dan mencoba memahami keputusan ayahnya."Aku berharap yang terbaik untuk yang mulia."
Putri Sophia mencoba mengendalikan emosinya, berusaha memahami posisi ayahnya. Dia tahu bahwa sebagai seorang pemimpin, Raja harus membuat keputusan yang sulit demi kepentingan kerajaan. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sedih dan takut akan perubahan yang akan terjadi.
Raja meyakinkan Sophia bahwa dia akan selalu mencintainya dan bahwa pernikahan barunya tidak akan mengurangi kasih sayangnya. Dia berjanji akan memastikan bahwa Sophia akan tetap memiliki tempat yang istimewa dalam hatinya dan dalam kerajaan.
...----------------...
Setelah pertemuan itu, Sophia pergi ke kamarnya. Dia duduk sendirian, membiarkan air mata mengalir. Dia merasakan kehilangan yang mendalam dan kesedihan yang tak terungkapkan.
Bukannya tidak senang hanya saja, jika ayahnya mempunyai keluarga baru, ia takut dirinya terlupakan, ia takut ayahnya berubah. Bahkan selama ini ia tidak mengenal secara langsung ibunya sendiri.
Hanya ada liontin peninggalan ibunya yang selalu ia kenakan, hanya dengan itu ia merasa jarak ia dan ibunya sangat dekat.
Sophia mencari Peter di taman istana, tempat mereka sering bermain dan berbicara. Ia menemukan Peter yang sedang duduk memperhatikan bunga bunga. Dan bergegas langsung memeluknya, menangis terisak.
Peter terkejut dengan perilaku sang Putri membuatnya khawatir.
"Ada apa, Putri Sophia? Kenapa kau menangis?" Tanya Peter cemas.
"Peter, ayahku memberitahukan bahwa ia akan menikah lagi. Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi ini." Isaknya tak berhenti.
Peter terkejut mendengar itu, namun tetap berusaha menenangkan Sophia mendengarkan Keluh kesahnya .
"Aku mengerti perasaanmu tuan putri. Perubahan seperti ini tidak mudah untuk diterima. Tapi kamu harus ingat ayahmu juga berhak mencari kebahagiaan dalam hidupnya." Kata Peter dengan lembut.
Sophia menunduk."Aku tahu, Peter. Tapi aku merasa seperti aku akan kehilangan semua kenangan dan hubungan yang aku miliki dengan ibu. Aku takut semuanya akan berubah. "Suaranya melemah.
Peter tersenyum tulus."Aku selalu di sini untukmu, Putri. Jangan khawatir, Kamu tidak akan sendirian."
Walaupun hatinya bersedih, Sophia bersyukur mempunyai orang yang selalu ada untuknya, ia sam sekali tidak ingin kehilangan Peter. Karena saat mendengar kabar itu ia serasa akan kehilangan ayahnya, namun apa daya, ayahnya pun berhak bahagia walau itu dengan perempuan lain.
Keesokan harinya, Raja membawa calon istrinya ke istana untuk pertemuan resmi dengan Putri Sophia, hatinya dipenuhi kegelisahan, hari ini akan bertemu Ibu Tirinya, ia bertanya tanya, apakah dirinya pernah melihat calon istri ayahnya sebelumnya?
Pintu terbuka perlahan, dan Raja memasuki ruangan dengan seorang wanita yang anggun di sisinya. Calon istrinya. Sophia mencoba tersenyum ramah sambil menyambut kedatangan mereka. Dia berusaha untuk memberikan kesan yang baik.
.
.
"Sophia, Perkenalkan ini Lady Evelyn." Ucap sang Ayah dengan bangga.
Seorang wanita dengan rambut putih panjang, tersenyum lebar pada Sophia, Ia membungkuk untuk memberikan hormat lantas memperkenalkan diri.
"Salam Kenal, Putri Sophia," Ucap Evelyn, ia tersenyum dengan lembut dan memberi salam.
"Salam kenal, Lady Evelyn," balas Sophia dengan sopan, berusaha menyembunyikan kecemasan di dalam hatinya.
