Yasmin Azzahra namanya, dia gadis manis dan lucu sejak kecil. Namun karena kecantikannya membuat beberapa orang iri terhadapnya dan sudah beberapa kali hendak melukai dirinya.
Semua itu menyebabkan kekhawatiran tersendiri yang membuat perasaan sang ibu tidak tenang, saat beranjak dewasa Yasmin di mintai oleh ibunya untuk belajar merias wajah, tentu bukan demi mempercantik saja melainkan untuk menutupi wajahnya yang cantik menjadi buruk rupa.
Yasmin sadar akan posisinya kala itu, dia tinggal di rumah besar dengan keluarga besar sebagai status terhina dengan nama anak haram. Dirinya dan sang ibu di perlakukan sebagai seorang babu dan hampir setiap hari mendapatkan penyiksaan dari orang di sekitarnya.
Hingga dia lulus dari sekolahnya, bukan kertas pendaftaran menuju Universitas terbaik yang dia dapatkan dari sang ayah seperti kakak dan adiknya yang lain, dia malah mendapatkan sebuah kertas kontrak pernikahan.
"Pa.. apa maksudnya ini?" Yasmin yang melihat setiap kata dalam tulisan itu menjadi gemetar dan merasa takut.
"Apa! Kamu pikir apa?" Sang ayah murka mendengar pertanyaan anaknya itu, "Aku memiliki banyak hutang pada keluarga Ziad kau tau maksud aku apa kan?" Air mata Yasmin seketika menetes memahami makna dari kata kata sang ayah.
"A...apa a..yah ingin men..jual ku?" Dengan suara bergetar Yasmin bertanya dengan perasaan hancur.
"Menjual apa yang ingin aku berikan? Kau buruk rupa bahkan seharusnya kau bersyukur bisa menikah!" Ucap sang ayah tegas meninggalkan Yasmin yang menunduk seraya menangis sesegukkan.
Satu bulan lalu ibunya baru saja meninggal dan dia sudah sangat menderita sejak hari itu, dan kini di tambah sebuah pernikahan bodoh yang akan semakin membuatnya hancur.
"Arrh.. Tuhan kenapa jahat pada ku? Hiks.. hiks.. Kenapa kau berikan banyak nikmat pada orang lain tapi kau tidak memberikan sedikitpun kesempatan untukku merasakan kebahagiaan." Yasmin menangis dengan hati yang seolah tercabik cabik.
"Heh, anak haram kau seharusnya bersyukur mendapatkan pria buta yang menikahi mu, ya setidaknya dia tidak akan melihat wajah jelek mu itu!" Ucap kakak tirinya dengan tatapan jijik.
"Diam! Apa kalian tidak puas menyiksa ku dan ibu ku selama ini hah? Apa salah yang aku buat pada Kalian?" Yasmin berteriak hendak mendorong tubuh sang kakak.
Plak..
Sebuah tamparan mendarat di pipi Yasmin hingga setetes darah keluar dari sudut bibirnya, Yasmin menahan perih itu namun perih di hatinya lebih perih dari itu.
"Kau berani menentang aku hah? Lihat siapa dirimu itu!" Bentak sang kakak tiri dengan kejamnya mendorong tubuh kecil Yasmin.
"Hiks.. hiks.. Kalian semua jahat, kalian penjahat!" Teriak Yasmin, Kakak tirinya yang sudah muak melihat tangis Yasmin akhirnya pergi meninggalkan Yasmin yang masih memeluk lututnya.
Semua yang sudah di lalui olehnya memang sangat tidak mudah, penderitaan yang dia lalui semuanya seakan semakin sesak dan hancur, semua mimpinya hilang dan semua hidupnya buram tanpa warna.
Yasmin memang pernah bermimpi untuk menjadi seorang penyanyi, namun karena wajahnya itu semua orang menolak bekerja sama dengan Yasmin meski suaranya sangat bagus.
