NovelToon NovelToon

Melihat Masa Depan

Kedatangan Orang Asing

Marine terbangun dari tidur panjangnya selama 24jam dan dia yang terus menerus merasa gelisah karena terlalu banyak melihat masa depan dalam tidurnya. Yah... Marine adalah seorang penjelajah waktu mui mimpi. Setiap kali ia tertidur dan memikirkan masa depan atau menyebutkan tanggal dan tahunnya sebelum ia terlelap, maka dia akan pergi ke alam yang berbeda sesuai dengan pikirannya. Beberapa kali dia bingung bahkan terlihat ling lung karena dia sulit membedakan mana kenyataan dan mana yang bukan.

Hari ini dia mulai menerima dirinya yang baru dan ia sudah bisa mengendalikan pikirannya dan masuk ke alam yang ia sebut masa depan dengan mudah dan sesuai keinginannya. Sudah berbulan-bulan ia melawan dirinya sendiri, kebingungan dengan keadaannya sendiri karena disaat seperti ini tidak ada seorang pun yang mempercayai ceritanya tentang masa depan yang dia lihat dalam mimpinya. Semua orang akan berkata bahwa itu hanya mimpi atau mereka akan menertawakan Marine dan berkata "mungkin kamu terlalu lama melajang".

Setelah semua kata-katanya hanya menjadi bahan tertawaan orang, Marine pun mulai berhenti berharap kepada orang-orang disekitarnya termasuk keluarganya sendiri karena selalu meragukan ceritanya walaupun Marine sudah beberapa kali menyebutkan kejadian-kejadian yang akan terjadi satu hari sebelumnya, namun sayangnya keluarganya selalu mengatakan bahwa itu hanya kebetulan.

Sejak saat itu Marine meninggalkan rumah dan tinggal sendiri disebuah apartemen yang jaraknya lumayan jauh dari rumah keluarganya.

"hhhhhhhaahhhh... apa kemarin aku mabuk? kenapa sampai 24jam lamanya?" tanya Marine pada dirinya sendiri yang kemudian disertai dengan senyuman sinis.

kringgg....

kringgg....

"Hallo... siapa ya?" tanya Marine dalam telfonnya karena nomor yang menelponnya adalah nomor baru.

"Bisakah kita bertemu? aku sudah mengikutimu dari kemarin dan sekarang menunggumu di lobi, turunlah." ocehan seorang pria diujung telfon yang membuat Marine heran sekaligus marah karena merasa ada yang menguntitnya.

"Hei.. kamu penguntit? atau kamu itu psikopat hah! dari mana dapatkan nomorku? dari mana tau alamatku tinggal? hah!! akan kulaporkan kamu ke polisi!" ucap Marine dengan nada marah dan kesal.

"Aku mencoba menghubungimu kemarin tapi kamu terus menerus menghindar. Aku naik saja kalau begitu."

tuutt..

tuutt..

Sambungan telfon mati begitu saja.

"Heiii... hallo..hallo..!! gila yaa kamu. Lihat aja nanti kalau kamu berani naik dan mengetuk pintu." Omelnya sambil bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi.

Ceklek..

Ceklek.

Marine yang tengah berada dikamar mandi tidak menyadari ada orang yang masuk ke apartemennya. Selesai mencuci muka Marine mengelap wajahnya dengan handuk sambil berjalan dan dia hanya mengenakan hotpants serta tangtop krop yang seksi.

"waw.. apakah begini pakaianmu kalau mau menerima tamu?" Suara pria berada terdengar mengagetkan hampir membuat tubuh Marine meloncat keluar apartemennya.

"Aaaaaaa...!!!! siapa kamu? kenapa kamu bisa masuk!!" Teriak Marine kaget dengan berusaha menutupi tubuhnya yang terbuka dengan handuk kecilnya. Tidak langsung mendapat jawaban ia pun kembali berteriak.

"siapa kamu!!!" teriak Marine diikuti dengan telunjuknya yang mengarah kepada orang asing yang ada dikamarnya.

"bisakah kita bicara baik-baik nona?" sahutnya santai sambil duduk diatas sofa sebelum dipersilahkan oleh tuan rumah.

"aku menunggu sangat lama dibawah sana dan aku mengetuk pintu sampai tanganku mau patah tapi tidak dibukakan juga. Jadi aku masuk dengan pin yang diberikan temanu itu. kamu mau kabur begitu saja? hhmm?" tambahnya sambil mengernyitkan dahi.

"kamu bilang baik-baik? apa kamu mengerti arti dari kata baik-baik? kamu datang dengan cara seperti ini menurutmu itu perbuatan baik? hah!!" bentak Marine semakin geram dan mencoba mencerna kata-kata pria itu. Teman yang mana yg memberikan pin kamar apartemennya itu?

