...- PROLOG -...
...----------------...
Ah!
Gralind tampak mendes*h pelan saat Troy mulai menggerakkan badannya diatas tubuh gadis itu, sudah hampir setengah jam mereka bermain, keringat sudah bercucuran sampai akhirnya mereka berdua menemui ******* mereka.
"ARGH!" Troy mengangkat kepala menatap langit-langit kamar melepaskan sisa-sisa kenikmatan yang dia capai.
Gralind menutup mata pelan, dia tidak tahu kondisi sekitar sedang bagaimana sekarang, ia hanya menghela napas pelan saat ia merasakan tubuh besar Troy tidur di sampingnya.
Gralind membuka sebelah matanya dan menatap ke arah Troy, Troy tersenyum kemudian mengecup pipi Gralind.
"Terimakasih, selama dua tahun menikah dengan Tania, saya tidak pernah diberikan hak seorang suami, baru kamu wanita pertama yang saya masuki," bisik Troy pada Gralind.
Gralind tersenyum, dia meraih baju tidurnya kemudian memakainya, dia mengusap wajah Troy yang tampak tertidur pelan.
"Terimakasih kembali, Bapak Kost-ku."
-
Gralind menatap dirinya di cermin setelah pertempuran yang pertama kali merenggut status keperawanannya itu, bukannya sedih, dia malah senang, karena satu langkah lagi, dia akan benar-benar memiliki semuanya.
Mungkin kalian tidak tahu, apa sebenarnya niat dibalik senyum miris penuh kemenangan Gralind di depan cermin itu.
"Mama, sebentar lagi, dendam kita akan terbalaskan, Gralind berjanji akan merenggut kebahagiaan miliknya, Gralind pastikan dia akan merasakan sakitnya, Ma," ujar Gralind menatap foto Almarhum sang Ibu.
Gralind bangkit, dia berjalan menuju jendela kamar kemudian membukanya, melirik ke arah ranjang dimana Troy sedang tidur pulas.
"Aku Gralind, seorang Dosen Muda berusia Dua Puluh Empat Tahun, menjadi simpanan Bapak Kost, bukanlah keinginanku, tapi sudah menjadi niatku, aku tahu kalian tidak akan paham, biar aku cerita semuanya."
...----------------...
...----------------...
"Mama! Mama jangan pergi!" Gralind berteriak disamping tubuh sang ibu yang sudah tidak bernyawa.
Darah mengalir dari pelipis sang ibu, menggenangi aspal yang sudah dibanjiri air hujan kala malam itu, malam itu mereka terusir dari rumah keluarga mereka dikarenakan sang Ayah lebih memilih menceraikan ibunya begitu saja demi wanita lain.
Di tengah putus asa mereka, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantam tubuh sang ibu, Gralind tinggal terpuruk dibanjiri hujan, menangis dalam diam, menatap tubuh yang sudah tidak bernyawa.
"ARGH!"
Gralind membuka matanya, air hujan masih membasahi tubuhnya, dia meringkuk di halte bus, saat kejadian enam tahun lalu itu teringat kembali.
Sejujurnya dia menderita Post Traumatic Disorder terhadap hujan, dimana saat turun hujan, dia selalu tenggelam dalam masa lalunya, sebentar vitage film yang bergerak dengan cepat, menghantam jiwa Gralind.
"Lind! Lind!"
Gralind membuka mata, dia menatap sosok perempuan lain di sampingnya. "S-Siapa, kamu?"
Perempuan itu menelisik wajah Gralind malas, dia menghela napas panjang karena tahu akan begini jadinya. "Gralind, ini gue Vinoy, asisten lo."
Gralind menundukkan kepala dia menghela napas panjang kemudian kembali mengingat. "Ah, aku tidak ingat!"
Vinoy tampak meraih sebuah laptop dari dalam tasnya kemudian memperlihatkan semua ingatan-ingatan penting untuk Gralind.
"Gimana, inget?"
"Yah, aku inget, maaf yah, efek hujan aku jadi begini lagi, biasanya kalau hujan kita selalu kabur ke kota lain," jawab Gralind yang perlahan mengingat semuanya.