Pernah dia tampil dalam sebuah acara formal itu juga karena dia harus menggantikan temannya yang sakit dan menggunakan topeng, sehingga wajahnya tidak terlihat oleh siapapun. Semua orang bertepuk tangan untuknya dan dia juga mendapatkan banyak pujian, namun dia sadar diri dia tidak bisa terlena dalam hal itu dan harus sadar akan posisinya, namun setelah hari itu dia malah menyesal tidak memperlihatkan keanggunannya yang memukau karena setelah satu tahun dari hari itu sang ibu meninggal dan dia mendapatkan banyak siksaan di rumah itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Azzahra dengan maskawin tersebut tunai." Suara lantang seorang pria dengan kaca mata hitam dan rambut hitam yang indah serta kulit putih dan wajahnya yang tampan nyaris sempurna mengucapkan sebuah kalimat yang akan mengubah seluruh kehidupan mereka.
Pria itu bernama Attara Ziad, berasal dari keluarga kaya raya bernama Ziad dan sosok yang sangat di takuti oleh semua pebisnis. Namun sayang sebuah kecelakaan membuat matanya buta dan semua yang dia dapat semula hancur seketika. Termasuk dirinya sebagai seorang Tuan Muda yang kini justru di asingkan dari keluarganya sendiri.
Attara sendiri biasanya di panggil Tara dia terpaksa menikah dengan seorang gadis belia bernama Yasmin akibat paksaan dari keluarganya, dia sama sekali tidak perduli dengan pernikahan itu dan dia juga tau dengan pasti bila istrinya pastilah hanya sosok yang sama menderitanya seperti dirinya.
Setelah malam itu Yasmin akhirnya pindah ke sebuah tempat megah yang tidak lain adalah kediaman dari Tara, dia merasa takjub dengan istana itu dan mengaguminya.
"Silahkan kemari nyonya." Seorang pria nampak mempersilahkan Yasmin untuk berjalan mengikutinya, Yasmin menurut. Di sana sangat sepi dan tidak ada pelayan satupun selain dua orang pria yang berpakaian hitam.
"Kenapa di sini sepi?" Tanya Yasmin pada pria di sampingnya.
"Tuan Muda tidak menyukai suasana yang ramai, baik Nyonya. Perkenalkan nama saya Fedrik asisten Tuan Tara dan itu Jo dia sekertaris Tuan Tara." Ucap pria di samping Yasmin menunjuk ke arah Jo dan dirinya sendiri.
Yasmin mengangguk, saat itu dirinya menggunakan masker hingga wajah cantiknya tidak terlihat. Suaminya buta dan dua orang pria itu nampaknya tidak perduli dengan rupa jadi dia juga tidak perlu menutupi lagi wajahnya.
"Silahkan masuk." Fedrik mempersilahkan Yasmin masuk ke sebuah ruangan kamar dan nampak seorang pria berdiri dengan kacamata hitam bergerak menuju kursi untuk duduk. Yasmin terpaku kakinya seolah beku merasakan hawa dingin ruangan itu.
"Duduk!" Pinta Tara dengan dingin, Yasmin akhirnya mendekat dan duduk di hadapan Tara.
"Kau sudah membaca kontrak itu bukan?" Tara berucap dengan sangat dingin, Yasmin hendak mengangguk namun dia tau pria di hadapannya itu yang kini berstatus sebagai suaminya adalah pria buta.
"Ya, aku sudah membacanya." Ucap Yasmin hati hati, pria itu menangguk.
"Apa kau tidak keberatan?" Tanya lagi Tara merasa bila apa yang ada dalam kontrak itu terlalu berat dan dia berencana untuk mengurangi beban dari wanita yang kini di hadapannya yang memiliki status sebagai istri.
"Tidak, saya akan melakukan semuanya." Jawab Yasmin, Tara tiba tiba merasa benci pada Yasmin yang seolah menjadi wanita kuat tanpa beban.
"Baiklah, kau akan tinggal di kamar ku bila para orang tua keluarga Ziad kemari, tapi kau akan tinggal di kamar lain bila mereka tidak ada." Yasmin mengangguk patuh, semua hal yang berada di kontrak itu hanya masalah kecil bagi Yasmin dan dia yakin bisa menjalankannya dengan baik.
