Perkenalkan nama gue Agung Lesmana, Umur gue sembilan belas ahun, gue lahir dari keluarga sederhana.
perawakan gue bisa di bilang rata rata tidak buruk tapi tidak cakep juga. Kalau kata beberapa mantan gue mah manis katanya, mungkin karena kulit gue sawo matang, tinggi gue juga lumayan 175cm, jadi di sekolah lumayan banyak cewek yg naksir sama gue. Ini adalah cerita Cinta yang tidak bisa gue lupakan, dan gue ingin berbagi cerita dengan kalian.
...****************...
Rumah kediaman Juragan tanah Om Hendarto dan Tante Ida sudah sangat ramai oleh para pelayat atas kepergian Om Hendarto, gema surat Yassin terus terdengar mengiringi tangis tante ida dan anak semata wayang Om Hendarto yaitu Raffi. Tante ida adalah istri kedua Om Hendarto yang berarti ibu sambung Raffi.
Para pelayat silih berganti mengucapkan bela sungkawa kepada Tante ida atas kepergian suaminya. Gue sebenarnya tetangga jauh tante ida, gue ikut melayat karena mengantar Bapak yang kebetulan kenal dekat dengan om Hendarto karena pernah bisnis tanah beberapa kali.
Setelah jenazah Selesai dimandikan dan disholatkan akhirnya dibawa ke pemakaman umum yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah duka.
Di acara pemakaman tangisan tante ida masih belum berhenti, begitu juga dengan tangisan anaknya masih sesekali histeris memanggil nama bapaknya. Anak dan istri mana yg tidak akan menangis ketika ditinggalkan oleh orang yg di sayangi untuk selama lamanya.
Ditengah rasa duka yg mendalam perhatian gue tertuju pada sosok tante Ida yg duduk di samping pusara suaminya, meski dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam, tapi tidak menutupi aura kecantikan Tante ida yang masih kelihatan muda.
selama ini gue tau tante ida hanya sebagai istri dari Seorang juragan tanah yang terkenal kaya, dan hanya pernah beberapa kali melihat dari kejauhan ketika sedang di depan rumah bersama suaminya. ini baru pertama kali gue melihat tante Ida sedekat ini dengan jarak sekitar tujuh meter di hadapan gue . Entah setan apa yg merasuki gue di saat suasana sedang berduka seperti ini gue malah merasa tertarik melihat sosok tante Ida.
" Astagfirullah gung " gue menyadarkan diri gue sendiri dengan suara pelan sambil beberapa kali mengusap wajah. untung saja tidak ada yang memperhatikan tingkah gue ketika itu.
Setelah acara pemakaman selesai para pelayat sudah mulai pergi meninggalkan pemakaman termasuk Gue. hanya tersisa Tante Ida dan anaknya yg masih duduk di pinggir pusara. gue sesekali nengok ke belakang karena masih ada rasa penasaran di pikiran gue kepada tante Ida.
Sesampainya di rumah gue pergi ke kamar mandi karena gue percaya katanya kalau pulang dari melayat orang meninggal harus mandi.
setelah itu gue pergi ke warkop biasa tempat gue nongkrong bareng temen temen sekolah gue, di tongkrongan sebenarnya pikiran gue masih sesekali teringat sosok tante Ida, gue heran karena ini bukan pertama kali gue melihat tante ida.
" Ahh apa sih " kata gue tiba tiba.
sontak anak anak di tongkrongan gue mengalikan pandangannya ke arah gue
" Lo kenapa gung ? " tanya Haikal.
" Eh engga Kal ini gue kepikiran di tempat kerja " jawab gue berbohong.
karena tidak ingin mereka tau apa yang sebenarnya gue pikirkan.
Saking asiknya kita ngobrol ketika melihat jam yang ada di Hp ternyata sudah pukul Setengah Dua.
" Kal , Gua balik duluan ya, besok takut molor di toko . Kalau kalian masih mau nongkrong lanjut aja " kata gue ke anak anak.
