Seorang laki-laki tampan dengan aura wajah yang sangat dingin dan juga menyeramkan itu baru saja turun dari pesawat.
Bukan hanya sendirian tetapi laki-laki tampan itu bersama dengan wanita yang sudah tidak muda lagi tetapi masih menampakkan aura kecantikannya, siapa lagi dia kalau bukan Mamahnya yang selama 2 tahun ini menemani laki-laki itu.
"Aku kembali.."
Ucap laki-laki tampan itu ketika ia sudah berada di loby sebuah bandara menunggu mobil jemputannya datang dan tampaknya laki-laki itu melihat ke sekeliling bandara, tidak ada yang berubah setelah kepergiannya 2 tahun ini dan masih tetap sama meskipun terakhir kali laki-laki itu berada di sini dalam kondisi yang tidak sadar dan tentu saja laki-laki itu tersenyum-senyuman penuh makna yang entahlah hanya laki-laki itu yang tahu apa artinya yang sesungguhnya.
"Itu Pak Budi sudah datang, ayo Ken kita segera pulang.. Papi sudah menunggumu di rumah."
Mami Arin yang melihat putranya itu masih memandangi sekitaran bandara langsung saja mengajak Keenan untuk segera keluar dari bandara ini, terlebih lagi Mami Arin juga sudah melihat Pak Budi, sopir keluarganya yang sudah turun dan menghampirinya tentu saja ini adalah pertama kali Keenan menginjakkan kakinya untuk kembali ke Indonesia setelah 2 tahun kepergian nya dari Indonesia dan berada di Jerman untuk berjuang dengan kesembuhan nya.
Ya laki-laki tampan itu adalah Dokter Keenan Hardikusuma. 2 tahun yang lalu kecelakaan tragis menimpa Dokter Keenan hingga akhirnya ia harus dilarikan ke luar negeri untuk pengobatannya karena mengalami cedera di otaknya, hingga mengakibatkan Dokter Keenan kondisi nya sempat kritis saat itu.
Tetapi semua keluarga tidak menyerah mengenai kondisi Dokter Keenan dan berharap tentang kesembuhan Dokter Keenan, hingga akhirnya Mami Arin dan juga Papah Bayu segera mengambil tindakan untuk membawa Keenan berobat ke luar negeri.
Yang pastinya selama 2 tahun ini banyak perubahan yang terjadi mengenai diri Dokter Keenan, selain Dokter Keenan juga sempat mengalami amnesia sebentar tetapi setelah itu perlahan-lahan ingatannya pulih kembali, namun sayang sekali Dokter Keenan mengalami perubahan yang sangat besar, dia sekarang menjadi laki-laki yang dingin dan tidak banyak omong, kecuali dengan orang tua nya dan sahabat nya saja, selain itu Dokter Keenan lebih terlihat menyeramkan.
Dokter Keenan kini bukanlah seperti dokter Keenan yang dulu yang ceria yang suka senyum dan juga rama dengan orang-orang, terlebih lagi jika sudah mengenai seorang wanita, hati dokter Keenan akan luluh seketika, namun kenyataannya sekarang, dokter Keenan menjelma menjadi sosok laki-laki yang tegas, yang garang dan juga dingin, yang tidak pernah tersenyum sama sekali meskipun itu di depan Maminya.
Apakah otaknya geser karena kecelakaan itu? entahlah.. mungkin saja memang benar, terlebih lagi dokter Keenan juga sempat mengalami amnesia sementara saat itu hingga membuat dirinya menjadi orang asing, bahkan kedua orang tuanya pun juga bingung dengan perubahan dokter Keenan.
Iya selama 2 tahun ini, Mami Arin selalu setia menemani dokter Keenan sedangkan Papi Bayu, beliau bolak-balik Indonesia ke Jerman, tentu saja Papi Bayu harus mengurusi perusahaan di Indonesia dan tidak bisa menyerahkan perusahaan itu kepada asistennya meskipun Papi Bayu sudah percaya penuh kepada mereka tetapi ini masalah yang penting, beliau juga tidak mempunyai Putra lagi selain dokter Keenan.
