"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Kaspian Dewanta Debian bin Abdul Dewanta Debian dengan putri saya, Aisyah Nur Kumala Kencana binti Rohmansyah Al Fatih dengan mas kawin berupa saham Golden-Tam sebesar 10 persen dalam hitungan tahun sekarang, 2019. Tunai!" ucap seorang pria paruh baya sambil menggenggam erat tangan laki-laki muda yang akan menjadi menantunya itu.
Kaspian menoleh pada kedua orang tuanya. Pertanda ia enggan melakukan hal sakral tersebut. Namun, demi menjaga kehormatan dan kerjasama bisnis mereka, Kaspian harus melakukan semua ini.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Nur Kumala Kencana binti Rohmansyah Al Fatih dengan mas kawin tersebut, tunai!" Kabul yang diucapkan oleh Kaspian adalah bukti bahwa ia menerima semua tanggungjawab atas gadis bernama Aisyah tersebut.
"Sah?" tanya penghulu pada kedua saksi yang Rohman bawa dari keluarganya.
"Sah!" jawab mereka.
Sah?
Batin Kaspian mengernyit begitu ia mendengar saksi mengatakan kata sah. Bagaimana tidak? Bahkan gadis bernama Aisyah itu tak berada di tengah-tengah mereka.
***
"Awak kire la sendiri! Saye nih anak hartawan tau tak? Tak de la macam tuh!" ucap Aisyah sambil menunggu riasannya siap di depan cermin.
Gadis yang besar di negeri jiran itu sedang berada dalam pelarian atas pernikahan yang kedua orang tuanya rencanakan.
"Tapi kan, Ai. Saye rase mesti lelaki tu bukan sesembarangan. Tak kan Daddy kau nak kahwinkan kau yang anak orang kenamaan nih ngan rakyat jelate kan?" Selvi, sahabat Aisyah sejak sekolah dasar hingga detik ini. Bahkan mereka mengakhiri masa kuliahnya bersama di universitas ternama California.
"Ha'ah la. Tak kan Daddy nak saye kahwin ngan orang miskin!" Aisyah mulai menyadari sesuatu.
Aisyah memang belum mendengar alasan pernikahan ini terjadi. Ia kabur setelah mendengar berita pernikahan mendadak itu dari ibunya.
"Jadi, awak nak balik?" tanya Selvi sambil mengecek ponselnya.
"I wanna go home but I'm afraid to get married. You know? What if the man really was from a poor guy? Uuuuhhh! Tak habis kire la! Saye tak nak kahwin!" pekik Aisyah.
"Mane-mane pun. You are still a wife. Congratulations!" Selvi menunjukkan sebuah foto yang dikirimkan oleh Rohman kepadanya.
Foto pasca ijab kabul tersebut benar-benar membuat Aisyah tercengang. Tak ia sangka bahwa kabur ke negara lain pun ia tak bisa mengelak dari pernikahan yang direncanakan oleh kedua orang tuanya.
"Saye tak nak kahwiiiiiinnnn!!" teriak Aisyah.
***
"Tapi Ai pasti nggak bakalan mau, Dad!" Tere, putra sulung keluarga Rohmansyah itu berusaha menyelamatkan adik kesayangannya dari tumbal perusahaan sang ayah.
"Mau, nggak mau. Daddy sudah nikahkan dia dengan Kaspian!" tegas Rohmansyah.
"Kaspian aja baru lulus kuliah! Masa Daddy mau Ai nikah sama cowok kayak gitu! Daddy nggak nonton berita? Kaspian pernah ketangkapan polisi kasus narkoba!" Tere kembali mengungkit berita 7 tahun yang lalu.
"Dia cuma ketangkapan tapi hasil dari BNN, dia bersih!" balas Rohmansyah.
"Kenapa sih harus ada nikah-nikah kepaksa gini? Kalo Kaspian KDRT atau bikin Ai menderita gimana? Mereka nggak saling kenal! Mereka nggak saling cinta! Kenapa mereka harus nikah?!" omel Tere.
