Kota Awan Berkabut terletak di bagian utara Kekaisaran Awan Surgawi, kota itu sangat aneh, karena pada siang hari timbul kabut hitam dan pada malam harinya timbul kabut putih. Kota itu di keliling oleh hutan, hutan itu di sebut dengan “Hutan Belantara". Sehingga di bangunlah tembok untuk menghalangi binatang spiritual yang berasal dari dalam hutan agar tidak masuk ke dalam pemukiman. Di pinggiran hutan Belantara terdapat pegunungan yang mengitari seantero kawasan Kota Awan Berkabut dan hutan Belantara.
Tembok di kota itu terbuat dari bebatuan yang tersusun setinggi 10 meter, lebarnya 5 meter dan panjangnya mengitari Kota tersebut, dan hanya ada empat pintu gerbang untuk masuk ataupun keluar dari kota, empat pintu gerbang itu berada di barat, selatan, timur, dan utara kota.
.....
Di timur kota Awan Berkabut, dekat dengan pintu gerbang timur, terdapat pintu gerbang dari sebuah keluarga, yang bernama "Keluarga Jin". Di dalam gerbang keluarga Jin terdapat lima gedung kuno yang teramat besar, dua gedung di timur, dua gedung di barat, dan satu gedung di utara yang lebih tinggi dari empat lainnya, yang disebut dengan “Aula Utama”.
Di dalam salah satu gedung timur, terdapat tiga sosok manusia yang sedang duduk di ruang makan dan tengah menyantap makan malam. Salah satu dari ketiganya adalah seorang wanita menawan yang terlihat anggun dan elegan, dengan rambut merah muda, pupil mata ungu kehitaman, dan juga memakai pakaian berwarna ungu.
Yang lainnya adalah seorang pria paruh baya yang mempunyai rambut hitam panjang tergerai, dia memiliki wajah yang terlihat sangat lembut dan bentuk wajah yang bagus walaupun sudah berumur 40 tahun-an, jika ada wanita yang melihatnya, mereka akan terpesona oleh ketampanannya, dia memakai pakaian berwarna hitam.
Serta satu orang terakhir yang merupakan seorang anak umur 15 tahun yang memiliki rambut berwarna hitam dan mata ungu kehitaman, itu seperti perpaduan sempurna dari kedua orang tuanya, dia memakai pakaian berwarna hitam dengan corak yang berwarna emas di bagian dadanya, dia bernama "Jin Xian''.
Wanita berambut merah muda yang merupakan ibu Jin Xian memiliki nama "Shang Li'er", dan pria paruh baya yang merupakan ayahnya Jin Xian, bernama "Jin Shuang".
.....
Setelah selesai membereskan hidangan makan malam, ketiga orang itu selalu berbincang-bincang. Jin Xian bertanya terhadap ibunya, "Ibu, apa ibu besok punya waktu luang? Aku ingin mengajak ibu pergi ke Paviliun Bintang Semu.''
Paviliun Bintang Semu adalah sebuah keberadaan di dalam kota Awan Berkabut yang tidak berada di bawah kekuasaan 5 keluarga besar. Paviliun ini melelang, menjual ataupun membeli barang-barang yang di perlukan oleh para praktisi bela diri.
Shang Li'er terdiam beberapa saat, “... Maaf Xian'er, ibu besok tidak memiliki waktu luang, karena ada banyak urusan yang harus ibu tangani. Maafkan ibu, akhir-akhir ini ibu tidak bisa menemanimu.'' ia mengucapkan kata-kata itu sembari membelai rambut anaknya dengan tangan lembutnya. Sebagai seorang istri dari seorang patriark, Shang Li'er akan mengurus urusan yang tidak bisa di urus secara langsung oleh suaminya, masalah yang di dapat oleh Shang Li'er biasanya adalah urusan tentang perekonomian, pendidikan, dan lain sebagainnya di dalam keluarga Jin.
Jin Xian yang mendengar ucapan ibunya terdiam sesaat, lalu mengangguk dan berkata, “Tidak apa-apa ibu, ... Xian'er tahu, ibu pasti kesulitan menghadapi urusan yang terlalu banyak, ... Xian'er akan menunggu, sampai ibu menyelesaikan semua urusan dan memiliki waktu luang!” Dia mendongak ke arah ibunya. “Ibu, jika ada yang tidak bisa ibu tangani sendirian, katakan kepada aku, aku akan membantu ibu!”