Untuk rumah sakit yang dibangun oleh dokter Keenan sendiri, Papi Bayu sudah meminta orang-orang terpenting yang berada di rumah sakit itu untuk menggantikan kepemimpinan sementara dokter Keenan, terlebih lagi ada sahabat baik Dokter Keenan yang sudah mengurus semuanya di sana, sembari menunggu dokter Keenan sembuh total dan bisa menjalankan perannya sebagai dokter lagi dan bisa memimpin rumah sakit yang dibangun oleh dokter Keenan sendiri.
Dan setelah 2 tahun menjalani pengobatan di Jerman akhirnya hari ini juga dokter Keenan kembali, kembali dengan perubahan dan juga penampilan yang baru dengan sifat dan juga karakter yang baru pula.
"Mami pulang saja dulu, Keen masih mau berada di sini."
Tentu saja jawaban datar tanpa ekspresi dan juga tanpa senyum diucapkan oleh dokter Keenan, meskipun ia tahu sosok perempuan yang berada di sampingnya itu adalah ibunya sendiri, ibunya yang sudah berjuang melahirkannya tetapi entahlah rasanya dokter Keenan juga enggan untuk tersenyum atau bagaimana.
"Tapi Keen, kamu baru sembuh dan Mami khawatir jika membiarkanmu sendirian."
Dokter Keenan mengglengkan kepala, tentunya ia bukan anak kecil lagi, usianya yang sudah berkepala tiga membuat ia harus berpikir lebih dewasa, tidak mungkin ia kabur-kaburan dan akan melakukan sesuatu hal yang di luar nalar atau membahayakannya, dokter Keenan hanya ingin berada di bandara ini, ingin mengenang sesuatu yang mungkin saja bisa membuat dokter Keenan bangkit dari kepurukannya atau mungkin dokter Keenan ingin bertemu dengan seseorang dulu setelah ia kembali dari Jerman.
"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati.. Mami pulang dulu, nanti kalau ada apa-apa atau minta jemput sama Pak Budi hubungi Mami atau Pak Budi langsung saja, Mami percaya sama kamu, Kamu sudah dewasa dan bukan anak kecil lagi."
Setelah 2 tahun merawat dokter Keenan dan bersama dengan putrinya itu, Mami Aruna benar-benar terkejut dengan perubahan dan sikap dokter Keenan, tetapi kali ini tidak mungkin Mami Arin memaksa Dokter Keenan untuk ikut pulang, biarlah putranya itu keliling kota atau mungkin sedang merindukan seseorang.
Beliau berharap jika putranya itu bisa sembuh total dan tidak bersikap dingin seperti ini. Sembuh total bukan karena dokter Keenan itu masih sakit atau bagaimana tetapi karena kecelakatan itu Mami Arin berpikir jika putranya itu memang belum sembuh, kondisi fisiknya memang sudah baik-baik saja tetapi tidak dengan kondisi otaknya yang mungkin semua dokter sudah mengatakan jika tidak ada apa-apa di dalam otak dokter Keenan, semuanya sudah bisa teratasi bahkan kondisi dokter Keenan sudah dikatakan 100% kembali normal , namun kenyataannya Mami Arin yang selama ini bersama dengan dokter Keenan merasakan perubahan yang berbeda, merasa yang berada bersama saat ini bukan putranya.
Dan oleh sebab itu Mami Arin membiarkan ketika dokter Keenan meminta untuk tinggal sementara dulu di sini, tentu saja Mami Arin tidak banyak berkata lagi karena beliau berpikir jika dokter Keenan itu sudah dewasa dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang membahayakannya.
Hanya anggukan kepala yang dilakukan oleh dokter Keenan, laki-laki itu juga tidak tersenyum meskipun di depan Mami nya
Setelah kepergian Mami Arin, dokter Keenan duduk di sebuah ruang tunggu di mana ia masih melihat ke segala arah.
Jika orang melihat Dokter Keenan saat ini tentu saja terpesona, bukan hanya perubahan sifat dan karakternya tetapi perubahan fisik dokter Keenan yang begitu sangat tampan, berbeda dari 2 tahun yang lalu.
Bukan karena 2 tahun yang lalu dokter Keenan tidak tampan tetapi sepertinya setelah lama berada di Jerman dengan berbagai aktivitas dan juga pola hidup yang sehat membuat dokter Keenan semakin tampan saja, mungkin jika ada yang melihat saat ini begitu tertarik dan terpesona dengan ketampakan seorang dokter muda itu.
"Erva...."
"Erva...."