"Karena kita butuh kerjasama dengan Golden-Tam lebih lama!" jawab Rohmansyah.
"Tapi, kenapa harus Kaspian? Kenapa harus Golden-Tam? Kan ada perusahaan tambang emas lain! Kaspian udah pernah kena kasus! Dia juga pertemananya sama anak-anak nggak jelas! Dia nongkrong di pinggir jalan! Daddy mau kalo Ai diajakin kayak gitu?" balas Tere.
"Ai udah jadi istrinya Kaspian. Dia harus patuhi suaminya!" tegas Rohmansyah dan pergi begitu saja.
"Tapi kasian Aisyah, Dad! Daddy!!" teriak Tere yang tak mendapat tanggapan dari sang ayah.
***
"Harusnya gue lahir dari keluarga pengemis aja," ucap Kaspian menaiki helikopter milik Rohmansyah (sang mertua).
Terbang mengudara menuju Malaysia demi menjemput Aisyah.
"Udah kayak mau jemput korban bencana alam aja!" Kaspian mengejek dirinya sendiri karena menaiki sebuah helikopter. "Jet pribadi punya Papa, ke mana?" tanyanya pada pilot pribadi mereka.
"Disewa artis," jawab sang pilot.
Kaspian mendesahkan sebuah ejekan. "Artis kok modal nyewa? Mau gaya tapi nggak cukup dana," ucapnya.
***
Di dalam masa penjemputan tersebut, Kaspian tak mengetahui bahwa Aisyah cukup dikenal oleh masyarakat Malaysia. Mulai dari turun di Helipad semua orang membahas kedatangan gadis bernama Ai yang menginap di hotel ternama. Ai akan melakukan live di sosial media. Semua orang menantikannya.
"Artis lagi?" gumam Kaspian yang memang tak menyukai profesi tersebut.
Banyak sekali para artis yang ingin terlihat kaya dan meminta bantuan kepada keluarganya hanya untuk menarik perhatian dan menjaga image di hadapan masyarakat.
Kaspian mencari keberadaan Aisyah hingga malam hari. Ia menemukan hotel tempat Aisyah menginap. Aisyah memang sudah melihat keberadaan Kaspian saat ia sedang mengadukan terminal listrik yang ia rasa terlalu sedikit untuk standard hotel bintang 5.
Pria dengan beberapa bodyguard berbaju hitam itu begitu mencolok di meja resepsionis. Namun, Aisyah tak menghiraukannya karena memang mereka tak saling mengenal.
"Tak cukup la! Saye kena charge telfon bimbit, camera, banyak lagi saye kena pakai listrik ni ha!" omel Aisyah yang diburu waktu untuk melakukan siaran langsung karena para fansnya telah menunggu.
"Maaf, Puan. Awak boleh gune ni dahulu," ucap pegawai resepsionis yang memberikan Aisyah terminal listrik tambahan.
Aisyah mengambil terminal tersebut dengan jari lentiknya yang telihat seperti ia jijik akan alat tersebut.
Kaspian melihat kejadian itu. Pakaian Aisyah yang sangat mencolok dengan hiasan kepala yang terbuat dari bulu merak asli, menjulang hampir menyamai tinggi dua kali lipat badannya. Kaspian terheran-heran dengan wanita di hadapannya itu.
"Tak de yang mahal sikit ke?" tanya Aisyah.
"Tak de, Puan," jawab sang resepsionis.
Aisyah menghela napasnya dan mencubit kabel terminal listrik tersebut. Ia berniat membawanya, namun terminal itu malah terjatuh ke lantai. Semua mata tertuju pada gadis itu.
Aisyah tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Ia malah menyeret terminal itu di lantai menuju kamarnya.
Kaspian menggelengkan kepala akan kejadian tersebut. "Ada-ada aja kelakuan manusia," ucapnya.
Singkat cerita, Kaspian mendapatkan kunci kamar Aisyah karena dia seorang suami.