"nona Marine Shan yang terhormat, aku datang karena permintaanmu kemarin dan kamu juga yang memberikanku kartu namamu, jam tanganmu dan bahkan apa ini? kartu identitasmu ada padaku"

"apa.."? belum sempat Marine berkata-kata pria itu kembali mengoceh.

" aku datang ke kantormu yang megah itu dan temanmu bilang kamu ambil cuti. Kemudian aku menunjukan semua barangmu padanya dan aku bilang kalau aku kerabatmu. Setelah itu teman kerjamu yg sepertinya sekaligus sahabatmu itu memberikanku sandi kamarmu ini karena dia bilang kamu sering tertidur terlalu lama. hehehe ..." panjang lebar dia jelaskan kepada Marine disertai dengan senyuman yang dibuat-buat.

"Celine chen.... awas kamu yaaaa!!!" geram Marine dalam hati mengetahui siapa yang dimaksud oleh pria itu.

Marine terdiam sejenak mengingat apa yang terjadi kemarin dan begitu dia mengingatnya dia pun merasa malu sekaligus merasa bersalah.

"Astaga...! kamu?" pekiknya saat Marine mulai ingat kejadian tempo hari sebelum ia ke kantornya.

Flash back

Pagi hari Marine terburu-buru karena dia kesiangan lagi. Itu semua karena mimpi-mimpinya yang memperlihatkan masa depan yang membuatnya sulit bangun bahkan dia terkadang menahan tidurnya agar ia tidak melihat mimpi itu lagi. Bagi Marine melihat masa depan bukanlah sesuatu hal yang membuatnya senang dan takjub. Semua itu justru membuat hidupnya berantakan dan kacau karena jam tidurnya yang berantakan dan mengacaukan pekerjaannya.

Ditengah perjalanan menuju kantornya Marine memacu mobilnya dengan kencang hingga dia tidak menyadari kalau mobil didepannya itu berhenti karena lampu merah menyala.

Bbrruuukk..

Tiiinnnn...

Mobil Marine tidak sengaja menabrak mobil sport mewah yang ada didepannya dan tidak lama pemilik mobil pun keluar dengan cepat.

tok

tok

tok

Sang pemilik mobil mengetuk pintu mobil Marine.

"iyaa...iyaaa... maafkan aku ya.. aku akan bertanggungjawab. aku akan mengganti kerusakan mobilmu" ucap Marine sambil membuka pintu mobil dan melihat keadaan mobil yang ia tabrak.

Pria itu hanya mengikuti pergerakan Marine tanpa mengatakan sepatah kata pun membuat Marine heran dan sempat mengecek kepala pria itu dengan menyentuh dahinya dan membolak-balikkan tubuh kekar pria yang ada dihadapannya itu.

"apa kamu terluka? kenapa kamu diam saja? apa kamu tidak bisa bicara?"

"kamu harus mengganti semuanya yang rusak dengan versi aslinya." sahutnya datar sambil mengulurkan tangan.

"apa maksudnya tanganmu itu? aku tidak membawa uang tunai.. aku juga sedang terburu-buru. Bisakah kita bertemu besok? begini saja..."

Marine mengeluarkan kartu nama, kartu identitas dan kemudian menyodorkannya ke tangan lelaki itu ditambah lagi dengan jam tangan mahal miliknya. Tanpa permisi Marine berlari masuk kedalam mobilnya karena melihat lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

Melihat itu membuat Zen Liu Chen melotot dan marah. Ya... pria itu bernama Zen Liu Chen seorang pria tampan bertubuh tinggi kekar khas boyband korea.  Dia seorang pria kaya raya sekaligus CEO dari sebuah perusahaan besar dikota itu. Keluarganya pun dikenal sebagai orang terkaya nomor satu di negaranya.

"Apa dia pikir ini cukup? siapa dia? kenapa dia pergi begitu saja sebelum aku menjawab."

Zen Liu menggaruk kepalanya dengan kesal sambil melihat jam tangan yang diberikan Marine padanya.

Flash back off

"sudah ingat?!" seketika Marine mengerjap dan menghentikan ingatannya.

"iya..aku ingat".  timpalnya lemas " tapi apakah harus seperti ini? menurutmu orang asing bisa masuk sembarangan begini? aku bisa saja melaporkanmu ke polisi kan?"

"aku juga bisa melaporkanmu karna lari dari tanggungjawab"

"aku tidak lari.. aku hanya belum bisa menemuimu kemarin. karena...argghhh... sudahlah kamu tidak akan mengerti" Marine nampak frustasi dan hampir akan menjelaskan tentang tidurnya namun urung karena dia yakin pria ini tidak akan percaya dan akan menganganggapnya hanya mencari-cari alasan untuk kabur dari tanggungjawabnya.

