''Kenapa kamu tidak nikahi saja wanita si*lan itu, hah!''
''Kenapa kamu selalu bahas urusan saya, dan saya terus, saya ini capek habis pulang kerja. Kamu sendiri gimana hah sama laki-laki bangs*t itu.''
''Oh jadi kamu mau menyalahkan saya, laki-laki itu urusanku bukan urusanmu. Saya cuma minta kamu cepat ceraikan saya.''
''Itu tidak akan terjadi, putraku butuh kasih sayang kedua orang tuanya.''
Sedangkan di balik guci besar anak kecil berusia 8 tahun terduduk ketakutan menangis tanpa suara dan menutup kedua telinganya. Pertengkaran kedua orang tuanya yang menjadikan makanan sehari-hari menghiasi hidupnya. Dimana masa pertumbuhan yang membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya serta kehangatan dalam keluarganya.
Namun tidak bagi dirinya, setiap hari ia selalu dipertontonkan keributan antara Daddy dan maminya. Pertengkaran dalam rumah tangga itu memang hal wajar, tapi jangan sampai melakukannya di depan anak. Pasalnya, hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada anak.
''Mami, Daddy stop!'' lirihnya sambil menangis tersedu-sedu.
''Ardham kenapa nak, sini sama mba!'' Diraihnya tangan kecil itu dan dibawa menjauh dari pertengkaran kedua orang tuanya.
''Kenapa Daddy sama mami berantem terus mba?'' tangisnya pilu di pelukan baby sister nya yang selama 8 tahun merawatnya.
Semenjak kelahirannya ia sudah diasuh sama mba Selly, bahkan kedekatannya bisa dibilang lebih dekat dengannya dari pada orang tuanya sendiri.
''Ardham, dengar mba Selly ya! Ardham masih kecil nak, belum mengerti masalah orang dewasa. Suatu saat kalau Ardham sudah besar akan mengerti sendiri.''
''Tapi kenapa harus setiap hari mba Selly? Ardham juga pengen rumah yang tenang, tidak ribut terus seperti Daddy dan Mami!''
''Mungkin masalah Daddy sama Mami belum menemukan jalan yang baik, jadi mereka masih berdebat sedikit.''
Ardham kecil pun tertidur setelah diberi makan malam oleh Selly dan menenangkannya karena masalah yang terjadi tadi. Ardham jarang sekali bisa makan bersama layaknya keluarga lain yang bisa makan bareng bersama keluarga.
''Kamu sabar ya Ardham, kasian sekali hidupmu nak! Dari kecil sudah menerima pahitnya masalah, seharusnya kau dirundung kebahagiaan dengan hidup yang mewah ini, dan memliki keluarga yang hangat.
Namun kedua orang tua tidak pernah melihatmu, kalau mereka memiliki lelaki yang tampan, Malaikat kecil yang butuh kasih sayang. Kelak besar kau akan mengerti kenapa semua ini terjadi.'' Ucapnya pilu merasakan kesedihan tuan mudanya itu yang tidak pernah dapat perhatian dari kedua orang tuanya.
Sedangkan Daddy nya Ardham setelah pertengkaran tadi ia memutuskan keluar rumah dan akan menginap di apartemen nya.
''Kau kira aku tidak tau mas perselingkuhanmu dengan Stefani sekertaris mu itu,'' lirihnya pelan menatap punggung suaminya yang pergi meninggalkan nya.
''Oh ya, kenapa aku sia-siakan kesempatan ini, dia selingkuh aku juga bisa selingkuh. Dikira aku wanita bod*h,'' gumamnya dengan seringai dibibirnya.
Ia pun segera masuk kamar dan mengambil ponselnya. Ia mencari kontak lelaki yang sudah tiga tahun menjadi kekasih gelapnya. Dia adalah Alan, mantan kekasihnya yang dulu amat ia cintai.
Dulu ia terpaksa menerima perjodohan dengan Hendra yang sekarang menjadi Daddy nya Ardham. Olla yang saat itu baru saja menginjak semester lima terpaksa harus berhenti karena harus menikah dengan Hendra.