Dokter Keenan menyebut nama seorang perempuan tentu saja bukan karena dokter Keenan itu melihat sosok perempuan itu berada di bandara tetapi entahlah ingatannya kembali pada beberapa tahun yang lalu di mana ia dengan posisi seperti ini kembali dari tugasnya dan bertemu dengan Erva, tetapi sayang sekali pertemuan itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Erva yang menyandang status sebagai tunangannya.
Ya ingatan dokter Keenan kembali ke masa lalu, di mana ia masih mengingat tentang sosok Ervania, perempuan yang masih dicintainya saat ini tetapi karena kesalahan dan kebodohannya yang membuat ia harus rela berpisah dari Erva dan hingga akhirnya perempuan cantik itu memilih untuk menikah dengan laki-laki lain dan meninggalkan nya.
"Aku memang bodoh sudah menyia-nyiakan kamu yang begitu mencintai aku dan ini semua karena karma dari Tuhan untukku.."
Dokter Keenan tertawa sendiri mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu di mana ia yang tidak sengaja bertemu dengan mantan tunangannya sewaktu bertugas ke luar negeri dan tentu saja dokter Keenan yang masih mencintai mantan tunangannya itu langsung saja memperbaiki hubungannya hingga akhirnya ia yang sudah bertunangan dengan Erva menjadi berantakan tetapi sayang sekali hubungan yang ia jalani bersama dengan Amara, mantan istrinya itu tidak berlangsung lama, karena setelah menikah ternyata Keenan mengetahui dengan jelas tentang kebohongan Amara, yang bukan karena sesuatu hal tetapi memang Amara telah membohonginya hingga Amara meninggalkannya, tetapi karena sebuah penghianatan.
Dan berakhir kecelakaan tragis yang menimpa dirinya 2 tahun lalu itu yang membuat Keenan berpikir apakah ini karma dari Tuhan untuknya? karena sudah menyia-nyiakan perempuan yang baik yang juga sangat mencintainya dan lebih memilih perempuan lain.
Hingga akhirnya setelah merenung selama melakukan pengobatan terhadap kecelakaan nya itu, dokter Keenan sendiri tidak ingin membuka hatinya untuk seorang perempuan bahkan laki-laki itu sendiri juga ingin merubah semua sifat dan karakternya menjadi sosok laki-laki yang dingin, supaya tidak ada perempuan yang mendekatinya bahkan Keenan sendiri tidak berniat untuk menikah meskipun usianya sudah berkepala tiga lebih.
Dokter yang rupanya masih pewe dengan posisinya saat ini langsung saja membuka ponselnya, ia masih menyimpan beberapa foto Erva yang tersenyum manis padanya meskipun sudah beberapa kali Mami Arin mengambil ponsel Keenan dan menghapus foto Erva di dalamnya tetapi lagi lagi dokter Keenan bisa mendapatkan foto Erva lagi.
"Apa kabarmu Dek? pasti kamu sangat bahagia saat ini, entahlah mungkin jika kamu bertemu dengan aku kamu akan menertawakan tentang kondisi Aku, bukan karena aku catat atau bagaimana atau bukan karena aku tidak tampan lagi tetapi kondisiku saat ini menyedihkan. Aku memang secara fisik sudah sembuh total tetapi otakku sedikit geser, geser karena menerima karma yang sudah kamu berikan padaku, maaf atas semua kesalahan yang pernah aku perbuat kepadamu tetapi mungkin saja untuk menghapus rasa cinta aku padamu itu belum bisa, aku juga belum bisa move on dari kamu meskipun sudah 2 tahun lamanya kita tidak bertemu."
Dokter Keenan kembali lagi memandangi foto cantik Erva yang masih sendiri, padahal saat ini Erva sudah memiliki suami dan juga anak, tentu saja dokter Keenan tahu itu karena selama ia berada di Jerman, dokter Keenan meminta orang suruhannya untuk memberikan kabar lebih lanjut tentang kehidupan Erva di Indonesia.
Tentunya ada rasa senang maupun sedih, senang karena ternyata dokter Anjar bisa membahagiakan Erva dan bisa membuat Erva bahagia, bahkan dari informasi yang didapatkannya dokter Anjar tidak sama sekali membuat Erva sedih tidak seperti dirinya yang selalu menyakiti hati dan perasaan Erva.