"hari ini kamu cuti kan? kita bisa pergi ke bengkel hari ini? atau kamu mau lari lagi? hhmm?" Zen tampak tidak sabaran.

"aku tidak lari!! bisakah kamu percaya itu?"

Marine pun mulai melangkah kearah lemari pakaiannya dan mengambil beberapa pakaian lengkap kemudian berniat memasuki kamar mandinya.

"tunggulah disini. aku akan mandi dan bersiap dan tolong jangan berpikiran macam-macam. begitu aku keluar dari kamar mandi kita berangkat"

Marine pun memasuki kamar mandi lengkap membawa pakaiannya dan beberapa skincare dimeja riasnya. Dia tidak mungkin memakai itu semua didalam kamarnya karena ada orang asing yang menunggunya.

"macam-macam?? hhmm.. boleh juga" Zen Liu mulai berpikiran kotor karena terpancing kata-kata Marine barusan.

***

Dalam perjalanan menuju bengkel Marine yang menyetir karena Zen memintanya dengan alasan itu mobilnya Marine.

"Tidak penasaran dengan namaku?"

tanya Zen memecah keheningan dalam mobil.

"tidak perlu.. kita kan bukan teman apalagi kerabat seperti yang kamu katakan pada temanku" Jawab Marine masih sangat kesal karena pria ini masuk ke apartemennya dengan kebohongan pada sahabat sekaligus teman kerjanya.

"sudah sampai" Marine memarkirkan mobilnya tepat didepan bengkel yang dituju oleh Zen.

"Ini akan memakan waktu lama karena onderdil yang diminta harus indent. Setidaknya akan memakan waktu satu bulan" Kata seorang montir yang menurus mobil Zen.

" Apa..!!" Marine nampak tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

Mobil Zen adalah mobil sport mewah dan mahal. Onderdil yang dibutuhkan pun dikirim dari luar negri karena di negaranya tidak ada.

"Astaga...sepertinya tanggungjawabmu akan semakin lama" timpal Zen memecah kebingungan Marine.

"kenapa diam? apa kamu tidak sanggup mebayarnya? jam tangan ini sepertinya cukup kan."  Zen kembali berbicara sambil membolak  balikan jam tangan Marine yang harganya sekitar seratus  juta itu. Yaa.. Marine adalah seorang manager diperusahaan teknologi. Sesekali Marine sengaja membeli barang mahal untuk memberikan reward pada dirinya sendiri ketika ia berhasil menjual teknologi hasil penelitiannya.

"apa maksudmu akan lebih lama tanggungjawabnya? aku bisa menemuimu lagi setelah mobil ini selesai diperbaiki kan?"

tanya Marine pada Zen.

"Tidak seperti itu tanggungjawabnya nona manis..." jawab Zen diikuti senyuman yg menurut Marine mirip joker itu "kamu harus mengantarkanku ke kantor setiap hari. Apakah aku harus berjalan kaki karena perbuatanmu itu?"

"yang benar saja... kamu bisa memakai mobilku atau naik taksi online nanti aku yang akan membayarnya dan memesankannya untukmu." timpal Marine yg merasa sedang dimanfaatkan oleh Zen.

"Baiklah.. kamu memang susah diajak damai ya. Kalau begitu aku akan mengirimkan rekaman CCTV ini kepada polisi dan mengatakan kamu tidak bertanggungjawab."

"jangaann...!!" dengan cepat Marine menahan tangan pria itu yang hendak pergi melangkah.

Supir Pribadi Zen

"Jangaann...!!" dengan cepat Marine menahan tangan pria itu yang hendak pergi melangkah.

"Kalau begitu bertanggungjawablah yang benar, jangan setengah-setengah" ujar Zen merasa kesabarannya sudah habis.

Zen merasa sudah cukup sabar demi mobil kesayangannya itu. Dia yang biasanya tidak sabaran dan mudah emosi dapat menahan diri karena demi mobilnya utuh kembali. Walaupun sebenarnya Zen bisa saja membeli mobil baru, namun mobilnya ini adalah mobil limited edition yang hanya dikeluarkan 5 unit saja di negaranya. Jadi akan sulit mendapatkannya.

***

Sepulang dari bengkel Marine mengantarkan Zen ke apartemennya. Sebenarnya Zen dan orangtuanya memiliki rumah namun Zen lebih sering tinggal di apartemen karena jaraknya yang tidak jauh dari kantor dan dia tidak perlu mendengarkan ocehan mamanya yang terus menerus memintanya untuk segera menikah dan terkadang memperkenalkan teman relasinya untuk dijodohkan.

