*ALIKA*
Alika adalah anak gadis yang lahir di tanggal 8-April-1990.
Alika adalah anak yang tak diinginkan karena dari hubungan terlarang antar persaudaraan sepupuan.
Alika anak gadis yang ceria aktif dan suka banyak cerita.
Namun karena dia selalu mendapatkan kekerasan dari pelampiasan orangtua nya alika berubah jadi anak yang bandel dan susah diatur. Dia akan mendengarkan nasehat jika yang menasehatinya dengan halus dan lembut. Alika paling dekat kakek neneknya lalu paman yang sudah dia anggap seperti kakak kandung nya sendiri. Alika gadis yang gila kerja demi mencari pengalaman bahkan sampai rela kabur dari rumah hanya untuk bekerja diluar kota. Alika melakukan itu semua karena dirinya tidak pernah mendapatkan dukungan dari keluarganya yang selalu ingin alika berada dirumah seperti anak culun. Alika membebaskan dirinya dengan bekerja karena alika suka kebebasan.
Alika menikah di tahun 2013 tanggal 27-Oktober, Dia menikah dengan seorang pria yang tak pernah bisa ia cintai karena hatinya hanya milik yudi seorang. Yaa alika belum bisa melupakan yudi bahkan setelah bercerai dari suaminya Tajudin. Alika tidak pernah bahagia dengan suaminya karena sikap suaminya yang selalu kasar, tidak pernah peduli dengan dirinya dan selalu main tangan. Bahkan di atas ranjang pun alika sering sekali mendapatkan kekerasan secara fisik dari suaminya. Alika tekanan batin hingga mempunyai gejala depresi ringan hanya karena perlakuan suaminya yang kasar dan tempramen.Alika melahirkan anaknya tanpa kehadiran suaminya, ia berjuang sendiri bahkan hampir kehilangan nyawanya karena ulah tajudin. Alika melahirkan pada tanggal 20 Oktober 2014. Hingga dia sempat mengalami baby blues sendirian tanpa siapapun karena ema sang ibu sedang asik dengan dunianya sendiri. Alika kembali memberikan kesempatan pada tajudin untuk memperbaiki rumah tangga nya tapi justru malah membuat alika semakin tersiksa dengan kelakuan suaminya yang tak tau malu selama berada dirumahnya. Akhirnya perdebatan dan pertengkaran kembali terjadi lagi dirumah alika hingga membuat tajudin kembali melakukan kekerasan. Tajudin pergi dari rumah alika tanpa diusir bahkan sampai alika menceraikan nya tajudin tak juga menunjukan batang hidung nya. Alika hancur hatinya remuk bagai di banting keras hingga berkeping keping tak tersisa. Alika memutuskan untuk menceraikan suaminya di pengadilan agama di kota nya. Alika mengajukan gugatan pada tanggal 11 april 2016 dan sah menjadi janda pada tanggal 19 Desember 2016. Karena alika harus melalui proses perpisahan lebih dulu selama 6 bulan dengan tajudin. Kini alika sudah resmi menjadi janda mempunyai satu anak perempuan yang selalu menemaninya kemanapun alika pergi. Setelah masa idah 100 hari alika dikejutkan dengan kedatangan tajudin dan dariyah sang ibu mertua kerumah nya. Alika tak menemui mereka, alika hanya berdiam diri dikamar bersama anaknya karena hatinya masih sakit saat melihat wajah tajudin. Ema sang ibu yang menemui mantan menantunya itu di ruang tamu. Ema juga tak tau apa maksud dari kedatangan tajudin kerumahnya bersama ibunya. Karena alika masih proses masa idah jadi tidak boleh menemui pria termasuk mantan suaminya.