Aisyah sedang melakukan live seperti janjinya pada para fans. Anak konglomerat yang tersohor di negeri Malaysia itu menjadi pusat perhatian masyarakat akan apa pun yang ia lakukan.
"Akak, saye ade hadiah tuk akak." Aisyah membaca komentar para fansnya. "Ow, tak payah. Makaseh banyak, saye tak nak hadiah ape pun dari korang semue. Makaseh, makaseh," balasnya.
[Kak Ai, lame lagi tak kat Malay?]
"Saye rase ...." Tiba-tiba Aisyah menoleh pada pintu kamarnya yang dibuka oleh seorang pria.
Kamera ponselnya juga menyoroti kehadiran Kaspian.
"Awak sape e?" tanya Aisyah.
"Gue disuruh jemput Aisyah!" jawab Kaspian.
"Hah? Ada masalah apa?" tanya Aisyah berbahasa Indonesia.
"Bokapnya yang nyuruh!" jawab Kaspian sambil celingak-celinguk di depan ponsel Aisyah yang menampilkan wajah dirinya.
Kaspian enggan menanggapi apa yang sedang dilakukan gadis itu.
"Anda siapa?" tanya Aisyah tak mengerti akan apa yang terjadi.
"Gue Kaspian! Aisyah mana?" Ia balik bertanya.
"Kaspian? Siapa? Kenapa disuruh jemput? Ow, Anda .... Ow, paham-paham! Anda disuruh Daddy buat jemput saya di sini? Anda sendirian? Eh, nggak ya? Kan tadi di resepsionis ada bodyguard juga?" Aisyah malah mengira bahwa Kaspian adalah bodyguard kiriman ayahnya. "Bodyguard yang lainnya mana?" tanya Aisyah.
"Di luar! Gue disuruh jemput Aisyah, sekarang! Dia di mana?" tegas Kaspian.
"Saya Aisyah! Ngomongnya yang halus ya! Mau dipecat?!" jawab Aisyah.
Kaspian menarik sebelah alisnya sambil menatap seluruh wajah gadis itu.
Ini bini gue?! (batin Kaspian).
"Gue Kaspian! Gue suami lo!" tegas Kaspian.
"Hah?!" pekik Aisyah dengan cepat ia mematikan semua kamera yang sedang menayangkan dirinya untuk siaran langsung. "Anda! Suami?! Nggak-nggak!! Nggak mungkin!" tegas Aisyah sambil merapikan bulu merak yang melekat di kepalanya.
"Kulit saya masih halus, cantik, putih, bersih dan bercahaya kilau mutiara. Saya belum mengelilingi dunia, saya juga belum pernah pacaran, saya nggak mau nikah!" omel Aisyah.
Kaspian hendak tertawa melihat gadis dengan mulut sepercaya diri itu, namun ia menahan tawanya tersebut.
"Saya suka barang-barang mewah! Saya suka perhiasan limited edition! Saya suka negara Eropa! Saya juga suka makan makanan mahal. Anda tidak akan sanggup menafkahi saya! Ceraikan saya sekarang juga!" oceh Aisyah lagi.
Kaspian menghela napasnya dan memilih untuk duduk di sofa.
"Heii!! Heii!! Andaaa!!" Aisyah menunjuk jijik terhadap Kaspian. "Ini hotel bintang lima. Ini kamar VVIP! Don't sit here!" teriak Aisyah.
"Kenapa?!" balas Kaspian yang mulai risih.
"Maaf, sebelumnya. Semoga Anda tidak tersinggung. Tapi ini fakta! Kamar ini bukan untuk rakyat jelata," jawab Aisyah.
"Rakyat jelata?" Kaspian kembali mengernyitkan dahi.
"Maaf. Tapi itu fakta!" ucap Aisyah.
"Nggak usah minta maaf! Kalimat lo itu bisa bikin orang sakit hati!" tegas Kaspian.
"Tapi itu faktanya! Ini kamar VVIP! VERY VERY IMPORTANT PERSON! YOU KNOW?!" teriak Aisyah semakin menjadi karena Kaspian mengupil dan menempelkan upilnya di sofa tersebut.