"Nggak mau masuk dan melihat-lihat kamarku?" tawar Zen dengan senyuman licik.

"Nggak perlu! Aku nggak seperti kamu" masih saja Marine kesal dengan kejadian pagi tadi.

"Baiklah. Jangan lupa dengan perjanjian kita ya. Aku akan menulisnya besok dan kamu harus tandatangan juga. Aku tidak mudah percaya dengan orang yang baru aku kenal." Zen kemudian membuka pintu mobil dan keluar begitu saja.

Marine cuek dan berlalu melajukan mobilnya meninggalkan gedung apartemen tempat Zen tinggal. Zen hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Aku kira kita tidak akan bertemu Marine." ucap Zen sembari melangkah masuk menuju lobi.

***

Dddrrt....

Dddrrt....

Ponsel Marine terus bergetar sedari tadi. Marine pun mulai membuka mata karena ponselnya terus berbunyi. Ia menyibak selimut berwarna putih itu dengan kasar.

" Selamat pagi nona manis. " ucap seseorang diujung telepon.

"Ada apa sepagi ini?" lagi-lagi Marine lupa akan perjanjiannya kemarin.

"Sampai kapan menguji kesabaranku huh? aku benar-benar ingin ke kantor polisi sepertinya." Timpal Zen mulai kesal

"Astaga !!! baiklah, baik" balas Marine dengan nada kaget sambil melihat arah jam Beker yang ada dinakas.

Marine pun berderap menuju kamar mandinya dan bersiap mengantarkan Zen bekerja, sekaligus ia pun berangkat kerja, karena kebetulan kantor mereka satu arah.

Blue Sky Corp adalah nama perusahaan Zen liu. Perusahaan yang lebih sering menawarkan diri sebagai investor itu adalah perusahaan terbesar di negaranya. Bisnis utama dari Blu Sky adalah asuransi jiwa dan bidang teknologi medis sehingga perusahaannya sering menginvestasikan saham mereka pada rumah sakit ternama dan menggandeng beberapa perusahaan teknologi medis untuk kemajuan usahanya.

Tiinn..

Tiinn..

Klakson mobil Marine memecahkan lamunan Zen yang sedang menunggu dibangku taman depan gedung apartemennya.

"Lama sekali. Apa dia sengaja?" umpat Zen dalam hati sambil berjalan kearah mobil.

"Turunlah. Kamu sepertinya nggak bisa ngebut." perintahnya pada Marine yang baru saja membuka kaca mobilnya.

"Naik aja. Kenapa aku harus turun? ayo naik!! duduklah dimanapun kamu mau asal jangan diatas kepalaku" balas Marine sepertinya semakin kesal dan marah karena pria ini minta dijemput jam 7 pagi.

Padahal jam masuk kantor dikota itu jam 8 pagi. Marine sangat ingin marah tapi dia sudah terlanjur berjanji akan menuruti kemauan Zen sebagai korban kecelakaan. Yah..Zen menyebut dirinya korban kecelakaan.

Zen mempunyai pribadi yang cuek, tengil, ceplas ceplos dan tidak mau basa basi sehingga orang yang baru mengenalnya akan mudah marah karena ulahnya. Menjadi seorang CEO pun tidak nampak pada penampilannya yang sedari tadi diperhatikan oleh Marine.

Marine melihat Zen dari ujung kaki ke ujung kepala pun terlihat heran dan kebingungan. Zen mengenakan celana jeans berwarna hitam dengan sepatu kets berwarna senada serta kemeja denim dengan style korea tentunya. Apakah dia mau menonton konser atau dia yang mau konser?

Marine masih bermain dengan pikirannya. Sampai dia tidak menyadari Zen membuka pintu mobilnya dan menarik tangannya keluar.

"Kamu memang nggak bisa diajak bicara. Maka aku harus bertindak" Zen menarik tangan Marine dan membukakan pintu mobil sebelah pengemudi, kemudian Marine terpaksa duduk dan diam saja. Dia juga tidak mau berdebat sepagi ini dan mood nya akan rusak seharian kalau pagi-pagi sudah naik darah.

Marine melihat Zen menerima telepon tepat didepan mobilnya, saat Zen hendak mengambil alih kemudi.

"Sebenarnya dia ini tampan sekali" tanpa sadar Marine menarik bibirnya "Dia gagah dan...astaga!!! Dia bisa tersenyum manis!!!" Marine setengah mengagumi dan setengah kaget karena sosok didepannya itu bisa tersenyum saat menerima telepon.

"Aku kira dia ini joker yang hanya bisa tersenyum sadis dan licik" umpatnya dalam hati sambil melongo melihat ketampanan yang memukau dihadapannya itu.

