NovelToon NovelToon

AKU BUKAN CEWEK MATRE

Bab 1. Kepergian Ibu

Adelia berlari ke jalan mencari bantuan untuk membawa ibunya ke rumah sakit. Tidak ada satu orang tetangga pun yang mengacuhkan. Semua berkata sibuk.

Cukup lama sudah Adel mencari mobil yang bisa membawa ibunya, tapi hasil tetap sama. Gadis itu tidak bisa menahan tangisnya. Dia takut kehilangan ibu. Keluarga satu-satunya yang dia miliki. Ayah pergi selamanya saat dia masih sekolah dasar.

Dari kejauhan Adel melihat ada becak, dia berlari dan menghentikan tukang becak itu. Adel meminta tolong untuk di bawa ke rumah sakit. Beruntung Bapak itu mau menolongnya.

Adel naik ke becak sepeda itu menuju rumahnya. Setelah sampai rumah, Adel dan bapak tukang becak itu mengangkat tubuh ibunya ke atas becak. Sepanjang perjalanan air mata Adel jatuh membasahi pipi.

"Ya, Tuhan. Apakah begini nasib orang miskin. Tidak ada yang sudi menolong. Coba saja yang meminta bantuan orang berada, semua berlomba-lomba ingin membantu," gumam Adel pada dirinya sendiri.

Hampir satu jam perjalanan barulah mereka sampai di rumah sakit. Maklum saja, tenaga bapak tua itu tidak bisa untuk melajukan becak. Dengan bantuan bapak itu, dia kembali mengangkat tubuh ibunya menuju IGD.

Adel memberi uang untuk sang Bapak. Namun, pria tua itu tidak mau menerimanya.

"Simpan saja, Nak. Kamu lebih membutuhkan itu. Bapak ikhlas menolong," ucap bapak tua itu. Adelia tidak bisa berkata-kata. Dia sangat terharu dengan kebaikan bapak tua itu. Hanya ucapan terima kasih yang bisa dia katakan.

"Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan dimurahkan rezekimu, Pak," doa Adel setelah bapak itu pergi.

Adel menunggu dokter yang sedang memeriksa kesehatan sang ibu. Tidak berapa lama, dokter itu keluar.

"Siapa keluarga pasien atas nama Bu Asih?" tanya Dokter itu.

"Saya, Dok," jawab Adel.

"Ibu Anda menderita menderita komplikasi dan harus segera di operasi agar tidak menjalar lagi ke bagian tubuh lainnya," ucap Dokter itu.

"Sakit apa Itu, Dok?" tanya Adelia.

"Komplikasi adalah penyakit yang muncul sebagai efek domino dari penyakit tertentu yang terjadi pada tubuh. Hal ini lantaran setiap organ dalam tubuh saling berhubungan, jika satu di antaranya terkena penyakit dan mengalami penurunan kinerja, akhirnya dapat mempengaruhi kinerja organ lainnya. Harus segera di operasi agar organ tubuh yang masih sehat tidak tertukar," jawab Dokter itu.

"Baiklah, Dok. Jadi apa yang harus saya lakukan?" Kembali Adelia bertanya. Dia tampak sangat gugup. Kuatir dengan keadaan ibunya.

"Pergilah ke administrasi, tanya apa yang harus kamu lakukan sebagai prosedur operasi," ujar Dokter itu.

Dokter itu lalu pergi dari hadapan Adelia, dia pamit karena akan melakukan operasi pasien lainnya. Gadis itu berjalan cepat menuju administrasi. Dia mendaftarkan ibunya untuk di operasi.

"Sebagai persyaratan Mbak harus membayar uang muka sebesar tiga juta," ucap wanita yang berada di balik meja pendaftaran itu.

"Mbak, apa tidak bisa di operasi jika saya belum memberikan uang muka?" tanya Adelia.

"Tidak bisa, Mbak. Itu memang persyaratan rumah sakit ini," jawab wanita itu.

Adel menarik rambutnya frustrasi. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak tiga juta dalam waktu dekat. Selama ini Adel hanya bekerja di sebuah mini market. Dengan hanya mengandalkan ijazah SMU, pekerjaan itu yang dapat dia lakukan.

Uang gaji Adel selama ini hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan. Bahkan, terkadang mereka kekurangan uang untuk belanja kebutuhan dapur.

"Baiklah, Mbak. Saya akan mengusahakan secepatnya. Saya pergi dulu. Ini nomor ponsel saya. Siapa tahu nanti dibutuhkan," ucap Adel.

