NovelToon NovelToon

GADIS TENGIL KESAYANGANKU

Bab 1

"Farres, jangan lupa nanti malam kamu jangan sampai telat."

"Hmmm.... Farres nggak janji ma!!!" balas Farres diseberang telfon sana.

"Farres mama, nggak pernah minta apapun selama ini sama kamu, mama hanya ingin kamu segera punya pendamping, kamu tahu kan mama sama papa udah tua, nanti belum bisa gendong cucu mama sama papa udah dipanggil duluan gimana???" ucap sang mama sendu.

Farres hanya menghela nafas lelah, saat mendengar nada sedih sang mama. Dia tidak akan bisa menolak permintaan sang mama.

Sedangkan diseberang telfon sang mama sedang menahan tawanya karena dia harus memaksa putranya kali ini untuk mau menikah dengan putri sahabatnya yang memang sudah dia incar sejak lama untuk menjadi menantunya. Sementara sang suami hanya menggeleng pelan dengan ulah sang istri. Tapi meskipun begitu dia tidak akan mencegah istrinya untuk mencarikan jodoh Farres kali ini. Karena usia Farres yang memang sudah matang untuk membina sebuah rumah tangga.

"Baiklah, baiklah kali ini aku akan menyetujui permintaan mama. Sudah dulu Farres masih ada kerjaan."

Klik.....

Farres langsung mematikan sambungan telfonnya dengan sang mama. Dia hanya menghembuskan nafas lelahnya. Karena memang seharian ini dia banyak sekali pekerjaan.

Farres Ganendra Daniswara seorang CEO muda yang mempunyai beberapa perusahaan dan mempunyai cabang dimana mana. Bahkan beberapa anak cabangnya sudah merambah ke luar negeri.

Farres bukan tidak tahu akting sang mama, tapi kali ini tidak ada salahnya dia mengiyakan permintaan sang mama tentang perjodohan dengan putri sahabat mamanya.

Selama ini dia tidak kepikiran untuk membina sebuah hubungan jika itu akan menghambat pekerjaannya. Banyak wanita yang mengantre untuk menjadi kekasihnya tapi dia abaikan. Dan jangan lupa sang sekertaris yang juga menaruh hati kepadanya. Tapi bukan Farres namanya jika dia akan langsung luluh hanya dengan sebuah perhatian.

Sementara itu....

Sang mama yang sudah berhasil merayu sang putra untuk menyetujui perjodohan itu berteriak dengan senang bahkan dia langsung meloncat loncat disebelah sang suami.

"Pa, kita akan besanan sama Louise dan Marion. Ah, senangnya akhirnya keinginanku bisa terwujud!!!" Tarina masih berjingkrak jingkrak karena senang.

"Ma, inget pinggang jangan loncat loncat nanti kamu encok!!!" celetuk Adam pada sang istri.

Tarina yang mendengar celetukan sang suami pun langsung menghentikan ulahnya dan menyengir lebar. Dia langsung menghambur kepelukan sang suami.

"Pa, semoga apa yang kita lakukan ini tidak salah, dan Farres akan hidup bahagia dengan Putri Louise dan juga Marion." ucap Tarina pada Adam.

"Hmmmm, nggak ada salahnya. Yang aku tahu anak Louise agak usil tapi dia baik dan pintar. Meskipun dia sudah di atur tapi aku tahu putrinya sayang sekali dengan kedua orang tuanya. Dan ini pasti akan membuat Farres anak kita yang dingin kayak kulkas dua pintu akan berbeda!!!" ucap Adam dengan senyum tipisnya.

"Bukankah itu sama dengan kita ???" tanya Tarina menggodan sang suami dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Adam hanya terkekeh gemas melihat sang istri menggodanya seperti itu. Dia mencubit pipi Tarina dengan gemas.

"Baiklah, kamu bisa menelfon Marion untuk memberitahunya kalau kita akan datang kesana untuk makan malam."

Tarina langsung beranjak berdiri dan meninggalkan Adam yang terbengong dengan tingkah absurd sang istri yang sayangnya dia sangat mencintai sang istri.

Tarina langsung menghubungi Marion yang mungkin saat ini sedang berada di butiknya.

Tut.....Tut......

"Hallo Tarina, apa kabar?? Kenapa menelfon ku siang bolong begini??"

Suara Marion saat telfonnya sudah di angkat.