"Tapi" Marine menjeda kalimatnya "Dia kurang ajar!! Nggak sopan dan menyebalkan!!" timpal Marine tampak menyesal dengan pujiannya barusan.

Zen kemudian masuk kedalam mobil dan Marine menghentikan monolognya yang sedari tadi tidak mau berhenti.

Zen mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat Marine gusar dan sedikit bergeming.

"Apa kamu mau buka pintu gerbang? kenapa sepagi ini kamu masih saja ngebut? jalanan juga masih sepi" ucap Marine mulai takut kecelakaan akan menimpanya.

"Aku belum menikah, aku juga ingin hidup lebih lama. Jadi kalau kamu mau mati jangan ajak aku. Tanggung Jawabku itu cuma memperbaiki mobilmu dan mengantarmu ke kantor!" tambahnya sambil meninggikan suaranya.

"Karena ini masih pagi. Makanya asyik untuk mengebut. Coba saja kalau jam 8, apakah kamu masih bisa ngebut? bisa jalan saja sudah bersyukur" Balas Zen yang tau kalau jam 8 pagi pasti mulai macet.

***

"Sampai!!! " Zen mulai melepas seatbeltnya dan keluar begitu saja, saat mobil mereka sampai didepan gedung tinggi dan besar bertuliskan 'Blue sky'.

"Heii...!!! dasar orang gila. Bilang terimakasih kek, apa kek, sampai nanti, sampai besok, hati-hati dijalan gitu" Marine sepertinya mulai berharap ya. Menyadari ucapannya yang konyol dia pun memukul mulutnya sendiri.

"Ngapain sih ni mulut, emang dia siapa? dikira pacarmu apa!" Marine mencoba menyadarkan diri.

"Blue Sky? dia bekerja sebagai apa disini? kalau dilihat dari pakaiannya nggak mungkin dia CEO atau manager disini" Marine memandang jauh keatas gedung itu.

"Lagi pula mana ada seorang pimpinan berangkat pagi buta begini? Ahh... mungkin dia satpam atau dia bodyguard bos nya" Marine terus bermonolog dan mengira-ngira sendiri pekerjaan Zen.

"Aahhh..!!! Jangan-jangan mobil mewah kemarin itu pun milik bosnya, makanya dia sangat ngotot agar aku mau bertanggungjawab" Marine malah berburuk sangka.

"Iyaa... Iyaa... aku pasti benar, itu mobil bosnya dan dia cm centeng disini.. kalau dia karyawan juga nggak mungkin. Dia bahkan memakai celana jeans ke kantor?" celoteh Marine sembari menancapkan gas menuju kantornya.

Sesampainya ia dikantor, Marine langsung memarkirkan mobilnya. Benar saja baru mobil Marine yang terparkir ditempat itu.

"Demi apa? Baru kali ini aku berangkat sepagi ini. Sudah seperti anak sekolah saja" Marine menepuk dahinya.

"Selamat pagi bu Marine. Tumben pagi sekali berangkatnya? " Sapa pak Salim dengan senyuman ramah. Pak Salim adalah satpam diperusahaan teknologi Bai Munchen tempat Marine bekerja.

"Mau ngelap kaca pak, sekalian ngepel lah biar dapat gaji tambahan dari Pak Morgan"

Mendengar itu pak Salim dan Marine tertawa bersama dan Marine berlalu begitu saja.

Marine dikenal sosok yang humoris dan ramah dikantornya, ia pun kerap mengadakan makan bersama ketika teknologi penelitiannya berhasil mendapatkan investor dan berhasil masuk pasaran. Pak Morgan Han selaku direktur utama dari Bai Munchen sangat mengandalkan Marine dalam urusan penelitiannya dan sangat mempercayakan apa yang diyakini Marine jika sedang bekerja.

"Waahhh... aku ga salah lihat ini? aku kira hantu tadi yang duduk disini" Celine chen general manager Marine, sekaligus sahabatnya itu terheran karena Marine sudah duduk dikursi kerjanya.

"Ini semua karena ulahmu!!!" Marine memasang wajah marah.

"Aku? wah... aku bisa membawa perubahan besar ternyata pada seorang Marine shan. Hahahhaa" Tawa Celine terdengar canggung karena melihat ekspresi Marine.

"Nggak usah sok asik!! Ngapain sih kamu ngasih pin kamar apartemenku? kamu gila ya? Aku hampir diperkosa tau ga?" Marine mendelik.

"What?!! Sama siapa? kenapa kamu ga telepon aku atau lapor polisi gitu?" Celine masih melongo karena ucapan Marine.

Bukannya menjelaskan Marine malah mendengus kesal.