Setelah pertemuan dingin dengan suami barunya Yasmin akhirnya di berikan sebuah kamar dan bisa hidup di istana itu, sedangkan syarat dan peraturan yang di buat Tara sebenarnya hanya sebuah perintah untuk menjalankan semua kebiasaan dirinya di masa lalu tapi tentu itu lebih ringan, karena tanpa ada penyiksaan.
"Dia sangat tampan." Ucap Yasmin tersenyum geli dan menggelindingkan tubuhnya di atas kasur seperti roda. Dia benar benar merasa aneh pada detak jantungnya sendiri yang terasa cepat saat memikirkan suaminya.
Dengan hati yang berbunga bunga dan perasaan yakin akan dirinya, Yasmin berjanji akan membuat suaminya itu jatuh cinta secara perlahan pada dirinya dan mereka bisa menjalin rumah tangga yang normal seperti yang lainnya.
.
.
Hari pertama untuk melakukan tugas yang di berikan oleh Tara akhirnya tiba, Yasmin mulai menyapu, mengepal dan dengan riangnya dia memasak.
"Siapa anda?" Tanya seorang pria dengan tatapan dingin dan menyelidik ke arah Yasmin.
"Bukankah kemarin kita sudah bertemu." Dengan senyum manisnya Yasmin melanjutkan memasak dan menyiapkan di atas meja.
"Apa suami ku sudah bangun?" Tanya Yasmin pada Jo yang masih mematung, dia lupa pada Yasmin. Saat mendengar kata suamiku akhirnya Jo ingat bila Tara sudah memiliki istri.
"Aku mendengar bila istri Tuan Tara itu buruk rupa, apa itu salah?" Tanya Jo masih dengan tatapan penuh curiganya.
"Memang benar, bukankah penampilan itu sangat berbahaya? Aku juga tidak bisa terus terlihat cantik di tengah tengah mereka bukan?" Dengan senyum lembutnya Yasmin melangkah menuju kamar Tara.
"Aku pikir kau gadis bodoh, tidak aku kira kau juga licik." Ucap Jo menatap Yasmin dengan tidak suka.
"Setidaknya aku memperlihatkan wajah asliku di depan kalian. Aku juga tidak punya rahasia apapun selain wajah yang aku miliki." Ucap Yasmin tau bila sebelum pernikahan itu, pasti identitasnya sudah di selidiki terlebih dahulu.
"Baiklah, tapi jangan berlebihan lakukan tugas yang kamu miliki sesuai dengan waktu yang di tetapkan dan jangan terlalu menikmati peran yang kamu miliki." Yasmin mengangguk dia memang memiliki waktu sekitar 1 tahun untuk menaklukan suaminya.
Yasmin masuk ke dalam kamar suaminya hingga tanpa sengaja dia melihat Tara yang tengah mendengarkan sesuatu di telinganya.
"Lakukan tugas mu dan pergilah." Yasmin mengangguk dia menyiapkan air hangat untuk mandi sang suami, membersihkan kamar itu dan kembali keluar.
Dia merasa sangat tidak memiliki kesempatan untuk mendekati suaminya bahkan di setiap pagi hanya itu saja yang dia lakukan tidak bisa lebih dari itu.
Berbeda dengan Yasmin yang selalu mencari celah agar dia bisa mendekati suaminya justru Tara selalu berusaha menghindar dari Yasmin dan tidak ingin bertemu dengan wanita itu.
"Apa kau sudah menemukan yang aku minta?" Tanya Tara saat Jo dan juga Fedrix berada di kamarnya.
"Tidak Tuan, aku bahkan sudah mencari data tentang identitas penyanyi itu namun aku tidak menemukannya." Jawab Fedrix merasa sangat gagal selama satu tahun kebelakang dia di mintai mencari informasi tentang keberadaan seseorang namun dia tidak pernah menemukan jalan terang.
"Baiklah, tambahkan orang dalam pencarian itu, aku ingin tahu siapa dia." Tara berucap dengan dingin dan kembali merebahkan dirinya.