“Xian'er, benar-benar anak yang sangat pengertian. Kamu tidak perlu khawatir tentang urusan ibu, jika ibu tidak bisa menangani urusannya, masih ada beberapa wanita di dalam keluarga yang akan membantu ibu menangani urusan." Shang Li'er tersenyum. “Xian'er ... Ibu janji, saat ada waktu, ibu akan mengajakmu berkeliling kota, pergi ke pasar, dan membelikan kamu banyak barang, oke?"
Jin Xian mengangguk, “Oke ..."
Jin Shuang yang sedari tadi hanya mendengar mereka berdua berbincang, kini ikutan berbicara, “Xian'er, mulai besok hingga seterusnya jangan pergi ke dalam hutan dulu! Karena akhir-akhir ini terjadi hal yang aneh, banyak binatang spiritual mengamuk tidak jelas. Ayah sangat bingung karena tidak pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya."
Binatang spiritual adalah binatang yang bisa berkultivasi layaknya manusia, mereka memiliki kekuatan yang jauh lebih mengerikan dibandingkan binatang biasa, bahkan beberapa binatang spiritual memiliki tubuh yang besar dan kekuatannya bisa menghancurkan sebuah kota.
Jin Shuang mengetahui kebiasaan anaknya, tentang Jin Xian yang sering keluar dari kota dan pergi ke dalam hutan sendirian. Jin Shuang sebagai seorang ayah tidak mungkin membiarkan anaknya dalam bahaya, oleh karena itu Jin Shuang mengutus dua orang anggota keluarga untuk mengawasi anaknya.
“Para binatang spiritual itu mengamuk? Ayah, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa binatang-binatang spiritual itu tiba-tiba mengamuk?" Tanya Jin Xian.
Jin Xian merupakan remaja yang selalu penasaran oleh apapun yang tertangkap oleh pancaindranya, entah itu pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecap, ataupun peraba.
“Ayah tidak tahu apa yang terjadi," Jin Shuang berkata, “saat ayah pergi berburu ke dalam hutan tadi siang, ayah membunuh sekawanan serigala Giok Hijau yang berjumlah sepuluh ekor, tapi semua serigala Giok Hijau yang ayah bunuh itu mengeluarkan asap hitam pekat, dan saat ayah menguliti mereka semua, hanya Alpha—pemimpin kawanan— saja yang memiliki daging layak konsumsi, karena serigala yang lain mengeluarkan bau yang menyengat dan daging yang kehijau-hijauan."
“Hmm," Jin Xian menyentuh dagunya, dia sedang mencerna perkataan ayahnya.
“Apa yang akan dilakukan oleh ayah dan para tetua? Apa aku tidak bisa membantu?" Jin Xian bertanya, dia benar-benar penasaran, rasa penasaran miliknya mencapai puncaknya.
“Ayah, para tetua, dan para anggota inti keluarga akan melakukan investigasi," jawab Jin Shuang, “oh iya, ... Bukan hanya keluarga Jin saja yang melakukan investigasi, tetapi tiga keluarga lain juga akan melakukan investigasi sesuai dengan wilayah mereka masing-masing. Dan untukmu, Xian'er, kamu tetap di dalam kota dan menjaga ibumu, karena ayah akan pergi kedalam hutan selama beberapa hari, ayah akan menyerahkan ibu padamu!"
Di kota Awan Berkabut terdapat 4 keluarga penjaga kota dan 1 keluarga tuan kota —keluarga Yun—yang merupakan pemimpin ataupun pemilik sejati kota Awan Berkabut, salah satu dari empat keluarga penjaga kota adalah keluarga Jin yang merupakan penjaga wilayah timur kota Awan Berkabut.
3 keluarga penjaga kota yang lain, yaitu :
-Keluarga Shi yang merupakan penjaga wilayah selatan.
-Keluarga Chen yang merupakan penjaga wilayah barat.
-Keluarga Wei yang merupakan penjaga wilayah utara.
“Baik ayah, aku akan menjaga ibu dengan segenap jiwaku," ucap Jin Xian, "dan juga, ayah harus berjaga diri, aku tidak ingin ayah kenapa-kenapa, kalau tidak bisa jangan di paksakan, kalau tidak dapat menemukan masalahnya, kita bisa tinggal di dalam kota saja, melakukan kegiatan dengan nyaman dan bahagia."