"Kamu ngasih pin apartemenku sama seorang pria kan? kamu kenal dia? Apa kamu disogok uang? Berapa koper sampai mau menjualku begitu huh?" Marine benar-benar tidak habis pikir karena Celine bisa memberikan pin kamar yang sifatnya privasi itu.

"M..ma..maaf... aku kira dia benar-benar kerabatmu karena dia bilang Kartu tanda pengenalmu tertinggal dan bahkan jam tanganmu. Awalnya aku kira dia pacarmu tapi dia langsung bilang kalau dia kerabatmu makanya barang pribadimu bisa ada padanya" Celine sungguh menyesal karena telah bertindak sembrono.

Marine pun diam dan melambaikan tangan tanda dia tidak mau membahas lagi masalah itu. Dia sudah cukup kesal karena ulah pria menyebalkan yang sayangnya sangat tampan itu. Marine dibuat terbayang-bayang sekaligus kesal oleh pria itu.

Celine merasa sangat bersalah "Maafkan aku. Sungguh, aku minta maaf ya" wajahnya berubah melas.

"Kalau begitu traktir aku makan. Aku belum sarapan" Marine memanfaatkan rasa bersalah Celine.

"Baiklah, aku ambil ponselku dulu. Kita sarapan di kafetaria seberang kantor ya" Celine bergegas mengambil ponsel di ruangannya.

Celine keluar begitu saja tanpa menutup pintu, sehingga ruangan Marine masih terbuka. Ia hendak menutup pintu, namun justru Pak Morgan tiba-tiba sudah berdiri diambang pintu. Entah darimana datangnya.

"Eh, selamat pagi pak" sapa Marine dengan canggung.

"Saya butuh penjelasan Marine" ucapnya datar sembari berlalu dari hadapan Marine kemudian berderap memasuki ruangan CEO.

"Mampuussslahh kamu Marine. Tamat sudah, tamat!!!" keluh Marine sambil menepuk-nepuk kepalanya.

Marine berjalan lesu menuju ruangan pak Morgan. Dia berencana menceritakan kejadian sebenarnya kenapa tempo hari ia bisa datang terlambat untuk menemui investor terakhirnya itu. Yah.. Marine membutuhkan investor untuk membantu menyokong penelitiannya kali ini.

"Maaf pak... Saya benar-benar mengalami kecelakaan" Cerita Marine diakhiri dengan ucapan maaf kepada pak Morgan atas kejadian tempo hari karena ia menabrak mobil seseorang sebelum ia menemui investornya.

Tempo hari CEO dari Jay Group membuat janji temu dengan Marine untuk membahas investasi pada penelitian buatan Marine, namun sayangnya mereka membatalkan rencana investasi itu karena Marine terlambat datang ke pertemuan itu sehingga investasi yang dia harapkan jatuh ke tangan oranglain.

"Sebenarnya masih ada satu lagi perusahaan yang bisa menolongmu. Tapi CEO nya terkenal tengil dan kurang menyenangkan. Kalau kamu benar-benar mau penelitianmu dilanjutkan maka ikutlah aku jam makan siang nanti. Aku sudah membuat janji temu dengannya di restoran dekat sini"

Akhirnya Marine masih memiliki harapan untuk pekerjaannya. Dia bertekad kali ini bagaimanapun CEO yang akan dihadapi dia tidak perduli jika harus memohon dan berlutut mungkin akan ia lakukan.

Sesampainya direstoran Marine dan pak Morgan menunggu kedatangan CEO dari perusahaan yang dimaksud. Mereka tidak mau kehilangan investor lagi jadi mereka datang lebih awal.

"Marine.. mereka datang berdirilah dan beri salam pada CEO nya" ucap Pak Morgan sambil meminta Marine berdiri menghadap kearah mereka yang berjalan menuju meja pesanannya.

"Dia lagi?" Marine mengernyitkan dahi

"Kamu kenal dia, Marine?" tanya Pak Morgan.

"Ah, tidak Pak" Bohong Marine

"Apa dia asisten CEO Blue Sky?" Batin Marine

Salah Paham

Dari kejauhan terlihat seorang pria memakai tuxedo berwarna silver berjalan kearah meja Marine dan Pak Morgan. Kemudian diikuti oleh seorang pria dengan headset ditelinganya lengkap dengan kacamata hitam yang terlihat sedang menerima telfon sambil berjalan mengikuti pria bertuxedo tersebut.

"Dia... bodyguard atau supir CEO Blue Sky ya? ah.. mungkin asisten pribadi yang merangkap supir. Benar kan tebakanku... dasar pria sok kaya ... memakai mobil bos nya untuk bergaya" Monolog Marine dalam hatinya, mengatai pria yang mengekori orang didepannya yang belum menyadari kalau Marine dan Pak Morgan tengah berdiri menunggu mereka.