Kaspian mendekati Aisyah. Gadis itu malah merasa jijik dan hendak menghindar. Kaspian lebih cepat untuk menangkapnya.
"Wo—wo—woi! Anda mau ngapain?!" teriak Aisyah ketakutan.
Kaspian mendekatkan wajahnya dan membisikkan, "Orang kayak lo, kayaknya mesti dikasih pengalaman hidup." Ia menjauh dari gadis itu.
"Saya nggak mau nikah!" ucap Aisyah kembali merapikan bulu meraknya.
"Gue nggak peduli lo mau atau nggak mau. Lo bisa pilih, pulang sekarang atau bulan madu sama gue di sini!" ucap Kaspian.
"No way!" tegas Aisyah tak percaya akan pilihan tersebut.
"Tapi, di mana-mana juga bisa bulan madu sih. Kalo lo balik, kita bisa bulan madu di rumah. Kalo lo nggak balik, ya di sini," goda Kaspian.
Aisyah terbelalak. Ia bahkan tak pernah memikirkan hal semacam ini terjadi. Ia terlalu sibuk pada barang-barang mewah sedari kecil.
"Jadi, pilih yang mana?" tanya Kaspian.
"Saya mau kabur ke Eropa!" tegas Aisyah bergegas mengambil kopernya.
Lagi-lagi Kaspian menghalangi gerak gadis itu dengan mengambil koper milik Aisyah.
"Mau bulan madu di Eropa? Kedengarannya bagus juga," ucapnya membuat Aisyah semakin bertenaga untuk merampas koper yang Kaspian ambil alih.
"Saya nggak mau nikah!" teriak Aisyah.
***
Helikopter kembali mengudara menuju Indonesia. Aisyah duduk di himpitan Kaspian dan kopernya.
Heli punya Daddy? Keliatan banget kalo dia miskin dan jelata. Pasti dia nikahin gue cuma mau ngerampas harta keluarga gue atau biar kecipratan kaya! (batin Aisyah).
"Saya alergi sama orang miskin!" ketus Aisyah sambil mengangkat kopernya untuk berada di tengah.
"Aduh, capek banget! Bulan madunya besok aja ya? Sampai rumah ntar mau langsung tidur," goda Kaspian.
"What?!" pekik Aisyah.
"Mau sekarang?" tanya Kaspian.
"No, no, no! No way! Don't touch me!!" teriak Aisyah karena kaki mereka tak sengaja bersentuhan. "Kenapa Anda mau nikahin saya?!"
"Karena lo kaya," jawab Kaspian seolah bisa mendeteksi hal apa saja yang bisa membuat Aisyah menjerit-jerit.
"Oh my God! Ceraikan saya sekarang! Saya udah tau apa tujuan kamu! Ceraikan saya, sekarang!" teriak Aisyah.
"Tujuan apa? Gue aja belum ngomong apa-apa! Sok tau aja lo!" omel Kaspian.
"So, apa tujuan kamu?" tanya Aisyah demi memastikan apa yang ia pikirkan adalah sebuah kebenaran.
"Gue mau ngerasain jadi orang kaya. Gue mau punya perusahaan besar dan bisa keliling dunia tiap hari tanpa keluar duit. 'kan bokap lo kaya. Enaknya punya mertua konglomerat," ucap Kaspian.
Mata Aisyah membesar dan kesal akan jawaban tersebut.
"Karena sekarang kita udah nikah. Gue mau kita punya anak. Terus gue bunuh lo, otomatis harta lo dikasih ke anak kita, terus gue nikah sama cewek yang gue suka," lanjut Kaspian.
"Oh my God! Anda ....." Aisyah tak melanjutkan kalimatnya. Ia benar-benar tak percaya akan jawaban tersebut.
Aisyah mengeluarkan ponsel dan segera mengadukan hal itu kepada Tere (sang abang).
Kaspian dengan cepat mengambil alih ponsel tersebut dan melemparnya ke luar.
