NovelToon NovelToon

Mahkotaku Telah Hilang

BAB 1 KABAR GEMBIRA

Pagi begitu cerah membuatku lebih semangat melangkahkan kaki di sekolah. Hari ini hari kelulusan dimana semua teman-temanku berkumpul untuk mengetahui siapa yang lulus sekolah. Ada rasa takut dan rasa bahagia, semuanya menyatu dalam diri. Kenapa hanya aku yang tersenyum melihat teman-temanku. Semuanya murung entah apa yang mereka fikirkan saat ini yang jelas aku selalu berfikiran optimis dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Semuanya aku serahkan pada Allah. Hanya Dialah yang bisa membantu dikala suka maupun duka. Hanya Dialah tempat aku memohon. Saat ini aku sudah duduk di dekat ifa dan desi sahabatku, mereka berdua merupakan anak berprestasi, sehingga kelulusan ini membuat mereka benar-benar stres. Aku mencoba menghibur mereka dan memberikan semangat agar mereka tidak terlalu stres memikirkannya.

"Fa kenapa kamu kok diem" tanyaku pada ifa yang daritadi hanya diam membisu tanpa menjawab pertanyaanku.

"Ihh kalian tu ya ampek stres kayak gitu, udah dech yakin bahwa kalian akan lulus. Segala sesuatu kalau terlalu difikirkan akan berbahaya buat diri kalian sendiri". Ucapku berusaha memberikan semangat buat sahabatku ini.

" aku takut banget kalau sampai gagal kali ini, orang tuaku begitu berharap aku bisa masuk kuliah. Aku takut orang tuaku akan sedih kalau aku gagal" ucap ifa lirih. Sedangkan desi hanya melihat tanpa berkomentar. Aku bisa mengerti perasaan mereka karena mereka selalu giat belajar dan mempunyai impian besar. Akupun memiliki impian besar bisa kuliah dan bisa bekerja kantoran. Aku bisa banyak uang buat ngangkat derajat keluarga. Itulah harapan yang saat ini ada di benakku. Namun aku agak pesimis karena orang tuaku tidak mempunyai biaya buat kuliah tapi aku berharap bisa lolos beasiswa yang aku ajukan kemaren. Saat wali murid sudah ada yang keluar, aku dan sahabat-sahabatku dag dig dug menunggu amplop putih yang biasanya terdapat nama murid yang lulus yang diberikan kepada orang tua masing- masing. Aku berusaha mengatur nafas saat melihat bapak menghampiriku. Tanpa basa basi aku langsung bertanya pada bapak.

"Pak bagaimana? apa najwa lulus?" tanyaku pada bapak yang hanya diam. Raut wajah bapak seperti orang sedih. Aku semakin penasaran dibuatnya. Aku mengulangi pertanyaanku kembali.

"Pak apa najwa lulus" ulangku dengan suara mendesak. Badanku bergetar saat melihat bapak menggelengkan kepala kepadaku. Tak kuasa air mataku jatuh, badanku gemetar. Aku duduk bersimpuh, kakiku terasa tidak kuat menahan badanku. Ya Tuhan kenapa semuanya harus seperti ini. Tiba-tiba bapak mengangkat badanku untuk berdiri, namun aku tetap saja sulit berdiri, rasanya semua tulangku lemas tak ada tenaga. Aku mencoba melihat ke wajah bapakku yang mulai tersenyum padaku. Aku bingung melihat reaksi bapak yang tersenyum, aku tidak punya semangat untuk menanyakannya, mulutku terasa susah untuk mengeluarkan kata-kata.

"Nak maafkan bapak ya...sebenarnya kamu lulus nak" kata-kata bapak belum sepenuhnya aku cerna, aku berusaha mengulangi lagi kata-kata bapak.

"Apa pak? Najwa lulus?"

bapak menganggukkan kepala sambil tersenyum. Secara spontan aku langsung memeluk bapak dengan deraian air mata.

"Bukan hanya itu kabar yang akan bapak sampaikan tapi ada lagi nak"

Kutarik kepalaku yang semula nyender di bahu bapak, kutatap wajah bapak dengan seribu pertanyaan.

"Apa pak" semangatku yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Aku menata nafas dan siap-siap mendengarkan kabar gembira yang kedua kalinya.

"Kamu...lolos beasiswa sayank, selamat ya nak, keinginanmu untuk kuliah sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Bapak bangga padamu" ucap bapak sambil menghapus air mataku yang sedari tadi jatuh membasahi pipi.