"Aku punya kabar bagus buat kamu, eh buat kita semua deh. Hihihihi...!" Tarina terkekeh dengan ucapnya.

Sementara Marion yang sudah terbiasa dengan tingkah absurd sang sahabat hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Baiklah, dan apa kabar baiknya??" tanya Marion akhirnya.

"Farres sudah setuju jika dijodohkan dengan putrimu, dan nanti malam kita akan kerumahmu untuk membicarakan ini." ucap Tarina antusias.

Marion melongo mendengar semua yang dibicarakan oleh Tarina.

"Tunggu, kamu yakin kalau Farres setuju?? Apa kamu memaksanya??" tanya Marion curiga.

"Hehehe, hanya memaksa sedikit, dan aku berhasil karena memang aku sudah ingin segera menjadikan putrimu sebagai menantuku!!!" ucap Tarina dengan nada terdengar bahagia.

"Tarina kamu tahukan Ivone seperti apa? Aku aja pusing dengan sifat nya yang astaga bisa buat aku darah tinggi." Marion memijat kepalanya yang berdenyut ketika mengingat sang putri tunggalnya.

Bahkan dia jarang sekali bertemu dengannya dirumah saat dia pulang kerumah karena memang Ivone lebih senang tinggal di apartemennya. Tapi meskipun begitu Ivone bukan anak yang terlibat pergaulan bebas. Dia hanya urakan dan terlihat sudah di atur.

"Aku tahu dan karena sifat Ivone yang begitu aku menginginkannya sebagai menantuku, dia akan melengkapi Farres yang kamu tahu seperti kulkas berjalan!!!" Tarina kesal saat membicarakan sang anak.

Sementara Marion terkekeh mendengar Tarina menyebut anaknya sendiri seperti kulkas berjalan.

Marion sendri tahu bagaimana sifat Farres selama ini meskipun dia jarang sekali bertemu mereka.

"Baiklah, aku tutup telfonnya dan aku akan menyuruh Ivone pulang kerumah utama. Karena dia selama ini dia tinggal di apartemennya."

"Baiklah, sampai ketemu nanti malam."

Klikkkk.....

Tarina dan Marion memutus sambungan telfon mereka. Tarina langsung bergegas menyiapkan semuanya. Sementara Marion langsung menghubungi sang putri yang dia lihat sudah waktunya jam pulang dari kampus.

Tut...Tut......

"Hallo mama ku yang cantik dan imut sedunia, ada apa telfon Ivone siang siang panas begini? Mau belikan Ivone es cream??" Belum sempat menjawab pertanyaan Ivone, Marion sudah mendengar ucapan Ivone yang panjang seperti kereta.

Dia hanya menghela nafasnya panjang.

"Sayang, kebiasaan kamu tuh ya!"

"Heheheh, ada apa ma, tumben telfon jam segini??"

Akhirnya Ivone berbicara dengan normal setelah mengerjai sang mama barusan.

"Nanti pulang kerumah utama untuk makan malam bareng keluarga Tante Tarina dan waktu itu kamu sudah janji bukan??" Tembak Marion langsung kepada sang putri agar putrinya tidak menghindar dan kabur nanti.

Ivone sempat tertegun mendengar ucapan sang mama. Dia meremas setirnya kuat ketika keputusan sang mama tidak mampu dia tolak. Ivone sendiri bukan anak yang tidak bisa di atur. Dia hanya menyembunyikan sifat aslinya dari semua orang.

"Sayang kamu dengar mama kan?" tanya Marion karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari sang putri.

"Heheh, maaf kan aku mama ku yang gemoy, ini Ivone baru keluar dari kampus dan lagi nyetir. Baiklah mama ku tersayang Ivone akan pulang ke rumah utama dan bawakan Ivone gaun yang cantik sekali untuk menyambut keluarga Tante Tarina." ucap Ivone dengan suara cerianya.

Marion yang mendengar jawaban sang putri langsung lega. Karena sebenarnya dia takut jika anaknya akan menolak dan malah kabur seperti dulu.

"Baiklah kamu hati hati dijalan, dan mama akan menghubungi papa buat pulang cepat hari ini. Dan untuk gaunmu, pasti mama akan siapkan yang spesial untuk putri mama tersayang. Mama matikan dulu telfonnya. Bye sayang!!!"

Klik.....

Marion langsung mematikan sambungan telfonnya. Sementara Ivone langsung menghembuskan nafas lelahnya. Yang awalnya dia murung dia langsung wajahnya kembali ceria lagi.