Adel dengan langkah pelan meninggalkan rumah sakit. Dia memikirkan, dari mana uang dia dapatkan. Meminjam pada atasannya itu tidak mungkin. Bos nya pelit dan tamak.

Namun, Adel tidak putus asa. Dia mencoba meminta pinjaman pada seluruh tetangga. Tidak ada satu orang pun yang bersedia memberikan pinjaman.

Gadis itu tetap mencoba meminjam pada atasannya, seperti dugaan, sang majikan tidak mau memberikan. Adel tidak tahu lagi meski kemana mencari uang.

Dua jam telah berlalu. Pinjaman seratus ribu saja tidak dia dapatkan. Adelia duduk di taman, air matanya tidak dapat lagi di bendung.

"Ibu, maafkan aku anakmu ini. Aku belum bisa mendapatkan pinjaman untuk operasi kamu, Bu. Kemana lagi aku akan mencarinya?" tanya Adelia pada dirinya sendiri.

Adel memegang ponselnya. Layarnya telah retak dan buram. Paling jika terjual hanya dapat uang tiga ratus ribu rupiah. Dia juga butuh untuk komunikasi. Saat sedang memikirkan hal itu, ponselnya berdering.

Adel mengangkatnya dan terdengar suara seorang wanita. Meminta Adel segera ke rumah sakit. Gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan berlari mencari tukang ojek.

Setengah jam perjalanan, dia sampai di rumah sakit. Adel langsung menuju ruang IGD. Tampak seorang dokter keluar dari ruangan. Gadis itu langsung menghampiri.

"Keluarga pasien atas nama Bu Asih?" tanya Dokter itu saat melihat Adel.

"Iya, Dok. Bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Adel dengan suara gemetar.

"Maafkan kami, ibu Anda telah pergi. Semoga Anda bisa ikhlas menerima semua ini," ucap Dokter.

Adelia tidak tahu apa yang dokter itu katakan lagi. Semua terasa gelap baginya. Suaminya seakan mau runtuh. Rasanya semua seperti mimpi buruk. Gadis itu berlari masuk ke tempat ibunya terbaring. Jenazahnya telah ditutupi kain putih.

**

Adelia merasa kesepian dalam pemakaman ibunya. Tidak ada banyak orang yang datang karena mereka miskin. Hanya saja, Adelia masih berterima kasih untuk beberapa tetangga yang memilih datang ke pemakaman. Mereka bahkan memberikan beberapa bunga segar untuk diletakkan di atas makam ibunya.

Adelia duduk di samping makam, menatap tanah kuning yang menutupi tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa. Ia merenung tentang semua kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama. Adelia ingin sekali memeluk ibunya, tapi ia harus puas dengan hanya menatap makamnya saja. Harapan Adelia yang terakhir adalah bisa mendengar ibunya berkata-kata padanya sekali lagi.

Tetapi dunia tidaklah sempurna seperti yang diinginkan Adelia. Dia harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya telah tiada. Dia harus belajar hidup tanpa kehadiran ibunya.

Adelia berdiri di samping kuburan ibunya, memandang sekeliling pemakaman yang sepi. Dia tidak tahu harus berbuat apa selanjutnya. Gadis itu hanya merasa berat hatinya karena kehilangan sosok ibunya yang sangat dicintainya.

"Selamat jalan, Ibu. Mulai hari ini aku berjanji akan mencari uang yang banyak, akan ku taklukan dunia dengan uangku. Tidak akan ada yang boleh menghina dan meremehkan aku. Aku harus menjadi orang sukses," ucap Adelia pada dirinya sendiri.

...----------------...

Bab 2. Di Perusahaan

Tidak ada acara apa pun di rumah Adel. Selain karena dia tidak memiliki uang, dia juga yakin tidak akan ada yang mau melakukan pengajian di rumah kontrakannya.

Adel memasukan semua pakaiannya ke dalam tas. Dia tadi mencoba melamar jadi office girl di sebuah perusahaan di kota. Keberuntungan berpihak padanya. Dia langsung di terima. Besok Adel akan meninggalkan rumah kontrakannya.

Saat dia mencari berkas pribadinya, sesuatu jatuh dari laci. Adel mengambilnya. Sebuah cincin emas. Gadis itu baru ingat, jika ibunya pernah memberikan cincin ini untuknya.

"Maaf, Bu. Aku akan menjual cincin ini untuk biaya hidupku. Suatu saat akan aku ganti dengan yang lebih mahal. Percayalah, Bu. Aku janji akan menjadi orang kaya. Apa pun caranya," gumam Adel pada diri sendiri.

