NovelToon NovelToon

Terjerat Godaan Tetangga

Rapat Panitia Wisuda

Pasti ada kelompok anak anak cupu atau culun disekolah yg menjadikan mereka sering dipandang sebelah mata oleh teman yang lain dan dijadikan candaan tapi tidak sampek terjadi bullying secara brutal di cerita ini.

Mari kita sorot geng 3 serangkai remaja lelaki baik baik, tidak suka bolos kelas, mengikuti aturan sekolah dengan baik hingga salah satu dari mereka pun menjadi Ketua Angkatan Siswa kelas 12 yang akan lulus dari bangku SMA.

Dia adalah Jerome Mattew. Pria muda , tampan dengan mata birunya, rambut klimis namun tebal, badan tak terlalu terbentuk karena ia tidak suka gym atau olahraga berat. Tingginya 175cm cukup tinggi bagi remaja lelaki seusianya. Terkenal pintar namun pendiam membuat ia sering dimanfaatkan teman lainnya selain kedua sahabatnya. Kepintaran dan perlakuan baik selama menjadi siswa membuat Jerome menjadi kesayangan para guru.

2 remaja lelaki yang menjadi sahabat Jerome yaitu Ryno Manwel dan Zoy Julian. Mereka berdua sama sama pendiam jika berada di suatu keramaian apalahi Zoy yang memang seorang kutu buku, berkaca mata dan sangat penurut.

Sedangkan Ryno, meskipun dia terlihat cupu tapi ternyata pengetahuan tentang perfilman atau video cukup mempesona. Tapi sayangnya, pengetahuan itu ia khususkan untuk mempelajari film blue atau dewasa yg menjadi kesukaannya.

Mereka bertiga saling melengkapi dan membantu jika ada masalah atau ada teman lainnya menganggu dengan perkataan candaan yg kadang juga menjadi hinaan kecil. Namun mereka sudah biasa dipandang sebelah mata.

Sebenarnya keberadaan 3 siswa penurut ini di angkatannya menjadi penyeimbang karena selain kelompok mereka yang terkenal pendiam, cupu, culun, kutu buku, tidak gaul, ada kelompok 3 lelaki sekawan yang berbanding terbalik dengan mereka.

Kelompok gaul yang dijadikan primadona di sekolah bagi teman seangkatannya hingga adik kelasnya namun menjadi musuh para guru dan kepala sekolah karena suka bolos dan memberikan pengaruh buruk untuk sekolah. Mereka adalah geng RML singkatan dari Roy, Max, dan Lan.

Mereka memang tampan dengan rambut khas sedikit pirang kecoklatan mereka yang membuat mereka makin mempesona bagi wanita wanita di sekolah SMA Brooklyn. 3 sekawan tapi sebagai bad boy lebih terkenal daripada 3 sekawan good boy.

.

Hari ini dimana, ada perkumpulan seangkatan kelas 12 atau 3 SMA yang diadakan oleh kepala sekolah untuk memberikan informasi terkait acara kelulusan sebulan lagi. Kepsek Geogar memanggil Jerome sebagai perwakilan atau ketua angkatan untuk menyampaikan pengumuman penting agenda besar kelulusan yaitu acara wisuda sekaligus prom night.

"Untuk menjelaskan acara wisuda kalian bulan depan, Jerome akan menjelaskan bagaimana prosedurenya dan panitia wisuda yang sudah terpilih untuk bergabung. Silahkan Jerome naik di atas podium" jelas Kepsek Geogar.

Jerome dengan sedikit malu malu berjalan menghampiri Kepsek Geoger dan naik podium sesuai intruksi.

Dengan menahan dirinya dari rasa malu, ia berusaha menyampaikan pengumuman wisuda dan prom night dengan baik.

"Selamat siang, para guru dan teman teman sekalian" sapa Jerome tapi semua temannya tak menyahuti dan suasana menjasi hening.

"Ehm ehm. Baik, saya akan menjelaskan terkait prosedure acara besar kita sekaligus pemilihan panitia yang sudah ditentukan acak oleh para guru" lanjut Jerome dengan nada yang tidak percaya diri karena tidak mendapatkan antusias teman teman yang lain kecuali kedua sahabatnya yang memberikan senyum semangat.

"Saya akan menyebutkan 10 nama termasuk saya sendiri, sehingga mohon diperhatikan karena setelah diumumkan maka akan terbentuk panitia solid yang harus bisa bekerjasama dengan baik demi mewujudkan acara hebat kita" lanjut Jerome lagi.

"Huuuuuuuuh! Kamu ajaa yang jadi panitia!!!" celetuk Roy, siswa bandel yang tidak beretika di sekolah.

Jerome hanya tersenyum kecut mendengar suara itu.