"Kita memang bukan tergolong orang yang mampu dalam masalah materi tapi jangan sampai kamu putus harapan ya, segala sesuatu bisa kita raih asal kita selalu optimis dalam menyikapinya, tentu harus dibarengi dengan doa juga. Bapak akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membiayai kamu nak. Jadilah anak kebanggaan bapak" bapak memelukku dengan deraian air mata. Aku tak kuasa lagi menahan air mataku, ku tumpahkan semuanya dipelukan laki-laki cinta pertamaku yang sampai kapanpun tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Aku menarik badanku dan melihat ke arah ifa dan desi. mereka juga tertawa bahagia karena mereka juga lulus.

*****

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga dimana aku, ifa dan desi sudah berkumpul di terminal. Kami diantar oleh orang tua kami masing-masing. Orang tua kami tidak ada yang mengantarkan sampai di Yogyakarta karena disana ada kak riska tetanggaku yang sudah menyiapkan semuanya. Kami hanya fokus memikirkan ujian untuk tes masuk kuliah. Aku berniat ambil jurusan komunikasi, ifa jurusan informatika dan desi jurusan komunikasi juga. dari dulu kami memang berniat untuk kuliah di kota dan kampus yang sama. Alhamdulillah niat itu akan segera terkabul. Lamunanku pudar saat bus yang mau aku tumpangi segera memasuki halaman terminal. Orang-orang pada berdesakan untuk segera memasuki bus. Begitupun aku dan kedua sahabatku siap-siap mau memasuki bus, namun tidak lupa aku berpamitan pada kedua orang tua dan kepada orang tua sahabatku. Mereka meneteskan air mata waktu aku dan sahabatku menaiki bus. Akupun memilih duduk dekat jendela pas diatas bapak dan ibu berdiri. Aku tak kuasa menahan tangis ketika melihat mereka melambaikan tangan.

"Ya Allah ternyata begitu berat berpisah dari bapak dan ibu, selama ini hanya merekalah tempat aku mengadu segala susah maupun senang. Mereka selalu mendukungku apapun yang aku lakukan yang penting masih batas normal. Kini aku akan mengurus semuanya sendiri, dan akan rindu dengan masakan ibu, omelan ibu. Pesan bapak yang akan selalu aku ingat.

" nak jaga diri, jaga kesehatan karena di Jogja kamu akan melakukan semuanya sendiri, tidak ada bapak dan ibu yang akan membantumu. Ingat jaga kehormatan kamu dan keluarga kita karena kamu adalah kebanggaan kami. Jangan buat kami kecewa ya nak. Shalatnya jangan sampai terlupakan, ingat ibadah adalah no 1 diantara semuanya. Kalau mau sukses jangan lupa berdoa dan usaha. Paling utama jangan sombong tetap rendah diri karena semua yang nanti akan kamu capai tidak akan ada nilainya ketika kamu tidak lagi menjadi diri kamu sendiri. Bapak dan ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu". Kata kata bapak selalu terbayang dalam ingatanku. Bus sudah jauh meninggalkan terminal, entah kenapa mataku tak tahan lagi, rasanya ingin segera memejamkannya. Aku meluruskan kursi dan membetulkan kepala seraya menutup mata kembali. Mataku tertutup tetapi pikiran masih melayang-layang mengingat kata-kata bapak dan ibu. Senyum mereka, suara mereka achhh rasanya aku akan merindukan semua tentang bapak dan ibu. Baru saja berpisah tapi rasa rindu ini sudah sangat besar. Ohh beginikah rasanya jauh dari orang tua.

"Najwa rindu kalian" desah najwa dalam hati.