"Baiklah, ayah akan menjaga diri, tetapi kalau kita tidak bisa menemukan asal masalahnya, dan masalah ini tersebar ke kota lain, kota kita akan terkena pukulan yang sangat besar pada bidang ekonomi, karena orang dari kota lain yang ingin datang untuk berdagang pasti akan lebih memilih datang ke kota lain, yang aman dan tentram," ucap Jin Shuang, “Xian'er, ini sudah malam, jika tidak ada yang ingin di bicarakan kamu bisa tidur duluan.''
"Mm ... Baik, ayah.'' jawab Jin Xian.
"Ibu... Ayah, aku tidur duluan ya."
Jin Xian berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya.
Setelah Jin Xian meninggalkan ruang makan tersebut, Shang Li'er berdiri dari duduknya kemudian berjalan menuju Jin Shuang, lalu dia duduk di pangkuan suaminya, dan tangannya melingkar di leher Jin Shuang.
"Kak Shuang ... Apa kamu yakin ingin pergi ke dalam hutan? Aku khawatir jika Keluarga Yun akan mengambil kesempatan ini untuk mengacau di kediaman keluarga Jin kita," tanya Shang Li'er khawatir, dia melihat ke arah suaminya. “Terlebih lagi, keadaan lima keluarga besar, sedang tidak baik-baik saja. Mereka semua ingin memakan kekuasaan satu sama lain, apalagi keluarga kita yang saat ini sudah menurun, memiliki peluang yang paling besar untuk ditaklukkan pertama!”
Selain keluarga Chen yang misterius, empat keluarga besar yang ada di dalam kota Awan Berkabut, tidak terkecuali keluarga Jin, sudah dari lama ingin memakan satu sama lain, tetapi keseimbangan yang terus terjadi di antara keempatnya, dan juga perjanjian yang di tulis oleh leluhur kelima keluarga, membuat mereka sulit untuk bertindak. Selama bertahun-tahun, kelima keluarga terus berperang secara ekonomi, tanpa melibatkan peperangan secara fisik.
Jin Shuang berpikir beberapa saat—ini bukanlah pertanyaan yang dapat di jawab dengan mudah, karena dia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi saat mengeksplorasi hutan dan dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan keluarga Yun kepada keluarga Jin miliknya—. Walaupun Jin Shuang tidak pasti tentang penyelidikan di dalam hutan, dia tetap menenangkan istrinya.
"Li'er... Jangan khawatir, aku akan berusaha kembali secepat mungkin, aku juga sudah sangat yakin dengan keputusan aku," jawab Jin Shuang, “dan untuk keluarga Yun, mereka seharusnya tidak akan berani melakukan sesuatu selama masih ada perjanjian itu, lagipula mereka masih belum mengetahui rahasianya. Jika mereka melakukan pelanggaran lagi, aku pikir keluarga Chen pasti akan ikut bertindak!"
“Hmm... Baiklah, tetapi untuk berjaga-jaga aku akan mengirim pesan kepada kakakku," ucap Shang Li'er
Intensitas yang terjadi selama masa kepemimpinan Jin Shuang, keluarga Jin mengalami terlalu banyak kerugian, terutama dari segi kekuasaan, karena sebagian kecil tetua di dalam keluarga tidak mau mengikuti keputusan yang di buat olehnya. Hingga akhirnya keluarga Jin terbagi menjadi 2 kelompok, yang satu merupakan kelompok pendukung Jin Shuang, sedangkan yang lainnya adalah kelompok pendukung tetua kedua keluarga Jin—Jin Long Xiao.
“Aku setuju, bagaimanapun kakak ipar tidak akan membiarkanmu kenapa-napa. Beberapa hari ini, kamu sebaiknya berhati-hati, aku merasakan ada yang aneh dengan tetua kedua!" Jin Shuang berkata dengan suara kecil.
Mereka berdua terus berbincang, bukan hanya tentang masalah keluarga, mereka berdua juga berbincang tentang kenangan masa lalu mereka masing-masing; walaupun sudah dibicarakan berulang kali, mereka berdua tetap tidak pernah bosan.
“Ini sudah larut malam... Li'er! mari kita tidur," ucap Jin Shuang.
Setelah mendengar ucapan suaminya, Shang Li'er berdiri dari pangkuan, lalu berjalan ke kamarnya bersama suaminya.
Malam berlalu, kini pagi menjelang siang di kota Awan Berkabut. Kabut hitam menyebar ke seluruh tempat. Di belakang gedung Aula Utama, terdapat altar luas yang digunakan untuk latihan oleh para anggota keluarga Jin. Di sini, baik orang dewasa maupun anak-anak yang baru berusia empat tahun, melakukan pelatihan seni bela diri secara teratur.