**

Pagi harinya, Adel langsung meninggalkan rumah kontrakannya. Dia telah memberikan kunci pada pemiliknya. Baju bekas orang tuanya yang masih layak pakai telah dia beri ke panti asuhan.

Adel mampir ke makam ibunya sebelum berangkat ke kota. Dia berlutut di samping makam sang ibunda.

"Tidak peduli apa yang aku lakukan untuk melupakan rasa sakit ini, jauh di lubuk hati, aku akan selalu tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa memeluk ibuku lagi. Ibu, aku merindukanmu. Bu, kehilanganmu telah mengurungku dalam kesakitan, penderitaan, dan kesengsaraan. Namun, aku tidak keberatan menderita, setidaknya itu telah membebaskanmu dari semua sakit. Aku merindukanmu," ucap Adel. Dia menjeda ucapannya. Beberapa saat kemudian, dia bicara lagi.

"Aku menangis tanpa henti ketika kamu meninggal, tetapi aku berjanji, aku tidak akan membiarkan air mata merusak senyum yang telah kamu berikan kepadaku ketika kamu masih hidup. Bu, doa harianku adalah bertemu denganmu lagi suatu hari nanti. Kebanyakan orang hanya bisa bermimpi melihat malaikat. Namun, aku merasa senang menjalani seluruh hidupku dengan satu malaikat, dan mengingatnya setelah dia terbang ke surga."

Setelah mengucapkan itu, Adel meninggalkan makam dan naik becak menuju terminal. Gadis itu menggunakan bus menuju ke kota.

Adel mencari kos yang dekat dengan perusahaan tempatnya bekerja. Dia telah menjual cincin peninggalan ibunya dan membayar kos. Setelah menyusun pakaiannya, Adel segera membaringkan tubuhnya.

Pagi hari yang cerah, Adel yang telah selesai berpakaian rapi segera berjalan menuju perusahaan. Dia menemui resepsionis bertanya tentang apa yang akan dia kerjakan.

"Mbak Adel, bisa temui Pak Candra. Biar dia yang akan mengatakan apa kerjaannya," ucap wanita itu.

"Di mana ruangan Pak Candra nya, Mbak?" tanya Adel dengan ramah.

"Mbak bisa jalan lurus hingga ujung. Sebelah kanan ruangannya Pak Candra," jawab Mbak resepsionis itu.

"Terima kasih, Mbak," ucap Adel. Dia lalu berjalan lurus seperti yang dikatakan wanita resepsionis tadi. Sampai di ujung, Adel terdiam. Dia lupa yang mana ruangan Pak Candra.

"Kanan apa kiri ya?" tanya Adel dalam hatinya. Cukup lama berpikir, akhirnya Adel masuk ke ruangan sebelah kiri. Tanpa membaca lagi dia mengetuk pintu.

"Masuk ...," ucap suara seseorang dari dalam.

Adelia lalu berjalan masuk ke dalam ruangan. Terlihat seorang pria duduk di kursi kebesarannya.

"Kamu siapa?" tanya pria itu dengan suara arogan.

Adel memandangi pria dihadapannya tanpa kedip. Pria itu sangat tampan. Adel sampai terdiam terpaku.

"Kamu siapa? Ada perlu apa?" tanya pria itu dengan bentakan membuat Adel tersadar dari lamunannya.

"Saya Adelia Embun Chalandra, Pak. Saya yang kemarin melamar sebagai office girl," jawab Adel dengan gemetar.

"Apa urusan saya dengan office girl. Kamu salah alamat! Tanya sama Candra. Sekarang kamu keluar!" perintah pria itu.

"Bapak bukannya Pak Candra?" tanya Adel dengan gugup.

"Bukan, saya Daniel Alexandro Lewis. Pemilik perusahaan ini. Saya tidak ada waktu melayani seorang office girl seperti kamu! Saya minta keluar sekarang. Kamu sudah membuang waktuku," ucap Daniel.

"Maaf, Pak. Saya salah masuk ruangan. Saya pamit," ujar Adelia. Dia lalu meninggalkan ruangan itu dengan langkah seribu.

Di luar ruangan, Adel memegang dadanya yang terasa berdetak lebih cepat. Dia takut gara-gara salah masuk ruangan, dia akan di pecat.

"Dasar pemarah. Apakah setiap orang kaya itu sombong dan angkuh. Untung saja Pak Daniel itu ganteng. Tapi, dia masih sangat muda. Apakah Pak Daniel teleh menikah. Seandainya dia jodohku," gumam Adel dalam hatinya.

Adelia lalu menghayal berpacaran dengan Daniel. Pergi ke luar negeri dan membeli semua barang bermerek. Dari baju, rok, sepatu dan tas. Lamunan Adel terhenti saat ada yang memegang bahunya.