"Maaf menunggu pak Morgan" Sapa seorang yang lebih dulu sampai.

"Tidak masalah pak" Morgan mengulurkan tangannya untuk berjabat diikuti dengan jabatan tangan dari Marine.

"Perkenalkan saya ..." ucap pria berjas yang bernama Julian.

"ah.. sebentar pak Morgan" Julian celingukan mencari sosok tengil yang menghilang dari pandangannya.

"Saya disini.." Ucap Zen yang berjalan dari arah toilet dan sibuk dengan Handphone ditangannya tanpa melihat sedikitpun kearah meja yang ia tuju. Untung tidak tersandung dan berakhir jatuh didepan mereka.

Marine mulai menggerutu dan tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang sangat  tidak sopan ini didunia. Bola matanya mulai membulat saat Zen duduk begitu saja dan masih menunduk sibuk dengan Handphone nya.

"Ini ..." lanjut julian menunjuk dengan jempol tangannya kearah Zen.

"Aahhh... Bapak tidak perlu repot-repot memperkenalkan asisten bapak ini. Saya sudah cukup tau nama anda saja. Anda Pak Zen kan?" Celoteh Marine "senang bisa bertemu dengan anda pak dan terimakasih sudah meluangkan waktunya yang sibuk untuk kami" Suara Marine membuat Zen meletakkan handphone nya dan membuka kacamatanya. Zen kaget sekaligus ingin terbahak dengan kata-kata Marine barusan. Julian dianggapnya Zen? Oke Marine salah paham.

"Marine..!!" pekik Pak Morgan mengkode gadis disampingnya yang tidak perduli dengan kode-kodean.

"Lagi pula disini yang terpenting adalah saya dan anda saja pak Zen. Semua keputusan mutlak ditangan anda bukan? jadi asisten anda cukup membantu saja" Senyum profesional yang terlihat dipaksakan karena risih dengan.keberadaan Zen.

"Lagi pula kenapa anda betah mempekerjakan asisten macam dia pak? anda betah dengan kelakuannya yang tidak sopan itu? wah.. kalau saya sudah naik darah pak" Entah Marine berniat bercanda atau menyindir Zen yang asli. Dia terus nyerocos memperbincangkan hal yang sebenarnya tidak perlu. Itu karena dia sangat kesal dengan tingkah laku Zen yang sangat tengil ini.

Zen kemudian melihat kearah Julian " Apakah saya harus pergi pak? kalau tidak dibutuhkan mungkin sebaiknya saya pergi saja" Zen mulai menanggapi perkataan Marine dan sedikit kesal karena ucapannya yang kurangajar dimata Zen.

"Oh, iya tentu saja. Silahkan menunggu di parkiran atau dimana saja yang anda suka, karena amda tidak terlalu penting disini" sergah Marine dengan cepat.

"Ti...ti..d...." Julian membeku melihat pergerakan Marine yang berdiri kemudian.

"Yah... sebenarnya antara dibutuhkan atau tidak yah... karena anda hanya akan menyimak pembicaraan kami. Kalau merasa bosan pergi juga tidak masalah" Marine kali ini benar-benar mengusir, karena Zen tidak juga pergi meninggalkan mereka.

Pak Morgan yang sedari tadi gusar dengan tingkah laku Marine mulai menarik tangannya. Namun bukannya menurut dia justru membandel dengan melepaskan tangan pak Morgan.

Zen tidak mau ambil pusing. Dia berdiri kemudian melangkah pergi sebelum dia mengatakan sesuatu "Jangan menyesal ya.. setelah sepuluh langkah kakiku dari sini aku benar-benar tidak akan kembali lagi ke meja ini". Marine hanya tersenyum puas melihat kepergian Zen.

" Tidak pak jangan begitu..." pak Morgan berusaha mencegah dengan kedua tangannya memegang tangan Zen. Melihat itu Zen tidak iba pada pak Morgan. Dia hanya melihat tatapan Marine yang penuh rasa puas sekaligus benci mungkin.

"Sepertinya ibu Marine lebih nyaman saya pergi pak Morgan" Balas Zen dan benar-benar melangkah kali ini.

Julian yang sedari tadi diam saja mengerti bagaimana perasaan Zen yang tidak dihargai karena penampilannya. Itu sering terjadi karena Zen yang bebal tidak mau berpakaian formal layaknya seorang atasan. Zen lebih suka memakai pakaian formal ala dia. Memakai kemeja dan celana dasar atau jeans jika ia sedang malas berganti pakaian dikantornya. Bila ada pertemuan besar dia baru mau memakai setelan lengkapnya itu. Tapi jika hanya pertemuan seperti ini Zen memilih berpakaian seperti yang ia kenakan sekarang, menurutnya itu sudah sopan dan pekerjaan yang bagus tidak ditentukan dari pakaian yang ia pakai. Itu adalah prinsipnya.