Hendra yang saat itu sudah memegang anak perusahaan yang ia bangun sendiri dibawah pimpinan papanya, kala itu ia menjadi pengusaha muda yang naik daun. Namanya melejit dimana-mana karena karirnya yang menjulang tinggi di usia yang masih amat muda.
Olla yang saat itu memiliki kekasih pun terpaksa meninggalkannya dan menuruti kehendak orang tuanya. Ia yang sama sekali tidak pernah mencintai Hendra sedikitpun terpaksa melakukannya karena takut akan kedua orang tuanya.
Banyak wanita yang ingin berada di posisi Olla, Hendra yang tampan dan memiliki segalanya namun tidak dengan Olla. Ia sudah dibutakan cintanya pada Alan kekasih hatinya, walaupun disuguhkan dengan Hendra tapi cintanya tetap untuk Alan seorang.
''Dimana sayang?'' Panggilannya pada seorang yang disebrang telpon sana.
''Dirumah nih, baru saja pulang kerja. Kenapa sayang?''
''Bisa kerumah nggak? Dirumah tidak ada mas Hendra.''
Tanpa berfikir panjang pun Alan langsung menuju mobilnya dan menancapkan gas kerumah Olla.
Keadaan rumah yang sepi, semua penghuni sudah pada terlelap. Namun kedua insan yang bukan pasangan suami istri itu telah melakukan dosa yang menjij*kan.
Bak surga dunia, kenikmatan yang mereka lakukan tidak jauh dari campur tangan setan yang menungganginya. Perselingkuhan yang mereka lakukan kelak akan menghancurkan mereka sendiri, tidak akan ada kebahagiaan apapun setelah perselingkuhan.
Ardham yang melihat Maminya bersama lelaki lain pun kembali kedalam kamar, ia ingin sekali turun karena mencari Selly namun yang ia lihat malah Maminya yang telah berci*man dengan laki-laki lain.
Ya, Ardham setiap malam mengalami susah tidur, ia selalu mengigau dan ketakutan setiap malam. Selly yang selalu menemaninya dan memeluknya kala ia ketakutan dan menangis.
Pertengkaran yang terjadi pada kedua orang tuanya merusak mentalnya, sampai di alam bawah sadarnya pun ia masih ketakutan.
Dimasa tumbuh kembangnya Ardham sering menampilkan tontonan yang tidak layak untuk anak seusianya. Dimana anak seusia Ardham dapat dengan mudah merekam setiap kejadian yang ia lihat, termasuk pertengkaran kedua orangtuanya.
Melihat pintu kamar tuan mudanya terbuka Selly pun buru-buru masuk mencarinya. Tadi ia sempat dipanggil majikannya perempuannya untuk membuatkan makan malam mereka. Akhirnya terpaksa Selly bangun dan meninggalkan Ardham sendiri dikamar.
Setibanya Selly dikamar sudah melihat Ardham duduk dan menangis, walau tangis itu tidak ada suaranya namun terlihat sangat pilu. Selly pun langsung mendekap Ardham memberi ketenangan dan kekuatan.
''Kenapa Mami dipeluk-peluk om Alan mba?''
Selly yang mendengar pertanyaan Ardham pun terlonjak kaget, dirinya mengira kalau Ardham sudah melihat Maminya bercumb* dengan Alan di ruang tengah tadi. Walaupun ada Selly berada disitu, namun Olla tidak malu juga melakukannya.
''Ardham kan tau kalau om Alan temannya Mami, jadi wajar ya sayang.''
''Tapi kenapa kalau sama Daddy bertengkar terus, kalau sama om Alan Mami bahagia sekali.''
Anak kecil yang begitu polos tidak pernah tau masalah orang dewasa, mau dijelaskan kaya apapun ia hanya ingin tetap menjadi anak yang disayang oleh kedua orangnya tuanya.
Namun tidak bagi Ardham, kelahiran nya di dunia nampak tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Ia hanya dilahirkan, namun tidak pernah mendapat kasih sayang. Padahal bisa dibilang hari-hari mami nya Ardham dirumah, namun sedikitpun tidak pernah meluangkan waktunya bersama anaknya. Ia hanya disibukkan dengan kegilaannya karena cinta.
______
Hai kak! Saya ucapkan banyak terimakasih sudah mampir di novelku.
Dukung karyaku, jangan lupa subscribe dulu ya...