Hati Sophia berdebar kencang, apakah ia bisa menerima calon ibu barunya ini? Namun ia terlihat seperti wanita yang baik. Pikir Sophia.
Raja, dengan suara penuh harap, meminta restu dan dukungan Sophia untuk pernikahan ini. Dia meyakinkan putrinya bahwa Lady Evelyn adalah wanita baik dan akan menjadi ibu yang baik baginya.
Sophia menggenggam tangannya dengan tegang, berusaha menenangkan diri. akhirnya Sophia mengangguk dengan tulus. Melihat ayahnya bisa tersenyum kembali juga ia merasa bahagia.
Raja tersenyum lega, memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. Dia merasa terharu dengan kebijaksanaan Sophia. "Terima kasih, Putriku,"
Lady Evelyn yang sedari tadi mengamati ayah dan anak ini tersenyum lebar mendengar Sophia sudah merestui mereka, namun dari sorot matanya ada sesuatu yang ia sembunyikan, seolah Kemenangan sudah ada padanya.
...----------------...
Raja pertama kali bertemu dengan Lady Evelyn pada pesta Panen kerajaan yang melimpah ruah, ia merasa bangga setelah bertahun-tahun bekerja keras untuk memajukan pertanian di kerajaannya, saat ini dia merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
Ia memiliki seorang penasehat yang bijaksana dan cerdas, Perdana Menteri Edward. Edward adalah seseorang yang selalu berada di sampingnya, memberikan nasihat berharga dan mendukungnya dalam setiap keputusan yang diambil. Melihat kegelisahan raja, Edward dengan bijak mencari solusi untuk mengatasi kekosongan dalam hidup Erick.
Raja Erick mengenakan pakaian kerajaannya yang paling indah dan berjalan menuju taman istana, di mana pesta dilangsungkan. Di tengah kerumunan tamu yang berbahagia, mata Raja Erick terpaku pada seorang wanita yang berdiri di tengah-tengah kerumunan.
Lady Evelyn memancarkan kecantikan yang memikat hati Erick seketika. Dengan gaun berwarna pastel yang lembut, rambut Putihnya tergerai indah di bahu, dan senyumannya yang lembut, dia adalah sosok yang tidak bisa diabaikan. Raja Erick merasakan denyutan jantungnya berdetak lebih cepat saat pandangannya bertemu dengan mata indah Lady Evelyn.
Ia pun berbisik menanyakan wanita itu pada Edward. Raja sama sekali tak bisa mengalihkan pandanganya.
" Ia bernama Lady Evelyn, putri dari bangsawan terkemuka di kerajaan Stary." Jawab Edward.
Raja merasa penasaran dengan Lady Evelyn dan tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Setelah berpikir panjang, akhirnya ia meminta untuk bertemu dengan wanita itu pada Edward.
Tak lama dari situ Lady Evelyn sudah ada dihadapan Raja, membungkuk hormat dan tersenyum manis, "Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Anda, Yang Mulia."
Dalam momen itu, keduanya merasa ada ikatan yang kuat di antara mereka. Percikan cinta mulai tumbuh di hati Raja Erick dan Lady Evelyn. Pesta panen yang seharusnya hanya tentang hasil pertanian yang melimpah, kini menjadi awal dari kisah cinta yang tak terduga.
Dari situ tak butuh waktu lama untuk sang Raja meresmikan hubungannya, Erick merasa ia akhirnya menemukan dalam Evelyn sosok yang ia cari selama ini, seorang pendamping hidup yang lembut dan penuh kasih sayang.
Tak lama setelah itu, pesta pernikahan Raja Erick dan Lady Evelyn pun digelar. Kerajaan itu berada dalam kegembiraan yang tak terbendung, dan seluruh rakyatnya berbondong-bondong menuju istana untuk menyaksikan momen ini.
Pernikahan Raja Erick dan Lady Evelyn berlangsung di taman istana yang megah. Di sekeliling taman, bunga-bunga indah berwarna-warni ditempatkan dengan rapi, menciptakan suasana yang begitu romantis. Taman itu dipenuhi dengan suara tawa, riuh rendah percakapan, dan musik yang mengalun lembut di udara.