"Yang pertama , Jerome yang tidak lain saya, Alexandra, Ursula, Jane, Andrew, Kloy, Martin, Angela, Luna dan Roy" sebut Jerome untuk nama nama panitia bersamanya sebulan kedepan. Pada awalnya nama nama yang ia sebutkan tidak ada respon dari semua hadirin yang ada di ruangan pertemuan sekolah namun ketika nama terakhir disebut ruangan menjadi rame.

"Roy! Roy! Roy! Roy!" seru banyak siswa menyebut nama Roy menjadi panitia kelulusan.

Sebelum pengumuman ini dinyatakan , Jerome memang sudah tau Roy akan menjadi salah satu panitianya karen sudah diinformasi kan oleh kepsek Geogar. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan Roy lebih bertanggung jawab dan ikut adil dalam menyelenggarakan acara besar untuk dirinya sendiri. Mau tidak mau Jerome juga menerima keputusan itu.

"Saya ingin melanjutkan pengumumannya" ucap Jerome didalam keramaian ruangan.

"Turun aja kamu, Jer. Biar digantiin Roy!" seru salah satu hadirin.

Jerome hanya diam saja tidak menyahuti dan kepsek hanya geleng geleng kepala mendengar seruan siswanya yang tidak tau siapa itu.

"Sabar ya Jerome" bisik kepsek di telinga ketua angkatan kelas 12.

"Baik, Pak" sahut Jerome lirih.

Jerome pun melanjutkan pengumumannya meskipun entah didengar atau tidak.

"Untuk brosur kegiatan, ada sumbangan iuran per siswa $50 dollar. Pamfletnya akan disebarkan besok sekaligus foto kelulusan dan mengisi biodata untuk year book kita. Semua panita diharap berkumpul di ruang osis setelah pertemuan ini selesai. Terima kasih" ujar Jerome dengan tegas.

Terdengar suara tepuk tangan dari kedua temannya dan kepsek dibelakang Jerome. Pertemuan itu ditutup oleh Kepsek Geogar.

"Penguman yang disampaikan oleh Jerome sudah jelas. Kami para guru dan kepsek hanya akan membantu acara kalian jika kalian menyiapkan dengan baik. Jadi jika kalian tidak mensupport teman kalian yang menjadi panitia dan mempersulit pengumpulan data atau kegiatan lainnya, maka pihak sekolah tidak akan mengadakan acara wisuda atau prom night untuk kalian. Terima kasih" penutup Geogar dengan serius dan sungguh sungguh membuat para siswanya merasa takut.

Akhirnya Jerome dan Kepsek Geogar turun panggung ruang pertemuan itu lalu berjalan bersama ke ruangan kepala sekolah SMA Brooklyn untuk melakukan percakapan inti.

"Saya serahkan acara ini kepada kamu ya, Jerome. Saya yakin dengan kemampuanmu bisa mengkoordinasikan teman teman seangkatan untuk menjadi solid" ucap Geogar.

"Saya usahakan , Pak. Mohon bantuannya juga nanti jika saya kurang mampu mengkoordinasikan teman teman karena saya tidak terlalu terkenal di antara mereka" sahut Jerome merendah.

"Pasti bisa. Kamu bukan tidak dikenal, namun anak muda sekarang lebih suka menjadi anak nakal daripada penurut seperti kamu. Apalagi kamu bercita cita menjadi presiden ya, jadi mulai sekarang kamu harus belajar mengendalikan masyarakatmu" ucap Kepsek Geogar memberikan semangat.

"Terima kasih Pak Geogar atas dukungannya" balas Jerome tersipu malu.

"Oh ya, pengumuman beasiswa Ivy League besok ya. Kamu milih kampus apa?" tanya Geogar.

"Saya memilih Yale University, Pak" jawab Jerome yakin.

"Wow, saya yakin hasilnya akan memuaskan. Semangat ya" sahut Geogar antusias.

"Sekali lagi terima kasih , Pak Geogar. Saya pasti tidak lupa atas dukungan bapak" ucap Jerome tulus.

Lalu Jerome pun pamit untuk keluar ruangan kepsek dan menuju ke ruang osis untuk bertemu panitia wisuda lain. Sesampainya, Jerome bisa melihat nama nama yang ia panggil itu kecuali Roy.

"Dasar siswa nakal" batin Jerome ketika menyadari ketidakhadiran 1 panitianya.

"Mari kita mulai rapat dan pembagian tugasnya ya" ucap Jerome memulai rapat hanya dengan 9 panitia inti dan 5 panitia bantuan dari osis sekolah untuk membantu acara"

Jerome memang lugu, polos, dibilang cupu sih gak terlalu namun ketika menjadi ketua dia benar benar terlihat tegas dan tampan, hingga membuat teman temannya takjub melihat Jerome dari sisi lainnya.

30 menit rapat sudah berjalan, terdengar rame rame diluar ruangan Osis. Ternyata Roy bersama teman temannya dan para gadis yang disamping mereka.