"Aaarghhhh!!! HP!! Sebagian nyawa gue ada di sana!!" teriak Aisyah.
"Tapi nyawa lo ada di tangan gue," ucap Kaspian.
Nyawa gue? Gimana kalo gue yang bunuh lo duluan? (batin Aisyah).
***
"Not bad," ucap Aisyah setelah melihat rumah yang akan ia tinggali bersama Kaspian dibagi menjadi dua bagian.
Kaspian juga tak mau kalah akan soal pembagian. Ia sampai menulisnya dalam surat bermaterai. Ia menyodorkan surat perjanjian itu kepada Aisyah.
"Apa ini? Daftar hutang Anda?" ejek gadis itu.
"Tanda tangan di sini. Lo bisa dapat apa yang lo mau, dan gue bisa dapat apa yang gue mau!" tunjuk Kaspian pada materai yang ia rekatkan di sana.
Aisyah membaca isi dari surat tersebut.
***
[Surat ini ditulis pada 19 September 2019 oleh Kaspian Dewanta Debian untuk mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pihak bertanda tangan di bawah ini (Aisyah Nur Kumala Kencana) dan (Kaspian Dewanta Debian).
Tidak boleh membahas atau memberikan informasi tentang pernikahan kepada satu orang atau lebih selain keluarga kedua belah pihak.
Tidak boleh mengurusi urusan kedua belah pihak.
Tidak boleh berselingkuh.
Tidak boleh mencari tahu latar belakang kedua belah pihak.
(ada banyak sekali poin yang ditulis sejumlah 200 poin)
Jika kedua belah pihak melanggar hal-hal yang tertulis di dalam surat ini, maka pelanggar bersedia untuk dihukum secara pidana dan perdata.]
***
Aisyah mengambil pena yang masih dipegang oleh Kaspian. Ia menambahkan poin-poin yang diinginkannya.
[201. Tidak boleh ada tindak kekerasan antara kedua belah pihak.
Kedua belah pihak harus memenuhi kebutuhan nafkah lahir-batin sebagaimana layaknya seorang suami-istri yang sah di mata agama.
Pihak pria harus menjaga kehormatan, harkat, martabat serta jiwa dan raga pihak wanita.]
Aisyah menandatangani kertas itu dan memberikannya kepada Kaspian. Kaspian memberikan kepada pria di sebelahnya. Pria itu adalah satu-satunya saksi mata akan apa yang terjadi di dalam rumah mewah kediaman Kaspian dan Aisyah.
"Copy kertasnya jadi dua. Yang aslinya lo pegang," ucap Kaspian pada pengacaranya.
Malam itu, Kaspian pergi tanpa sepengetahuan Aisyah. Lagi pula Aisyah tak memperdulikannya. Pria itu tengah duduk di pinggir jalan bersama para pengamen yang sudah menjadi temannya selama bertahun-tahun.
"Dari mana, Bro?" tanya salah satu pengamen yang baru datang. Ia bernama Andre.
"Lo yang dari mana! Gue di sini bareng anak-anak dari tadi!" balas Kaspian yang melakukan salam bak pria sejati pada Andre.
"Tumben nih, lagi ada masalah?" tanya Andre yang melihat Kaspian membawa begitu banyak makanan.
"Nggak gue beliin makan, lo nanyain. Gue beliin dikatain tumben. Jangan sampe gue timpuk pake nasi bungkus nih!" omel Kaspian yang mengundang gelak tawa para anak jalanan.
"Lo makan aja dulu. Minjem gitar!" ucap Kaspian yang mengambil alih gitar mini yang Andre pegang.
Di sana ia memainkan alat musik 6 senar itu dengan piawai sambil bernyanyi.
Di waktu yang bersamaan, Aisyah malah terjebak macet karena bertepatan dengan jam pulang kerja kota Jakarta. Di sana, Aisyah benar-benar bosan akan kehidupan di Jakarta yang selalu mengulur waktu lebih banyak untuk perjalanan.