BAB 2 MASA ORIENTASI

Hari ini para MABA berkumpul di ruang serbaguna yang gedungnya terletak di barisan timur paling selatan. Letaknya pinggir jalan dekat dengan pos satpam. Sebelahnya lagi gedung Radio, Jurnalistik, Cameramen dll, tempat itulah yang sering mahasiswa datangi dikala tidak ada kuliah. Aku, ifa dan desi memilih kursi didepan biar bisa melihat acara lebih jelas. Kakak panitia meninstruksikan bahwasanya para MABA segera masuk dan mengisi kursi yang kosong karena acara akan segera dimulai. Kursi yang semula kosong kini perlahan-lahan sudah mulai terisi. Aku melihat di sekeliling ternyata para MABA kurang lebih dari 6000 mahasiswa, waw baru kali ini aku berkumpul dengan orang sebanyak ini, kalau di pesantrenku biasanya kalau semua murid berkumpul hanya sekitar 1000 orang saja. Di pesantrenku tergolong muridnya banyak dibanding dengan pesantren lainnya. Fasilitas di sana memang kurang memadai tapi lumayan buat menunjang kebutuhan kita. Lamunanku terhenti ketika kakak senior menyuruh para MABA berkumpul di halaman jurusan masing-masing. Kamipun segera menuju ke kampus jurusan kami. Kecuali ifa yang berpisah dari aku dan desi karena dia berbeda jurusan. Aku dan desi berdiri di halaman sambil mendengarkan kakak panitia. Pembagian kelompok sudah selesai dan kami berkumpul sesuai kelompok masing-masing. Kami membahas perlengkapan yang akan di bawa. Aku duduk sebelah desi. Setiap kelompok terdiri dari 10 orang, kami saling berkenalan menyebutkan nama dan asal kami. Kelompok kami terdiri dari panji anak Temanggung, Deden anak karawang, ulfa anak sumatra, iwan anak pati, ima anak brebes, hamid anak jogja, amel anak solo dan dika anak padang. Waktu berkenalan mereka berjabat tangan kecuali aku dan desi. Aku masih canggung ketika panji, deden dan iwan mau berjabat tangan karena selama ini kami gak pernah berjabat tangan dengan lawan jenis. Di pesantrenku laki-laki dan perempuan dilarang menyentuh tangan yang bukan muhrimnya. Alhamdulillah teman-teman mengerti karena kami selama ini hidup di lingkungan pesantren yang banyak peraturan tentang tingkah laku yang dianjurkan di agama. Aku mulai akrab dengan kelompokku, ternyata sekelompokku asyik-asyik orangnya, aku dan desi perlahan-lahan ikut berbaur dengan mereka, dan mulai nyambung dengan canda mereka, maklum selama di pondok aku hanya di tuntut belajar, ngaji dan baca kitab. Untuk dunia pergaulan diluar kami memang kurang begitu paham. Tanpa terasa jam menunjukkan jam 5 dimana waktunya kami semua pulang. Alhamdulillah acara hari ini berjalan lancar. Aku dan yang lainnya meninggalkan halaman kampus. Aku lihat di dekat pagar sudah menunggu ifa, aku dan desi segera menghampirinya.

"Udah dari tadi kamu nunggunya fa?" tanyaku sambil melangkahkan kaki.

"Gak kok baru aja, yaudah kita cepet pulang soalnya belum shalat ashar" jawab ifa dengan mempercepat langkah.

Kos kami gak begitu jauh dari kampus, hanya perjalanan 2 menit kami sampai. Sesampainya di kos mbak riska sudah duduk manis di ruang tamu sambil liat tv . Di kosku bukan kos elit tapi didalamnya sudah di sediakan dapur dan semua perlengkapannya, ruang tamu sekaligus kursi dan tv. Kamar mandi ada 6, jadi kami tidak perlu mengantri terlalu lama, beda pas masih di pondok dulu. Kalau dulu pas masih di pondok kalau mau tidak telat harus mandi jam 2 malam waktu mau shalat Tahajjut kalau tidak maka akan telat kesekolah gara-gara belum mandi. Ach jadi ingat masa di pondok. Gak terasa sekarang aku sudah mulai hidup sendiri, apa-apa sendiri beda waktu di pondok kalau mau makan tinggal makan karena bayarnya setiap hari jumat waktu ibu bapak ngirim. Aku dan kedua sahabatku udah selesai mandi, kami duduk di ruang tamu ikut nimbrung percakapan mbak riska dan teman kos lainnya. Tiba-tiba mbak riska mengajak kami nanti malam buat pergi ke malioboro.