Roy dengan tidak malunya masuk ke ruangan tanpa merasa bersalah.

"Wah udah mulai ya. Maaf, tadi aku makan siang dulu sama teman temanku" ucap Roy tanpa merasa bersalah.

"Masuk aja, tanpa wanita yang dilengan mu itu" ujar Jerome.

"Wuiiih, jahat banget jadi ketua. Gak ada hiburannya dong kalau gak sama seorang wanita disisi" sahut Roy.

"Ya sudah, kamu gak perlu masuk. Kita bisa membuat acara wisuda dan prom night tanpa kamu" ucap Jerome.

"Beraninya kamu!" seru Roy sambil menunjuk ke arah Jerome.

"Udah udah, jangan berantem. Mending kamu fikirin dulu Roy beneran mau jadi panitia atau jadi beban. Tapi mungkin sesuai omongan Pak Geogar, kalau kamu kami laporin gak menjadi panitia , bisa bisa kamu gak boleh ikut acara ini" sela Martin, salah satu panitia dan siswa terbaik SMA Brooklyn.

"Hmm, kamu juga berani banget sama aku ya Martin" kesal Roy.

"Sana seneng seneng aja sama cewek cewekmu dan para sahabatmu itu" sahut Andrew, yang juga panitia wisuda serta siswa berprestasi.

"Hmmm, kalian yaaa!!! Lihat aja pembalasanku" ancam Roy merasa terhina.

Roy langsung melepaskan tangan cewek yg berada dilengannya dan berjalan cepat meninggalkan ruangan serta sekelompoknya.

"Hey tunggu, Roy!" panggil Max sambil berjalan cepat mengikuti sahabat badboynya itu dan diikuti oleh Lan serta yg lainnya.

"Hahaa, memang Roy hanya penghalang acara kita aja kayaknya" ucap Alexandra, panita serta juara pertama olimpiade Matematika setingkat SMA di wilayah Brooklyn.

"Biarin aja dia, ayok kita bahas lagi susunan acaranya" sahut Jerome melanjutkan agendanya.

Karena anak kelas 12 sudah bebas dari beberapa mata pelajaran tinggal bimbingan khusus untuk semua siswa mempersiapkan ujian masuk universitas setiap hari pukul 10 pagi sebelum acara wisuda diadakan, Jerome dan panitia yang lain berdiskusi hingga sore hari jam 5 sore.

Setelah rapat pertama selesai dengan hasil rapat yang memuaskan yaitu pembagian jobdisk yang jelas dan tidak memberatkan satu sama lain. Kemudian pencetakan pamflet untuk besok dan isian biodata year book sudah disiapkan.

Jerome akhirnya memutuskan pulang ke rumah karena mempersiapkan dirinya untuk melihat hasil beasiswa jam 12 malam nanti.

Pertemuan pertama

Jerome yang sudah berumur 18 tahun sejak 3 bulan lalu yaitu bulan Mei mendapatkan hadiah mobil dari orang tuanya. Sejak itu ia menggunakan mobilnya sendiri ke sekolah.

Meskipun sudah membawa mobil, Jerome tetap menjadi anak baik untuk tidak pergi ketempat tempat anak muda gaul seperti party, discotik, atau club malam. Seperti hari ini, ia langsung pulang ke rumahnya setelah rapat panitia wisuda selesai.

Jerome parkirkan mobil agak jadul tapi masih layak pakai didepan rumahnya. Ketika keluar mobil, ia melihat mobil vw dengan atap yg terbuka di depan rumah tetangga nya yaitu paman dan bibi Josh.

"Mobil siapa itu? Aku belum pernah lihat mobil itu digunakan oleh paman dan bibi Josh. Apakah ada tamu?" lirih Jerome tanya pada dirinya sendiri.

Tidak mau memikirkan hal yang tidak penting itu, Jerome langsung masuk rumah dan menuju kamarnya. Ayah Jerome yang bernama Alex Mattew dan ibunya bernama Phila Mattew sedang ada acara di luar reuni dengan temannya.

Jerome pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ah lelahnya hari ini" keluh Jerome sambil menutup matanya. Tak terasa beberapa saat kemudian, ia tertidur.

Hari semakin gelap, Jerome masih lelap dalam tidurnya karena mungkin menjadi ketua dalam suatu kegiatan menguras banyak energinya. Apalagi kegiatan yang ia urus adalah kegiatan penutup masa sekolahnya.

Ketika Alex dan Phila ingin mengajak makan malam bersama putra semata wayangnya itu, mengurungkan niat itu karena melihat Jerome sangat nyaman dalam tidurnya. Mereka tau jika kelelahan hari ini.

Sampai bunyi telepon dari handphone disampingnya berbunyi keras berkali kali, namun baru panggilan ke 3 bisa membangungkan lelaki lugu ini.