Cerita ini pake alur maju, jadi menceritakan kehidupan seorang pilot waktu kecilnya. Sehingga menjadikan ia seorang pilot yang dingin dan cuek.
Bukan hanya itu, novel ini juga mencakup seperti apa anak yang dalam kondisi broken home, mempertahankan rumah tangga ditengah goncangan pelakor, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan dulu.
Untuk visual tokoh lihat di Ig: @n_ervayana dan FB : nervayana
Pertanyaan yang terlontar dari mulut kecilnya membungkam Selly, ia tidak bisa mengatakan apapun pada si kecil tampan yang dipeluknya. Kalimat apa yang harus ia jelaskan pada Ardham agar dirinya mengerti dan memahami. Ini sudah masalah dewasa, dan anak kecil seusia Ardham mempertanyakan.
Selly pun ikut meneteskan air mata, pertanyaan yang Ardham lontarkan adalah bentuk tuntutan kasih sayang terhadap dirinya juga keluarga kecilnya.
Bagaimana selama ini Olla sering mengabaikan Ardham, ia selalu mementingkan dirinya sendiri. Tanpa melihat malaikat kecilnya dulu sudah mulai tumbuh remaja.
''Sudah ya, Ardham tidak usah memikirkan itu. Itu urusan orang dewasa jadi Ardham tidak boleh tau, karena masih kecil. Sekarang bobok ya, mba Selly temani.''
Tanpa mengatakan apapun lagi ia pun membenamkan dirinya kedalam selimut, Selly pun ikut berbaring disebelah dan memeluknya.
Sementara ditempat lain Hendra sedari tadi masih terduduk diruang kerja di apartemennya. Tempat inilah yang menjadi pelariannya kala bertengkar dengan Olla. Tempat ini yang dulunya ia tempati sebelum menikah, namun setelah menikah ia pindah kerumah yang lebih besar dan mewah.
Namun siapa sangka, pernikahannya selama ini menjadikannya tidak bisa tenang dan bahagia dirumah mewahnya itu. Bahkan ia sudah memiliki malaikat kecil pun tidak merubah keadaan untuk tidak bertengkar dengan Olla.
Olla yang selalu merasa benar dan tersakiti karena menikah dengannya yang katanya tidak pernah ia cintai sedikitpun. Selalu mengiris-iris hatinya, Hendra yang mencoba mencintai Olla dulu pun sia-sia. Saat cinta mulai tumbuh dan bersarang dihati Hendra, tapi sikap Olla semakin dingin padanya.
Bahkan yang kabarnya ia mulai dekat dengan mantannya Alan pun sudah terdengar ditelinga Hendra. Namun Hendra masih tutup mata, ia belum melihat dan membuktikannya sendiri.
Perjodohan yang dulu ia juga menolaknya karena tidak ada cinta apapun, namun terbantahkan yang katanya suatu saat setelah menikah akan tumbuh cinta dengan sendiri seiring berjalannya waktu, namun itu tidak bagi Hendra. Yang katanya cinta akan tumbuh karena terbiasa itu tidak ada pada kamus hendra, itu hanya kata kiasan yang tidak mengubah hidupnya.
Hendra pun tau dan menyadari akan cintanya Olla pada dirinya itu memang tidak ada. Dia hanya menuruti orang tuanya dulu untuk menikahinya, begitu juga dirinya dulu yang menolak Olla sebagai istrinya. Namun seiring berjalannya waktu cinta memang tumbuh buat dirinya, namun tidak bagi Olla. Yang Hendra rasakan Olla semakin dingin setiap hari, ia hanya menjalankan kewajibannya sebagai istri tanpa ada cinta untuknya.
Hendra pun semakin menyadari bahwa kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk bisa mencintai kita. Cinta tumbuh dalam hati manusia itu sebab kerana tuhan yang mentakdirkan, bukan karena keterpaksaan atau kebiasaan.
Buktinya Olla yang sudah 9 tahun bersamanya, namun hatinya masih untuk Alan. Ia memang terbiasa dengan Hendra, namun hatinya sudah nyaman dengan Alan. Kita memang tidak pernah tau akan menjatuhkan hati kita pada siapa, karena kita tidak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta.