"Saya datang kemari mengantarkan anak saya untuk menyampaikan hajatnya." Ujar dariyah dengan hati hati yang tengah duduk disebelah tajudin. "Dengan ini saya hanya sebagai perantara dari anak saya untuk memberikan uang Mut'Ah selama alika menjalani masa idah nya 100 hari." Tambah lagi dariyah dan menghela nafasnya untuk menyusun kata kata nya. "Ini ada sedikit uang yang tidak seberapa walaupun hanya 1 juta semoga bermanfaat untuk alika yang selama menjalani masa idahnya. Mudah mudahan kehidupan alika semakin baik kedepan nya." Ucap lagi dariyah dengan sangat hati hati agar tidak salah bicara.
"Yaa Saya terima uang ini dan maaf saya tidak bisa membiarkan alika menemui siapapun karena sedang menjalani proses masa idah nya lebih khusuk!" Sahut ema dengan tegas. "Silahkan di minum dulu teh nya!" Ucap ema menawarkan suguhan yang sudah ia buatkan.
"Trimakasih. Dan maaf kami tidak bisa berlama lama karena perjalanan yang harus ditempuh cukup jauh. Jadi kami permisi dulu untuk pamit pulang!" Ujar dariyah beranjak dari duduk nya dan menyalami ema.
"Terimakasih juga sudah mau menyempatkan waktunya untuk datang kemari demi anak saya alika!" Sahut ema menerima uluran tangan dariyah.
Dariyah melangkah untuk keluar dan akhirnya berpamitan kembali untuk kembali pulang ke kampung nya menggunakan mobil sewaan. Ema mangantar keduanya keluar hingga tak terlihat lagi di mata ema. Ema masuk kedalam rumah nya dengan membawa amplop putih yang berisi uang untuk alika. Alika yang sudah tau mereka sudah pergi akhirnya keluar dari kamar nya karena penasaran dengan maksud kedatangan mantan suaminya itu. Ema melihat alika sudah duduk diruang tamu menggendong anaknya yang sedang menyusu pada nya.
"Ada apa mereka datang mah? Apa dia meminta rujuk kembali?" Tanya alika dengan wajah penasaran nya.
"Tidak.. Mereka ingin mengantarkan uang ini buat kamu katanya!" Ujar ema menyerahkan amplop pada alika dan alika menerimanya dan membolak balikan amplop itu.
"Uang apa ini mah?" Tanya alika menyodorkan kembali pada ema.
"Itu uang apa ya tadi? Aduuuh mama kok jadi lupa gini sih! Bentar mama ingat dulu.." Sahut ema mengingat ingat nama uang yang tadi dititipkan padanya. "Oooh iya uang Mut'Ah alika!" Ujar ema lagi setelah mengingat ucapan mantan besan nya.
"Uang mut'ah? Apa itu uang Mut'Ah? Aku baru denger mah!" Sahut alika dengan wajah penuh keheranan.
"Mama juga gak tau! Karena dulu setelah abimu menceraikan mama gak ada tuh yang namanya dikasih uang Mut'Ah!" Ucap ema lagi disamping alika.
"Coba kita tanya sama om danur mah!" Ucap alika memberi saran.
"Ah gak ah! Yaa udah yang penting judulnya kamu dikasih duit! Terserah kamu itu duit mau di apain!" Ucap ema tidak ingin lagi dibuat pusing.
"Hmmm ya sudah kalau gitu! Alika masuk dulu ya mah! Lala udah tidur dari tadi rewel gak mau lepas minta nyusu terus!" Ucap alika beranjak dari duduk nya dan hanya di angguki oleh ema.
Alika masuk ke kamar nya menggendong anaknya dan merebahkan nya di kasur setelah itu dirinya kembali duduk di tepi ranjang nya membuka amplop nya dengan penuh penasaran. Setelah dibuka alika mendapati uang dan selembar kertas surat yang bertuliskan untuk dirinya dari tajudin. Alika membuka dan membacanya.