Ia raba keberadaan hp nya tanpa membuka mata dan setelah ia dapatkan langsung menerima panggilan itu tanpa melihat namanya.

"Hey bro!!! Kemana aja sih gak buru buru diangkat?" tanya Ryno langsung dengan suara keras.

Jerome yang masih mengantuk pun menyahuti pelan.

"Lagi tidur, capek banget aku" sahut Jerome tak bertenaga dengan suara khas bangun tidur.

"Oalaaah, mangkanya udah jam 1 dini hari belum ada kabar soal beasiswa mu" ucap Ryno.

Ketika mendengar kata beasiswa, Jerome sadar tentang sesuatu yaitu pengumuman beasiswa Ivy League langsung mendudukan posisinya di atas ranjang.

"Yaampun, aku kelewatan! Wait jangan dimatiin teleponnya , No!" seru Jerome langsung meloncat dari ranjangnya dan mengambil laptop di meja belajar lalu kembali lagi duduk di tepi ranjang.

"Astaga! Bisa bisanya aku ketiduran!" sesal Jerome.

"Santai, gak masalah telat lihat. Lagian pengumumannya gak bakal hilang kan" sahut Ryno santai.

"Hmmm, beda aja rasanya kalau lihat pengumuman di awal. Wait , ini udah masuk webnya. Doakan aku ya No" ucap Jerome mulai tak tenang menunggu loading di website beasiswanya.

Posisi Jerome saat ini duduk di tepi ranjang namun menghadap ke jendela kamarnya yang dapat melihat ke luar hingga kamar tetangganya.

Mungkin websitenya lemot dibuka karena banyak yang mengakses , namanya juga beasiswa internasional dan terbesar di benua Amerika, wajar jika tak semudah itu melihat pengumumannya.

Dengan perasaan yang tidak tenang, Jerome semakij panik ketika website tiba tiba not responding.

"**** ! Not responding webnya No. Gimana ini?" keluh Jerome yang masih terhubung dengan panggilan dari Ryno.

"Sabar. Tunggu ajaaa atau bisa kamu tunggu sambil nonton video video penyegar mata kayak aku sekaraang. Aaaaaaaah" goda Ryno yang tau jika Jerome anti video blue.

"Apaan sih, temen lagi panik malah diajak bercanda" protes Jerome.

"Hahaha. Coba kamu ambil nafas dalam dalam , tenang. Coba lebih yakin pada dirimu sendiri bahwa kamu mendapatkan beasiswa itu. Tidak perlu terburu buru. Sekarang kamu letakkan laptop disampingmu kemudian tatap kedepan dan bayangkan kamu masuk ke Yale University sesuai tujuanmu" arahan Ryno supaya sahabatnya itu lebih tenang.

Jerome pun menuruti arahan dari Ryno, ia letakkan laptop yg ia pangku di sampingnya kemudian ia tatap keluar jendela kamarnya hingga bisa melihat tiba tiba lampu kamar tetangganya itu hidup.

Lelaki muda itu memicingkan mata ketika melihat sosok wanita berambut pirang berjalan hingga pas didepan pandangannya.

"Siapa wanita itu? Aku kira Paman dan Bibi Josh tidak memiliki anak perempuan?" batin Jerome yang penasaran siapa yang ia pandang saat ini.

Tanpa Jerome sangka, wanita itu melepas baju dan membuat punggung mulus terlihat oleh matanya.

"What the f**k!" seru Jerome langsung membekap mulutnya sendiri tapi sudah terdengar oleh Ryno.

"Heh, apaa yang terjadi? Kenapa kamu menghujat begitu?" tanya Ryno melalui suara panggilan dengan Jerome.

"Gil* ! Didepan ku sekarang ada wanita yang tidak aku kenal melepas bajunya di rumah tetangga. Jelas banget meskipun jarak jauh. Sepertinya aku langsung jatuh cinta hanya melihatnya dari belakang" jawab Jerome sambil memegang hpnya ditelinga namun mata masih menatap lurus dan tak berkedip.

"What??? Kamu lihat film blue, Rome? Kamu kan gak suka?" tanya balik Ryno yang mengira Jerome sedang melantur ngomongnya dan melihat video kesukaannya.

"Hust, diem! Aku gak kayak kamu kali" jawab Jerome kesal dituduh aneh aneh.

Jerome terkejut ketika wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap jendela sehingga lelaki yang tidak ia kenal melihat tubuh atasnya tak tertutup pakaian apapun.

"Astaga! Aku ketahuan melihatnya!" seru Jerome yang refleks langsung tiarap di atas lantai.

"Hah? Apa ? Ketahuan apa sih? Gak jelas amat nih orang!" omel Ryno yang merasa Jerome aneh banget malam malam gini. Niat mau cari kabar tentang pengumunan beasiswa sahabatnya itu eh malah mendengar panggilan gak jelas begini.