" Naj nanti malam mau ikut gak ke malioboro? Desi dan ifa juga mau ikut. Kalian biar tahu suasana sana. Karena sebentar lagi kalian kan akan sibuk, mana sempet bisa jalan-jalan" ucap mbak riska. Aku mengangguk saja tanda setuju. Lagian selama ini aku belum pernah keluar malam-malam, gimana mau keluar malam wong tinggal di pondok. Anak pondok pantang keluar malam, karena kata bu nyai pamali perempuan keluar malam tanpa di temani orang tua atau yang muhrim. Adzan magribpun berkumandang, kami segera shalat karena kata mbak riska habis shalat magrib mau langsung berangkat biar tidak terlalu malam takut bus transJogja tidak ada. Ya nama Transportasi yang bisa pergi kemana saja selama masih antar Jogja hanya bayar 3500, sepuasnya sampai mumet. Aku sudah siap tinggal nunggu yang lainnya. Kamipun mulai meninggalkan kos dan menuju pinggir jalan yang biasa bis TransJogja berhenti. Tidak perlu nunggu lama tiba-tiba bus TransJogja jurusan Malioboro sudah datang, aku dan yang lainnya segera masuk dan mencari kursi yang kosong. Ku pandangi kesekeliling ternyata tempat duduknya berhadap-hadapan beda seperti bus pada umumnya. Aku mulai pusing karena pengharum di dalam busnya yang begitu menyengat. Aku rogoh minyak kayu putih yang biasa kemanapun aku bawa buat aku cium biar rasa mualku hilang. Aku mencoba melihat ke luar jendela sambil tersenyum dan mengucap syukur karena aku bisa menikmati suasana kota Yogyakarta yang selama ini hanya bisa aku dengar dari cerita tetangga yang kebetulan juga kuliah disini. Aku benar-benar takjub melihat lampu-lampu yang terang benderang, namun perlahan-lahan busnya mulai berhenti dan para penumpang turun. Akupun ikut berdiri tapi di cegah mbak riska katanya belum sampai.

"Eeh duduk dulu najwa, kita turun di salter satunya, biar gak terlalu jauh buat jalan" akupun mengikuti ucapan mbak riska karena aku pengalaman pertama naik bis TransJogja. Perlahan lahan bis mulai bergerak dan berhenti kembali. Aku tetap duduk takut salah lagi. Namun mbak riska menarik tanganku tanda buat kita turun. " alamak padahal deket banget jaraknya, kenapa gak turun disana saja" batiku dalam hati sambil tersenyum. Aku mulai mengikuti langkah teman-temanku. sesekali melihat-lihat kenan kiri, ternyata banyak yang jual gelang, sandal dan baju batik. Mbak riska berhenti di depan penjual gelang, dan mulai mencobanya. Aku dan yang lain juga mencobanya dan tertarik dengan gelang warna hitam yang bulatannya seperti tasbih. Aku, desi dan ifa membeli gelang itu. Katanya gelang itu ciri khas anak Jogja. 2 jam kami berjalan-jalan, perut mulai memanggil-manggil minta diisi. Akhirnya mbak riska mengajak kami makan sate ayam yang perporsi harga 25.000, kami duduk sambil menyantap sate itu, tidak luput sambil bercerita. Namun tiba-tiba ada 2 laki-laki menghampiri kami, aku terkejut karena tidak kenal dengan orang itu. Namun mbak riska menyapa salah satu laki-laki itu dan memperkenalkan kepada kami. Yang membuat aku agak terkejut ternyata laki-laki itu pacar mbak riska, orangnya putih, tinggi dan ganteng. Aku menunduk kembali karena ingat kata-kata buk nyai kalau kita gak boleh melihat lawan jenis yang bukan muhrim kita. "Pacar....sejak kapan mbak riska punya pacar" pikirku dalam hati. Akupun bersikap seperti biasa tanpa memperlihatkan rasa sungkanku dan aku melihat-lihat kembali suasana malioboro yang dipadati banyak orang. Aku menikmati alunan musik yang disajikan para seniman Jogja.

BAB 3 ACARA KEMAKRABAN

Tak terasa sudah setengah bulan aja berada di Jogja, masa orientasi juga sudah selesai tinggal acara ke makraban yang akan di adakan di kaliurang. Entah seperti apa Kaliurang itu karena aku belum pernah kesana. Aku menyiapkan baju dan keperluan lainnya seperti sabun, handuk, selimut dan alat mandi. Tak lupa juga bawa cemilan selama di perjalanan. Tadi aku menyempatkan diri beli makanan kecil di minimarket dekat dengan kos. Aku mengeluarkan tas ransel dari kamar, aku liat juga tas ransel milik ifa dan desi sudah ada di ruang tamu. Aku panggil-panggil mereka tapi tak ada sahutan, aku coba ke belakang ke tempat jemuran ternyata mereka lagi jemur pakaian.

" Loh kok kalian nyuci baju, kita kan mau pergi ke acara makrapan? Katanya 3 hari loh di sana" tanyaku sambil melihat ke arah mereka.