Aisyah membuka jendela mobil agar bisa menghirup udara segar. Di sana ia mendengar suara nyanyian Kaspian dan menoleh pada sumber suara yang tak jauh darinya.
"Oh my God!" pekik Aisyah yang tak percaya akan pemandangan tersebut.
Jadi, Kaspian itu pengamen?!
Suami gue?!
Kayaknya dia nggak main-main sama omongannya! Dia beneran mau jadi mantu orang kaya, terus ngerampas semua harta keluarga gue. Dan gue bakalan ....
"Woi, Kesepian!" teriak Aisyah dari dalam mobil membuat kumpulan para pengamen itu menoleh padanya termasuk Kaspian.
Aisyah memakai kacamata hitamnya yang super mahal dan mewah dengan pakaian dan perhiasan glamornya, ia menghampiri Kaspian.
"Siapa tuh, Kas?" tanya Andre.
Mampus gue! Bakalan ketauan siapa gue di sini! Kenapa si Lalat Pikat nongol di sini?! (batin Kaspian).
Lalat Pikat adalah ejekan untuk Aisyah yang menggunakan kacamata hitam bak mata lalat.
"Oh my God! Oh no! No way!" pekik Aisyah yang berjalan dengan jijik mendekati mereka semua. "Jadi, ini kerjaan Anda?!"
Kaspian tak berani mengucapkan satu kalimat pun. Ia tak ingin Aisyah merespon apa pun yang ia ucapkan.
"Iuew! Najong trulala!" ucap Aisyah sambil mengusap lengannya. Ia sampai merinding membayangkan Kaspian akan pulang setelah duduk di pinggir jalan seperti ini.
"Lo siapa?" tanya Andre.
"Jangan ngomong sama gue! Gue .... Huek! Maaf banget, gue jijik sama lo semua!" ucap Aisyah yang hampir muntah. "Gue harus cepetan balik deh kayaknya. Gue alergi orang miskin. Maaf banget! Gue nggak tahan baunya!" ucap Aisyah sambil berlari masuk ke dalam mobil.
Lo tunggu ntar di rumah! (bisik Kaspian dalam benaknya dengan rasa jengkel).
Sesampainya di rumah, Aisyah benar-benar langsung mandi. Baru saja ia selesai mandi, para pelayan di rumahnya memberitahukan bahwa Tere tengah menunggu dirinya di ruang tamu.
"Tere?! Mampus gue. Si Kesepian belum balik! Baru nikah kemaren udah kayak gini!" Aisyah mengutak-atik ponselnya. "Astaga! Gue mana punya nomornya Si Kesepian! Astagaaaaaa!" pekik Aisyah yang mau tidak mau ke lantai bawah dan menyambut abangnya sendirian.
Baru saja ia sampai di anak tangga, ia melihat Tere sedang memarahi seseorang yakni Kaspian.
"Loh-loh! Kenapa nih?" tanya Aisyah yang langsung berlari menghampiri mereka.
"Gue harap lo nggak tuli!" tegas Tere.
"Kenapa nih?" tanya Aisyah lagi.
"Aiii! Kesayangan Abang!" ucap Tere yang mengalihkan topik pembicaraan dengan memeluk Aisyah.
Kaspian seolah ingin memukul Tere dari belakang dengan wajah kesal. Aisyah melihatnya.
"Kaspian mau mukul lo, Bang," ucap Aisyah dengan polosnya.
Tere memutar tubuhnya dan kembali menatap sinis ke arah Kaspian. "Jadi lo mau nantangin gue?" tanyanya.
"Nggak, Bang! Aisyah bohong!" jawab Kaspian.
"Nggak! Lo yang bohong! Tadi lo gini-gini!" Aisyah menirukan gaya Kaspian.
"Jadi, lo beneran mau?!" teriak Tere membuat Aisyah dan Kaspian terkejut bersama.
"O-ow, ada masalah apa sih lo berdua?" tanya Aisyah.
"Gue udah bilang 'kan tadi?!" tegas Tere di hadapan Kaspian. Kaspian hanya bisa tertunduk takut untuk melawan pria yang lebih tua darinya tersebut.
