NovelToon NovelToon

Imperfect Wedding

IW1 - Debat

"Kenapa jam segini Sky belum pulang juga?" Caithlin sejak tadi mondar-mandir dengan penuh gelisah, menunggu kedatangan suaminya yang tak kunjung datang.

Sambil mengelus perut besarnya, Caithlin terus mondar-mandir tanpa memperdulikan rasa lelah yang mendera pada tubuhnya.

Padahal ini bukan kali pertama Sky, yang tak lain suami Caithlin seperti ini. Hanya saja entah kenapa untuk kali ini Caithlin merasakan sebuah felling tak enak hingga membuatnya memilih menunggu Sky pulang.

Caithlin terus mencoba menghubungi ponsel Sky untuk memintanya pulang. Tapi sayang seribu kali sayang, Sky tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya, pria itu mengabaikan bahkan mematikan ponselnya.

Lelah karena terus berdiri dan mondar-mandir, Caithlin memutuskan untuk bersandar di sofa sambil menunggu kedatangan Sky.

"Selalu saja seperti ini," desah Caithlin dengan lirih.

Meskipun pernikahan yang di jalaninya hanya sebatas tanggung jawab karena sebuah insiden, tapi Caithlin sangat berharap jika hubungan dengan Sky berjalan dengan baik dan berakhir bahagia.

Tapi semua itu hanya angan-angan saja. Banyak sekali selisih dan salah paham dalam rumah tangga yang di jalaninya bersama Sky hingga membuat Caithlin lebih banyak mengalah dalam menghadapi Sky yang terkesan egois.

Suara pintu terbuka terdengar, membuat Caithlin berusaha bangkit dan berjalan menghampiri pintu. Lagi dan lagi pemandangan yang menyakiti matanya kembali terlihat. Sky pulang dalam keadaan mabuk bersama dengan wanita yang membopongnya.

"Di mana kamar Sky?" tanya seorang wanita yang datang bersama Sky.

Melihat wanita itu ingin membawa Sky ke dalam kamar yang di tempatinya, membuat Caithlin langsung mengambil alih Sky.

"Biar aku saja, kau bisa pergi dari rumah kami," usir Caithlin.

Wanita itu hanya tersenyum miring,"Sudah di tolong tak tahu terima kasih," cibirnya.

"Aku pulang dulu, Sky. Besok kita bisa lanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi." pamit wanita itu tanpa memperdulikan tatapan Caithlin yang menatap tajam ke arahnya.

Membawa Sky dalam keadaan mabuk, di tambah dengan perut besarnya membuat Caithlin mengalami kesulitan. Dengan seluruh tenaga yang di miliki, Caithlin berhasil membawa masuk Sky ke dalam kamar mereka, membaringkan tubuh besar Sky di atas ranjang.

"Kau selalu saja seperti ini. Sibuk dengan duniamu tanpa memikirkan aku dan calon anak kita," gumam Caithlin dengan suara lirih.

Tak pernah terbayangkan dalam hidup Caithlin jika dirinya harus menikah dengan seseorang yang tak ia kenali sama sekali sebelumnya. Kesalahan satu malam itu membuat Caithlin terikat sebuah pernikahan dengan Sky, pernikahan yang katanya Sky adalah sebuah kesialan baginya.

"Kapan kau bisa mengganggapku dan anak kita ada, Sky?" gumamnya lagi. Seiring kebersamaan yang di lalui bersama Sky, tak bisa Caithlin pungkiri jika dirinya mencintai Sky, mencintai ayah dari anak yang di kandungnya.

"Tapi itu semua tak masalah bagiku, cepat atau lambat kau pasti akan mencintai kami," ujarnya lagi yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

**

Sky mulai membuka matanya, kepalanya terasa berputar-putar di tambah dengan rasa mual yang di rasakan.

Tak lagi bisa menahan diri, Sky pun langsung berlari ke arah kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Setelahnya, Sky keluar dari kamar mandi. Terlihat Caithlin duduk di pinggir ranjang. Sky sangat malas sekali melihat wajah istrinya itu, karena menurut Sky, Caithlin adalah orang yang banyak menuntut.

Tak hanya itu saja, menurut Sky wanita yang menyandang status sebagai istrinya itu terlalu mencampuri segala urusannya.

"Minumlah!" Caithlin menyodorkan minuman beserta obat pengar kepada Sky.

Sky tak langsung menerima, pria itu justru menatap tajam ke arah Caithlin dan menjawab.

"Taruh saja di nakas, kau bisa pergi dari kamar ini," usirnya.