" Kalau lo balik kita jiga balik " jawab temen gue yang lain.
akhirnya kita pulang ke arah yang berbeda karena kebetulan arah rumah kita beda beda. sesampainya di rumah tidak banyak yang gue lakukan, pergi ke kamar mandi dan langsung tidur.
Setelah hari itu hari hari gue tidak ada yang berubah, setiap hari gue kerja di salah satu toko Elektronik dan Mebeul yang cukup ternama di kampung gue. sudah hampir 5 bulan gue kerja di sana, karena setelah lulus sekolah gue langsung mencari kerja karena keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. jadi daripada nganggur gue memilih cari kerja dan kebetulan gue dapet pekerjaan yg dekat dari rumah, jadi bisa setiap hari gue pulang.
Waktu terus berjalan sudah hampir tiga bulan sejak kepergian suaminya tante ida, selama itu juga gue tidak pernah sekalipun bertemu dengan tante ida, karena yg gue tau tante ida juga buka tipikal orang yg suka main keluar rumah hanya sesekali kalau ada kepentingan saja, itu pun pasti naik mobil jadi tidak aneh kalau gue tidak pernah bertemu tante ida lagi.
Sampai suatu hari gue sedang duduk di depan toko tempat gue kerja sambil menikmati kopi dan rokok, dari kejauhan gue melihat sosok yg sedikit familiar tapi saat itu masih ragu dan menebak nebak karena sosok perempuan ini tidak menggunakan Hijab. sedangkan yg gue lihat waktu di pemakaman tante ida itu pake hijab.
Pandangan gue terus saja memperhatikan sosok yang sepertinya pernah gue lihat. tanpa di duga sosok itu mulai mendekat berjalan ke arah gue, baru setelah itu gue yakin kalau sosok yang gue lihat itu benar tante Ida.
Sekarang tante Ida sudah tepat berada di depan gue tapi gue pura pura tidak melihatnya. Padahal sebenarnya ingin banget gue menyapanya, tapi gue tau pasti tante Ida tidak akan mengenal siapa gue. sekali lagi gue hanya bisa mengagumi kecantikan dan keindahan tubuhnya yang sekarang berada tepat di depan mata.
Setelah hari di mana gue melihat tante ida di depan toko, pikiran gue tidak bisa lepas dari sosok tante Ida. Dia tidak pernah sekalipun pergi dari pikiran gue.
Sekarang setiap gue berangkat atau pulang kerja pasti memilih jalan memutar agar bisa lewat di depan rumah tante ida, dengan harapan gue bisa melihat tante ida. tapi sudah hampir dua minggu gue bolak balik ke depan rumahnya, tidak sekalipun gue melihat dia ada di depan rumahnya .
Itu sedikit membuat gue frustasi, bahkan gue selalu mencari cara bagaimana agar bisa bertemu dengan tante ida lagi. tapi semuanya tanpa hasil, gue hanya bisa pasrah dan hanya menunggu keajaiban agar gue bisa bertemu lagi dengan tante Ida bagai manapun caranya.
Hari ini sebenarnya mood gue sedang tidak baik, males banget pergi ke toko, kalau bisa hari ini gue malas malasan saja di rumah. tapi apa boleh buat dengan sangat terpaksa gue tetep pergi kerja. di toko pun gue tidak banyak melakukan apa apa hanya duduk saja sambi sesekali memainkan hp .kebetulan hari ini toko juga sepi jandi menambah kehancuran mood gue karena tidak ada sesuatu yang bisa gue lakukan untuk mengembalikan mood.
" Gung gue nitip toko sebentar ya gue kebelet mau sekalian sholat di masjid depan " ucap Redi memecah lamunan gue
" Oh oke oke " jawab gue singkat tanpa melihat ke arah Redi.
Gue masih duduk di pojokan sambil main Game untuk mengusir kejenuhan ketika tiba tiba ada suara ibu ibu yang masuk ke toko
" Assalamualaikum "
" walaikumussalam " jawab gue sambil melihat ke arah suara berasal. seketika gue terkejut ketika yang datang adalah tante Ida. dia bener bener cantik dengan pakaian yg sedikit ketat dan rambut terurai.