***
Pagi-pagi Hendra pun sudah bersiap untuk pulang kerumah, sekalian mengenakan pakaian kerja. Ia ingin pulang dan bicara dengan Ardham, putra satu-satunya yang selama ini jarang ia perhatikan akibat masalahnya dengan Olla yang selalu menguras pikiran.
Dirumah Ardham pun bersiap dengan pakaian sekolahnya, ia pun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga untuk serapan.
Ia melihat sudah ada Daddy nya disana, namun ia tidak melihat Maminya.
''Selamat lagi jagoan Daddy,'' sapa Hendra pada putranya.
''Pagi Daddy,'' jawab Ardham datar.
''Duduk sini nak, samping Daddy,'' sambil menepuk kursi disampingnya.
''Ardham duduk sini aja Dad!,''
''Oke, terserah Ardham,'' ucapnya dengan senyum mengembang dibibirnya.
''Daddy baru pulang ya?''
''Enggak, Daddy tadi malam pulang tapi Ardham sudah bobok deh kayaknya.''
''Ouhh ... ''
''Ardham, Daddy mau bicara boleh?''
''Bicara aja, Daddy!'' jawabnya datar.
''Sambil makan ya, biar tidak terlambat sekolah.''
''Mba Selly tolong ambilkan makanannya Ardham,'' pinta Hendra.
Selly yang sedari tadi berkutat di dapur pun bergegas kemeja makan buat mengambilkan makanan si tuan muda.
''Iya, tuan!''
''Selly, nanti saya mau bicara sebentar sama kamu.''
''Baik tuan,'' sambil mengambilkan nasi goreng di piring Ardham.
''Ini sayang, Ardham serapan dulu ya. Mba Selly mau lanjut cuci piring,'' ucap Selly yang menyodorkan nasi goreng didepan Ardham.
''Makasih mba Selly!''
Hendra pun tersenyum melihat hubungan baik putarnya dengan baby sister nya dulu. Semenjak Ardham berusia 5 tahun, Selly merangkap sebagai asisten rumah tangga di rumah Hendra.
Itu semua permintaan Ardham, yang tidak membolehkan mba Selly pergi dari rumahnya. Karena Ardham sudah besar dan tidak butuh pengasuh lagi, akhirnya Selly beralih pekerjaan.
''Ardham, maafin Daddy ya nak! Kalau Daddy sering berantem terus Mami, kita tidak pernah memperhatikan Ardham. Tapi percayalah nak, kita sayang sekali sama Ardham.''
Ardham pun belum menyahuti pembicaraan Daddy nya, ia masih sibuk menyendok nasi goreng kedalam mulutnya.
''Ardham dengar Daddy, nak!''
''Kenapa Daddy sama Mami berantem terus, tidak kaya orang tua teman Ardham yang selalu bersama dan bahagia. Pas Ardham ke taman sama mba Selly, semua anak-anak main ditemani sama orang tua mereka. Tapi Ardham sendiri yang ditemani mba Selly. Tidak ada orang tua mereka yang berantem, soalnya Ardham tanya pada Riko. Kata Riko orang tua Riko tidak pernah berantem, terus kenapa Daddy sama Mami berantem terus.''
Pertanyaan yang meluncur dari bibir putranya bak hantaman batu besar di dadanya, mendadak sesak dan sulit untuk bernafas. Bagaimana tidak, perkataan yang dilontarkan Ardham semuanya benar, tidak ada yang salah ucapan yang keluar dari mulut kecil itu.
''You Will know later, baby!'' Ucapnya sambil berdiri dan berjalan untuk memeluk putranya. Ia mengecup keningnya dan menenggelamkan kepala putranya dalam pelukannya.
Olla yang baru saja turun dari kamarnya melihat anak dan suaminya berpelukan pun segera menghampirinya.
''What happen, sayang?'' ucapnya yang tiba-tiba datang dan langsung duduk disamping putranya dan merangkul bahunya. Seolah tidak terjadi apa-apa semalam. Padahal masih terekam jelas di pikiran Ardham Tetang kejadian-kejadian semalam.
Ardham yang merasa jengkel pada Maminya pun menepis tangannya yang ada dipundaknya.