"Hay Alika? Apa kabarmu sekarang? Kita sudah resmi berpisah sesuai keinginanmu sekarang.. Maaf jika selama aku menjadi suamimu selalu membuatmu tersiksa dan tertekan. Bagaimana kabar anak kita? Dia tidak rewel kan? Semoga anak kita kelak menjadi anak yang cantik solekha sepertimu yaa? Maafkan aku yang tidak sempurna ini! Suatu saat aku akan datang kembali untuk bertemu dan melihat anakku yang cantik. Alika.. Aku memang tidak pantas mendapatkan maaf darimu. Tapi apa dayaku yang mempunyai tempramen dan susah untuk mengendalikan nya! Aku berharap kamu akan selalu bahagia setelah ini tanpa ada nya aku lagi disisimu."
Isi surat tajudin begitu menyayat hati alika hingga menusuk ke relung jiwanya. Alika memejamkan matanya sesaat dan tanpa sadar alika meneteskan air matanya merasa tak tega setelah membaca surat nya dari tajudin. Alika membaringkan tubuhnya terlentang dan membiarkan kakinya menjuntai ke lantai. Alika menatap langit langit atap dikamar nya masih terus meneteskan airmata nya.
"Maaf jika aku tidak bisa mencintaimu! Karena hingga saat ini aku masih belum bisa melupakan dia dan menghilangkan nya dari hatiku! Maaf jika selama ini aku belum bisa menjadi istri yang baik! Semoga suatu saat kamu akan mendapatkan seorang wanita yang dengan tulus menerima segala kekuranganmu!" Gumam alika yang masih didengar oleh dirinya sendiri.
Alika dan tajudin sudah tidak bisa disatukan kembali. Karena keputusan alika sudah tidak bisa di ganggu gugat. Meskipun sedih tapi alika tetap pada pendirian nya untuk tetap bercerai dengan tajudin. Alika kembali bangkit dari tidurnya dan duduk ditepi ranjangnya menatap uang ratusan ribu dengan jumlah yang tidak sedikit bagi alika. Alika menghela nafasnya dan mengusap airmata nya kini ia bertekad untuk tidak lagi menangisi nasib dan takdirnya yang menyedihkan. Alika melebarkan senyumnya dan menatap anaknya yang sedang tidur di samping nya.
"Kuatkan mama nak! Buat mama bisa bangkit dari keterpurukan ini!" Gumam alika yang masih di dengar dirinya sendiri sembari mengusap kepala anaknya yang tidur dengan pulas nya.
...****************...
BERSAMBUNG
*Enam bulan kemudian*
Ema menikah dengan fahri. Fahri yang berstatus bujangan dengan usia yang lebih muda 2 tahun dari alika membuat alika sedikit kesal dengan ibu yang sudah membesarkan nya itu. Alika kecewa dengan keputusan ema yang menerima fahri begitu saja. Bahkan bukan cuma alika saja yang tidak setuju. Semua rombongan pengajian ema tidak menyetujui ema menikah dengan fahri. Karena usia mereka terpaut sangat jauh 20 tahun. Ema saat ini berusia 40 tahun sedangkan fahri berusia 22 tahun. Sangat disayangkan bagi alika jika mereka menikah. Karena bagi alika mereka lebih pantas sebagai anak dan ibunya bukan suami istri. Bukan hanya keluarga alika yang tidak setuju. Ibu dari fahri pun juga tidak setuju, bagi ibunya fahri anaknya masih laku menikah dengan seorang perawan kenapa harus menikah dengan janda yang sudah mempunyai 2 cucu itu sangat memalukan bagi ibunya fahri. Sedangkan ayahnya fahri sangat setuju karena Abah nya Ema dan Ayahnya fahri adalah sahabat sejak kecil dulu. Jadi ayah nya fahri sangat setuju jika mereka menikah untuk menyambung tali persaudaraan kembali yang dulu sempat putus karena kesibukan masing masing.
"Mama yakin akan menikah dengan dia?" Tanya alika yang sudah mempunyai firasat tidak enak.
"Mama terserah apa kata Allah! Jika pernikahan ini terjadi semua atas kehendaknya!" Jawab ema dengan enteng nya.
"Jika mama menolak pernikahan ini tidak akan terjadi mah! Ini terjadi karena mama menerima nya!" Ucap alika membuat ema terdiam.