"Shut! Diem! Aku matiin teleponnya! Besok aku kabarin" lirih Jerome merasa suara Ryno terlalu nyaring membuat ia merasa panik lalu memilih untuk mematikan panggilan itu.

"Aduh gimana kalau wanita itu kesini" ucap Jerome yang merasa bersalah telah mengintip wanita sedang tak berpakaian tanpa seizin wanita itu.

Beberapa menit kemudian, Jerome mulai tenang dan ia beranikan diri untuk mengintip ke luar jendela dan ternyata lampu kamar tetangga nya itu sudah mati dan terlihat gelap.

"Ah syukurlah. Dia mungkin langsung tidur" lega Jerome ketika tidak melihat pergerakan dari kamar yang ia lihat. Namun beberapa saat merasa lega, eh tiba tiba wanita yang ia lihat tadi di seberang kamarnya sudah berada di bawah jendela kamarnya dari luar dan melempari jendela Jerome dengan kerikil.

"Oh Tuhan!" teriak Jerome kaget hingga ia jatuh kebelakang dan membentur ranjang.

"Aaakh!!!" seru kesakitan dari lelaki yang kepergok mengintip seorang wanita.

Lelaki itu memegang kepalanya yang membentur pinggiran ranjangnya dengan cukup keras. Namun ia juga bisa melihat wajah wanita yang telah ia intip tadi menatapnya dengan senyuman sinis.

"Mati aku" batin Jerome.

Lalu setelah rasa sakit dikepalanya berkurang, ia memberanikan diri berdiri dan berhadapan dengan wanita diluar jendela.

"Keluar" suruh wanita itu dengan suara samar samar yang didengar oleh Jerome karena terhalang kaca jendela kamar miliknya dan dapat melihat tatapan sinis beserta isyarat tangan.

"Keluar atau aku yang mengetuk rumahmu dan membangunkan kedua orang tuamu" ancam wanita itu dengan senyuman menyeringai.

"Iya iya, sebentar" sahut Jerome mengiyakan permintaan wanita dari rumah sebelah.

Tak lama, Jerome langsung keluar rumah dengan pakaian yang ia pakai sekolah tadi karena belum sempat ganti udah tidur duluan.

Saat ini ia berhadapan dengan wanita berambut pirang menggunakan rok mini dan kaos tipis yang oversized.

"Apa yang kamu lihat tadi?" tanya wanita itu to the point.

Jerome merunduk karena ia merasa bersalah namun seketika ia sadar jika ia tidak sengaja melihatnya karena salah wanita itu sendiri tidak menutup jendela dengan kordennya. Lalu ia angkat kepalanya menatap wanita yang berada didepannya ini dan langsung merasakan cinta pada pandangan pertama.

"Cantik banget wanita ini" batin Jerome dengan tatapan damba namun sadar jika ia terpana memandangi wanita pirang dihadapannya ini, ia alihkan dengan menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya.

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja melihatmu melepas baju. Sebenarnya aku tidak sepenuhnya salah. Kamu juga salah karena tidak memastikan dulu korden jendelamu ditutup. Aku bebas melihat apapun dari jendela kamar ku sendiri kan?" sahut Jerome mencoba membela diri.

Wanita didepannya itu malah memberikan senyuman smirk.

"Oh begitu ya? Salahku ya berarti? Okey. No problem, besok pagi aku akan mengadukan pada orang tuamu jika kamu melihat aku sedang telan**ng" ancam wanita itu membuat Jerome panik.

"Jangan! Please, jangan kau adukan ke ayah ibuku. Bisa bisa aku dihukum oleh mereka karena melihat hal yang tidak pantas dilihat oleh pria baik baik tanpa seizin seseorang yang dilihanya. Maafkan aku" sesal Jerome dengan memohon agar wanita itu memberikan dia belas kasihan.

"Pria baik baik? Hahahaha. Mana ada pria baik baik saat ini apalagi kamu masih muda, pasti suka melihat film begituan apalagi asli dengan mata sendiri kan?" ucap wanita itu menyerang Jerome tanpa ampun.

"Aku berbeda. Aku tidak suka melihat sesuatu yang kamu sebutkan itu. Bagiku wanita pantas untuk dihormati dan disayangi tidak hanya dinikmati seperti itu" sahut Jerome dengan serius membuat wanita yang mendengarnya tersenyum manis.

"Menarik juga anak tetangga ini" batin si wanita pirang.

"Hahahaa. Aku pegang kata katamu tentang wanita. Oke jika kamu tidak ingin aku adukan, kamu harus ikut aku naik mobil milik ku itu. Sebentar saja" ajak wanita pirang.

"Hmm, ini udah dini hari. Mana mungkin aku keluar dengan wanita yang tidak aku kenal" tolak Jerome pada awalnya.