Kemudian dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan menembus jalanan yang sangat macet siang ini karena berbarengan dengan jam makan siang karyawan kantor.

Dia langsung pulang menuju apartemen nya untuk istirahat sebentar. Dan mungkin dia akan pulang kerumah utama agak sorean.

To be continued.....

Bab 2

Ivone sudah sampai di apartemennya, dan dia langsung masuk ke dalam apartemennya. Masuk kedalam kamar dan mulai membersihkan dirinya. Dia berkemas sebentar dan kemudian memutuskan untuk beristirahat sebentar karena waktunya masih beberapa jam lagi untuk pulang ke rumah utama. Dia merebahkan badannya dan mulai terlelap, karena jadwal kuliahnya akhir akhir ini sangat padat mengingat dia sudah hampir lulus kuliah.

Sementara itu Farres juga bersiap untuk pulang kerumahnya, karena jika tidak sang mama akan terus menerus menelfon nya sampai dia pulang dari kantor.

Ceklek.....

Pintu ruangan kerja itu terbuka dan tampaklah sekretarisnya yang memandang heran ke arah Farres. Karena tidak biasanya Farres pulang lebih cepat dari biasanya.

"Farres tumben kamu pulang cepat, ada apa??"

Farres hanya melihat nya sekilas, dia tidak suka jika sekertaris itu memanggilnya langsung dengan namanya karena ini masih jam kerja.

"Lonita, jaga batasanmu, ini masih jam kerja dan jangan memanggilku dengan nama ku secara langsung. Kamu tahu kan aku atasanmu???"

Lonita tertegun saat Farres menegurnya seperti itu. Tidak biasanya Farres menegurnya hanya karena panggilannya kepadanya.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud lancang seperti itu." ucap Lonita dengan kepala tertunduk.

Selama ini Lonita bertahan menjadi sekertaris Farres karena dia menyukainya semenjak mereka menjadi teman satu kampus, meskipun Farres tidak pernah menganggap Lonita lebih dari sekertaris.

Farres langsung beranjak pergi keluar ruangannya meninggalkan Lonita yang masih terdiam ditempatnya berdiri. Lonita memandangi punggung Farres yang menghilang dibalik pintu lift yang sudah tertutup. Bahkan Farres tidak menyapanya atau sekedar basa basi kepadanya. Lonita hanya menghela nafas, dia sudah tidak tahu lagi caranya menarik hati Farres agar meliriknya sebagai perempuan dewasa bukan hanya sekertaris nya saja.

"Farres aku harus apa biar kamu mau melihatku meskipun cuma sekali!!!" bisik Lonita lirih.

Dia kemudian juga beranjak pergi keruangan nya untuk beberes karena Farres sudah pulang otomatis dia juga sudah bisa pulang. Karena biasanya dia harus menunggu Farres terlebih dahulu jika ingin pulang.

Farres mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena hari sudah beranjak sore saat dia meninggalkan kantornya.

Tak berselang lama dia sampai di rumah utama, karena Farres sama seperti Ivone yang memilih tinggal di rumahnya sendiri.

Ya, memang Farres sudah mempunyai rumah pribadi sendiri yang lebih dekat jaraknya dengan kantor.

Awalnya Tarina keberatan tapi pada saat melihat Farres selalu pulang larut dan terlihat lelah dia langsung mengijinkan Farres tinggal sendiri dirumahnya.

"Sayang kamu sudah sampai??" tanya sang mama pada Farres yang terlihat duduk di sofa.

"Hmmm, barusan!" jawab Farres singkat. Tarina pun sudah terbiasa dengan sikap dingin Farres yang irit bicara.

"Langsung ke atas dan mandilah, kamu bisa istirahat sebentar sambil nunggu mama nyiapin semua yang kita bawa ke rumah Tante Marion!!"

Farres melangkah menuju kamarnya yang ada dilantai dua tanpa menjawab ucapan sang mama. Tarina sendiri juga langsung menuju dapur untuk menyiapkan beberapa buah tangan yang akan dibawanya nanti.

Sementara itu di apartemen Ivone.....

Dia tampak meraba raba samping tempat tidurnya mencari ponsel yang terus berdering sejak tadi.

"Hallo.....!" jawab Ivone dengan suara serak khas bangun tdur.

