"Jessy, apa kau tahu siapa yang mengisi seminar besok ?" ucap seorang gadis saat baru duduk di bangku sebelah sahabatnya tersebut.
Gadis yang bernama Jessica itu hanya menanggapinya dengan mengedikkan bahunya.
"Mr Jason, pangeran impianmu." sebut Elle sang sahabat yang tentu saja membuat Jessica langsung melotot tak percaya.
Ya gadis itu adalah Jessica Collins, gadis berusia 22 tahun itu kini sedang menempuh pendidikan designer di sebuah universitas di Paris dan ia sangat mengidolakan seorang pengusaha sukses dan tampan di kota tersebut. Meskipun usia pria itu sudah menginjak 37 tahun tak membuat pesonanya luntur hingga di gilai oleh banyak wanita termasuk dirinya.
Apalagi dengan statusnya yang sudah menduda selama lima tahun membuat pria itu di berikan predikat sebagai pria tersetia karena tak kunjung memiliki pasangan.
"Tapi aku curiga apa jangan-jangan Mr Jason itu g4y ya ?" ucap Elle yang langsung mendapatkan keplakan dari sahabatnya itu.
"No Elle, dia belum mempunyai pasangan hingga sekarang mungkin karena belum menemukan yang tepat." bela gadis itu seraya menatap foto pria yang sengaja ia gunakan sebagai Wallpaper di macbooknya tersebut.
"Dan menurutmu kau wanita yang pas itu ?" cibir Elle menatap sang sahabat.
"Siapa tahu, jodoh tidak ada yang tahu bukan ?" timpal Jessica yang selalu optimis.
"Tapi dia pria yang sudah sangat dewasa Jessy dan dia lebih pantas bersanding dengan tante-tante bukan gadis sepertimu, lagipula jika itu terjadi kau lebih mirip seperti sugar baby baginya dan apa kau tidak ngeri saat membayangkannya ?" Elle mencoba memengaruhi pikiran sahabatnya itu siapa tahu akan berubah pikiran, karena banyak sekali pemuda yang menaruh hati padanya. Namun pilihan gadis itu justru jatuh pada pria dewasa yang kehidupannya masih sangat misterius.
"Membayangkan apa ?" Jessica langsung mengernyit tak mengerti.
"Perhatikan lengannya itu? terlihat sangat besar dan liat, aku jadi membayangkan yang lainnya juga itu pasti akan sangat mengerikan." ucap Elle seraya menunjuk wallpaper di layar macbook gadis itu.
Jessica yang mendengar penuturan sahabatnya itu seketika menelan ludahnya, lantas pandangannya beralih ke arah macbooknya tersebut. Di sana nampak seorang pria dengan tubuh yang begitu terbentuk memenuhi layar monitornya.
Lengannya sangat kekar dan berotot, pasti bagian tubuh yang lain juga sama. Jessica jadi penasaran dengan isi di balik Tshirt yang pria itu kenakan.
"Astaga kenapa pikiranku jadi kotor begini ?" Jessica langsung merutuki pikirannya sendiri.
Lalu pandangannya beralih ke bagian wajahnya di mana pria itu memiliki garis rahang yang sangat tegas. Hidungnya mancung dan sorot matanya seperti elang yang sedang bersiap menerkam mangsanya.
"Benarkan pria itu sangat mengerikan? tidak, aku tidak bisa membayangkannya Jessy." ucap Elle yang kembali mendapatkan keplakan dari sahabatnya itu.
"Dasar mesum." cibir Jessica menanggapi.
"Kau juga berpikiran yang sama denganku bukan ?" balas Elle tak kalah meledek sembari berlari menjauh sebelum gadis itu kembali mengeplaknya untuk kesekian kalinya.
Jessica hanya menanggapinya dengan smirk kecil, entahlah sejak usianya belasan tahun ia sudah sangat tertarik dengan pria dewasa. Menurutnya pria dewasa lebih mampu membuatnya bahagia dan takkan tega menyakitinya.
Mungkin karena masa kecilnya yang kurang begitu mendapatkan kasih sayang dari sang ayah, hingga membuatnya ingin mendapatkannya dari pria lain dan tanpa ia sadari lambat laun kesukaannya beralih pada pria dewasa dan bukan pria seumurannya.
Keesokan harinya.....
"Ah sial !!