Jin Xian berdiri di dalam ruang isolasi di altar latihan, tempat di mana dia dan Paman Pedang sedang berbincang. Ruang ini unik; meskipun orang di dalamnya bisa melihat dunia luar, sebaliknya, siapapun yang berada di dunia luar tidak bisa melihat ke dalam, kecuali orang yang berada di luar ruang isolasi memiliki kekuatan ataupun pemahaman hukum ruang yang lebih tinggi dibandingkan pencipta ruang isolasi—Paman Pedang.
Di dunia yang menghormati kekuatan, kekuatan adalah segalanya, yang kuat akan bertahan, dan yang lemah akan di hancurkan. Tingkat kultivasi di kekaisaran Awan Surgawi terbagi menjadi beberapa tingkatan yakni :
Praktisi Beladiri
Qi Beladiri
Tubuh Beladiri
Leluhur Beladiri
Langit Beladiri
Dan di setiap tingkatannya terbagi menjadi 9 level yang di mana 1 level nya saja sudah sangat jauh perbedaan kekuatannya.
“Paman Pedang, aku ingin berlatih pedang di dalam hutan lagi. Sudah lama aku tidak berlatih melawan binatang spiritual secara langsung. Aku sangat bosan, ibu dan ayah saat ini setiap harinya sibuk, dan tidak memiliki waktu menemani aku!" Jin Xian sangat ingin masuk ke dalam hutan bukan hanya untuk berlatih, tetapi juga untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Paman Pedang, yang mengenakan topeng tengkorak dan jubah hitam mengamati Jin Xian, dia menyusun kata-katanya, “Xian'er, paman mengerti keinginan kamu, tetapi situasi di dalam hutan sangat berbahaya. Binatang spiritual di dalam hutan saat ini mengamuk tanpa alasan yang jelas.”
“Aku tahu, aku sudah diberitahu oleh ayah, tapi aku perlu mencobanya—melawan binatang spiritual—, hanya dengan melawan mereka, aku baru bisa berkembang dan mengetahui situasinya dengan lebih baik," jawab Jin Xian penuh tekad.
Paman Pedang tidak menanggapi perkataan Jin Xian, dia tetap diam dan diam.
Ruangan isolasi seketika senyap, Jin Xian kemudian berbicara setelah berpikir sejenak, “Kalau paman tidak mau menemani aku, maka aku akan pergi sendiri!" Jin Xian sambil berlari menuju pintu keluar kediaman keluarga Jin.
Jin Xian menyentuh lapisan perpisahan antara dua ruang—ruang isolasi dan ruang dunia nyata—,dan keluar dari ruang isolasi tersebut tanpa di sadari oleh orang lain, karena adanya ilusi. Jin Xian merutuk dalam hati. “Huh, mengapa para orang dewasa selalu begitu sulit? Tidak ada yang mau mengerti aku lagi!" Meskipun tampak ceria di depan orang tuanya, dia merasakan frustrasi dan kebingungan di dalam dirinya sendiri.
Paman Pedang menatap ke arah Jin Xian dan tidak mencegah dia pergi, “Anak ini, dulu setiap harinya selalu ceria, tapi setelah mengetahui meridiannya tidak dapat di buka, dan tidak bisa berkultivasi, dia menjadi anak yang sangat keras kepala. Pedang itu kenapa sangat tertarik pada Xian'er? Aku tidak tahu, apakah pedang itu akan membawa keberkahan atau bencana kedepannya.” Paman Pedang menggelengkan kepalanya, melihat tingkah laku Jin Xian. “Biarlah, biar dia belajar dari pengalaman." Paman Pedang melihat ke arah langit.
Semua makhluk yang ada di Alam Bela Diri yang ingin menjadi seorang Praktisi Bela Diri diharuskan membuka titik meridian. Semakin banyak titik meridian yang di buka, maka potensinya di masa depan akan semakin tinggi.
“Apa ini sudah saatnya dia melihat kekejaman dunia luar?" Dia bergumam.
.....
Jin Shuang dengan anggota keluarga Jin yang lain, sudah masuk ke dalam hutan Belantara Timur dari pagi.
Jin Xian menaiki kereta menuju hutan Belantara Barat yang berada di luar gerbang barat kota. Meskipun jaraknya terlampau jauh dari kediaman keluarga Jin, tetapi inilah satu-satunya solusi yang dapat dipikirkan olehnya. Kalau dia pergi ke hutan Belantara Timur, dia khawatir akan bertemu dengan ayah dan kelompok keluarga Jin, dia pasti akan disuruh kembali ke kediaman.