" Ada yg bisa saya bantu bu ? " tanya gue dengan nada sopan tapi sedikit grogi. gue sama sekali tidak bisa menyembunyikan wajah kaget dan grogi di hadapan tante Ida . gue juga yakin kalau tante ida pasti m melihat betapa groginya gue saat itu.
Setelah gue Tanya ternyata tante ida sedang mencari kursi yang untuk di teras rumah. katanya dia sudah mencari cari tapi belum menemukan yang cocok dengan keinginannya. dengan cepat gue tunjukan beberapa model yang ada di Toko dari yang bahannya kayu dan bahan besi.
pilihan tante Ida akhirnya jatuh pada model kursi teras minimalis bahan besi, dia juga mengatakan kalau model ini yang dia cari cari. setelah melakukan pembayaran dia meminta pengantarannya sore saja karena dia tidak langsung pulang. kita pun sepakat pengiriman pukul empat sore.
Setelah tante Ida meninggalkan toko mood gue berubah 360° gue senyum senyum sendiri sambil menyiapkan pesanan tante Ida.
" kenapa lo gung senyum senyum sendiri, gila lo.? dari tadi lo cemberut kaya monyet gak di kasih pisang " kata Redi
Redi yg baru balik dari mesjid heran melihat perubahan sikap gue.
" enggak gue senang akhirnya ada orang yang beli juga setelah dari tadi kita sepi. tapi diantarnya nanti jam empat katanya, alamatnya ada di meja kasir "
jawab gue menjelaskan
" oh " respon Redi juga singkat sambil melengos ke meja kasir mengecek alamat yang gue tulis.
" Halo , dengan Ibu ida ? Ini saya dari Toko Anugrah Mebel mau mengantar pesanan ibu "
tanya gue di telpon .
" Iya halo, iya mas silahkan saya sudah di rumah " jawab ibu ida di sebrang telpon.
Seketika semangat gue kembali naik setelah mendengar suara tante Ida di telpon. karena kebetulan gue akan ikut mengantarkan pesanannya langsung. biasanya pengantaran bagian si Redi tapi karena tangannya sedang sedikit bermasalah jadi gue harus gantiin dia.
tapi sebenarnya malah gue seneng, karena setelah penantian lama akhirnya gue bisa ketemu dan melihat wajah tante Ida dari dekat lagi.
Tante Ida Mas Agung datang 😀
setelah sekitar lima belas menit perjalanan akhirnya gue sudah berada di depan rumah tante Ida. perasaan gue sedikit gugup bahakan sampai keluar keringat dingin. gue takut tidak bisa mengendalikan diri dan malah melakukan hal konyol tanpa gue sadari .
" Masuk mas gerbang tidak di kunci kok "
tiba tiba suara tante ida membuyarkan pikiran gue.
" Oh iya iya bu " jawab gue dengan sedikit terkejut .
" Mas mau minum apa? kopi apa yg seger seger ? " tanya tante ida padahal dengan melihat dia saja sudah seger lebih dari seger.
" Air saja bu " jawab gue spontan.
" iya selama ini kalau minum sih air, maksudnya mau kopi atau yg dingin seger " tante ida menjawab perkataan gue dengan sedikit tertawa.
" Bodoh lo Gung sudah di bilang kan jangan sampai melakukan hal konyol, ini mahal lebih konyol" dalam hati gue mengutuk kelakuan gue sendiri.
" Yg seger aja bu " jawab gue sambil balik badan menuju mobil untuk menurunkan pesanan tante ida sekalian menyembunyikan rasa malu akibat kekonyolan gue.
Setelah pesanan selesai di turunkan dan di simpan sesuai dengan keinginan tante Ida gue duduk di jok mobil dengan pintu mobil terbuka. tante ida keluar dari dalam rumah membawa dua gelas minuman untuk gue dan supir. jujur gue sangat terpesona saat melihat tante ida, dengan umur tante Ida yg sudah tidak muda lagi tapi penampilan tidak jauh dari ibu muda umur dua puluh Lima tahun.