''Ardham sudah selesai makan, Ardham mau berangkat,'' ucapnya berlalu pergi begitu saja, tanpa menghiraukan maminya yang berekspresi kaget karena tingkah putranya.
''Ini pasti kena hasutan mu mas untuk membenci saya.''
''Kenapa kamu selalu menyalahkan aku, kau tidak lihat dirimu sendiri bagaimana menjadi seorang ibu untuk anakmu.''
''Kenapa kau balik menyalahkan ku?''
''Sudahlah saya capek, saya mau kerja.''
Berlalu pergi meninggalkan istrinya yang masih terpaku melihatnya.
Ardham yang baru saja melangkah pergi sudah mendengar keributan orang tuanya lagi. Ia pun menutup telinganya dan berlari pergi menuju mobil. Didalam mobil Ardham pun melihat mobil Daddynya sudah keluar.
''Kenapa den lari-lari?'' Tanya si sopir.
''Tidak pak Jaka, Ardham buru-buru saja. Ayo jalan!''
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang selalu padat pengendara di jam segini. Dimana orang semua pada berangkat pada aktivitas masing-masing.
Dikantor Hendra pun duduk dikursi kebesarannya dengan memijit keningnya yang sedikit pening.
''Permisi pak, apa saya mengganggu?''
''Tidak Stef, ada apa, silahkan duduk!''
''Besok ada jadwal pemberangkatan keluar kota, semua sudah saya siapkan. Apa bapak siap pergi besok, biar saya urus tiketnya.''
''Astaga, saya hampir lupa stef!'' Sambil menepuk jidatnya dan menyandarkan kepalanya.
''Itulah, makanya hari ini saya mengingatkan bapak. Takutnya seperti sebelum-sebelumnya bapak lupa, dan akhirnya buru-buru,'' Ucapnya sambil tersenyum.
''Oke, kamu urus semua besok saya siap berangkat.''
''Baik pak, kalau begitu saya permisi!''
Stefani yang sudah lama menyukai bosnya itu ada getar tersendiri saat memasuki ruangannya. Hendra yang masih mudah baru memiliki anak satu memiliki daya tarik tersendiri Dimata kaum wanita. Terutama karyawan perempuan dikantornya yang tergila-gila sama hot Daddy alias bos nya sendiri. Walau tau sudah beristri dan memiliki anak, tidak menyurutkan para wanita untuk mencari perhatian sang bos.
''Kamu dari mana mas semalam, kenapa nggak pulang?'' berondong istri Alan pada suaminya.
''Ada kerjaan banyak Ma dikantor, sehingga sampai malam. Papa mau pulang tapi ketiduran karena kecapean sekali,'' alasan Alan pada istrinya.
''Oke, nanti saya akan ikut ke kantor. Apa benar kamu sering lembur, akhir-akhir ini yang menjadi alasan kamu,'' ucapan sinis Raisa istri Alan yang berlalu pergi meninggalkan suaminya yang masih mematung ditempat.
Seperti tersengat aliran listrik, tiba-tiba tubuh Alan mendadak bergetar. Ucapan istrinya seolah-olah menjadi peringatan buat Alan yang selama ini sering membohongi istrinya. Bagaimana pun juga seorang perempuan lebih peka apa yang terjadi pada pasangannya.
Sedikitpun kebohongan pasti akan di ketahui nya, perempuan memiliki ketrampilan sensoris yang jauh lebih halus ketimbang laki-laki. Itu sebabnya ia bisa menangkap perubahan suasana hati dan sikap terhalus dari orang lain. Termasuk suaminya yang sudah beberapa tahun ini memiliki gelagat aneh yang mulai tercium oleh Raisa.
Intuisi seorang perempuan tidak pernah salah, walau sedikit sekali kemungkinan salah namun kebanyakan apa yang dirasakan perempuan itu terbukti.
Alan berjalan secara gamang, perselingkuhan yang selama ini ia sembunyikan mulai tercium oleh sang istri.
Ia bergegas menuju kamar dan siap-siap akan ke kantor lebih dulu sebelum Raisa datang kesana. Ia tidak mau istrinya mengetahui bangkai yang selama ini disembunyikannya. Alan tidak bayangkan kalau sampai Raisa meminta cerai padanya setelah mengetahui semua aksi bej*tnya.