"Sudahlah! Berdebat denganmu tidak akan ada habisnya!" Sahut ema santai.
Alika yang merasa sudah tidak dihargai akhirnya memilih pergi dari kamar ema dan masuk ke kamar nya sendiri. Alika kesal karena ema dengan mudah nya menerima lamaran dari keluarga fahri. Alika sangat tidak menyukai fahri sejak awal dirinya datang untuk bertaubat dan malah justru merayu ema yang sudah lama tidak mendapatkan belaian dari seorang lelaki.
Satu bulan kemudian hari yang ditunggu tunggu akhirnya datang. Hari ini adalah hari pernikahan ema dan fahri. Ema sudah dirias sebagai seorang pengantin menggunakan gaun cantiknya. Alika justru masih sibuk mengurus anaknya di dalam kamar dengan penampilan yang acak acakan.
"Eva.. Tolong panggilkan alika! Dia harus jadi pendampingku saat menuju KUA nanti!" Titah ema pada salah satu murid pengajian nya.
"Iyaa mba ema!" Sahut eva dan beranjak dari duduknya menuju kamar alika.
"Tok! Tok! Tok!"
"Mba Alika di panggil mba ema!" Ujar eva masih di luar pintu kamar alika.
Alika membuka pintunya dengan penampilan masih menggunakan celana kolor nya dan kaos santai nya dengan rambut yang di cepol bahkan belum di sisir rapi membuat eva terkejut melihat penampilan alika. "Bilang sama mama. Aku akan kesana!" Ujar alika dengan wajah datar nya.
Alika tidak bahagia melihat ema menikah dengan fahri. Karena bagi alika ini pernikahan yang sangat memalukan bagi dirinya. Alika menutup kembali pintu kamarnya dan melangkah menuju kasurnya lalu menggendong anaknya untuk dibawa ke kamar ema. Alika keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar ema.
"Ada apa mah?" Tanya alika yang sudah dikamar ema dan melihat ema sudah dirias oleh pihak MUA.
"Ya Allah Ya Robbi alika! Kamu kenapa masih acak acakan begini?" Ujar ema terkejut melihat alika masih dengan penampilan.biasa saja. "Kamu kan akan menjadi pendamping mama sampai KUA nanti! Kenapa kamu belum siap? Sudah buruan sana! Sebentar lagi kita jalan!" Pekik ema sedikit kesal dengan tingkah anaknya.
"Mama minta pendamping lain saja! Aku tidak bisa ikut! Anakku rewel mah! Minta nindia atau mba rodiyah untuk mendampingi mama!" Jawab alika dengan santainya dengan wajah datarnya.
"Astaghfirullahal'adzim! Kamu ini anak tertua harusnya kamu yang mendampingi! Bukan adikmu atau orang lain!" Pekik ema merasa frustasi dengan sikap alika yang keras.
"Maaf mah! Aku gak bisa! Anakku rewel dari semalam! Aku mohon jangan paksa aku!" Sahut alika langsung membalikan badan nya dan melangkah menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Ema berlari kecil menyusul alika untuk bicara namun pintunya sudah ditutup lebih dulu oleh alika. "Alika..! Alika kamu jangan keras begini doong! Dengar mama dulu!" Teriak ema menggedor kamar alika hingga membuat anaknya terbangun dan menangis.
Alika membuka pintunya dengan kesal karena anaknya kembali terbangun gara gara ema. "Aduuuh mama bisa pelan gak sih ketok pintunya! Lala jadi bangun karena mama teriak!" Pekik alika membentak ema karena emosi.
"Alika mama mohon jangan seperti ini! Bersiaplah mama tunggu karena acara akad nya sebentar lagi! Dan mobil juga sudah siap!" Ujar ema memohon pada alika untuk bersikap dewasa.
"Aku gak bisa mah! Mama lebih memilih dia daripada memilih saranku sebagai anak mama! Jadi mama minta tolong pada yang lain saja yang menyetujui pernikahan mama dengan nya jangan aku! Karena sampai kapanpun aku gak setuju mama menikah dengan dia!" Pekik alika lagi membuat semua orang yang disana juga ikut mendengarnya. "Sungguh memalukan!" Gumam alika kemudian menutup pintunya dan menguncinya kembali dari dalam.