"Ada apa sih, Pak? Bapak menghentikan lamunan saya saja," ucap Adel spontan. Saat terdapat dengan omongannya, gadis itu menutup mulutnya.

"Kamu kalau mau melamun di toilet. Jangan di sini!" ucap Pria itu sedikit ketus.

Menyadari ucapannya yang salah, Adel hanya bisa nyengir saat di bentak. Lagi pula dia tidak mau kehilangan pekerjaan ini.

"Maaf, Pak. Saya tadi hanya bercanda," ucap Adel menjawab bentakan pria itu.

Pria itu menatap Adel dari ujung rambut hingga kaki. Tubuh Adel yang tinggi semampai dan tubuh ramping dan kulit putih mulus membuat pria itu tertarik.

"Kamu cari siapa? Kenapa malamun di depan ruangan Pak Daniel. Pasti kamu tadi menghayalkan Pak Daniel," ucap pria itu.

"Iya, Pak. Bapak kok tahu?" tanya Adel.

"Pak Daniel itu memang impian setiap gadis. Jangan mengkhayal yang jorok tentang Pak Daniel. Kembali ke laptop, eh maksudnya kembali ke pertanyaan saya tadi. Kamu siapa dan mencari siapa?"

"Saya Adelia Embun Chalandra, gadis yang melamar sebagai office girl di sini. Kemarin saya di minta datang. Saya ingin bertemu Pak Candra," jawab Adel.

Kembali pria itu menatap wajah Adel tanpa kedip. Jika dilihat dari postur tubuh, gadis itu bisa menjadi model.

"Saya Candra. Mari masuk ke ruangan saya. Akan saya katakan apa saja yang harus kamu lakukan," ucap Candra.

Dia berjalan masuk ke ruangan sebelah kanan. Adelia mengikuti dari belakang. Pak Candra mengatakan apa saja yang harus Adel lakukan setiap harinya.

"Jadi saya khusus melayani Pak Daniel, Pak?" tanya Adelia.

"Ya, dan jangan coba-coba menggodanya. Dia sangat galak!" ucap Pak Candra.

"Siap, Pak," ucap Adel.

"Jadi Pak Daniel itu masih lajang. Dia baru saja patah hati di tinggal sang kekasih. Apakah aku harus mendekatinya untuk dapat merubah nasibku?" tanya Adel pada dirinya sendiri.

...----------------...

Selamat Pagi. Mama hadir dengan novel terbaru lagi. Mohon dukungannya. Jangan menumpuk bab. Baca setiap bab yang update. Terima kasih.

Bab 3. Hari Pertama Kerja

Setelah mengetahui tugasnya, Adel di minta ke pantry di kantor. Gadis itu membersihkan meja tempat karyawan lainnya membuat air minum. Beberapa karyawan yang melihatnya menatap tanpa kedip. Seseorang akhirnya berani mendekati.

"Karyawan baru?" tanya pria itu.

"Iya, Mas." Adelia menjawab dengan ramah sambil tersenyum.

"Bagian apa?" tanya karyawan yang lain.

"Bersih-bersih ruangan Pak Daniel dan buatkan minum untuknya," jawab Adelia.

"Hati-hati sama Pak Daniel. Tidak ada yang betah kerja dengan Pak Daniel. Dia galak. Tak suka cewek pecicilan, jadi jangan genit dan ganjen," ucap salah satu karyawan wanita.

"Aku suka tantangan. Semakin galak, aku semakin suka," jawab Adel.

"Belum tahu aja kamu, kita taruhan berapa lama kamu bisa bertahan dengan Pak Daniel," ucap karyawan lainnya.

"Tantangan yang menarik. Mas dan Mbak mau bertaruh berapa?" tanya Adel.

"Jika kamu bisa bertahan satu bulan saja, kami akan beri kamu uang satu setengah juta. Kami akan patungan. Tapi jika kamu tidak bisa bertahan hingga satu bulan, kamu yang harus bayar kami," ucap karyawan lainnya.

"Setuju. Deal!" ujar Adelia.

"Sebagai jaminan, sini KTP kamu," ucap karyawan wanita itu.

"Aku juga butuh jaminan, KTP salah satu dari kalian," ucap Adel.

"Kami tidak akan pergi dari perusahaan ini," jawab karyawan yang pertama menghampiri dirinya tadi.

"Aku tetap butuh jaminan, biar adil," ucap Adel.

Kelima karyawan itu nampak berunding dan akhirnya menyerahkan salah satu KTP mereka. Sebenarnya mereka ragu, tapi sudah terlanjur buat taruhan.