"Ya ampun sayang kamu masih tidur??" tanya suara diseberang sana yang ternyata mamanya.

"Jam berapa sekarang ma??" tanya Ivone balik tanpa menjawab pertanyaan sang mama tadi.

"Jam setengah lima sayang, kamu buruan bangun dan pulang kesini. Biar kamu tidak terburu buru nanti."

"Hmmmm, Ivone matikan!!!"

Klik.....

Ivone lalu bangun perlahan dan duduk dipinggir ranjang. Dan setengah masih mengantuk dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi. Dia harus segera mandi dan bersiap untuk pergi kerumah utama. Jika tidak sang mama akan terus menerus menerornya untuk segera pulang.

Tak menunggu lama, Ivone pun sudah siap dengan keperluan pulangnya. Dia hanya memakai kaos dan celana jeans selutut. Dia langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh karena ingin segera sampai kerumah utama.

***********

Setelah menempuh perjalan beberapa saat akhirnya Ivone sampai di rumah utama. Sang satpam penjaga pintu langsung membukakan pintu gerbang saat melihat mobil sang nona mudanya sampai di depan.

Ivone langsung memasukkan mobilnya kedalam saat pintu gerbang sudah terbuka dengan menganggukan kepalanya untuk sekedar menyapa pegawai dirumahnya.

Ceklek.....

Ivone membuka pintu utama, setelah memarkirkan mobilnya.

"Ma, aku pulang!!!"

Ini rumah apa kuburan kenapa sepi banget yak!!!"

Pletakkk......

Tiba tiba dari arah belakangnya kepalanya dipukul menggunakan gulungan kertas koran. Siapa lagi pelakunya jika bukan sang papa.

"Aduhhhhh ..... Ya ampun papa benjol gimana nanti, terus nanti kalau mama mertua ku ngamuk gimana kalau nglihat kepala menantunya benjol gara gara di KDRT sama papanya!!!" cerocos Ivone dengan wajah cemberut kepada sang papa.

Louise langsung meraup mulut sang putri yang terlihat maju kedepan apalagi ketika dia tadi mengomel. Ingin sekali rasanya dia menutup mulut sang putri dengan lakban.

"Kebiasaan kalau pulang teriak teriak, tuh mulut nggak bisa apa ngomong kalem dikit. Ivone kamu tuh cewek ya kenapa mulutnya kayak gitu!!!" Omel sang papa gemas kepada Ivone.

"Udah bawaan dari orok, mau dirubah juga nggak bisa, lagian papa ngidam apa sih dulu sampai aku kayak gini!!"

Pukkk......

"Yang ngidam tuh mama kamu bukan papa, hiih ni anak astaga mulutnya, aku lakban benar nanti!!!" gerutu sang papa meninggalkan Ivone yang tertawa cekikikan.

"Kamu tuh seneng banget bikin papa kamu kesel." ucap sang mama yang terlihat berjalan turun menghampiriny. Sang mama bahkan sudah terlihat cantik dengan memakai gaun pastel warna kesukaan sang mama.

Ivone berjalan dan menghampiri sang mama. Dia langsung memeluk mamanya erat. Karena memang dia beberapa bulan ini jarang sekali pulang karena sibuk dengan kuliahnya.

"Ivone kangen mama yang unyu!!!"

Ivone bahkan mencubit pipi mamanya gemas.

"Ivone mama bukan anak kecil ya, dih lepasin tangan kamu nanti make up mama rusak." gerutu sang mama yang mengomel karena Ivone selalu mengerjainya.

Harusnya dia kan yang gemas dengan sang anak tapi ini selalu kebalikannya. Ivone yang akan selalu gemas dengannya.

"Kamu tuh, ingat bentar lagi jadi istri orang jangan bertindak tengil kayak gitu. Malu sama mertua kamu nanti!!!"

"Ckkk, mama ngrusak suasana nyebelin!!!" Ivone langsung pergi meninggalkan sang mama yang melongo melihat tingkah sang anak yang terlihat kesal dan terlihat berjalan dengan cepat ke arah kamarnya.

Marion hanya terkikik geli melihat sang putri yang sedang merajuk. Dia lalu mengirim pesan kepada Tarina jika Ivone sudah sampai di rumah utama. Marion beranjak kedapur dan memastikan semua kebutuhan untuk makan malam nanti sudah siap di meja makan.