"Beneran gak mau? Gak masalah, besok pagi aku sudah berada dirumahmu dan duduk dihadapan orang tuamu" ancam wanita itu lagi.

"Hmm, kamu yaaa. Oke, aku mau naik mobilmu" ucap Jerome akhirnya mengikuti permintaan wanita yang telah ia lihat dalam keadaan tak memakai penutup baju tadi.

Wanita pirang itu pun tersenyum puas dan merasa menang menghadapi pria yang terlihat lebih muda darinya namun tidak terlalu jauh.

Jerome pun duduk di bangku penumpang samping wanita sebagai driver. Mobil vw dengan atap terbuka pun mulai dijalankan dengan semilir angin malam Brooklyn yang menerpa tubuh keduanya.

Jerome tidak berbicara selama menjadi penumpang namun ia curi curi pandang dengan supir cantik disebelahnya.

"Serius, wanita ini cantik banget. Apalagi rambut pirangnya yang kena angin. Bau wanginya juga bikin perasaan aneh di tubuhku" batin Jerome.

Wanita pirang yang dilihat diam diam pun merasa pria disebelahnya ini mencuri pandang padanya.

"Udah ngintip, sekarang suka ya curi pandang wajahku?" celetuk wanita itu.

"Hmm, maaf. Kamu cantik. Maaf maaf, aku tidak bermaksud menggodamu. Tapi memang kamu cantik" sahut Jerome jadi salah tingkah namun berkata jujur dengan apa yang ia rasa.

Wanita itu pun tersenyum manis. Merasa pujian yang ia terima itu tulus dari perasaan pria lugu dan pria baik.

"Panggil aku Ella. Namaku Daniella Flora" ucap wanita pirang itu mengenalkan diri terlebih dahulu.

Jerome lagi lagi terkejut dengan spontanitas wanita disebelahnya ini untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.

"Ehm, aku Jerome. Jerome Matthew" sahut Jerome malu malu.

"Nama mu indah, Ella" lanjut Jerome sambil memandang wajah cantik wanita yang bernama Elle itu. Seketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti? Apa aku salah ngomong?" tanya Jerome heran.

"Nggak, kamu gak salah ngomong. Memang aku merasa cantik tanpa kamu puji. Aku berhenti disini untuk menghukum mu karena membiarkan mata mu itu melihatku berganti baju sampai aku tanpa sadar membalikkan tubuhku yg tidak berpakaian dihadapanmu. Jadi, lepas bajumu sekarang" jawab Ella dengan sadis.

"Ih dingin, El. Kalau aku sakit gimana?" tolak Jerome.

"Lepas baju atau lepas celana?" penawaran Ella.

"Hmm, oke fine. Baju aja" sahut Jerome pasrah sambil melepas bajunya hingga menampakaan tubuh atasnya yang sedikit berotot tapi tidak terlalu terbentuk.

"Puas?" tanya Jerome dengan tatapan lelah.

"Belum. Kamu turun disini atau aku teriak kamu mau memperkosa ku?" penawaran Ella lagi lebih sadis.

"Serius ya, hukumanmu ini gak lucu" ucap Jerome mulai kesal.

"Kamu lihat tubuhku tanpa izin juga gak lucu, Jerome. Aku hitung sampai tiga, satu....dua...." ujar Ella dengan serius.

"Okeeee. Aku bukan pria pengecut. Sana pergilah" kesal Jerome terpaksa keluar dari mobil vw milik Ella.

"Bye bye, aku tunggu dirumah" ucap Ella dengan senyuman dan tawa puas lalu melajukan mobilnya meninggalkan Jerome bertelanjang dada di jalanan

"Mengesalkan, tapi wajahnya begitu membuatku jatuh cinta" gumam Jerome sambil memeluk tubuhnya sendiri dan berjalan menuju rumahnya ya mungkin 1 kilometer yang harus ia tempuh.

Syarat resign

Setelah Jerome berjalan sekitar 15 menitan, ternyata dari belakangnya ada mobil vw yang sudah meninggalkannya tadi dijalan.

"Ayo masuk, hukuman mu selesai" seru Ella menyuruh Jerome yang terlihat kedinginan dan ngantuk karena jalan jam 2an dini hari gak pake baju lagi.

"hmm" deretan Jerome lirih lalu langsung masuk mobil yang dijalankan oleh Ella.

"Gimana? kedinginan?" tanya Ella dengan senyuman smirk.

"Ya menurutmu gimana? aku melihat mu gak pake baju didalam rumah pasti hangat sedangkan aku gak pake baju dijalanan begini" sewot Jerome.

"Oh jadi kamu tetep merasa benar ya lihat aku gak pake baju dari kamarmu?" tanya Ella dengan serius.