"Iya kah? Kok aku ketinggalan informasi ya?" jawab desi dengan raut wajah bingung.

"Tadi dikasih tau di grub kok" jawabku sambil tersenyum

"Pantesan aku gak tau, dari pagi aku gak pegang hp. Tapi gak apa-apa biar nanti aku minta tolong mbak riska buat ngambilin bajuku soalnya takut hujan" cetus desi sambil narok ember ke tempatnya.

"Iya aku juga mau minta tolong sama mbak riska biar diangkatin nanti" ucap ifa sambil berlalu dari sana.

Singkat cerita kami sudah siap-siap akan berangkat ke kampus, karena nanti kami berkumpul disana dengan bus sesuai jurusan masing-masing. Sesampainya dikampus, aku berkumpul dengan kelompokku, disana sudah pada berkumpul kecuali iwan sang pemalas dan hobinya tidur dikelas. Iwan anaknya suka tidur tapi dia lucu dan perhatian pada kami. Kelompok kami selalu kompak dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh kakak panitia, oleh karena itu, kelompok kami mendapatkan juara 1 kelompok terkompak dan juara 2 kelompok teraktif. Menurut informasi hadiahnya akan diberikan nanti waktu di kaliurang, sekalian nanti akan ada gamenya lagi yang melatih kekompakan kami. kami mulai memasuki bus sesuai perintah kakak panitia, aku yang di tunjuk sebagai pembaca daftar hadir mahasiswa yang ada di bus ini, aku mulai nyebut nama-nama mereka, tibalah giliran nama Panji yang aku sebut, aku agak kaget waktu melihat panji sedang memandang aku tanpa berkedip. Aku ulangi lagi menyebut nama panji, baru dia sadar dan terperangah dengan suara lantangku. Aku mencoba tersenyum melihat tingkahnya yang jadi salting. Setelah selesai absensi, aku duduk kembali di sebelah desi. Tiba-tiba iwan nyeletuk.

"Naj, si panji ngefen tu sama kamu, dia ampek gak kedip liatin kamu loh" sindir iwan sambil liat ke arah panji. Panji memukul lengan iwan dengan raut wajah memerah menahan rasa malu. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan iwan, aku mencoba tenang tidak gerogi, aku pura-pura liat hp biar tidak ada yang curiga kalau aku sempat baper. Bus mulai meninggalkan kampus. Aku menikmati perjalanan, aku liat kanan kiri, banyak bangunan tinggi bagus-bagus. Aku tak henti-hentinya mengucap syukur karena bisa menikmati pemandangan yang luar biasa.

Tempat yang di tunggu-tunggu akhirnya sampai juga, bus memasuki sebuah rumah yang begitu besar, mungkin ini penginapan yang dimaksud. Teman-teman perlahan turun begitupun aku juga turun dan menikmati pemandangan. Suasananya sejuk, dinginnya masuk ke relung hati (cieee yang lagi baper), aku hendak mengambil jaket, namun saat mau ngambil jaket, kakiku kesandung dan membuat tubuhku oleng. Namun tiba-tiba panji dengan sigab menangkap tubuhku dan kamipun jatuh berdua. Tubuhku jatuh diatas panji dan kamipun saling bertatap muka. Aku kaget saat dengar iwan nyeloteh.

"Ciyeee kayak dunia milik kalian berdua aja, woyy ada kami loh" goda iwan. Aku langsung berdiri dan mengambil tas ranselku. Wajahku merah menahan rasa malu yang luar biasa. Baru kali ini aku bersentuhan dengan lawan jenis, lebih parahnya aku malah ada diatasnya.

"Astaufirullah" tak henti-hentinya aku mengucap istiqfar atas apa yang telah aku lakukan barusan. Desi juga kaget melihat kejadian barusan. Aku berusaha menjauh dari panji dan iwan, rasanya aku tidak punya muka melihat mereka. desi mengejarku dan menarik tanganku.

"Najwa tunggu" ucap desi sambil menarik tanganku.

"Gak apa-apa najwa lagian kan gak sengaja toh, untung ada panji, kalau gak mungkin kamu udah jatuh ke tanah" cerocos desi.

" aku malu pada panji, Aku tak kuasa melihat kearah panji dan iwan". Desi menepuk bahuku memberitahukan kalau kakak panitia menyuruh kami untuk masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat sebentar karena nanti malam akan ada game. Aku dan desi memasuki kamar. Aku mencoba merebahkan tubuh dan memejamkan mata, namun kejadian tadi masih terus terbayang di fikiranku.