Farres yang baru selesai mandi dan sudah memakai pakaiannya turun kebawah dan menemui kedua orang tuanya yang sudah bersiap dengan rapi. mereka langsung bergegas pergi kerumah Louise tanpa banyak bicara lagi.

To be continued......

Bab 3

Farres dan keluarganya sudah sampai di kediaman Louise. mereka disambut hangat oleh Louise dan Marion. Sementara Ivone masih bersiap dikamarnya.

Tarina celingukan mencari keberadaan Ivone.

Dan itu terlihat oleh mata Marion. Dia hanya terkekeh melihat kelakuan Tarina yang tak sabar ingin bertemu dengan Ivone, berbeda dengan Farres yang tampak datar dan dingin.

"Tarina, apa kamu nggak takut mata kamu lepas, daritadi kamu celingukan begitu!!"

"Kemana dia, kenapa belum turun juga??" tanya Tarina sedikit cemberut.

Adam dan Louise yang sudah hafal dengan sifat Tarina hanya mendengus. Mereka heran sebenarnya dengan tingkah absurd Tarina yang tidak hilang bahkan saat Farres sudah dewasa seperti sekarang.

Tap....tap.....

Terdengar suara sepatu melangkah dari arah tangga. Dan muncullah seorang gadis yang memakai sebuah gaun warna biru langit yang tampak anggun dan juga cantik. Tarina menyenggol lengan Farres ketika dia melihat Ivone yang turun dari tangga dengan tatapan matanya yang terlihat tajam.

Farres yang semula menunduk melihat berkas di ponsel nya mendongak saat merasakan senggolan di lengannya. Dan saat dia mengangkat kepalanya, pandanganya langsung bertubrukan dengan mata tajam milik Ivone.

Sesaat Farres terpaku melihat mata tajam itu, dan seolah terhanyut dengan mata itu. Sang mama yang melihat Farres terdiam langsung berdehem dan membuyarkan lamunan Farres yang sempat melihat Ivone dengan mata tajamnya. Ivone yang terlebih dahulu memutus kontak matanya dengan Farres. Ivone sendiri sempat kagum dengan wajah datar dan dingin milik Farres, tapi dia langsung mengenyahkan semua pikiran nya itu.

"Malam om, Tante....!" sapa Ivone pada Tarina dan juga Adam. Tarina langsung menghampiri Ivone dan memeluknya singkat. Dia kemudian melepaskan pelukannya pada Ivone dan menarik nya untuk duduk di dekat Farres.

"Eh....!!!" Ivone yang kaget pun hanya mengikuti Tarina yang terus menyeretnya agar duduk disebelah Farres yang masih terdiam.

"Kalian belum kenal kan? kalau gitu kenalan dulu!!!" tegur Tarina pada Ivone dan Farres.

Lagi lagi tingkah Tarina membuat Adam mengusap wajahnya kasar. Dia takut jika Farres malah risih dengan tingkah Tarina yang memaksa Farres untuk berkenalan dengan Ivone.

"Ma, biarkan mereka berkenalan sendiri nanti, jangan memaksa seperti itu!!!" tegur Adam pada Tarina.

"Ah, maafkan mama Farres, mama hanya terlalu senang dengan pertemuan kita malam ini!" ucap Tarina dengan wajah sendiri tertekuk. Akhirnya dia kembali duduk di dekat Adam dan membiarkan Ivone yang duduk berdua dengan Farres dan saling terdiam.

"Jadi, kita akan langsung membicarakan semuanya malam ini. Bagaimana Louise menurut mu???" tanya Adam meminta pendapat pada Louise.

Louise melihat ke arah Ivone dan Farres bergantian. Dia tahu Farres belum bisa menerima perjodohan ini. Dia juga tidak mau jika sang putri kesayangan akan menjadi korban keegoisannya nanti.

"Adam, karena ini terhitung dadakan dan kita baru membicarakannya malam ini, bagaiamana jika kita memberi mereka kesempatan untuk saling berkenalan terlebih dahulu? Sebagai orang tua aku tentunya tidak ingin anakku disakiti jika pasangannya belum menerima sepenuhnya. karena aku sebagai papanya tidak pernah menyakitinya sedari kecil." ucap Louise dengan bijak dengan menatap sang putri yang tengah tersenyum tipis ke arahnya.

Tarina tampak kecewa dengan jawaban Louise malam ini. Bahkan saat ditelfon tadi Marion juga tidak mengatakan apa apa.