Namun lain halnya dengan karyawan Zen yang memilih memakai pakaian ala kantoran dengan alasan untuk menghargai pekerjaan mereka. Zen tidak masalah dengan itu selama pakaian yang mereka kenakan sopan dan tidak mengundang mata jelalatan bagi karyawan perempuan.

Julian asisten pribadi sekaligus sekretarisnya ini pun adalah sahabatnya dimasa sekolah dulu. Dia paham betul kalau sudah seperti ini Zen akan benar-benar pergi dan Julian tidak bisa berbuat apa-apa selain menontonnya saja sampai selesai.

Langkah Zen mulai terhitung... satu... dua... tiga..

"Kamu tau Marine.. dia itu siapa?" pak Morgan merasa benar-benar kecewa karena ini adalah satu-satunya investor yang masih bersedia menemuinya.

"Dia asistennya pak Zen kan?" Marine masih kekeuh dengan keyakinannya itu.

"Saya Julian bu Marine.. asisten pribadinya pak Zen. Yah... pria berkacamata barusan adalah pak Zen Liu Chien CEO dari Blue Sky corp" Jelas Julian dengan detail.

Marine memukul kepalanya keras dan berusaha menyadarkan dirinya. Dia salah paham bahkan mengatakan hal-hal yang memalukan dan tidak pantas pada seorang CEO.

"Matilah aku....!!" Marine bergegas mengejar Zen yang langkahnya sudah terhitung sepuluh langkah itu.

Marine berlari kencang sampai dia ada didepan Zen dan menghadang dengan kedua tangannya yang kemudian menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" Zen tampak santai.

"Baru sepuluh langkah kan?" Tanya Marine memastikan "Maafkan saya pak Zen.. saya tidak tau kalau anda..." Ucapan Marine terhenti dengan gelak tawa dari Zen.

Melihat itu Marine sebenarnya kesal kenapa dari kemarin terus menerus berurusan dengan pria aneh ini. Dunia sempit sekali rasanya.

"Sudahlah.. lagi pula bukannya tadi kamu tidak membutuhkan saya disana?" Zen menunjuk ke meja tempat mereka harusnya rapat.

Zen memulai langkahnya kembali hingga tangannya ditahan oleh Marine.

"Pak.. saya mohon maafkan saya... saya benar-benar tidak tau pak. Saya hanya melihat portopolio bapak tanpa melihat foto bapak sebelumnya. Saya minta maaf".

Zen mulai melihat dengan tatapan aneh kepada Marine.

" Bagaimana kalau saya batalkan saja rencana investasi saya? toh kamu juga belum memulai apa-apa".

" Jangan pak.. saya mohon.." Marine justru terduduk lemas didepan Zen.

Melihat itu pak Morgan dan Julian menyusul mereka.

"Pak Morgan.. sepertinya saya harus pergi karena saya tidak diinginkan dari tadi oleh bu Marine" Ucap Zen cuek tanpa melihat wajah Marine yang mulai lesu.

"Maafkan Marine pak Zen. Dia sudah berusaha keras untuk penelitiannya kali ini. Teknologi Pemindai jantung yang dibuat Marine sudah lolos tahap uji 1. Kami hanya perlu melanjutkan ke tahap kedua kemudian bisa dipasarkan ke berbagai rumah sakit" Pak Morgan menoleh ke arah Marine.

"Dia sudah melakukan ini selama satu tahun dan ini tahun kedua untuk uji coba tahap 2 pak." Mendengar penjelasan pak Morgan tentang jenis penelitian Marine membuat pria itu terdiam sejenak.

"Penelitiannya menarik... dan sayang sekali jika itu tidak dilanjutkan" Zen mencoba menimbang kembali.

"Benar pak.. akan sangat disayangkan jika teknologi medis ini akan dibuang begitu saja. Saya sudah susah payah melakukan penelitian dan uji cobanya" Sergah Marine merasa ada harapan

"Saya kekurangan dana untuk uji coba tahap 2. Jadi saya sangat berharap Blue Sky dapat membantu kami kali ini. Saya mohon" Marine benar-benar memohon kali ini dengan mengatupkan kedua tangannya.

Zen melirik ke arah Marine yang masih memohon " Pak Morgan... Julian. Bisa kalian tinggalkan kami berdua saja? ada yang perlu saya lenturkan disini karena ada yang mulai kaku" Ucapan Zen yang ambigu membuat kedua orang yang diperintahnya itu merasa aneh. Namun mereka menurut dan meninggalkan Zen dan Marine ditempat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!