Jessica langsung melompat dari ranjangnya saat melihat jam yang telah menujukkan pukul 7 pagi, harusnya ia sudah berada di kampusnya namun kini mandi pun belum ia lakukan.
Kemudian gadis itu segera berlalu menuju toiletnya untuk melakukan ritual mandi kilat, entah bersih atau tidak ia tak peduli karena kalau tidak cepat maka ia akan terlambat menghadiri seminar.
Hari ini idolanya itu akan mengisi seminar di kampusnya dan ia ingin datang tepat waktu meskipun tak mungkin akan di liriknya karena ratusan mahasiswa pasti akan hadir di sana.
"Semangat Jessy, aku yakin pria itu jodohmu." gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.
Kemudian gadis itu segera mengemudikan mobilnya sembari sebelah tangannya menyisir rambutnya dan di mulutnya terlihat sepotong roti tanpa olesan apapun.
Hidup seorang diri di Paris membuatnya lumayan kewalahan mengingat di rumahnya ia adalah seorang nona muda dengan banyak pelayan yang melayaninya.
Berkali-kali Jessica nampak menekan klakson mobilnya saat terjebak kemacetan di depannya tersebut. "Astaga, aku bisa terlambat kalau begini." gumamnya lantas mengambil minuman untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
Sembari menunggu macet terurai gadis itu nampak mengambil lipstik di dalam dashboard mobilnya, lalu segera mengolesnya di bibirnya. Namun tiba-tiba terdengar suara klakson nyaring di belakangnya hingga membuatnya terkejut dan menjadikan polesan lipstiknya berantakan kemana-mana.
"Astaga kenapa aku jadi seperti badut begini." gerutunya lantas segera mengambil tisu untuk mengelap bibirnya sembari sebelah tangannya mengemudikan mobilnya membelah jalanan yang mulai sedikit longgar itu.
Beberapa saat kemudian gadis itu telah sampai di kampusnya dan segera berlalu menuju aula, sepertinya ia terlambat datang.
Tak ingin kehabisan kursi gadis itu segera berlari menuju pintu belakang gedung tersebut karena menurutnya lewat sana lebih dekat dan akan cepat sampai. Namun tiba-tiba.....
Brukkk
Jessica nampak tak sengaja menabrak seseorang hingga membuatnya hampir terhuyung jatuh, beruntung sebuah tangan kekar langsung menariknya lalu membawanya ke dalam pelukannya.
Merasa berada dalam dekapan seorang pria, Jessica segera mengangkat wajahnya untuk memastikan siapa pria itu dan detik selanjutnya gadis itu langsung tercengang bahkan kini tubuhnya tiba-tiba kaku.
"Mr. Jason ?" gumamnya dalam hati karena untuk berucap pun bibirnya tak mampu bergerak.
Begitu juga dengan pria itu yang juga tercengang saat melihat gadis dalam dekapannya tersebut dan kini pandangan keduanya terkunci beberapa saat hingga membuat Jessica seperti berada dalam mimpi. Jika ini memang mimpi ia tak ingin bangun untuk selamanya.
"Apa kau sengaja ingin menggoda para pria dengan lipstikmu itu ?" ucap pria itu dengan suara baritonnya sembari mengusap lembut bekas lipstik di tepi bibir gadis itu yang nampak sedikit berantakan dengan ibu jarinya.
Kemudian pria itu segera menegakkan badan gadis itu hingga kini posisi mereka tak lagi berdekatan, lalu tanpa berkata-kata lagi pria itu segera berlalu pergi dari sana meninggalkan Jessica yang masih tercengang dengan kejadian yang tiba-tiba saja itu.
Gadis yang masih berdiri di tempatnya itu nampak tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ia tak menyangka bisa berada sedekat itu dengan idolanya tersebut. Bahkan pelukan lengan kekar pria itu masih begitu terasa jelas di tubuhnya dan sentuhan hangat di bibirnya membuatnya hampir tak berdaya.
"Sepertinya aku akan pingsan." gumamnya, Jessica benar-benar telah terjerat oleh pesona hot duda tersebut.
"Jessy apa yang sedang kamu lakukan di sini ?" Elle yang baru menghampiri Jessica nampak menepuk pundak gadis itu.
"Elle, sepertinya aku sedang bermimpi." timpal Jessica yang masih berdiri di tempatnya tersebut.
"Aku tidak tahu maksudmu Jessy, tapi cepatlah masuk aku sudah menyisakan tempat duduk untukmu." ajak Elle kemudian.