"Ach seandainya aku tadi ihhhhhh" gumamku dalam hati yang masih merasa bersalah dengan kecerobohan sendiri. Perlahan- lahan mataku terpejam dan entah melayang kemana.

********

Suasana sudah mulai gelap, selesai shalat isya' kami semua sudah berkumpul di halaman. Kami menggelar tikar dan mengeluarkan makanan kecil sambil membawa termos isi teh hangat. Malam ini cuacanya dingin tapi tak berpengaruh buat aku yang merasa panas karena panji duduk disebelahku. Aku berusaha tenang dan santai agar panji tidak melihat kalau sebenarnya aku canggung dan gugub.

"Hay naj, kamu gak apa-apa kan"? Tanya panji berusaha melihatku yang sejak kejadian tadi aku gak bertegur sapa malah menghindarinya.

" a..a...aku gak apa-apa kok, mungkin karena cuacanya dingin banget bikin aku jadi gak enak" aku berusaha menutupi sikapku yang mulai gugup padanya.

"Owhh syukur kalau gitu" ucapnya sambil ngambil gitar dan mulai memainkannya.

"Muuungkin aku tidaklah sempurnaaa, tetapiii hatiku memilikimu sepanjang umurkuu" begitulah lagu Samson yang dinyanyikan panji didekatku. Aku pernah mendengar lagu itu waktu pulang kerumah saat liburan sekolah, lagunya memang bagus sih.

"Ciyee kyaknya lagi ada yang kasmaran nech, buktinya nyanyi lagu cinta segala" ejek iwan sambil tertawa melihat panji. Panji berhenti sambil menyenggol iwan.

"Apaan sih ganggu aja" celetuk panji. Aku semakin nunduk mendengar celotehan iwan. Kali ini wajahku gak bisa lagi disembunyikan saking saltingnya aku. Desi yang mengetahuinya langsung memegangi lenganku dan berbisik.

"Udah gak usah didengar ucapan iwan, dia cuma bercanda kok" desi berusaha mencairkan suasana. Aku berusaha tenang dan melupakan semuanya. Acarapun mulai, kelompok lain sedang memainkan game yang diberikan kakak panitia, sesekali aku tertawa melihat tingkah lucu dari kelompok lain. Kini tibalah giliran kelompokku. Aku berusaha profesional tanpa memperdulikan kejadian yang tadi. Kami melakukan game sebaik mungkin, hingga akhirnya kelompok kami menang. Kami tertawa saking bahagianya memenangkan game. Suasana semakin malam semakin dingin. Jaket yang aku pakai terasa tak berpengaruh saking dinginnya malam ini. Aku meminum teh hangat agar tubuhku terasa hangat. Aku melihat di sekeliling ada yang sudah nenguap tanda sudah ngantuk, ada yang lagi berdiskusi sekelompok dan ada yang lagi ngobrol. Mataku tak sengaja melihat panji yang lagi bernyanyi. Kulihat wajah tampannya. Namun aku disadarkan dengan senggolan desi yang tersenyum melihatku. Aku berusaha melihat ke arah yang lain untuk menutupi kalau sebenarnya aku melihat panji. Malam semakin dingin, kakak panitia menistruksikan kami buat istirahat karena besok acaranya akan pergi ke air terjun. Kami semua masuk kekamar masing-masing.

*********

pagi-pagi buta kakak panitia sudah mengetuk pintu kamar kami, aku bersiap-siap untuk keluar karena aku dan desi sudah bangun sejak tadi untuk shalat subuh.

Aku bergegas ke dapur yang sudah disediakan disana, aku membuat teh untuk menghangatkan badanku. Panji melihat aku didapur, diapun menghampiriku dan menepuk punggungku. aku kaget karena dari tadi hanya aku yang didapur tiba-tiba ada yang menepuk.

"Astaufirullahhh" seruku dengan hati dag dig dug.

"Sorry naj, gak sengaja buat kamu kaget" ucap panji dengan nada bersalah.

"Ihhhh ngagetin aja, kenapa gak panggil salam biar gak bikin orang kaget".

"Iya iya maaf, aku cuma mau minta tolong sekalian buatin aku teh hangat, dingin banget ee"

'Iya, nech aku dah buat banyak" sahutku masih dengan nada kesel.