Bagaimana tidak, semua harta kekayaan alan atas nama Raisa semua. Jika dirinya sampai berpisah, otomatis Alan tidak akan mendapatkan apapun. Karena semua perusahaan yang Alan pegang milik orang tua Raisa.
Alan tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa ia sudah jatuh hati pada Raisa. Wanita yang cantik nan manis itu ia kenal empat tahun lalu saat dirinya melamar kerja di perusahaan papa Raisa. Wanita yang lembut, sopan, tidak sombong walau ia memiliki segalanya. Alan yang melihat waktu itu Raisa ngobrol dengan karyawannya tidak seperti seorang atasan atau bawahan, tapi seperti seorang teman.
Tidak semua atasan akan bersikap seperti itu, apalagi Raisa penerus perusahaan papanya bisa saja dia berbuat semaunya karena ia memiki wewenang penuh disini. Tapi tidak bagi Raisa, dirinya yang memiliki sifat humble menarik perhatian sendiri bagi Alan yang saat itu sedang patah hati.
Argh ... Alan mengusap wajahnya dengan kasar, ia sudah terjebak oleh permainan Olla yang merayunya tiga tahun lalu. Dirinya sempat menolak namun Olla selalu merayu dan membujuk Alan. Alan yang tidak memiliki iman atau benteng yang kuat pun menjadi terjerumus dalam perselingkuhan hina itu. Ibarat kucing kalau di iming-iming ikan pasti diterkam juga.
Diruang makan semua sudah pada berkumpul termasuk Alan dan putri kecilnya yang berusia 4 tahun.
''Pagi Vanilla sayang!'' sapa Alan yang melihat putrinya sudah duduk dimeja makan pun memeluk dan menciumi kening dan pipinya tidak ada yang tertinggal satupun.
''Ih Papa geli,'' ucapnya sambil menggeliat merasa geli atas perlakuan Papanya.
''Cantik banget sih putri Papa ini.''
''Pa, kayaknya Mama tidak jadi ikut ke kantor, karena mau daftarkan Vanilla sekolah.''
''Yee ... Vanilla mau sekolah,'' ucap girang gadis kecil itu.
''Iya sayang, terserah kamu saja. Vanilla lebih penting, biar urusan kantor papa aja yang urus,'' sahut Alan yang bisa bernafas lega, hari ini ia terbebas dari kecurigaan istrinya.
''Vanilla maem dulu ya,'' ucap Raisa sambil menyuapkan nasi ke mulut anaknya.
Alan yang mengira Raisa akan melupakan kejadian tadi malam itu salah. Raisa sebenarnya malah memiliki rencana yang ia sembunyikan dari Alan.
Sebenarnya Raisa sudah curiga sejak lama, namun ia belum bisa membuktikan. Selain itu ia juga tidak ingin ada masalah dalam rumah tangganya. Ada putri kecilnya yang butuh kasih sayang orang tuanya.
Dirinya tidak mau putrinya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah dimana yang akan menjadi cinta pertama bagi anak perempuan. Ia berharap kecurigaannya tidak benar, dan bisa melanjutkan hidup yang bahagia bersama keluarga kecilnya.
Dikantor Alan sudah mengantisipasi semua karyawan dikantor untuk tidak membocorkan rahasia busuknya kepada istrinya. Termasuk kedatangan Olla yang sering ke kantor Alan. Termasuk kepada sekretarisnya yang setiap kali sering melihat kemesraan Alan dengan Olla dikantor.
Tok ... tok ...
''Masuk!''
''Hai, Al!''
''Olla,'' ucapnya lirih.
''Ngapain kamu kesini?''
''Apa nggak boleh?'' ucapnya sambil menuju ke arah Alan, duduk dan merangkul pundak Alan.
''Tolong Olla jaga sikapmu, ini dikantor.''
''Kenapa Al, biasanya biar dikantor kamu juga mau.''
Alan membuang nafas dengan kasar menghadapi sikap Olla, padahal sudah semalam ia menginap dirumahnya.
''Raisa sudah mulai curiga, jadi kamu jangan sering-sering ke kantor. Kalau perlu kamu tidak usah datang kesini lagi,'' ucapnya tegas pada wanita yang masih bergelayut manja disampingnya.