"Gandeng aku Elle, apa kamu tidak lihat kakiku rasanya sudah seperti jelly yang sedang meleleh." ucap Jessica dan itu membuat sahabatnya tersebut langsung geleng-geleng kepala.
Gadis itu memang terkadang suka bersikap absurb dan sedikit di luar nalar menurutnya. "Dasar anak manja." gerutu Elle sembari menarik tangan sahabatnya itu lalu membawanya masuk ke dalam gedung aula tersebut, sepertinya Elle tidak tahu apa yang baru saja terjadi dengan sang sahabat.
Sesampainya di dalam aula Jessica merasa sangat beruntung karena mendapatkan tempat duduk paling depan, sahabatnya itu memang benar-benar bisa di andalkan. "Elle, bagaimana bisa kamu mendapatkan tempat duduk di sini ?" tanyanya penasaran.
"Tentu saja, aku sudah berada di sini sejak pukul 5 pagi." sahut Elle yang sontak membuat Jessica melotot tak percaya, namun ia juga sangat bersyukur.
"Terima kasih Elle, kau memang sungguh luar biasa." Jessica langsung memeluk sahabatnya itu.
Tak berapa lama narasumber yang akan memberikan kuliah pagi itu akhirnya datang juga, hingga membuat ratusan mahasiswa yang hadir di sana langsung bersorak riuh. karena tak hanya tampan dan mempesona tapi pria yang biasa di panggil Mr Jason itu sangat senang membagikan ilmu kesuksesannya dalam berbisnis.
"Elle, memang boleh ya dia setampan itu ?" ucap Jessica saat Mr Jason nampak melangkahkan kakinya menuju podium.
"Jangan berlebihan Jessy, ingat dia lebih pantas kamu panggil paman atau bahkan Daddy." timpal Elle mengingatkan.
"Ya dia memang hot Daddy dan juga hot duda, Elle." sahut Jessica dan itu membuat sang sahabat langsung geleng-geleng kepala.
"Dia juga sangat berpengalaman Jessy, jadi ku rasa kamu yang polos ini tak cocok dan takkan bisa mengimbanginya." ucap Elle yang terdengar ambigu itu.
"Tapi dia pasti akan mengajariku Elle dan jika itu terjadi aku akan pasrah saja, karena dia lebih berpengalaman bukan ?" sahut Jessica tak kalah ambigu seraya pandangannya tak lepas dari Mr Jason yang mulai memberikan kuliah paginya itu.
Mendengar perkataan gadis itu Elle nampak melotot tak percaya, sahabatnya yang polos itu bagaimana bisa berkata seperti itu. Tidak, ini tak bisa di biarkan.
"Jessica !!" teriaknya kemudian dengan nyaring dan juga kesal, hingga membuat seluruh mahasiswa yang hadir di ruangan tersebut mendadak hening dan semua mata langsung tertuju pada mereka berdua.
"Saya sangat tidak suka ketika berbicara ada yang lancang menyela, jadi nona yang berpakaian warna putih bisa berdiri sebentar." ucap Mr Jason penuh penekanan dengan sorot mata mengintimidasi yang langsung membuat Jessica menggeleng cepat, lalu menunjuk ke arah sahabatnya yang sedang duduk di sebelahnya itu.
"Di-dia yang berteriak, Mr." ucapnya membela diri, karena ia tak ingin kelihatan buruk di depan pria itu maka biarlah sahabatnya kali ini yang ia jadikan tumbal. Tak berakhlak memang, tapi setelah acara ini selesai ia akan meminta maaf dan mentraktirnya makan siang di Cafe favoritnya.
"Saya tidak suka di bantah, berdiri atau segera tinggalkan ruangan ini !!" tegas Mr Jason.
"Astaga, kenapa galaknya seperti Daddy sih tapi sepertinya aku suka di galakin." gumam Jessica sembari beranjak dari duduknya.
"Apa kamu mendengar apa yang saya bicarakan tadi ?" ucap Mr Jason kemudian dan itu membuat Jessica nampak menelan ludahnya, sungguh ia tak tahu apa yang pria itu bicarakan karena sedari tadi seluruh otaknya hanya ia gunakan untuk memujanya.
Tak mendapatkan respon Mr Jason nampak membuka suaranya lagi. "Baiklah sekarang jelaskan padaku, apa yang akan kamu lakukan agar pakaian yang kamu rancang nanti bisa laku di pasaran ?" ucapnya kemudian.