Vinoy hanya bisa menghela napas, asisten sekaligus sahabat Gralind itu sudah paham, semenjak ibu Gralind meninggal, Gralind memang mengalami trauma panjang terhadap hujan yang membuatnya amnesia jangka pendek, tapi sepanjang itu pula Gralind membangun dirinya menjadi orang yang terkenal.
Di usia yang sudah menginjak dua puluh enam, Gralind sudah menjadi pengusaha muda di kota lain, dan Vinoy adalah asistennya.
Gralind menatap langit mendung sehabis hujan, ia menatap dalam ke arah jalan yang basah sembari menunggu bus.
"Lo yakin gamau gue anterin aja ke kost-an itu, gausah naik bus kali, lagian disini rawan hujan, gue khawatir aja lo bakalan kenapa-kenapa, Lind."
Gralind terhenyak. "Tekadku udah bulat Noy, dendam enam tahun lalu harus dibalas tuntas, dan jalan satu-satunya adalah ini."
"Tapi Lind."
"Udahlah Noy, aku tahu maksud kamu baik, tapi aku udah memikirkan ini matang-matang jadi jangan halangi aku."
Gralind melirik ke arah samping, tampak Bus datang dan berhenti di depan halte tempat Gralind dan Vinoy duduk.
Gralind meraih tasnya, dia memakai jaketnya yang dipadu dengan kaus polos dan celana jeans dengan rambut di kuncir kuda, berbeda jauh dari penampilan yang biasanya.
"Kamu pantau aku dari jauh aja yah, aku gamau penyamaran identitas ini terbongkar dan sebisa mungkin gak ada yang tahu kalau kepindahan diriku ke kota ini juga dikarenakan aku menjadi dosen di salah satu universitas disini."
Vinoy mengangguk, dia menatap Gralind yang sudah membawa Tasnya masuk ke dalam Bus, Vinoy dengan berat hari melepaskan kepergian Gralind yang akan menuntaskan dendamnya.
Dia akan melakukan itu dengan nama Gralind tapi bukan berstatus Dosen atau Pengusaha kaya, melainkan seorang Gadis desa yang harus tinggal di kost-an milik Wanita yang sudah merenggut kebahagiaan ibunya, enam tahun lalu.
...----------------...
Tambahkan ke Perpustakaan kamu yah, jika kamu suka dengan Karya ini! Btw karya ini akan mengandung hubungan sebelum pernikahan, adegan sentuhan yang tidak boleh ditiru, ambil sisi hiburan yah~ cerita ini tidak terpaut dengan agama atau alokasi kehidupan dunia nyata.
Ini adalah cerita fiksi berbasis tulisan untuk hiburan, be smart, and i love u!
...----------------...
"Jadi kamu yang bakal ngekost disini?" Seorang pria yang berusia kira-kira tiga puluh tahunan menatap ke arah Gralind.
Dari wajahnya, Gralind bisa melihat jelas garis wajah asia disana, alis yang lumayan tebal dan dagu menawan. "Kenalin, aku Albar, adik Mbak Tania pemilik Kost-an ini."
Albar menjulurkan tangannya, Gralind terdiam sejenak, pria di hadapannya adalah adik dari wanita yang menghancurkan keluarganya di masa lalu.
"Halo?"
Gralind tersadar. "A-Aku, Gralind, Bu Tania dan Pak Troy pemilik kost ini kemana?"
"Kak Tania sih sibuk yah, kalau Bang Troy suaminya Kak Tania, dia yang biasa jadi Bapak Kost disini cuma dia keluar sebentar buat beli bahan dapur, soalnya di kost ini, bahan dapur bersama di isi sama pemilik, jadi Bang Troy nyuruh aku buat buat nemenin kamu, lihat-lihat."
Gralind mengangguk pelan, dia mengerti maksud dari Albar. "Jadi, Boleh kita lihat-lihat sekarang?"