Sedangkan hutan Belantara Selatan dan hutan Belantara Utara merupakan wilayah Keluarga Shi dan Keluarga Wei, yang merupakan musuh keluarga Jin. Pilihannya hanya ada hutan Belantara Barat yang merupakan wilayah keluarga Chen, keluarga yang jarang terlibat perkelahian 4 keluarga besar lain—netral.
Perjalanan ini memakan waktu 49 menit penuh, menempuh jarak 32,58 km² dari gerbang timur hingga barat kota. Meskipun perjalanan panjang, Jin Xian tidak merasa lelah—rasa penasaran dan semangatnya membakar keinginannya—. Setibanya di luar gerbang barat, Jin Xian berlari ke dalam hutan Belantara. Meskipun dia sudah sering berkunjung ke hutan ini, kali ini terasa berbeda. Hutan tampak sepi, tidak seperti dahulu yang dimana banyak binatang spiritual berkeliaran.
Hutan Belantara menggema dengan suara angin yang menderu dan dedaunan yang bergoyang. Cahaya remang-remang menembus kanopi hutan, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak. Suasana mencekam menyelimuti Jin Xian saat dia melangkah lebih dalam, dikelilingi oleh kegelapan hutan yang seolah menelan semua suara.
“Biasanya, bahkan di dekat perkotaan-pun penuh dengan binatang spiritual, tetapi kali ini aku sudah memasuki ke kedalaman hutan, tetapi tidak menemukan satupun? Ini sangat berbeda dengan sebelum-sebelum nya,” pikir Jin Xian sambil terus menjelajah.
Jin Xian sudah sering menjelajah ke dalam hutan Belantara, namun dia belum pernah mencapai kedalaman hutan. Dalam buku-buku yang pernah ia baca, tertulis bahwa semakin dalam seseorang memasuki hutan, semakin banyak binatang buas tingkat tinggi yang akan ditemui. Bahkan seseorang dengan tingkat kultivasi seperti ayahnya, yang merupakan seorang pembudidaya tingkat Qi Beladiri level 9 puncak, tidak bisa sembarangan memasuki kedalaman hutan tanpa persiapan dan perlindungan yang memadai.
Jin Xian merasa penasaran dan ingin mengetahui secara langsung apa yang ada di dalam kedalaman hutan, meskipun ia sadar akan bahaya yang mengancam.
Saat sedang menjelajah, dia melihat sosok hitam bergerak di kejauhan dan dia mengejar sosok itu. Saat semakin dekat, sosok itu menghilang dari pandangannya, dan muncul kembali dengan cepat dan menyerangnya. Jin Xian yang sadar akan serangan kejutan, segera mengibaskan pedangnya, membuat dedaunan di sekitarnya beterbangan dan sosok itu terlempar jauh.
Setelah debu mereda, Jin Xian melihat bahwa sosok yang menyerangnya adalah seekor rubah berbulu putih berekor satu dengan simbol mahkota berwarna merah muda di bawah lehernya. Rubah itu mengeluarkan suara jeritan rendah, “Growl…”
Jin Xian menatap simbol mahkota berwarna merah muda di bawah leher rubah yang tak bergerak di hadapannya, “Rubah surgawi?” dia terkejut dengan apa yang dipikirkannya. Rubah surgawi adalah makhluk yang sering muncul di dalam catatan-catatan kuno, dia pernah membaca tentangnya di buku yang diberikan oleh kakeknya. Perbedaan antara rubah biasa dengan Rubah Surgawi salah satunya adalah simbol mahkota yang ada di dadanya.
Rubah surgawi merupakan makhluk mitos dari era yang tak diketahui, mereka seharusnya sudah punah sedari lama. Meskipun orang-orang era sekarang tidak ada yang tahu kekuatan sebenarnya dari rubah surgawi, tetapi legenda mengatakan kalau rubah surgawi ekor 9, kekuatan nya lebih kuat daripada praktisi bela diri puncak alam Bela Diri. Kekuatan Rubah Surgawi yang melampaui kebanyakan ras, membuat murka seorang kaisar dewa, hingga akhirnya di musnahkan oleh para dewa.
Sebuah senyuman tipis muncul di wajah Jin Xian, matanya berbinar dengan kepuasan dan rasa penasaran yang mendalam. “Akhirnya, aku bertemu dengan salah satu binatang mitos! Biar kulihat, apakah kekuatan rubah surgawi sesuai dengan reputasinya!” gumamnya penuh rasa takjub.