"Oh itu mudah Mr, aku akan memasarkannya lewat media online. Aku juga akan rajin berjualan secara live dan aku yakin akan banyak yang menonton saat aku melakukannya, bukan begitu teman-teman ?" ucap Jessica lantas menatap semua teman-temannya di sana, namun mereka langsung riuh meledeknya hingga membuatnya nampak tersenyum nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dasar teman-teman luckknutt, gumamnya.
Sedangkan Mr Jason terlihat geleng-geleng kepala menatap gadis itu. "Silakan kembali duduk !!" perintahnya kemudian.
Jessica yang baru menghempaskan bobot tubuhnya kembali di kursinya terlihat sangat lega, sungguh berbicara dengan pria itu sangat menguras energinya. Belum lagi jantungnya yang rasanya sepertinya sudah tidak betah di tempatnya dan ingin segera melompat keluar.
"Ini semua gara-gara kamu Elle." ucapnya kemudian.
"Siapa suruh pikiranmu terlalu kotor Jessy, katakan apa akhir-akhir ini kamu sering menonton film dewasa ?" tanya Elle to the point dan tentu saja membuat Jessica langsung mengeplak lengan sahabatnya itu.
"Sejauh ini hanya spongebob film yang menarik untuk di tonton." timpalnya kemudian.
"Benarkah dan apa kau juga melihat celana spongebob melorot karena di kejar patrick ?" balas Elle dengan sedikit kesal.
"Ya aku melihatnya dan dia hanya sebuah busa yang kurang menarik Elle." jawab Jessica.
"Lalu bagaimana bisa kamu berpikiran untuk bersikap pasrah saja pada Mr Jason, Jessy ?" tanya Elle kemudian.
"Tentu saja dia sangat berpengalaman bukan dan aku akan patuh saat dia mengajariku, karena nanti pasti akan mendapatkan ilmu bisnis yang banyak darinya. Bukankah itu menarik Elle ?" terang Jessica kemudian dan itu membuat Elle nampak meringis, rupanya pikirannya sendiri yang terlalu kotor.
"Memang kau sedang berpikiran apa, Elle ?" imbuh Jessica ingin tahu seraya menatap sahabatnya itu.
"Bukan apa-apa Jessy, sudah diamlah jika tidak Mr Jason akan menegurmu lagi." sahut Elle mengalihkan pembicaraan lantas pandangannya ke depan.
Begitulah mereka berdua, sepasang sahabat yang memilki sifat yang bertolak belakang namun selalu tetap akur. Jessica yang polos dan manja, sementara Elle selalu bersikap dewasa namun kurang sabaran.
Beberapa saat kemudian seminar telah usai namun Jessica sama sekali tak memahami apa yang di sampaikan oleh Mr Jason, apalagi pria itu memberikannya sebuah tugas dan jika terpilih maka akan mendapatkan kesempatan untuk magang di kantornya.
"Sepertinya otakku yang pas-pasan ini takkan mampu menyelesaikan tugas itu." gerutu Jessica saat baru sampai di sebuah Cafe.
"Untuk kali ini aku tidak akan membantumu Jessy, karena aku tidak setuju jika kamu magang di kantor pria itu." tegas Elle sembari menghempaskan bobot tubuhnya di hadapan sahabatnya itu.
"Ayolah Elle, itu impianku." mohon Jessica mengingat sahabatnya itu memiliki kepintaran di atas rata-rata.
"No." tegas Elle, tentu saja ia takkan membiarkan sahabatnya yang polos itu dekat dengan pria dewasa itu.
"Baiklah kau sangat menyebalkan." Jessica nampak beranjak dari duduknya.
"Kau mau kemana Jessy ?" tanya Elle kemudian.
"Tenang saja aku tidak akan meninggalkanmu, aku hanya ingin ke toilet." sahut Jessica, lantas bergegas pergi dari sana.
Konsep Cafe yang seperti taman terbuka itu membuat Jessica harus berjalan sedikit jauh untuk sampai ke toilet, namun saat sampai di belokan tiba-tiba ia tak sengaja menabrak dada bidang seseorang.
Dada yang terasa keras dan kekar hingga membuat dahinya terasa panas, karena penasaran Jessica segera mengangkat kepalanya untuk melihat siapa pemilik dada bidang tersebut dan....
Deg!!
"Mr Jason ?"