Ema sudah pasrah dengan sikap alika yang seperti itu. Ema hanya bisa pasrah karena alika jika sudah membuat keputusan seperti itu maka tidak akan bisa dirayu dengan cara apapun. Karena alika mempunyai prinsip yang tinggi.
Kini ema dan rombongan sudah pergi ke KUA dan meninggalkan alika dirumah sendirian. Ema menangis sepanjang perjalanan menuju KUA. Ema bingung karena dirinya berada di dua keputusan yang sulit. Ema berfikir karena alika adalah seorang janda yang masih membutuhkan banyak biaya dan akhirnya ema memutuskan untuk menikah lagi agar bisa memberi makan keluarga nya tanpa harus memeras otak nya lebih dulu. Sedangkan alika tidak memikirkan hal itu karena dirinya ingin kembali bekerja jika ada pekerjaan yang bisa menerima kondisi dirinya sudah mempunyai satu anak.
Ema dan rombongan nya sudah sampai di Kantor KUA untuk melaksanakan pernikahan nya. Semua orang sudah berkumpul dan sudah waktunya untuk melaksanakan ijab.
"Saudara Fahri!" Tegas penghulu menyalami fahri dengan takzim.
"Saya pak!" Sahut fahri dengan wajah tegang.
"Saya nikahkan engkau dengan saudari ema binti Zafar bin Thalib dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Tegas penghulu dengan satu nafas mengucapkan ijab.
"Saya trima nikahnya Ema binti Zafar bin Thalib dengan mas kawin tersebut tunai!" Sahut fahri dengan satu nafasnya.
"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya penghulu pada saksi kanan dan kirinya.
"Saah.. Saah..!" Sahut kedua saksi disamping mereka.
Ema menitikan air matanya karena sekarang statusnya sudah sebagai istri dari fahri. Ema sedih karena anak kesayangan nya alika tidak mau menghadiri acara sakral seumur hidupnya. Namun ema tetap berusaha kuat dan tegar seakan tidak terjadi apa apa. Ema menyalami tangan fahri yang seharusnya menjadi anaknya dengan begitu takzim nya. Ema yang sekarang statusnya sebagai ustadzah harus menikah dengan seorang pria yang usia nya pantas sebagai anaknya.
Alika hanya terdiam tanpa mengatakan apapun dan pandangan nya lurus kedepan dengan tatapan kosong diatas kasur menunggu anaknya yang masih tidur disampingnya dengan begitu lelap nya. Alika terus bergumam dalam hatinya karena merasa tidak terima dengan keputusan ibunya yang dengan entengnya mau menerima fahri sebagai suaminya.
...****************...
BERSAMBUNG
Acara pernikahan ema kini sudah satu minggu berlalu. Namun alika masih saja menunjukan sikap dingin nya pada fahri. Bagi alika fahri sangat tidak pantas menikahi ibunya yang sudah mempunyai 2 cucu. Alika masih saja menyalahkan fahri dalam hal ini. Alika tidak akan mencampuri rumah tangga ibunya itu karena alika sangat yakin pertengkaran akan selalu ada dalam kehidupan ibunya sejak menikah dengan fahri. Dan dugaan alika tidak meleset, alika menduga semua itu benar ada nya. Karena tidak mungkin pernikahan ema akan adem ayem saja jika menikah dengan seorang pria yang usia nya masih sangat muda dan ego nya masih terlalu tinggi.
"Apah! Yang bener ajah! Masa kamu kasih aku uang 30 ribu perhari? Kebutuhan makan kita dan anak anakku untuk makan tidak cukup hanya dengan uang segini!" Pekik ema suaranya masih di dengar oleh alika di kamarnya.
"Iyaa aku tau! Tapi gajiku memang segitu sebagai pekerja serabutan!" Sahut fahri tak mau tau dengan ucapan ema.