"Boleh, dong! Ayok ikut aku," Albar mengajak Gralind untuk masuk ke dalam kost-an sembari terus menjelaskan. "Kost-an ini khusus cewek yah, ada delapan kamar, empat udah terisi ditambah kamu jadi lima, nah kamar kamu ada di koridor pertama, satu koridor ada empat kamar, nah koridor pertama ini belum ada isi, baru kamu sendiri, gapapa kan?"
Gralind menganggukkan kepala pelan, Albar sendiri sedang mencari kunci untuk calon kamar Gralind. "Silakan, fasilitas sudah kami sediakan, ada WiFi Gratis, ada kamar mandi dalam, ranjang, lemari dan listrik sama air itu ditanggung Bang Troy."
Gralind mengecek masuk ke dalam kamar, rapih dan bersih, untuk ukuran kamar yang kosong disini lumayan bersih, mirip apartemen saja.
"Bagus, aku suka, ada balkonnya lagi, aku gak percaya ini kamar kost-an," jawab Gralind.
"Maklumlah, Bang Troy kan Arsitek, jadi dia yang Desain semua ini," jelas Albert melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. "Kata Bang Troy, harga perkamarnya itu satu juta dua ratus, terima beres semua fasilitasnya, kalau mahal bisa nego kok."
"Aku ambil!" jawab Gralind cepat.
Tidak heran bagi Gralind, fasilitas seperti ini tampaknya sosok bernama Troy itu hanya menjadikan Kost-nya sebagai side-job bukan main-job mengingat dia adalah arsitek terkenal katanya.
"Aku sewa untuk satu tahun kedepan, bisa aku minta rekeningnya?" lanjut Gralind.
Albar mengangkat tangan, dia meraih ponselnya dan memberikan rekening milik Abang Iparnya itu. "Nih rekening, Bang Troy."
Gralind tampak mengotak-atik aplikasi online banking miliknya dan mengirim nominal yang harus dia bayar selama setahun, setelah selesai dia menunjukkan monitor ponselnya kepada Albar.
"Oke, kamu untuk ukuran mahasiswa dari desa cukup kaya yah, bisa menyewa kamar kos ini setahun full," ujar Albar pada Gralind.
Gralind tersendak, dia harus beralasan apa sekarang. "Alhamdulillah, Ayahku adalah petani yang sukses disana, kamar kost ini bisa aku tempatin sekarang, kan, aku mau istirahat."
"Boleh, mau aku bantuin angkut barang-barang kamu?"
"Gausah, aku kesini cuma bawa badan dan baju-baju aja, fasilitas penunjang lainnya kayaknya bakal aku beli deh," jawab Gralind pada Albar.
Albar memberi tanda jempol, Gralind masuk ke dalam kamar menyeret kopernya, dia mengunci pintu dan berjalan ke arah meja rias yang disediakan disana.
Dia menatap wajahnya sendiri, di cermin, wajah dengan kacamata tebal, rambut di kuncir kuda, sangat jauh dari kata biasanya, Gralind menghela napas, dia melepaskan kacamatanya itu dan juga kuncir rambutnya
Membiarkan rambutnya tergerai, cantik dan sempurna, itu adalah Gralind. "Mama, aku sudah masuk ke dalam neraka ini, aku akan pastikan dendam kita terbalaskan."
Gralind menatap foto ibunya dan beralih duduk di kursi meja rias, dia membuka laptopnya dan mencari tahu tentang Troy.
Troy adalah seorang pria berusia Tiga Puluh enam tahun, dia adalah suami kedua Tania setelah Tania bercerai dengan ayah Gralind dan meninggal.
"Pria berdarah Denmark ini adalah sasaran empuk, akan ku berikan rasa bagaimana indahnya ketika kebahagiaan kita direnggut, akan aku buka topengmu, Tania!" bisik Gralind dalam hatinya.
Dendam membara sudah mengalir di darahnya, sudah cukup untuknya diam, kebahagiaan miliknya sudah direnggut, dan dia tidak akan membiarkan perenggut itu berbahagia sendiri.
Gralind membuka buku catatannya, dia menulis sesuatu dengan pena bertinta air mata. "Jika hal ini membuatku masuk ke dalam neraka, setidaknya biarkan dia menyusulku ke neraka."
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!