Sky selalu itu, tak pernah ingin seruangan dengan dirinya. Tak cuma itu, bahkan keberadaan Caithlin pun seakan di anggap ada dan tiada.

"Aku juga sudah membuatkan sup untukmu, jangan lupa kau makan," pinta Caithlin sebelum meninggalkan kamar.

"Tak usah terlalu memperhatikan diriku, aku bisa merawat diriku sendiri," Balasan menyakitkan Caithlin dapatkan dari Sky. Kenapa selalu seperti ini, apakah sebuah kesalahan jika memerhatikan suami sendiri?

Caithlin hanya tersenyum masam, tatapan nanar ia layangkan ke arah Sky.

"Kenapa kau selalu seperti itu padaku, apa aku salah memperhatikan suamiku sendiri?" tanya Caithlin.

Sky yang semula ingin duduk kini kembali berdiri, menatap ke arah Sky.

"Sangat salah! Karena kau bukanlah orang yang aku inginkan!" serunya dengan suara keras.

"Apa kau tak bisa membuka hatimu untuk aku dan menerima keberadaan anak ini. Biar bagaimanapun anak ini tak salah," ujar Caithlin.

Sky terdiam, tak lama pria itu langsung menjawab.

"Jangan harap aku bisa membuka hati untukmu, karena sampai kapanpun kita tak lebih dari orang asing yang terpaksa di satukan karena sebuah insiden," tekan Sky. Jika mengingat kejadian itu, entah kenapa kebencian itu kembali muncul dan mendominasi dirinya.

Begitu sulit untuk menerima keberadaan Caithlin, karena bukan wanita itulah yang diinginkan olehnya. Dan Caithlin, wanita itu hanya bisa terdiam tanpa suara, tak ingin menunjukkan kesedihannya di depan Sky yang antipati terhadapnya.

"Dan kau harus ingat, setelah kau melahirkan nanti aku akan menceraikan dirimu dan untuk anak itu, kau bisa membawanya bersama dan aku akan memberikan uang untuk segala keperluannya setiap bulannya!" sambungnya lagi.

Dan lagi, hal itu kembali Sky katakan tanpa memikirkan perasaan Caithlin yang teramat sakit karenanya.

Tanpa memberikan jawaban, Caithlin memilih keluar dari kamar dari pada harus merasakan kesakitan karena ucapan Sky yang tajam layaknya belati.

Sambil memukul dadanya yang terasa sesak, Caithlin berkata,"Kenapa harus seperti ini jalan hidupku, tuhan," batin Caithlin yang ingin berteriak, tapi semua itu hanya bisa ia pendam.

IW2 - Kelahiran

Caithlin merasa sakit luar biasa di bagian perutnya, seperti orang ingin buang air besar. Sakit yang rasakan begitu intens bersamaan dengan cairan kemerahan yang mengalir di pangkal paha.

"Apa aku akan segera melahirkan?" pikir Caithlin.

Tak pikir panjang, Caithlin langsung bergegas menuju keluar dari kamar miliknya. Menuju kamar sebelah yang menjadi tempat istirahat suaminya.

Meskipun Caithlin dan Sky adalah suami istri, tapi keduanya memilih tidur terpisah. Kalaupun tidur dalam satu kamar, itu juga karena terpaksa saja.

Dengan tertatih, Caithlin berjalan menuju kamar Sky dan mengetuknya dengan keras. Dengan harapan pria itu membuka pintu dan mengantarkan dirinya ke rumah sakit.

"Sky... Buka pintunya," ucap Caithlin dengan suara keras.

Sky yang sedang terlelap merasa terganggu dengan suara ketukan pintu dari luar. Ia tahu siapa tersangkanya, karena hanya wanita itu dan dirinya saja yang berada di apartment ini.

"Semenjak ada wanita itu hidupku semakin rumit saja, menyusahkan!" kesalnya karena tidur nyenyak dan mimpi indahnya terganggu.

"Awas saja jika bukan hal penting, aku akan membuatnya menyesalkan karena mengusikku," ancam Sky, dengan berat hati ia pun langsung bangun dan bergegas membukakan pintu.

Sky membuka pintu, bersiap untuk memaki Caithlin yang telah mengusik ketenangan dirinya.

"Kenapa? Apa kau tak bisa membiarkan diriku tenang barang sehari saja." Sky terus cerocos tanpa henti, tanpa menatap Caithlin yang sejak tadi menahan sakitnya kontraksi yang di rasakan.