" mas jangan melamun terus, ini minumnya. duduknya juga kenapa di mobil ini ada kursi " kata tante sambil menunjuk ke arah kursi yang baru saja gue turunkan. lagi lagi tante ida membuyarkan pikiran gue yang sedang asik mengagumi kecantikannya.
Untuk ke sekian kalinya gue lagi lagi di buat malu oleh tingkah laku gue sendiri. kenapa juga gue tidak bisa mengontrol diri dan menyembunyikan grogi di depan tante ida. padahal biasanya gue termasuk orang yang jago kalau di hadapkan dengan cewek manapun. tapi kali ini gue kalah hanya dengan melihat pesona tante satu ini.
setelah suasana mulai mencair dan gue sudah bisa mengendalikan diri dan lama kita ngobrol banyak hal ternyata tebakan gue salah, umur tante ida ternyata tiga puluh tahun. gue juga baru tau ternyata dia menikah dengan almarhum suaminya setelah istri pertamanya suaminya meninggal. pantes saja penampilannya masih stylis dan masih terlihat muda.
Tante Ida juga tidak kalah terkejut setelah mendengan cerita gue kalau umur gue baru saja delapan belas tahun dan baru lulus SMA. karena mungkin melihat penampilan gue yg lumayan tinggi badan berisi dan kulit sawo mateng gue jadi dia pikir umur gue sudah dua puluh lima.
" Maaf ya mas saya salah mengira, saya pikir mas umurnya sudah dua puluh lima tahun. jadi dari kemari saya manggil mas terus ternyata masih adek adek " ekspresi tante ida terlihat malu ketika mengatakan umur gue sudah Dua puluh lima tahu.
" Tidak apa apa bu, memang penampilan saya begini, boros di muka. Lagipula buka cuma ibu saja yg mengira umur saya sudah dua puluh lima tahun kebanyakan juga begitu " jawab gue sambil tersenyum berusaha untuk tidak membuat tante ida merasa bersalah dan malu.
Setelah minuman habis gue izin pulang karena tidak enak kalau lama lama di luar kasihan si Redi gye tinggal sendirian di Toko.
" bu saya pamit ya, terimakasih minumannya dan terimakasih juga sudah belanja di toko saya bu " sambi menyalami tangan Tante Ida.
DEG tiba tiba jantung gue berdetak sangat kencang ketika tangan gue bersentuhan dengan tangan halusnya tante ida. Gue yakin tante Ida tidak pernah mengerjakan pekerjaan berat karena tangannya sangat halus.
" Iya mas sama sma, eh iya dek maksudnya " tante ida menjawab ucapan gue dengan ekspresi yg terlihat bingung dan tidak enak.
" saya izin simpan nomer Hpnya ya, siapa tau nanti ada perlu lagi kan gampang kalau mau tanya tanya dulu " lanjut tante ida.
" Iya bu silahkan. tapi maaf ya bu panggil saja nama ya jangan mas atau dek, Agung bu nama saya Agung " menjawab ucapan tante ida karena gue juga risih kalau dipanggil mas atau Dek.
Gue yakin ekspresi dan tingkah gue saat itu pasti terlihat sangat konyol karen gue sendiri juga merasa risih dengan tingkah gue.
" oh iya Gung, kamu juga jangan panggil saya Ibu ya panggil saja Tante, saya masih muda kalau harus di panggi ibu " jawab tante ida lagi.
" hehe iya Tante " jawab gue sambil pergi meninggalkan tante ida yang masih berdiri di teras rumahnya.
Di perjalanan gue senyum senyum sendiri kaya orang gila, gue juga tidak bisa lupa bagaimana rasa lembutnya tangan tante ida dan yg lebih bikin gue seneng banget itu saat tau kalau tante ida bakalan simpan nomer hp Gue.
° POV Tante Ida
Setelah Agung izin pulang dua tidak begitu saja masuk ke rumah. pandangan dia terus tertuju pada mobil yang perlahan mulai pergi dari pekarangan rumahnya.
" Lucu juga Anak satu ini " hatinya berbisik sambil berjalan ke dalam rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!