"Ma-maafkan saya Mr, saya tidak sengaja." ucap Jessica seraya melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak dinding belakangnya.
"Kenapa kau suka sekali menabrak, nona ceroboh ?" ucap Mr Jason dengan suara baritonnya dan pandangannya yang selalu mengintimidasi kepada setiap lawan bicaranya.
"Jessica, Jessica Collins." ralat Jessy saat pria itu menyematkan panggilan aneh padanya.
"Baiklah nona Collins, kenapa kamu suka sekali menabrak seseorang hm ?" tukas pria itu.
"Jessy, panggil saja Jessy." ucap Jessica lagi karena ia lebih suka semua orang memanggilnya dengan nama panggilannya saja.
"Jadi apa kau sedang memerintahku sekarang ?" ucap Mr Jason seraya melangkah mendekat dan sontak membuat Jessica nampak menelan ludahnya, kemudian gadis itu segera merapatkan punggungnya di dinding belakangnya tersebut.
Mr Jason tiba-tiba meletakkan sebelah tangannya ke tembok tepat di atas kepala gadis itu hingga membuat Jessica sedikit berjingkat. "Katakan jadi kau sedang memerintahku !!" ulangnya lagi seraya menatap lekat gadis di hadapannya itu.
"Ti-tidak Mr Jason, anda boleh memanggilku sesuka hati anda." ralat Jessica, kenapa pria itu jadi menakutkan seperti ini? untung saja tampan, selorohnya dalam hati.
"Memanggilmu sesuka hatiku? dan apa itu berarti kamu berharap kita akan bertemu lagi ?" tanya pria itu dengan nada mencibir.
Tubuhnya yang tinggi besar nampak sedikit membungkuk untuk menyetarakan tingginya dengan tinggi gadis itu, hingga kini wajah keduanya terlihat sangat dekat. Bahkan napas mint pria itu terasa hangat menyapu wajah Jessica.
"I-iya." sahut Jessica tanpa sadar, beruntung gadis itu mengucapkannya dengan nada sangat pelan hingga terdengar tak terlalu jelas di telinga pria itu.
"Kau mengatakan sesuatu ?" ucap pria itu dengan mengernyitkan dahinya.
"Mak-maksudku tentu saja kita takkan bertemu lagi, karena anda orang yang sangat sibuk jadi rasanya mustahil bisa bertemu ke depannya." sahut Jessica kemudian.
Mr Jason nampak menatap lekat gadis itu, sebuah tatapan yang membuat Jessica mendadak kesulitan bernapas. Entah kenapa pandangan pria itu seakan sedang menginginkannya.
"Baiklah, tentu saja kita takkan bertemu lagi. Namun jika itu terjadi kau harus siap menerima risikonya." ucap Mr Jason kemudian menjauhkan dirinya dari gadis itu, lalu segera melangkah pergi dari sana.
Jessica yang masih bersandar di tembok belakangnya nampak menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengganti pasokan oksigen yang tiba-tiba habis di serap oleh pria tampan namun sekaligus menakutkan itu.
"Jessy, kau baik-baik saja ?" Elle nampak mengernyit saat melihat sahabatnya yang baru datang dari toilet itu terlihat pucat.
"Hm, aku sangat lapar apa pesananku sudah datang ?" Sahut Jessica seraya menghempaskan bobot tubuhnya di atas kursinya.
"Baru saja." sahut Elle dan bersamaan itu nampak seorang pemuda datang menghampiri mereka.
"Boleh aku gabung ?" tanyanya kemudian.
"Pedro? baiklah silakan." timpal Elle.
"Terima kasih Elle, hai Jessy." ucap Pedro sembari menarik kursi di sebelah Jessica duduk.
"Hai Ped." balas Jessica dengan memaksakan senyumnya, sebenarnya ia kurang nyaman dengan pria itu yang terang-terangan mengejarnya.
Pedro bukan pria sembarangan di kampusnya bahkan pria itu sangat populer di kalangan mahasiswa, namun sekali lagi tipe Jessica bukan pria seumurannya apalagi pria yang di cap sebagai seorang playboy sepertinya.
Kini mereka bertiga nampak menghabiskan makanannya di iringi dengan canda tawa dan tanpa mereka sadari sepasang mata terlihat menatap mereka dari kejauhan.
"Mr Jason !!" gumam Jessica saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan pria itu, namun pria tersebut segera berlalu pergi dari sana. Jessica sangat yakin jika pria itu tadi sedang mengawasinya.