"Hmmm yaa kamu usaha apa kek gitu! Cari kerja sampingan atau apa! Masa iyaa uang segini buat beras sama gula ajah udah abis! Terus mau makan sama nasi doang gak ada lauknya? Yang bener ajah!" Protes ema yang lagi lagi suara nya didengar oleh alika dari kamarnya.
Alika mendengar pertengkaran ema dan suaminya hanya tersenyum sinis. Karena alika tau tujuan fahri menikahi ema bukan karena benar benar mencintai ema melainkan ingin ema yang memberi makan fahri setiap harinya. Fahri pikir ema adalah janda kaya yang menerima banyak uang bayaran ngajinya dari rombongan pengajian nya. Namun itu semua salah, Alika sudah tau akal busuk fahri terhadap ema makanya alika tidak setuju ema menikah dengan nya karena alika tidak mau melihat ibunya itu menderita seperti dirinya dulu menikah dengan tajudin. Ema keluar dengan perasaan kesalnya menghampiri alika dikamarnya.
"Alikaaa..!" Teriak ema dari luar pintu kamar alika.
Alika membuka pintu kamar nya dan membiarkan ema masuk begitu saja. Alika duduk ditepi ranjang nya disusul oleh ema yang juga duduk disamping alika.
"Alika! Lihat ini.. Masa iya dia kasih uang mama 30 ribu untuk makan hari ini? Mana cukup buat makan kita sekeluarga!" Ujar ema dengan wajah kesalnya menyodorkan uang itu dihadapan alika.
"Kenapa mama protes nya ke aku?" Sahut alika dengan wajah datarnya.
"Mama gak protes sama kamu alika! Mama cuma curhat sama kamu!" Kesal ema melihat alika tidak memberinya solusi malah membuatnya semakin emosi.
"Aku kan udah bilang dari awal sebelum mama menikah dengan dia! Pikirkan dulu keputusan mama jangan asal menerima begitu saja jika gak mau pernikahan mama seperti aku! Dia itu cuma mau ongkang ongkang kaki saja ikut makan sama mama! Karena dia pikir itu mama orang tajir dan sangat mencintai dia jadi bakal membuat dia hanya berdiam diri menerima nafkah lahir dari mama! Bukan dia yang memberi nafkah buat mama!" Jelas alika pada ema agar ema lebih membuka pikiran nya. "Udah tau bukan cowok mapan masih mau nerima dia sebagai suami! Kalau aku sih lebih baik jadi janda daripada nikah lagi sama cowok yang cuma mau nya dikasih makan sama istri!" Jelas alika lagi dengan wajah datar nya menasehati ibunya.
"Mama mau menerima dia karena mama ingin ada yang memberi nafkah buat mama agar kita bisa makan alika!" Ujar ema menjelaskan maksudnya yang menerima fahri.
"Itu menurut pemikiran mama! Bahkan tanpa mama menikah lagi kita masih bisa makan setiap hari! Karena Allah tidak akan membiarkan seorang hambanya apalagi seorang janda untuk dibiarkan kelaparan! Allah juga pasti akan memberi kita rezeki dengan sendirinya tanpa diminta! Karena Allah tau kita seorang janda yang tak berdaya harus berjuang sendiri menghidupi anak anaknya!" Jelas alika terus menasehati ema agar ema sadar bahwa keputusan nya menerima fahri itu salah.
"Terus mama harus bagaimana sekarang? Masa iya mama bercerai lagi hanya karena ini!" Ujar ema yang sudah mulai sadar dengan keputusan nya untuk menikah.
"Aku gak bisa kasih solusi apa apa selain bilang SABAR! Nasi sudah menjadi bubur. Mau gak mau mama juga harus tetap menjalani rumah tangga mama dengan dia!" Jelas lagi alika dengan wajah datarnya.