Tetapi sedihnya, dokter Keenan tidak bisa merebut Erva kembali, karena dulu sebelum dokter Anjar menikahi Erva tentunya dokter Keenan mengatakan jika ia akan merebut kembali Erva jika memang dokter Anjar menyakiti dan menyia-nyiakan Erva tetapi sayang sekali semuanya tidak mungkin, karena selama 2 tahun ini dokter Anjar dan juga Erva terlihat sangat bahagia.
"Mungkinkah aku harus benar-benar move on dari kamu Dek? supaya tidak ada karma lagi yang menimpaku setelah ini?"
Sadar dengan kondisinya yang tidak mungkin untuk bersama dengan Erva, tidak mungkin juga ia akan menghancurkan rumah tangga seorang perempuan yang masih dicintainya, karena Erva sangat bahagia dengan keluarga kecil yang ia miliki.
Menutup kembali galeri yang ada foto Erva di dalam sana kemudian dokter Keenan menghubungi seseorang, sahabat baiknya yang juga selama 2 tahun ini tidak bertemu, hanya melakukan sambungan video call saja dengan dirinya dan pastinya ini adalah kejutan buat orang-orang yang dekat dengan dokter Keenan karena telah kembali, kembali membawa kebahagiaan lagi dan juga kehidupan yang benar-benar akan membuat Dokter Keenan menjadi sosok laki-laki yang sangat bahagia.
Beberapa menit kemudian....
"Bro!!"
Laki-laki tampan yang baru saja mendapatkan telepon dari dokter Keenan itu sudah sampai di bandara, entahlah merasa kaget, senang dan juga tidak percaya ketika melihat sosok sahabatnya ini yang sudah berada di depannya, sungguh ini benar-benar kejutan yang dirasakan oleh Dokter Rafli.
Dokter Rafli adalah sosok Dokter tampan yang usianya 11 12 yang dokter Keenan, bahkan kedua dokter tampan itu sama sekali belum menikah dan masih jomblo, entah apakah karena persahabatan keduanya yang benar benar sejati sehingga mereka juga belum sama-sama memiliki pasangan.
"Kenapa lo nggak percaya kalau gue sudah sembuh dan di sini?"
Dokter Keenan yang banyak bicara ketika di depan dokter Rafli pun langsung saja memeluk sahabatnya karena ia juga merasakan kangen dengan sahabat yang juga sudah membantu semuanya termasuk mengurus rumah sakit selamat dirinya menjalankan perawatan di Jerman.
Tentu saja hubungan keduanya sempat renggang, bukan karena terjadi percekcokan antara keduanya namun karena terpisah setelah lulus kuliah dengan dokter Keenan yang kembali ke Indonesia dan mengurus rumah sakit yang didirikannya sendiri sedangkan dokter Rafli memilih untuk menetap di Jerman hingga akhirnya mereka bertemu setelah kecelakaan itu dan setelah kondisi dokter Keenan sedikit membaik dan pulih dan entah mengapa dokter Rafli kembali ke Indonesia untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh dokter Keenan sembari menunggu kesembuhan dokter Keenan.
"Gue pikir kalau lo sudah innalillahi karena sudah beberapa hari ini lo nggak hubungin gue!!"
"Sialan lo!! Lo doanin gue supaya gue cepat mampoos !! supaya rumah sakit ini menjadi milik lo?"
"Hahaha tahu saja dengan pikiran gue, dan gue rasa memang seharusnya Lo bangun rumah sakit lagi supaya rumah sakit itu menjadi milik gue selamanya..."
Keduanya langsung sama sama tertawa, memang obrolan mereka terlihat seperti serius tetapi sebenarnya tidak, Dokter Rafli hanya bercanda saja dan tidak serius, tidak menginginkan rumah sakit yang sudah dibangun oleh dokter Keenan hanya mencairkan suasananya saja mengingat dokter Keenan yang selama ini berubah sikapnya dan itu dokter Rafli pun tahu dari Mami Arin sendiri.
Keduanya keluar dari bandara dengan Dokter Rafli yang mengemudikan mobilnya sementara dokter Keenan masuk ke samping, duduk di samping pengemudi.