Jin Xian menerjang ke arah Rubah Surgawi. Dia melompat tinggi dan mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh, namun rubah itu dengan gesit melompat ke belakang, menghindari serangan Jin Xian dengan kecepatan yang mengesankan. Tak kehilangan waktu, rubah itu segera berbalik dan berlari cepat, mencoba mencari celah untuk menyerang Jin Xian. Dalam putaran yang cepat, rubah melompat melewati beberapa dahan pohon yang ambruk, sisa dari pertempuran antara binatang spiritual di masa-masa sebelumnya.
Jin Xian, dengan tekad membara, tetap mengejar rubah yang lincah itu. Setiap lompatan rubah diikuti oleh Jin Xian dengan teliti, dia tetap fokus pada setiap gerakan lawannya, berusaha menutup jarak dan menemukan kesempatan untuk mengalahkannya.
Rubah itu melambat sedemikian rupa. Jin Xian yang melihat kesempatan itu dengan cepat menerjang ke arah rubah, dengan kekuatan penuhnya. Lagi dan lagi, serangan Jin Xian tidak mengenai rubah itu, pedangnya meleset dan membuat jejak di tanah.
Rubah itu menggeram, suaranya menyebar kemana-mana. Telinga Jin Xian berdenyut, mendengar geraman rubah, dia menutupi kedua telinganya, mendongak ke arah rubah, tetapi rubah surgawi telah menghilang dari hadapannya.
Jin Xian yang kehilangan jejak rubah surgawi, tetap melanjutkan eksplorasinya, setelah berjalan satu jam penuh, dia berhenti melangkahkan kakinya, ketika melihat binatang spiritual yang sedang tertidur. Selama satu jam sebelumnya, Jin Xian menemukan beberapa hewan, seperti kelinci dan burung untuk dimakan.
"Bukankah itu serigala perak? Benar saja, kedalaman Hutan Belantara benar-benar memiliki eksistensi seperti itu!" Jin Xian bergumam. Dia sering mempelajari tentang binatang-binatang spiritual, terutama yang menghuni hutan Belantara ini.
Semua orang yang tinggal di dalam kota Awan Berkabut harus mempelajari tentang binatang-binatang spiritual yang berada di dalam hutan Belantara, agar tidak mendapatkan masalah ketika memasukinya. Dan tahu cara melawan binatang buas atau tahu titik kelemahannya, jika tidak sengaja mengganggu mereka—binatang spiritual.
Jin Xian mundur dengan langkah kecil, untuk menjauh dari tempat tertidurnya serigala perak tersebut. “Tak...!” Jin Xian tidak sengaja menginjak sebuah ranting pohon, ketika sedang melangkah mundur dengan perlahan. Dia kemudian menatap ke arah serigala perak yang sedang tertidur, beruntungnya serigala perak tersebut tidak terbangun.
“Au...." Tiba-tiba terdengar suara auman serigala dari belakang Jin Xian. Tanpa aba-aba, dia langsung berlari dengan kecepatan penuh diikuti oleh serigala perak. Jin Xian mengetahui, kalau serigala perak tidak pernah keluar dari kawanannya, mereka selalu bergerombol, jika itu binatang spiritual lain yang tidak bergerombol, Jin Xian masih sangat yakin untuk melawan mereka, tetapi untuk segerombolan serigala perak, hanya ada satu pilihan, yaitu lari!
Dia berlari dengan memegang pedang di tangan kirinya, yang kemudian dia pindahkan pedangnya ke tangan kanannya.
Dia berlari sambil menebas semak-semak yang menghalangi jalannya untuk lari, Jin Xian kemudian berfikir bagaimana cara agar dia bisa melawan serigala perak tingkat satu tersebut. "Aku akan mencoba kekuatanku... Jika aku melawan segerombolan serigala perak tingkat 1 saja tidak bisa. Bagaimana aku bisa berkembang!"
Jin Xian kemudian memiliki pemikiran untuk berinisiatif menyerang serigala perak yang mengejarnya. "Hey, serigala bau sini kejar aku!” teriak Jin Xian. Yang kemudian mengubah arah berlarinya, ke arah sebelah kiri.
Serigala perak itu masih terus mengejar dan melompat untuk mencoba menerkam Jin Xian, tapi Jin Xian masih terus berhasil menghindarinya. Hingga ada sebuah pohon besar yang menghalangi jalannya, Jin Xian hanya bisa melompat untuk mencari tempat yang pas untuk memulai serangan, dia menggunakan pohon besar yang sudah tumbang, untuk melompat dan berbalik menyerang ke arah serigala perak itu. Walaupun Jin Xian tidak memiliki basis kultivasi sama sekali, tetapi dia sangat pandai dalam menggunakan pedang.