Caithlin tak peduli dengan segala makian yang Sky lontarkan padanya, yang jelas Caithlin saat ini sedang membutuhkan pertolongan Sky untuk membawanya ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan.

"Sky, to-tolong ba-wa aku ke rumah sakit. Perutku terasa ssshhh... Sakit...," desis Caithlin.

Sky menatap Caithlin, kedua netranya membelalak saat melihat cairan merah yang mengalir di sela kaki Caithlin.

Tanpa pikir panjang, Sky langsung menggendong tubuh Caithlin dan segera membawanya ke rumah sakit. Meskipun Sky tak menyukai Caithlin karena sebuah alasan yang hanya dirinya ketahui, tapi ketahuilah jika Sky diam-diam sering memperhatikan perkembangan calon anak yang di kandung Caithlin.

Dengan mengendarai mobil kecepatan tinggi, Sky menerobos kemacetan. Tak peduli dengan pengendara yang memaki dirinya. Yang jelas, bagaimana caranya dirinya harus segera sampai di rumah sakit.

Sky sampai di rumah sakit, ia langsung membawa Caithlin agar segera mendapatkan penanganan. Pria itu ikut masuk ke dalam ruangan sebagai pendamping melahirkan anak pertamanya.

"Perutku sakit," desisnya, rasa sakit semakin menjadi-jadi. Caithlin rasanya ingin mengejan saja. Tapi Caithlin hanya bisa mengatur nafasnya perlahan sambil menunggu Dokter yang akan membantunya melahirkan datang.

"Tahan sebenarnya, Cath... Dokternya sedang perjalanan kesini," ujar Sky. Dirinya juga tak kalah panik saat ini, saking paniknya Sky sampai lupa memberitahu keluarga besarnya saat ini.

Pembukaan sudah lengkap, Caithlin mengikuti arahan Dokter yang memintanya untuk mengejan. Caithlin berjuang seorang diri saat ini. Di mana Sky? Pria itu keluar dari ruangan dengan alasan takut da*rah.

Suara tangisan bayi menggema di ruang persalinan, setelah mengalami kontraksi beberapa jam akhirnya bayi yang di kandung Caithlin terlahir ke dunia.

Caithlin menitikkan air mata, tak menyangka jika saat ini ia sudah menyandang gelar sebagai seorang ibu. Caithlin merasa terlahir kembali, membuatnya merasa beruntung.

"Anak laki-laki anda sangat tampan, Nona. Anda bisa mendekapnya untuk melakukan Inisiasi menyusui dini," pinta seorang Dokter yang membantu Caithlin merebahkan tubuh bayi merah itu di dada Caithlin.

Caithlin mendekap putranya yang terus menangis, wanita itu mengelus rambut tipisnya sambil tersenyum tipis.

"Selamat terlahir ke dunia, anak tampan, semoga kau menjadi anak tampan yang baik. Jangan seperti Daddymu, okey?" Bisik Caithlin sambil menitikkan air mata. Mengingat penolakan Sky saat dirinya meminta untuk di temani, membuat Caithlin sadar jika dirinya bukanlah prioritas Sky meskipun telah melahirkan darah dagingnya.

IW3 - Abercio Marion Delando

Keluarga besar menyambut kelahiran putra Caithlin dan Sky dengan suka cita. Cucu tampan mereka telah terlahir ke dunia, membuat mereka menyandang gelar sebagai seorang nenek dan kakek.

"Aku ingin menggendong cucuku, bergantian lah!" seru Jordan yang tak lain ayah dari Sky.

Pria paruh baya yang sedang menggendong bayi itu menolak,"Enak saja, aku baru saja menggendongnya." Tolak mentah-mentah Darren, ayah dari Caithlin.

Melihat para pria paruh baya yang merebutkan cucu mereka, membuat Caithlin mengulas senyum. Kesedihan karena Sky yang tak ada di dekatnya perlahan sirna. Berbeda dengan seorang wanita yang tak lain ibunya Sky, wanita itu berusaha menjadi penengah.

"Sudah jangan berdebat! Ini rumah sakit! Kalian bisa bergantian tanpa perlu berdebat."

Jordan menatap sang istri dengan tatapan memelas,"Tapi aku ingin menggendong cucuku," rajuknya.

"Bisa bergantian. Jangan seperti anak kecil!" seru ibu Sky.

Jordan hanya bisa menarik nafas panjang, tak berani melawan titah dari istri tercinta. Bisa berabe nanti, bisa-bisa dirinya tidur di sofa jika membuat ratunya kesal.