"Heeee makasih ya..jangan marah lagi dunk...kamu cantik dech kalau gak marah apalagi tersenyum hemmmm" goda panji sambil berlalu meninggalkan dapur.

"Ihhhh apaan sih panji" kataku dengan hati berbunga-bunga dengar godaan panji. aku mulai membawa teh keluar untuk teman-teman yang lain karena suasana pagi begitu dingin hingga sampai ke tulang-tulang. selesai aku narok teh, aku langsung melangkahkan kaki menuju taman yang ada disebelah. Aku duduk di ayunan sambil menikmati pemandangan sekitar. Ku arahkan pandangan kejalan, aku lihat banyak motor dan mobil lalu lalang. Ketika aku melihat bapak ibu yang lagi menuntun motornya, bayanganku kembali kemasalalu dimana dulu waktu aku kecil, aku ikut bapak ke pasar namun sialnya ban motor Bapak pecah, dan aku tetap diatas motor karena bapak melarangku turun. Acchh masalalu begitu menyenangkan. Desi menghampiriku dan duduk disebelahku yang juga ada ayunan.

"Kangen dech sama ifa, dia punya teman dekat gak ya soalnya kan dia orangnya agak tertutup. Andai ifa ngambil jurusan yang sama kayak kita,mungkin kita bisa tetap bertiga" ucap desi sambil melihat kesekeliling.

"He'e" jawabku singkat.

"Kamu kenapa naj, kok jawabnya singkat amat" desi heran dengan sikap aku.

"Gak apa-apa kok, aku cuma kangen sama bapak dan ibu" jawabnya lirih.

"Iya sih aku juga kangen sama ibu bapakku. Beliau lagi apa ya"

Merekapun sama-sama terdiam, namun dari jauh panji memanggil.

"Najwa, desi, ayo berangkat" ajak panji sambil melambaikan tangan. Aku dan desi langsung bangun dan segera masuk untuk mengambil barang yang mau dibawa.

Singkat cerita kami sudah sampai di kawasan air terjun, memang bagus dan sejuk tempatnya, disekitarnya masih banyak pohon-pohon rindang, dan yang membuatku tambah senang waktu melihat sekawanan monyet lagi duduk di pohon, sesekali menghampiri manusia hanya sekedar ngambil makanan. Aku tertawa saat seekor monyet merampas makanan desi, desi Kaget dan lari ke dekatku karena takut di gigit oleh monyet. Namun tiba-tiba monyet itu menyerang aku dan desi, kamipun lari berhamburan, saking takutnya, tanpa aku sadari aku memegang erat lengan panji.

"Aduh tolong, monyet itu menyerang aku " ucapku tanpa melihat kearah belakang. Panji berusaha mengusir monyet itu dan akhirnya pergi. Najwa terus memegang lengan panji.

"Naj, monyetnya udh pergi kok" Panggil panji dengan suara lembut.

Aku mulai melepas lengan panji sambil tersenyum.

"Heee maaf, sakit ya lengannya" tanyaku sambil tersenyum melihat lengan panji yang merah bekas yang aku pegang.

" Gak kok, santai aja" balasnya sambil garuk kepala yang tidak gatal. Desi yang melihat tingkahku ikut tersenyum. Lalu kami meninggalkan tempat itu dan mendekat ke teman-teman yang lain. Panji berdiri didekatku, aku yang sudah mulai terbiasa dekat dengan dia, rasa gerogi hilang. Aku mencoba mencairkan suasana dengan cara basa basi mengajaknya ngobrol.

"Kamu gak mandi ji kayak iwan tu"

"Gak ach males lagian aku gak bawa baju ganti, lah kamu kok gak mandi juga" tanya panji balik.

"Hemmm menurut lohhh" jawabku dengan memonyongkan bibir. Panji tertawa melihat tingkahku.

"Oiya lupa kalau kamu kan...." ucap panji yang tidak melanjutkan ucapannya.

"ach lupakan aja oiya itu ada jalan keatas, itu kemana ji?" aku mulai penasaran.

"Owww itu mengarah ke gunung. Kadang ada orang yang hoby naik gunung atau Mahasiswa mapalaska " jawab panji mencoba menjelaskannya seperti seorang guide.

"kita coba ke atas yok, aku pengen tahu gimana rasanya naik gunung, maklum selama ini aku hanya bertapa didalam pondok, tiap hari yang aku lihat buku dan kitab saja heee" ucapku sesekali melihat ke arah panji..