Saat pedang milik Jin Xian mengenai bagian atas tubuh serigala perak, bukannya menancap di tubuh serigala perak, pedangnya malah memantul, dan bahkan tidak bisa menggores kulit serigala perak sedikit pun.
Serigala perak biasanya hidup di daerah yang penuh dengan material logam, jika tidak ada inti logam, maka serigala perak tidak akan bisa berkultivasi layaknya binatang spiritual lain. Setelah Jin Xian melihat bahwa pedangnya tidak bisa menggores tubuh serigala perak sedikitpun, dia melompat mundur dan kemudian berlari kembali.
Jin Xian mengingat ajaran ayahnya yang selalu di ajarkan kepadanya, "Ayah selalu bilang, jika melawan binatang spiritual yang tubuhnya kuat seperti baja, kita tidak akan bisa melakukan apapun pada tubuhnya, kecuali ada sebuah tempat yang tidak di lapisi oleh logam."
Jin Xian terus berlari untuk menghindari serangan serigala perak dan sesekali menengok ke arah belakang untuk mencari celah di tubuh serigala perak.
Jin Xian melihat celah yang ada di mata serigala perak yang tidak di tutup oleh perak. Dia berpikir untuk mencari tempat yang menguntungkannya untuk menyerang serigala perak. Kemudian dia melompat dari satu pohon ke pohon lain, lalu melompat kembali ke arah serigala perak. Dia mengarahkan pedang berkaratnya ke arah mata serigala perak, dan pedangnya menancap kedalam mata serigala perak tersebut.
Tapi serigala perak masih bisa bertahan. Jin Xian yang melihat hal tersebut, kemudian mencabut pedangnya yang tertancap di mata kiri serigala perak, tetapi siapa yang menyangka, karena kecerobohannya sendiri, serigala perak yang sedang merasa kesakitan menyerang tanpa arah dan berhasil mencakar tangan kiri Jin Xian, dan membuat Jin Xian terlempar jauh ke tanah.
Saat serigala perak hendak menyerang ke arah Jin Xian yang sedang berada di tanah. Jin Xian tidak sengaja melihat ke arah perut serigala perak yang tidak di selimuti kulit logam. Kemudian, Jin Xian mendorong pedangnya ke arah perut serigala perak, yang sedang menerkam ke arahnya dan berhasil membuat serigala perak jatuh tepat di atas tubuhnya.
Jin Xian kemudian menghempaskan tubuh serigala perak ke arah kanan tubuhnya. Lalu dia bangun dan berjongkok, dia memotong-motong daging serigala perak menggunakan pedang berkaratnya, dan mengambil daging serigala perak yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian, untuk di masak ataupun di jual dikemudian hari. Kulit serigala perak yang merupakan bahan langka dengan nilai jual yang tinggi, Jin Xian berencana menjualnya.
Daging serigala perak tidaklah begitu berharga, yang membuat serigala perak berharga adalah kulitnya yang di lapisi logam adalah barang yang lumayan bagus untuk pembuatan senjata. Serigala perak yang di bunuh oleh Jin Xian tidak memiliki deskripsi yang disebutkan oleh ayahnya semalam, tidak mengeluarkan bau, dagingnya terlihat seperti daging biasa, tanpa ada keanehan lain, dan terlihat layak konsumsi.
Jin Xian mulai mengumpulkan kayu dan menumpukan kayu yang di ambilnya menjadi satu-kesatuan, lalu membakar kayu yang sudah terkumpul untuk membuat api, yang akan digunakannya untuk membakar daging serigala perak yang telah dipersiapkan.
Aroma wangi dari daging yang ditaburkan bumbu yang sudah matang menyebar, lalu dia memakan daging panggang nya dengan lahap. Kemudian dia beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon yang sangat besar yang bayangan daunnya bisa menutupi seluruh tubuh Jin Xian dari panas nya terik matahari di siang hari.
Namun, Jin Xian yang sedang beristirahat itu lupa, bahwasanya serigala perak adalah predator yang mencari mangsa secara berkelompok.
"Au....!"
"Au....! "
"Au....!"
Auman serigala terdengar di mana-mana. Jin Xian kemudian terbangun dari tidurnya karena mendengar suara auman serigala yang bisa membuat bising telinga, dengan cepat menyadari bahwa banyak serigala sudah berkumpul di dekat tempat peristirahatannya.