''Ya bagus dong Al, biar kamu cepat bisa ceraikan istrimu itu dan kita menikah.''
Olla tidak tau kalau perusahaan yang sekarang dipegang Alan adalah milik istrinya. Yang Olla tau semua perusahaan yang dikelola Alan itu miliknya.
Padahal dalam pikiran Alan sudah takut akan kehilangan kedudukannya menjadi CEO di perusahaan istrinya, jika sampai ia ketahuan selingkuh otomatis Raisa akan menendang nya keluar dengan mudah.
''Sudahlah Olla, pekerjaan ku banyak. Jadi tolong pergilah, waktuku habis cuma denganmu terus sampai pekerjaan sering aku tinggalkan,'' ucapnya dengan intonasi tinggi.
''Kenapa sih Al marah-marah padaku,'' ucapnya marah.
''Kalau begitu segera pergi dari sini, pekerjaan ku banyak Olla!''
''Saya tidak akan melepaskan kamu Al, aku sangat mencintaimu,'' ucapnya sambil menatap Alan tajam.
Olla pun pergi meninggalkan kantor Alan dengan amarah yang meledak-ledak didadanya. Bagaimana tidak, Alan yang biasanya manis kepadanya sekarang mulai kasar. Bahkan perasaan Olla mengatakan kalau Alan ingin menjauhi dirinya demi istrinya.
Setelah kepergian Olla kepala Alan mendadak pusing, ia ke kantor ingin menyelesaikan semua pekerjaan nya yang selama ini sering ia tinggal ena-ena dengan si olla. Ia tidak mau saat istrinya datang memeriksanya tapi laporan masih berantakan. Namun kedatangan Olla membuat moodnya berantakan.
Dalam hati Alan menerawang jauh, Olla dan Raisa memiliki sifat yang berbeda jauh. Olla yang belum menjadi istrinya saja sikapnya selalu seperti itu, belum lagi kalau sudah menjadi istri. Sedangkan Raisa yang sudah lama menemaninya tidak pernah meninggikan suaranya atau marah padanya.
Raisa yang selalu menghormatinya sebagai suami dan memberikan semua hidupnya padanya. Walaupun ia memiliki segalanya tak pernah semena-mena bersikap pada Alan. Istrinya selama ini dengan tulus melayani semua kebutuhannya, Bahkan ia rela perusahaan dipegang Alan sepenuhnya dan ia memilih menjadi ibu tangga untuk mengurus anak dan dirinya.
Mulai ada kebimbangan dalam hati Alan untuk melanjutkan hubungan gelapnya pada Olla. Selama ini hanya kebahagiaan sesaat yang ia peroleh, hatinya begitu tidak tenang menjalani perselingkuhan itu.
Kurang apalagi dalam hidupnya, memiliki dua wanita cantik di hidupnya namun ia malah bermain gila pada mantan kekasihnya dulu yang ia sendiri juga memiliki suami dan anak.
***
Perselingkuhan terjadi bukan karena yang dirumah tidak istimewa, melainkan kurang puasnya laki-laki terhadap apa yang dimiliki.
Kasus perselingkuhan yang terjadi yang slalu menjadi sasaran kesalahan atas kelakuan bej*t suami adalah istri sahnya. Yang kurang bisa melayani suami atau yang kurang menyenangkan untuk suami.
Alasan-alasan yang muncul dibibir laki-laki hanyalah alibi untuk menutupi kelakuannya.
Apapun masalah dalam rumah tangga, masih bisa diselesaikan secara baik-baik. Tidak menggunakan ego masing-masing namun lebih ke introspeksi diri sendiri apa yang kurang dari dirinya untuk memperbaiki hubungan, bukan saling menyalahkan.
Sekalipun perselingkuhan atas dasar cinta, cinta mana lagi yang kamu gaungkan sementara hasil cintamu dengan pasangan sah mu sudah menghasilkan malaikat kecil yang ada diantara kalian. Tidak bisa kah kalian menekan sedikit egomu demi anak-anak tersayang. mereka yang akan menjadi korban atas egomu dengan dalih cinta dengan selingkuhanmu.
____________
Terimakasih banyak buat yang masih setia mengikuti novel saya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!