"Baiklah," ujarnya dengan suara lirih.

Sarah, yang tak lain ibunya Sky menatap ke arah Caithlin yang masih berbaring di atas ranjang pasien. Wanita itu mengelus tangan sang menantu.

"Apa kau sudah mempersiapkan nama untuk cucuku, nak?" tanyanya dengan suara lembut.

Caithlin mengangguk dengan ragu,"Sudah, hanya saja aku sedikit ragu, Mom." cicitnya.

"Beritahu nama yang kau berikan untuk putramu," pintanya Sarah.

"Abercio Marion," jawabnya dengan suara kecil, ia sangat takut jika nama yang di berikan terlalu jelek dan berujung di cibir oleh ibu mertuanya.

"Abercio Marion Delando," ralat Sarah, Delando sendiri adalah nama keluarga Sky. Yang artinya, keturunan Sky akan menggunakan nama keluarga Delando.

"Nama yang bagus itu, aku sangat menyukainya," timpal Jordan yang sangat menyukai nama cucunya itu.

Darren sepakat dengan apa yang dikatakan oleh besannya itu, ia pun ikut bersuara.

"Aku akan memanggilnya dengan sebutan 'Cio'"

Para orang tua sepakat, permasalahan nama tak ada lagi yang perlu di debatkan. Hanya saja ada satu yang terus membuat Caithlin kepikiran.

Kemana Sky? Kenapa sejak dirinya selesai melahirkan pria itu tak kunjung menampakkan mukanya di hadapan Caithlin. Alih-alih memberi dirinya ucapan selamat karena telah melahirkan anaknya, yang Caithlin dapatkan justru sebaliknya. Hanya kesedihan dan kepahitan saja.

"Jangan sampai kau stress, Cath. Kasihan Cio nantinya," batin Caithlin. Dari pada memikirkan Sky, Caithlin memilih untuk menyusui putranya yang menangis karena kehausan.

***

Di sebuah tempat, Sky saat ini sedang sibuk berkumpul dengan sebayanya. Pria itu tampak asik menyesap dan menenggak minuman beralkohol hingga tandas.

Brandon sejak tadi terus menatap ke arah Sky. Pria itu masih setia ada di club malam, bukankah saat ini istri tengah berjuang melahirkan keturunannya?

"Kenapa kau masih di sini? Harusnya kau menemani istrimu yang sedang melahirkan anakmu," omel Brandon sambil menepuk keras bahu Sky.

Sky menatap ke arah Brandon dengan tajam, tapi yang di tatap justru acuh dan terus mengomeli Sky. Berharap jika pria yang telah menyandang gelar ayah itu lekas sadar.

"Aku takut da*rah," jawabnya dengan singkat.

"Itu bukan sebuah alasan, jika kau takut, kau bisa menemaninya dari luar. Bukan menghabiskan waktumu dengan minum di club seperti ini," ucap Brandon.

Sky terdiam, tapi tak lama ia kembali bersuara.

"Tak ada alasan pasti untuk aku menemaninya. Kau tahu bukan jika aku menikahinya hanya sebatas tanggung jawab, tak lebih?"

Brandon tentu tahu akan hal itu, tapi ia juga tak menyangka jika Sky bisa mengacuhkan Caithlin sampai sebegitunya.

"Tentu saja ada, anakmu! Apa kau tak penasaran dengan wajah anakmu?" tanya Brandon yang terus membujuk Sky untuk pulang dan menemani Caithlin di rumah sakit.

"Lebih baik aku tak melihat wajahnya sekalian. Toh, setelah ini aku akan menceraikan Caithlin," jawab Sky.

"Lagipula kau tahu aku, bukan? Aku tak ingin menikah, aku ingin menikmati masa mudaku. Tapi kejadian malam itu justru merusak semuanya!" sambung Sky.

"Sebentar lagi aku bercerai, itu artinya aku bebas melakukan apapun yang diinginkan tanpa ada yang mengekang diriku,"

Brandon benar-benar tak menyangka dengan jalan pikiran Sky. Sepertinya alkohol telah merusak otak Sky saat ini.

"Kau benar-benar Breng*sek, Sky. Kau benar-benar tak punya hati." umpat Brandon.

"Aku harap kau takkan menyesal karena telah melakukan hal ini pada Caithlin dan anakmu!" tekan Brandon yang memilih keluar dari club meninggalkan Sky seorang diri. Susah berbicara dengan orang egois seperti sky, yang ada hanya membuatnya kesal setengah mati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!