Di tengah keramaian, Putri Sophia yang juga turut bahagia dengan pernikahan ayahnya, berjalan dengan anggun menuju tempat duduknya di barisan depan. Ia mengenakan gaun putih yang indah, dengan rambut terurai dan mahkota berkilau di atas kepalanya.
Mata Raja Erick terpana saat melihat kecantikan Lady Evelyn. Ia tak bisa menahan senyum bahagia ketika Lady Evelyn berdiri di hadapannya. Mereka saling berpegangan tangan, mengucapkan janji setia mereka satu sama lain di hadapan semua orang yang hadir.
"Apakah Yang mulia bersedia menjadikan Lady Evelyn sebagai istri yang sah dan setia?" Sahut Pastor.
" Ya, aku bersedia. " Jawab Sang Raja dengan tulus.
"Lady Evelyn, apakah engkau bersedia menjadikan Raja Erick sebagai suami yang sah dan setia?" Tanya Pastor lagi.
"Ya, aku bersedia." Balas Lady Evelyn Dengan senyuman.
"Dengan ini, saya menyatakan kalian berdua sebagai suami istri."
Setelah upacara pernikahan, pesta dimulai. Hingga malam pun tiba. Rakyat kerajaan menikmati hidangan lezat dan menari di bawah cahaya bulan yang memancar. Raja Erick dan Lady Evelyn tak luput menari dengan indah di tengah kerumunan,
Namun ada sosok yang mengerti keadaan Sophia,
Peter, melihat kebahagiaan palsu yang terpancar dari wajah Sophia. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan memutuskan untuk menghampiri Sophia
"Tuan Putri, aku tahu bahwa kau sebenarnya sedih. Aku melihat kesedihan di matamu meski kau berusaha untuk tersenyum." Kata Peter penuh perhatian.
"Tidak Peter, aku baik-baik saja. Ini adalah hari yang bahagia untuk ayahku dan Lady Evelyn." Sangkal Sophia, ia terus berusaha menyembunyikan kesedihannya.
"Tuan Putri, kau tahu bahwa kau bisa berbagi kesedihanmu padaku bukan?" Anak ini tak menyerah, dan terus membujuk Sophia. Jadi ia memutuskan untuk mengajak sang Putri berdansa.
"Putri Sophia apa kau mau berdansa denganku?" Tanya peter dengan Ramah, ia mengulurkan tangannya.
Sophia lantas tersenyum dan menerima tawaran Peter."Tentu, Peter. Terima kasih."
Putri Sophia memandang Peter dengan tatapan penuh kepercayaan. Dia merasa nyaman untuk berbagi perasaannya.
Peter dan Putri Sophia berada di tengah kerumunan yang sedang berdansa di ballroom istana. Sophia masih terlihat sedikit sedih, tetapi Peter berusaha mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya berdansa.
Musik mulai berbunyi, mereka berdua berdiri di tengah lantai dansa.
Mereka berdua berpegangan tangan dan mulai berdansa dengan lembut. Peter memimpin langkah-langkah dansa dengan penuh kehati-hatian, sementara Sophia mencoba mengikuti gerakan dengan anggun.
Mereka saling berpandangan, menemukan keceriaan dan kehangatan di mata satu sama lain. Peter berusaha untuk membuat Sophia melupakan kesedihannya sejenak dan menikmati momen ini.
"Kamu benar, Peter. Aku harus berhenti terlalu memikirkan perasaan gelisah ini dan membiarkan diriku bahagia." Ucap gadis itu sambil tersenyum.
Mereka terus berdansa, tersenyum dan tertawa bersama. Suasana menjadi semakin riang dan Sophia mulai melupakan kesedihannya, terfokus pada kebahagiaan saat ini.
Namun ternyata ini adalah awal dari penderitaan Sophia, kegelisahannya selama ini bukan hanya sekedar Firasat, Wanita yang terlihat anggun dan baik itu menyimpan api dalam matanya.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!