"Hmm, gak juga sih. Aku tetep salah. Maafin" jawab Jerome pasrah dan tidak ingin menambah masalah lagi karena dirinya sudah kedinginan dan mengantuk.

Ella pun terdiam sambil menyetir mobilnya sampai rumah Jerome dan rumah paman bibinya.

Tanpa berkata apa apa, Jerome langsung keluar mobil sambil membawa pakaiannya yg ia lepas dan masuk ke rumahnya.

"Dia ngambek kayaknya. Biarin deh, besok pasti baikan lagi. Tatapan nya kepadaku membuat aku ingin mengenal dia lebih dalam lagi" lirih Ella sambil melihat punggung polos Jerome menjauh darinya.

Ella pun turun mobil dan masuk ke kerumah yg saat ini ia tinggali.

.

Keesokan harinya, Jerome bangun siang jam 9an dan jam 10 harus sampai sekolah untuk mengikuti kelas bimbingan masuk universitas. Karena buru buru nya , ia sampai lupa melihat pengumuman beasiswa Ivy League hari ini.

Setelah bangun dari tidurnya ia langsung mandi cepat lalu memakai baju untuk ia pakai pergi sekolah. Jerome turun dengan tergesa gesa namun langkahnya terhenti ketika melewati meja makan karena ada sosok wanita berambut pirang yang sarapan bersama ayah ibunya.

"Kamu? Kamu kenapa disini?" tanya Jerome heran.

"Ih gak sopan sama tamu, Jerome. Kamu udah kenal Ella? " tegur Phila, ibu Jerome.

"Maaf, bu. Kaget aja tiba tiba Ella udah disini" sahut Jerome.

"Sini, sarapan bareng kita kalau begitu. Tumbenan kamu bangun kesiangan" ucap Alex, ayah Jerome.

"Hihi, iya Yah. Tadi malam ada yang harus aku lakuin karena seseorang menghukumku" sindir Jerome yang ia tunjukkan pada wanita cantik yang ia tatap sekarang.

"Hukuman?" tanya heran Alex.

"Lupakan, Yah. Aku sarapan di sekolah aja, udah mau telat" jawab Jerome buru buru.

"Biar aku antar kamu aja ya Jerome, kayaknya mobilku lebih cepet" sela Ella menawarkan diri untuk mengantar Jerome ke sekolah.

"Oh gak perlu, kamu lanjutin sarapan aja sama ayah ibu" tolak Jerome.

"Niat Ella baik loh, dari pada kamu ada apa apa dijalan karena buru buru mending diantar Ella biar bisa nyetir lebih tenang" bujuk Phila.

"Hmm, yaudah" pasrah Jerome.

"Om Tante, saya antar Jerome sekolah dulu ya" pamit Ella kepada orang tua Jerome.

"Iya, hati hati yaa" sahut Phila.

Ella pun berjalan menghampiri Jerome yang berwajah datar dan cemberut.

"Kalau deket deket dia terus kayak gini, aku gak bisa konsentrasi sekolah" batin Jerome yang merasa terganggu dengan kehadiran Ella di sekitarnya. Terganggu pikirannya dan tidak konsen dengan hal lainnya.

Keduanya berjalan beriringan dan masuk ke mobil dengan posisi yang sama seperti dini hari tadi yaitu Ella menjadi driver dan Jerome jadi penumpang.

Ella pun menjalankan mobilnya pelan hingga ke jalan utama baru ia tancap gas seperti pembalap hingga membuat Jerome takut.

"Awas! Kamu kalau nyetir yang bener dong" protes Jerome.

"Kamu itu cowok apa cewek sih, protes mulu kerjaannya" sahut Ella tak habis pikir dengan keluhan dari Jerome.

"Aku cuma protes sama apa yang kamu lakuin" ucap Jerome.

"Oke, protes aja semaumu" ujar Ella cuek.

Ia pun melanjutkan ngebut dijalan sampai berada di SMA Brooklyn dimana Jerome akan lulus sebulan lagi.

Jerome pun keluar mobil dan mengucapkan terima kasih tapi dengan wajah datar.

Ella pun hanya tersenyum smirk melihat ekspresi lelaki muda yang ia anggap menarik.

"Pandangannya kesal tapi juga terlihat mendamba kan ku" lirih Ella yang menyadari tatapan Jerome itu berbeda dengan kebanyakan pria yg ia kenal.

Setelah melihat Jerome masuk gerbang sekolah, Ella pun pergi dari situ menuju suatu tempat dimana mantan bosnya Mr. Y, produser film blue untuk mengakhiri kerja sama.

Beberapa saat kemudian, ia masuk ke sebuah apartemen dimana Mr. Y berada. Ella ketuk pintu apartemen nya beberapa kali lalu terbukalah pintu itu dan menampakan seorang wanita sexy hanya memakai penutup inti di depannya.