Ema tidak lagi bisa menjawab ucapan alika. Karena bagi ema ucapan alika semuanya benar. Hanya karena egonya yang ingin menikah lagi membuat ema menyesali keputusan nya sendiri sama saja saat dulu alika merasakan rasa itu. Alika menyusui anaknya dan menggendong nya sambil menggoyangkan nya agar anaknya cepat tidur. Sedangkan ema beranjak dari duduk nya karena sudah tidak ada respon dari alika. Alika yang sudah melihat ema keluar dari kamarnya hanya bisa memejamkan matanya sesaat dan menghembuskan nafas nya kasar. Alika harus memutar otak agar dirinya bisa menghasilkan uang meskipun dirinya berada didalam rumahnya. Alika berfikir dan meminta solusi pada adiknya nindia dan menelfon nindia untuk diajak bertukar pikiran.
"Yaa Hallo! Kenapa kak?" Ujar nindia menerima telfon dari alika.
"Aku ingin bertukar pikiran denganmu! Kira kira usaha apa yang menghasilkan meskipun aku berada dirumah masih bisa mengurus anakku!" Ujar alika langsung pada intinya.
"Buka usaha laundry saja kak! Kakak kan paling jago menyetrika baju dengan waktu singkat!" Sahut nindia diseberang telfon nya membuat alika menepuk jidatnya.
"Kenapa aku gak kepikiran dari dulu!" Ujar alika yang tak menyangka akan menerima jawaban seperti itu dari adiknya. "Tapi kan aku gak punya mesin cuci nin! Masa iya aku nyuci baju sebanyak itu pakai tangan kan gak lucu nin!" Ujar alika lagi karena gak tau harus beli mesin cuci sedangkan uang saja dia tidak punya.
"Kakak tenang saja! Nanti aku kasih modal buat kakak buka usaha! Kakak butuh mesin cuci yang seperti apa?" Tanya nindia membuat alika tersenyum lebar.
"Kakak pengen nya mesin cuci yang otomatis sekali pencet jalan sendiri sampai selesai! Tapi pasti harga nya mahal!" Ujar alika mengercutkan bibirnya sudah bisa membayangkan mesin cuci yang dia inginkan pasti sangat mahal harganya.
"Kakak tenang saja! Kakak tinggal duduk manis dirumah temani anakmu dan aku yang akan mencari semuanya. Mulai dari mesin cuci, gantungan baju, sabun cuci baju, setrikaan dan yang lain nya akan aku usahakan bulan depan barang sudah sampai dirumah!" Sahut nindia dengan senang hati membantu alika agar tidak merepotkan ema.
"Lalu berapa modal semuanya? Apa aku harus mengembalikan modalnya cepat?" Tanya alika memikirkan biaya yang tidak sedikit untuk ia kembalikan pada adiknya.
"Kakak tidak usah memikirkan itu! Yang penting kakak usaha dulu! Jika sukses kakak baru bisa memikirkan untuk mengembalikan nya padaku! Aku ikhlas bantu kakak kok!" Sahut nindia membuat alika meneteskan air matanya.
"Trimakasih nin! Semoga rezekimu semakin berlimpah karena membantu kakak!" Ucap alika mengusap air matanya yang duduk ditepi ranjang nya.
"Sama sama kak! Semoga kakak juga bisa sukses setelah menjalani usaha ini yaa?" Sahut nindia diseberang telfon nya. "Aku tutup telfon nya yaa kak? Fajri sudah datang aku harus menyambutnya!" Ujar nindia lagi.
"Iya nin! Sekali lagi makasih yaa? Assalamualaikum!" Ucap alika dengan senyum simpulnya.
"Waalaikumsalam!" Sahut nindia dan mematikan sambungan telfon nya.
Alika memejamkan matanya dan tak terasa meneteskan airmatanya. Dia senang karena adik nya dengan senang hati mau membantunya membuka usaha agar mendapatkan penghasilan setiap harinya. Alika bersyukur karena disaat dirinya jatuh terpuruk masih ada yang mau menolongnya untuk mendapatkan penghasilan. Alika terus bergumam dalam hatinya agar adik nya diberikan keberkahan dan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.
...****************...
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!