"Kau sedang melihat apa, Jessy ?" tanya Elle saat melihat sahabatnya itu nampak menatap ke arah keluar Cafe tersebut.
"Tidak, tidak apa-apa Elle." sahut Jessica lantas kembali melanjutkan makannya.
Malam harinya di sebuah hotel bintang lima nampak seorang pria sedang menikmati segelas wine di kamarnya, pakaian pria itu masih terlihat lengkap dengan setelan kemeja hitam yang membungkus tubuh atletisnya tersebut.
Tak berapa lama terdengar bunyi bel hingga membuat pria itu langsung beranjak dari duduknya, membuka pintu kamarnya dan nampaklah seorang wanita cantik dengan pakaian seksi yang memperlihatkan setiap lekuk tubuh indahnya.
"Selamat malam, Jason." sapa wanita itu.
Mr Jason mengangguk kecil lantas kembali berlalu masuk yang di ikut oleh wanita itu di belakangnya.
"Segelas wine mungkin akan membuat malam kita semakin panas, Carol." ucap Mr Jason seraya mengulurkan segelas minuman pada wanita itu.
"Tentu saja, Jason. Aku sudah sangat merindukan sentuhanmu." sahut wanita bernama Carol itu dengan suara seksinya, lantas segera menyesap minuman di tangannya tersebut hingga menyisakan setengah.
Bibirnya yang merah merona membuat Mr Jason nampak menelan saliva saat melihatnya. "Malam ini aku ingin kau memuaskan ku !!" ucapnya seraya menarik pinggang Carol mendekat, lalu melepaskan gaunnya dan segera melemparnya ke sembarang arah.
"Tubuhmu sangat indah Carol dan aku menyukainya." pujinya seraya mengamati setiap jengkal tubuh putih milik wanita itu lalu membelainya lembut.
"Ya Jason aku sangat menyukai sentuhanmu." ucap wanita dengan wajah kemerahan akibat sentuhan pria itu.
"Kau menginginkan kepuasan lebih hm? rasakan ini Carol." Jason semakin liar menyentuhnya hingga membuat Carol yang masih berdiri nampak mencengkeram kuat lengan kekar pria itu agar tidak jatuh.
"Sepertinya kau sangat menikmatinya Carol, baiklah sekarang giliranmu memanjakan ku." ucap Jason seraya tersenyum miring lantas segera menghempaskan bobot tubuhnya di atas sofa.
Sementara Carol yang baru mendapatkan pelepasannya nampak berpegangan pada tepi ranjang saat merasakan energinya sedikit terkuras, namun ia harus bersikap profesional mengingat pria itu telah membayarnya mahal.
Carol segera melangkah mendekati pria itu lalu berjongkok di bawahnya, tanpa bertanya lagi wanita itu segera melakukan pekerjaannya sesuai kesepakatan mereka sebelumnya.
"Lebih cepat lagi, Carol !!" ucap Jason, napasnya nampak naik turun tak beraturan saat merasakan nikmatnya pelayanan bibir wanita itu.
Hingga beberapa menit kemudian pria itu telah sampai pada puncaknya, kemudian meraih tisu lantas segera membersihkan sisa-sisa pelepasannya tersebut hingga bersih.
"Jason, ku mohon biarkan aku memilikimu malam ini." mohon Carol yang sepertinya belum merasa puas, karena selama ini pria itu tak membiarkannya memiliki sepenuhnya.
Ia sudah di bayar mahal jadi apa salahnya jika ingin memberikan pelayanan lebih, seandainya tanpa di bayar pun Carol dengan senang hati melemparkan tubuhnya cuma-cuma.
Lagipula siapa yang tidak tertarik dengan seorang Jason, duda kaya raya yang di kenal sangat setia dan juga dermawan.
"Apa kau ingin melewati batasanmu, Carol ?" Jason menatap nyalang wanita itu, lalu segera beranjak untuk merapikan kembali celananya.
"Tapi kenapa Jason? sudah bertahun-tahun kita hanya melakukan sebatas ini, kenapa kita tak mencoba lebih dari itu? aku ingin kita bisa bebas berciuman bahkan aku ingin kau memilikiku sepuas yang kamu mau." mohon Carol kemudian, namun bukannya mendapatkan simpati Jason justru mengulurkan tangannya ke leher wanita itu lalu mencekiknya dengan kuat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!