Mereka lalu berkenalan. Setelah itu Adel meninggalkan ruang pantry menuju ruangan Bos Daniel. Dia membuat segelas teh hangat.

Dengan rasa percaya diri, gadis itu menuju ruang Pak Daniel. Dia tersenyum sambil membayangkan wajah ganteng bos nya itu.

Sampai di depan ruangan Pak Daniel, Adel menarik napas dalam. Membayangkan wajah tampan itu marah. Dengan pelan dia mengetuk pintu. Terdengar sahutan dari dalam ruangan yang mempersilakan dia masuk.

Adel berdoa sebelum masuk ke ruangan. Berjalan perlahan masuk. Dia melihat Daniel yang sibuk dengan laptopnya.

"Selamat Pagi, Pak. Segelas kopi untuk menemani kerja Pak Daniel," ucap Adel dengan senyum semringah.

Perhatian Daniel yang awalnya ke laptop teralihkan ke wajah sang karyawan. Adel langsung memberikan senyumannya.

"Selamat Pagi. Letak saja di sana. Sekarang kau boleh pergi!" ucapnya dengan ketus.

"Baiklah, Pak." Adel lalu melangkah pergi. Baru saja dia akan membuka pintu, namanya di panggil.

"Hei, kamu."

Adel membalikan tubuhnya dan tersenyum dengan manjanya. "Saya, Pak?" tanya Adel.

"Siapa lagi kalau bukan kamu? Apa ada orang selain kamu?" tanya Daniel dengan suara tinggi.

"Ada, Bapak juga orang 'kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Daniel, dia justru balik bertanya.

"Jangan kurang ajar ya. Aku bisa pecat kamu sekarang juga!" bentak Daniel.

"Apa kesalahan saya sehingga Bapak ingin memecat? Hanya karena pertanyaan tadi? Ada yang salah dengan pertanyaan saya?" Adel memberondong banyak pertanyaan.

"Saya bisa tuntut balik Bapak, jika di pecat tanpa kesalahan yang jelas," ucap Adel lagi.

Sejak meninggalnya sang ibu, Adel telah bertekat akan menaklukkan dunia. Dia tidak akan lemah dan mudah ditindas apa lagi sama orang kaya.

Daniel memandangi wajah Adel tanpa kedip. Dia tidak menyangka gadis itu berani menjawab setiap ucapannya.

"Saya tidak suka dengan kopi buatan kamu, terlalu manis!" jawab Daniel.

Daniel tidak tahu harus menjawab apa. Baru sekali ini ada karyawan yang berani menjawab ucapannya. Namun, dia suka. Daniel suka dengan cewek yang tidak manja.

"Saya bisa membuat ulang. Saya tadi membuatnya sesuai takaran yang Pak Candra berikan. Namun, jika masih tidak sesuai dengan selera Bapak, akan saya buat sekali lagi. Tolong beri tahu takarannya, biar saya tidak keliru lagi," jawab Adelia.

Daniel menatap Adel dari ujung rambut hingga kaki. Bukannya gadis itu tak menyadari, tapi dia pura-pura acuh saja.

"Gadis ini sebenarnya cukup menarik. Cuma tidak di tunjang dengan pakaian bagus saja," ucap Daniel dalam hatinya.

"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang kamu bisa pergi. Kehadiran kamu mengganggu konsentrasi saya!" ucap Daniel masih dengan suara ketus.

Adel langsung melangkah meninggalkan ruangan Pak Daniel dengan menggerutu.

"Dasar orang kaya. Seenaknya membentak. Padahal aku rasa takarannya sudah pas. Kamu pikir saya akan mundur setelah kamu bentak. Tidak akan Pak Daniel. Pak Candra telah berjanji akan memberikan saya bonus jika bisa bertahan dengan bentakanmu. Baru segitu bentakanmu, belum seberapa bagiku. Siap-siap Pak Daniel, kamu harus berhadapan dengan saya," gerutu Adel.

Karyawan yang melihat Adel mengomel sendiri, tampak tersenyum bahagia. Mereka yakin Adelia tidak akan betah dan sanggup. Belum lagi jika Pak Daniel sedang banyak kerjaan. Sebagai pelampias kekesalannya pasti selalu office girl.

"Bagaimana Adel, kamu masih bisa bertahan?" tanya karyawan yang saat berkenalan menyebut namanya Toni.

"Tentu saja. Siapa yang bilang Pak Daniel pemarah? Saya rasa tidak. Saya yakin akan bisa mengambil hatinya," ucap Adel dengan lirih.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!