"Hello D" sapa wanita hampir polos itu yang membuka kan pintu untuk Ella.

"Hei, J. Mr Y ada? aku ada perlu dengannya" ucap Ella to the point.

J adalah nama panggung artis film blue. J disini memiliki nama asli Jessi. Sedangkan D, panggilan Ella yang memiliki kepanjangan Daniella.

"Itu didalam sedang syuting film" sahut Jessi.

"Oke, aku tunggu ya" ucap Ella lalu masuk ke apartemen itu dan duduk di kursi tamu.

"Aku dengar kemarin dari Mr. Y, kamu akan resign dari artis blue? bener kah D? " tanya Jessi.

"Hmm. Iya benar. Aku sudah membalaskan dendam pada ayahku dan akhirnya aku diusir dari rumah haha. Melihat wajah marah dan kecewanya, ketika tau aku menjadi artis blue begitu memuaskan. Pria itu sudah menyakiti ibu ku sampai meninggal karena suka bermain dengan wanita wanita seperti kita. Jadi, secara tidak langsung pria itu akan membayangkan wajahku jika masih bermain dengan banyak wanita haha" jawab Ella dengan tawa kecil menunjukkan kepuasannya membalas dendam.

"Memang balas dendam mu berkelas, tapi kamu hancurkan masa depanmu D" sahut Jessi yang sudah duduk disamping Ella.

"Hidup ku sudah hancur melihat ibuku seperti orang tak sadar yang melupakan anaknya sendiri karena disakiti oleh suaminya hingga ia memilih pergi selama selamanya dari kehidupanku" ucap Ella dengan wajah sedih mengingat ibunya meninggal dengan cara tidak wajar.

"Tenang. Setelah ini kamu akan bisa mengatur hidupmu lagi. Tapi, aku belum yakin jika Mr. Y akan melepaskanmu" ujar Jessi.

"Aku juga berfikir begitu, tapi aku akan berusaha agar terlepas dari dunia ini" kata Ella dengan yakin.

Setelah mengobrol cukup lama, Jessi dipanggil Mr. Y untuk masuk ke ruang syuting. Ella pun sendiri di ruang tamu dan membayangkan wajah pria lugu Jerome yang membuat dia senyum senyum sendiri.

"Cie, sekarang bisa senyum senyum sendiri kami D. Bagaiaman udah bahagia balasin dendam mu ke ayahmu sendiri?" tiba tiba suara Mr Y terdengar mendekati Ella.

"Ya syukurlah, dendamku sudah selesai dan kini aku ingin melanjutkan kehidupanku" sahut Ella dengan berani.

"Hahahahhahaa, tidak semudah itu aku melepaskan aset film ku" ucap Mr. Y yang memiliki nama asli Yanlep.

"Kamu mau apa biar aku bisa bebas dari rumah produksi mu ini, Mr Y?" tanya Ella dengan serius.

"Hahaa wajahmu serius amat. Rilex D, aku akan memberikan pilihan syarat untuk bisa lepas dari gengamanku" jawab Mr. Y dengan senyuman smirk.

"Apa pilihannya?" sahut Ella.

"yang pertama, kamu bisa memberikan acting terakhirmu dengan durasi putar 1 jam atau pilihan kedua memberikan aku uang sebesar $5000 maksimal besok malam?" penawaran Mr Y.

"Breng*** banget orang ini. Mana ada aku punya uang sebanyak itu setelah diusir dari rumah papi" batin Ella.

"Gimana? Kamu milih yang mana?" tanya Mr Y dengan harapan Ella akan memilih pilihan pertama karena ia yakin Ella tidak memiliki uang $5000 sampai besok malam.

"Aku pilih nomor 2. Besok malam akan aku antarkan uang sebesar $5000 ke apartemen mu ini" jawab Ella yakin.

"Hahahhaa, uang dari mana kamu D. Aku tau kamu udah diusir papimu dan uang yang kamu miliki sudah kamu gunakan untuk membeli mobil vw itu yakan?" tebak Mr Y.

"Entah darimana uang itu akan aku dapatkan yang penting kamu juga menepati janji ketika uang sebesar itu sudah kamu terima" sahut Ella.

"Oke, Mr Y tidak ingkar janji kecuali diingkari duluan" ucap Yanlep alias Mr Y.

"Baik, kita bisa bergandengan tangan sebagai tanda kesepakatan" lanjut Mr Y sambil mengulurkan tangannya didepan Ella.

"Deal!" seru Ella.

Ella pun keluar apartement Mr Y dengan puas karena sudah berhasil menjalankan misi untuk keluar dari dunia perfilman blue ini. Namun, ia tidak menyadari akal licik Mr Y untuk dirinya yang akan membuat kesulitan.

Dengan perasaan senang , Ella memilih untuk kembali ke sekolah Brooklyn, menjemput Jerome.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!