Tentunya hanya dengan dokter Rafli lah dokter Keenan bisa berbicara panjang dan lebar bahkan sedikit tertawa, entahlah sahabatnya itu bisa berpikir positif jika bertemu dengan dokter Keenan yang membuat dokter Keenan nyaman tetapi bukan berarti nyaman sebagai seorang pasangan laki-laki dan perempuan tetapi dengan adanya dokter Rafli membuat dokter Keenan sedikit bisa menata hidupnya kembali.
"Mau ke rumah sakit atau langsung pulang?"
Untung saja dokter Rafli hari ini libur sehingga ia bisa menjemput dokter Keenan dan mengajak sahabatnya itu jalan-jalan yang pastinya dokter Raffi sangatsenang dengan kedatangan dokter Keenan, bukan semata-mata karena ia merindukan sahabatnya itu tetapi karena akan berkurangnya pekerjaannya setelah dokter Keenan kembali.
Tentunya setelah dokter Keenan kembali dan sembuh maka dokter Keenan akan menjabat sebagai direktur rumah sakit itu menggantikan dokter Raffi yang hanya sebagai atasan sementara sewaktu tidak ada Dokter Keenan, tetapi dokter Keenan juga tidak semena-mena, laki-laki itu tetap akan membuat sahabatnya berada di rumah sakit nya meskipun kepemimpinan akan jatuh kembali kepadanya.
"Restoran Jepang."
Dokter Rafli melongo ketika mendengar ucapan dari dokter Keenan mengapa setelah sampai di Jakarta yang diingat laki-laki itu hanyalah restoran Jepang, tidak pulang ke rumah untuk bertemu dengan keluarganya atau menuju ke rumah sakit melihat keadaan rumah sakitnya yang sudah lama 2 tahun ini tidak pernah dikunjunginya.
"Keen, lo masih ingat istri dari dokter Anjar?"
Pertanyaan dari dokter Rafli tentu saja tidak dijawab oleh dokter Keenan, meskipun begitu dokter Raffi juga paham jika sahabatnya ini masih memendam rasa cinta kepada istri dari dokter Anjar, yang tak lain tak bukan adalah Erva mantan tunangan dari dokter Keenan sendiri.
Ya meskipun sudah bersahabat lama tetapi juga tidak lama mereka bertemu kembali, namun dokter Keenan sudah menceritakan banyak hal kepada dokter Raffi termasuk kandasnya hubungannya dengan Erva hingga akhirnya Erva menikah dengan dokter Anjar.
"Apa lo mau gue carikan perempuan yang 11 12 mirip dengan Erva?"
"Tidak perlu, gue tidak tertarik lagi dengan seorang perempuan!!"
"Gila! bagaimana bisa lo nggak tertarik lagi dengan perempuan? lo adalah putra satu-satunya bokap lo dan pastinya kedua orang tua lo pastinya ingin keturunan dari lo, jika lo nggak nikah lalu siapa yang akan mewarisi semua ini? tidak mungkin jikalau nanti akan hidup selamanya pastinya juga akan mampoos!!"
Dokter Keenan menatap tajam ke arah dokter Rafli, kemudian laki-laki itu memberikan senyumannya.. entahlah ia tidak berpikir untuk menikah atau menjalin hubungan dengan perempuan yang artinya hatinya sudah benar-benar membeku, menutup rapat-rapat hatinya untuk seorang perempuan lagi kecuali jika perempuan itu Erva, maka dokter Keenan akan membukanya kembali dan menerima Erva dengan tangan terbuka bahkan dengan kondisi Erva saat ini yang sudah beranak.
"Jangan menggurui gue, lo sendiri harus ngaca! lo jomblo kenapa lo juga nggak nikah-nikah atau jangan-jangan lo tertarik sama gue sehingga lo nggak bisa lepas dari gue?"
Ujar Dokter Keenan yang tidak kalah sengit nya, lalu menatap tajam ke arah Dokter Rafli.
"Lobang masih enak kenapa juga harus main sama pedang? lagi pula entahlah gue sepertinya juga dapat karma dari lo karena sahabatan sama lo, hingga sampai saat ini gue juga susah menemukan perempuan yang benar benar di hati gue..."
Sepanjang perjalanan mereka berbagi cerita yang selama 2 tahun ini memang dokter Raffi tidak punya kesempatan untuk berkunjung menemui Dokter Keenan, bukan karena ia tidak mau tetapi karena pekerjaan dan juga tugas seorang dokter membuat ia hanya bisa ngobrol banyak dengan dokter Keenan itu lewat sambungan video call tetapi hari ini benar benar kedua sahabat itu akan menghabiskan waktu bersama.