Awalnya Jin Xian hanya berniat istirahat sesaat untuk melemaskan kakinya, tetapi dia tidak menyangka, bahwa ternyata dia ketiduran. Dia dengan cepat berdiri dan mengambil barang-barangnya lalu menyimpannya di kantong penyimpanan.
Saat sedang berjalan, Jin Xian menengok kebelakang dan dia tidak menyadari bahwa terdapat seekor serigala perak yang lebih besar dari sebelumnya tepat di depannya. Serigala perak itu mengeluarkan air liurnya seperti binatang yang sangat kelaparan dan berniat untuk memangsa Jin Xian untuk di jadikan makanannya.
Jin Xian kaget saat melihat di depannya terdapat serigala perak, refleks berlari dengan cepat yang membuat serigala perak yang lain mengetahui keberadaannya. Dia berlari semakin dalam kedalaman hutan Belantara untuk menghindari serangan-serangan serigala perak. Sembari berlari, dia juga tidak lupa untuk membunuh para serigala perak tersebut. Kali ini Jin Xian sudah membunuh lebih dari 10 serigala perak dengan mudah karena sudah mengetahui titik lemah serigala perak, yakni di bagian perutnya.
Dia sudah hampir kelelahan karena berlari dan melawan segala perak yang masih mengejarnya. Di tubuhnya banyak bekas cakaran-cakaran serigala perak, dan rasanya sangat-sangat sakit, saat angin berhembus ke arah bekas cakaran para serigala perak itu bahkan lebih menyakitkan dari sebelumnya. Tapi dia tetap tidak bisa diam saja, karena masih banyak serigala perak yang mengejarnya.
“Ibu pernah bilang, kalau di kedalaman Hutan Belantara Barat ada seseorang yang bisa menyelamatkan aku, jika aku mengalami masalah. Aku akan mengikuti perkataan Ibu, dan mencoba mencari orang yang dikatakannya!" Jin Xian masih berlari, saat menggumamkan kata-kata tersebut.
Selama perjalanan di dalam hutan Belantara Barat, Jin Xian tidak pernah bertemu seorangpun anggota keluarga Chen.
Jin Xian masuk lebih dalam, hingga dia melihat badak dengan tanduk berwarna emas dan tubuh yang memiliki kulit perak bercampur dengan perunggu, yang terlihat dari mata telanjangnya. Jin Xian berpikir, bahwa pertahanan badak tersebut lebih kuat di bandingkan dengan pertahanan milik serigala perak.
Lalu dia mengambil kulit serigala perak yang dia bunuh sebelumnya dari kantong penyimpanannya, dan melemparkannya ke arah badak tanduk emas dengan niat memprovokasi badak tanduk emas itu, untuk melawan para serigala perak yang tersisa.
Badak tanduk emas yang melihat kulit serigala perak di dekatnya itupun merasa terganggu. Badak tanduk emas terprovokasi, dia berlari ke arah sekumpulan serigala perak yang terlihat oleh matanya. Badak tanduk emas sangat menghormati kekuasaan, mereka tidak akan pernah membiarkan siapapun masuk ke dalam wilayahnya.
Jin Xian saat ini sedang duduk di dahan pohon besar, sembari memperhatikan pertempuran antara kawanan serigala perak dengan badak tanduk emas, dia mulai memakan daging bakar yang tersisa dari masakan sebelumnya di kantong penyimpanan yang di berikan oleh ayahnya.
Namun, Jin Xian tidak menyangka bahwa setelah sekian lama dia memperhatikan pertempuran antara badak tanduk emas dan serigala perak.
Pertempuran di menangkan oleh sekumpulan serigala perak, "Ah... Kalah... Badak tanduk emas bukannya binatang spiritual tingkat tiga? Tapi kenapa bisa kalah oleh sekumpulan serigala perak tingkat satu itu... " ucap Jin Xian dengan bingung. Bagaimanapun binatang spiritual tingkat tiga setara dengan seorang praktisi bela diri tingkat Tubuh Bela Diri sedangkan binatang spiritual tingkat satu hanya setara dengan seseorang setingkat Praktisi Bela Diri.
Kemudian, serigala perak yang tersisa mencabik-cabik tubuh Badak Tanduk Emas lalu memakan dagingnya hingga hanya tersisa tulang-belulang milik Badak tanduk emas, mereka menghabiskan daging badak tanduk emas kurang dari setengah jam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!