"Tarina, aku minta maaf jika jawaban ku mengecewakan mu. Aku hanya ingin putriku bahagia. Karena itu aku juga ingin putriku menikah sekali seumur hidupnya. Aku tahu sepak terjang Farres di dunia bisnis bahkan siapa yang tidak kagum padanya seorang CEO muda dan banyak di gandrungi para wanita, tentunya kamu paham maksudku bukan??" tanya Louise pada Tarina.

Akhirnya Tarina sadar jika apa yang diucapkan Louise ada benarnya dan dia juga tahu jika Farres pun masih menerima perjodohan ini dengan setengah hati.

Farres melihat Louise dalam. Dia mengagumi cara bicara Louise yang terlihat tenang dan bijaksana. Dia juga tentu tahu apa yang dimaksud dengan Louise. Tapi entah kenapa ada sedikit hatinya yang dicubit saat mendengar ucapan Louise yang takut menyerahkan putrinya kepadanya.

"Om Louise, aku menerima perjodohan ini dengan senang hati bukan karena terpaksa!!" tiba tiba Farres menyela ucapan Louise dengan tenang.

"Eh,.....!" Ivone tentu saja terkejut saat mendengar jawaban dari Farres yang sejak tadi diam.

"Kamu serius Farres??" tanya Louise memastikan. Dan hanya ditanggapi anggukan dengan Farres.

Tarina akhirnya bisa tersenyum lega. sekarang hanya tergantung pada Ivone yang terlihat bingung dengan semuanya.

"Ehmmm, kalau papa dan mama udah setuju Ivone nggak mungkin bisa nolak kan? Lagian kalau Ivone nolak nanti jatah jajan bulanan Ivone dipotong dong sama papa!!" ucap Ivone dengan tersenyum lebar.

Jawaban Ivone membuat kedua pasangan orang tua itu melongo. Berbeda dengan Farres yang menatap lekat pada Ivone yang duduk disebelahnya.

Ada senyum samar dibibir Farres.

"Heh, menarik!!!" ucap Farres dalam hati.

"Astaga anak ini!!!" ucap Marion menutup wajahnya karena malu. Sedangkan pelaku utamanya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Baiklah kalau begitu, kalian akan terikat satu sama lain mulai dari sekarang. Dan aku juga sudah menyiapkan cincin untuk kalian berdua!!!"

Tarina mengeluarkan sepasang cincin yang terlihat sederhana tapi dengan design yang indah.

Tarina menyodorkan cincin itu pada Farres dan juga Ivone untuk dipasangkan ke jari manis mereka secara bergantian.

Farres dan Ivone yang memang belum pernah mempunyai pasangan pun sebenarnya merasa canggung. Tapi mereka harus segera memasangkan cincin itu agar acara mereka tidak terhambat.

Prok....prok....

Kedua pasangan orang tua itu bertepuk tangan senang melihat Ivone dan juga Farres sudah terikat malam ini.

"Untuk tanggal pernikahannya biarkan mereka sendiri yang menentukan, setelah ini biarkan mereka menikmati masa perkenalan mereka dengan baik."

Ucapan Adam di angguki tanda setuju oleh semuanya.

"Baiklah kalau gitu mari kita makan malam dulu, setelah itu kita bisa melanjutkan obrolan kita nanti!!"

Marion mengajak Tarina untuk mengikutinya ke meja makan. Begitu juga dengan Louise dan Adam. Tapi berbeda dengan Ivone yang masih terdiam memandangi cincin yang ada dijari manis nya.

Semua tingkah Ivone diperhatikan oleh Farres dan dia sendiri merasa aneh karena melihat seorang wanita yang melihatnya biasa saja. berbeda dengan wanita wanita yang dia temui diluar sana.

"Apa kamu ingin tetap disini??" tanya Farres membuyarkan lamunan Ivone.

Ivone hanya mendongakkan kepalanya dan dia tersenyum lebar ke arah Farres.

"Nggak, aku cuma menghitung berapa harga cincin ini. Kalau misal mahal suatu saat bisa aku jual jika aku kehabisan uang!!" ucap Ivone santai sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Farres yang terbengong ditempatnya berdiri. Saat Farres sudah sadar dari bengongnya dia langsung mengusap kasar wajahnya.

"Gadis itu benar benar!!!" ucap Farres dalam hatinya.

Dan tak lama Farres langsung menyusul yang lainnya ke ruang makan.

To be continued......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!