Setelah menempuh perjalanan lima belas menit, akhirnya dokter Rafli sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran Jepang, restoran ini adalah restoran pertama kalinya dokter Keenan mengajak kencan Erva yang pastinya semua yang ada di ingatan dokter Keenan masih menjurus ke arah Erva.
"Sudah sampai, lo nggak mau turun?"
Tentu saja setelah dokter Rafli memarkirkan mobilnya di parkiran restoran Jepang, ia melirik sekilas ke arah sahabatnya mengapa sahabatnya itu malah memandangi restoran itu, tidak beranjak sedikit atau membuka sabuk pengamannya, hingga membuat dokter Rafli heran ada apa dengan sahabatnya itu atau mungkin otaknya tiba-tiba geser lagi, padahal sepengetahuan dokter Rafli, dokter Keenan sudah dinyatakan sembuh total, tidak ada pergeseran apapun itu yang membahayakan, tidak ada pendarahan di dalam otaknya tetapi kenapa setelah berada di depan restoran Jepang ini mendadak dokter Keenan menjadi seperti orang gila yang hanya diam tanpa berbicara apa-apa.
Tidak ada jawaban dari dokter Keenan, laki-laki itu membuka kaca pintu mobilnya dan memandangi sekitar restoran Jepang, tidak ada yang banyak berubah dengan restoran ini hanya mungkin terjadi penambahan di samping restoran Jepang itu mungkin karena banyak pengunjung yang tidak kebagian tempat di saat makan siang tetapi untuk keseluruhannya masih sama hingga akhirnya ingatan dokter Keenan kembali tertuju kepada beberapa tahun lalu di mana ia mengajak kencan Erva, pertama kalinya di sini dan menyatakan perasaannya kepada Erva di sini tentu saja mengingat itu semua Keenan tersenyum manis, senyum yang tidak pernah diberikan oleh siapapun juga, hanya dirinya dan juga Erva yang menjadi pemilik senyuman manis itu.
"Tidak salah lagi, lo memang benar-benar gila!! gue ragu dengan dokter Thomas yang di sana, jangan-jangan beliau memeriksa lo itu tidak tuntas atau malahan lo menyogok dokter Thomas supaya memberikan keterangan palsu supaya lo dinyatakan sembuh padahal sebenarnya otak lo memang geser."
Ada rasa bahagia tetapi juga sedikit ngeri pada Dokter Keenan saat ini, dokter Rafli pun hanya bisa mengucapkan seperti itu berharap dokter Keenan bisa sembuh total baik itu fisik maupun otaknya yang mana membuat dokter Rafli juga bingung mengapa setelah sampai di restoran Jepang sahabat nya itu tidak lantas turun dan masuk ke dalam, tetapi malah senyum-senyum sendiri sembari memandangi keadaan sekitar restoran Jepang.
"Gue memang gila!! gue memang gila karena tidak bisa melupakan masa lalu gue yang begitu menyenangkan, sudahlah cabut anterin gue pulang ke rumah!!"
"Ha?"
Keterlaluan! tentu saja Dokter Rafli melongo dengan ucapan dokter Keenan yang tiba-tiba memintanya untuk pergi dari parkiran ini tentu saja dikira dokter Rafli itu, dokter Keenan mengajaknya ke sini untuk makan siang tetapi salah, dokter Keenan malahan hanya memandang sekitar restoran itu tanpa beranjak ataupun turun untuk makan siang.
"Kenapa? nggak mau nganterin gue pulang?"
"Minta ke restoran Jepang kan? ini sudah sampai tetapi malahan lo minta pergi dari sini bukannya kita mau masuk dan makan siang?"
Jelas saja dokter Rafli bingung dengan pikiran dokter Keenan saat ini mengapa meminta dirinya untuk melajukan mobilnya menuju ke restoran Jepang tetapi setelah sampai di sana, dan hanya beberapa menit di sana, dokter Keenan memintanya untuk pergi lagi. Ada apa sebenarnya?
"Gue minta lo ke sini tetapi bukan berarti gue ingin makan kan? gue hanya ingin melihat saja apakah restoran ini masih sama dengan beberapa waktu yang lalu di mana gue dan Erva pertama kali kencan di sini."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!