"Beneran pengen keatas?" tanya panji dengan raut wajah masih heran. Biasanya kan Najwa gak mau Kalau cuma berduaan.

"Yakin lah" jawabnya singkat dan penuh semangat.

"Des, kamu mau ikut aku gak naik ke atas sana?" tanyaku.

"Haah!!!! Keatas??? Gak ach capek aku, aku pengen duduk disana" jawan desi sambil menunjuk ke aras kursi dekat air terjun.

"Yasudah kalau begitu, aku naik dulu ya soalnya penasaran banget" ucapku sambil melihat ke arah panji yang sedari tadi sudah siap mau naik. Akupun mengikuti panji dari belakang. Kami semakin keatas, namun sampai setengah perjalanan, aku sudah tidak kuat lagi melangkah, aku meminta panji untuk istirahat sejenak.

"Ji ini masih jauh ya ke atas" tanyaku dengan nafas terengah- engah.

"Lumayan Naj, kamu masih pengen ke atas?" Tanya panji yang juga kelelahan dan duduk di sebelahku.

" aku sudah gak kuat ji, kita turun aja ya" ucapku dengan wajah kelelahan. Kamipun sepakat untuk turun saja, namun setelah rasa lelah hilang. Aku dan panji terus bercerita tentang masa sekolah, keluarga dan pengalaman masing-masing.

"Oww ternyata dulu kamu pernah punya pacar toh"

"Biasa cinta monyet"

"Kalau aku jangankan pacaran, liat laki-laki aja jarang, makanya pertama disini agak canggung sama lawan jenis"

"Di pondokmu mang gak ada laki-laki?" tanya panji yang heran mendengar cerita aku.

"Ada tapi kan pondok laki-laki dan perempuan berbeda dan di batasi tembok besar, aku aja kalau liat lawan jenis waktu pulang ke rumah aja" cerita najwa yang membuat panji geleng-geleng.

"Kok masih ada ya yang kayak gitu padahal dunia semakin maju, apa kamu gak bosan hidup terkurung seperti itu?

" gak juga ji, malah aku senang-senang aja bisa berkumpul dengan banyak teman dipondok. Kalau masih pertama memang gak betah tapi lama kelamaan asyik kok" ceritaku dengan penuh semangat. Panji masih manggu-manggut saja mendengarkan ceritaku. Dia begitu khusuk mendengarkannya. Ketika aku merasa lelahku sudah hilang, aku mengajak panji buat turun takut teman yang lain mencarinya. Selama perjalanan kami terus bercerita. Aku mulai asyik ngobrol dengan panji, dia selalu antusias mendengarkan ceritaku, mungkin dia belum pernah mondok makanya kaget saat dengar ceritaku. Tanpa terasa aku sampai di bawah. Ternyata benar teman-teman sudah berkumpul untuk pulang. Aku menghampiri desi yang berdiri tak jauh dari tangga yang mengarah ke gunung. Kakak panitia mulai memberitahukan kalau nanti malam adalah malam terakhir, jadi nanti akan ada acara pembagian hadiah dan pertunjukan dari para panitia dan para maba semua. Kakak panitia berharap setiap kelompok bisa mempersembahkan penampilan agar acara makrab ini meriah. Aku dan kelompokku mulai berfikir akan menampilkan apa, ternyata panji mengusulkan bernyanyi sambil bawa gitar. Aku dan yang lainnya sepakat.

************

Malam ini malam terakhir aku di kaliurang, besok pagi kami sudah balik lagi ke jogja dan mulai aktifitas yaitu masuk kuliah. Acara demi acara sudah di tampilkan. Kini saatnya pembagian hadiah, dimana kelompok aku mendapatkan 3 hadiah. Terlihat rona wajah bahagia dari wajah kami masing-masing. Malam semakin larut dan semakin dingin, kamipun masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat. Tanpa menunggu lama aku dan desi terlelap karena kecapean.

Pagi-pagi sekali aku sudah siap untuk balik ke jogja. Semua barang aku masukin ke tas tanpa ada yang ketinggalan. Aku dan kelompok yang lain sudah berkumpul di halaman siap-siap untuk masuk ke bus. Semuanya masuk dengan teratur. Setelah di absen buspun perlahan meninggalkan halaman. Bus terasa sepi mungkin teman-teman masih merasa capek. Aku juga merasa capek dan berusaha memejamkan mata hingga tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!