"Lo mau nantangin gue? Lo kira gue takut sama lo?!" Tere menarik kerah baju Kaspian dan hendak memukulnya.
"No! Noooo!!" teriak Aisyah yang langsung menengahi mereka. "No! Di rumah ini nggak boleh ada kekerasan! Kalo ada kekerasan, itu artinya bersedia untuk menerima hukuman pidana dan perdata!" tegas Aisyah sambil menatap Tere dan melindungi Kaspian.
Tere mendesahkan sebuah ejekan. Ia menghempas tubuh Kaspian di sofa.
"Oke, itu artinya lo baik-baik aja di sini. Gue bakalan datang setiap seminggu sekali buat ngecek adek gue. Kalo lo sampai apa-apain dia, atau sekali aja gue denger dia bilang hidupnya menderita gegera lo, lo tau 'kan akibatnya?" Tatapan Tere masih melekat di kedua bola mata Kaspian.
Kepulangan Tere menjadi sebuah kemerdekaan untuk Aisyah dan Kaspian. Mobil pria itu baru saja berlalu di hadapan mereka.
Ini adalah saat untuk membalas semuanya. Begitu pikir Kaspian.
"Lo—"
"Lo bisa nggak sih, kalo ngamen itu nggak usah lama-lama! Kalo tadi lo ada di rumah, Tere nggak bakalan semarah itu! Lagian, 'kan lo udah nikah sama gue. Pasti lo dikasih banyak duit dari bokap gue! Kenapa lo masih ngamen? Oh my God! Nggak bisa gue bayangin kalo temen-temen gue tahu. Gue dinikahin sama pengamen!! What?! This is so embarassing!" pekik Aisyah membuat Kaspian kehilangan kata-kata.
"Jangan deket-deket sama gue! Lo habis duduk di pinggir jalan! Kuman, virus, jamur, bakteri pasti lekat di tubuh lo! I don't believe that!"
Kaspian malah hendak terkekeh dibuatnya.
"Kenapa lo nyamperin gue tadi?! Lo gila ya?! Kalo temen-temen gue tau yang sebenarnya gimana?! Lo mau mereka tau kalo lo nikah sama pengamen kayak gue?! Lo mau gagalin rencana gue buat rampas harta keluarga lo?!" Kaspian kembali ber-akting.
"Gue nggak mau punya suami pengamen!!" teriak Aisyah.
"Oh iya, mumpung kita udah ada di rumah. Saatnya lanjutin rencana gue!" ucap Kaspian.
"Rencana apa lagi?! Lo mau ngebunuh gue?!" pekik Aisyah.
"Nggak! Kita harus bulan madu dulu!" Lagi-lagi Kaspian membuat Aisyah terbelalak.
"Nggaaaaaakkkkk!!" teriak Aisyah berlari kembali ke kamarnya yang berada di lantai atas.
"Ai! Sayang! Jangan lari-lari, kayak film India!" goda Kaspian.
"No! Jangan ngomong sama gue! Gue alergi sama orang miskin! Gue juga jijik sama lo!" teriak Aisyah yang terus berusaha menghindarinya.
Tiba-tiba Aisyah terjatuh di depan pintu kamarnya. "Aaarghh!!" teriak gadis itu membuat Kaspian bergegas menghampirinya.
"Kenapa?" tanya Kaspian yang mendadak panik. Bukan karena khawatir akan Aisyah, ia hanya mengkhawatirkan nasibnya sendiri. Jika Aisyah terluka pasti Tere akan menyalahkan Kaspian.
"Kaki Ai sakiiiitttt!! Kayaknya mesti dibawa ke rumah sakit! Heeeeeegh! Mesti dioperasi!" jerit Aisyah yang melihat lututnya memerah.
Kaspian memijat jidatnya. "Kayaknya ini mesti dikirim ke luar negeri, di Indonesia mana punya alatnya!" balas Kaspian.
"Heeeeeeeeeegh! Iyaaa!" jerit Aisyah sambil menangis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!