Memang benar selama ini yang di lakukan oleh Tara hanya tidur dan makan serta melakukan oleh raga kecil untuk menjaga otot ototnya. Bukannya dia tidak bisa mencari donor untuk matanya namun kecocokan donor bagi matanya itu tidak pernah dia temukan.
Dia juga selama satu tahun ini selalu mencari sosok wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta dan selalu mencarinya sampai hari ini. Keberadaan wanita yang di cairnya seperti hilang tanpa jejak dan tertiup angin begitu saja.
Beberapa waktu berlalu hingga membuat Tara sadar bila Yasmin selalu mencari celah ingin berdekatan dengannya, namun dia selalu bersikap dingin dan tidak perduli dengan apapun yang di lakukan oleh Yasmin. Hingga suatu hari Yasmin kembali berusaha mendekati dirinya.
"Suamiku, sebaiknya kau berjemur di jam seperti ini." Ucap Yasmin mengangkat tirai di kamar itu.
"Siapa yang mengizinkan mu memanggil ku seperi itu?" Suara Tara terdengar sangat dingin dan galak.
"A..aku minta maaf." Yasmin gelagapan dia tidak ingin bila pria dingin itu membenci dirinya.
Yasmin kembali keluar kamar itu, dia tidak melihat ekspresi jijik yang nampak tersirat di wajah Tara dia juga tetap menjalankan tugasnya setiap hari. Hingga dirinya merasa bosan dan tidak ada yang dia lakukan saat siang hari.
Yasmin akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan, dia yakin bila dengan wajah cantiknya dia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Yasmin akhirnya meminta izin pada asisten suaminya dan pergi keluar, saat di perjalanan dia melihat beberapa tempat yang di anggapnya cocok bekerja, namun dia ingin bekerja di satu tempat terlebih dahulu sebelum mencari pekerjaan lain.
"Permisi." Yasmin memasuki sebuah butik, nampak seorang wanita di depan meja besar tengah menggambar.
"Ya?" Wanita itu mengangkat wajahnya hingga saat dirinya menatap Yasmin dia langsung terpesona dan berjingkrak jingkrak menghampiri Yasmin.
"Ya ampun kamu cantik sekali, apa kamu tertarik dengan pakaian di sini?" Tanya wanita itu ramah hingga nampak beberapa pelayan yang langsung menatap ke arah Yasmin.
"Terima kasih, tapi aku kesini hanya ingin mencari pekerjaan." Ucap Yasmin tersenyum lembut, wanita itu nampak terdiam dan menimang.
Yasmin mengerti dengan situasi itu dan mengulurkan sebuah map pada wanita di hadapannya, wanita itu nampak mengerutkan keningnya dan tersenyum sekilas hingga dia kembali mengangkat wajahnya menatap Yasmin.
"Apa saja yang kamu bisa lakukan?" Wanita itu kembali berjalan ke kursinya dan melihat Yasmin sekali lagi seraya mendirikan pensil di tangannya seolah tengah menilai Yasmin.
"Aku bisa melakukan apapun." Jawab Yasmin cepat, mendengar ucapan Yasmin wanita itu mengangguk.
"Datang lagi besok, sepertinya kamu berasal dari keluarga kaya." Ucap wanita itu lagi melihat gambar di tangannya.
"Tidak juga, saya berasal dari keluarga biasa saja namun memang suami saya termasuk orang kaya." Jawab Yasmin dengan senyum manisnya.
"Baiklah, sepertinya kamu cocok. muali besok kamu bekerja di sini sebagai pelayan saja." Wanita itu nampak menyepelekan kemampuan Yasmin.
"Baik, saya akan bekerja mulai besok." Jawab Yasmin lagi dan sore harinya dia akhirnya kembali ke kediaman megah sang suami.
Setiap waktu yang di lalui Yasmin di kediaman itu memang datar datar saja tanpa perubahan dan tanpa kemajuan, hingga sebuah kejadian di mana sesuatu yang mengubah diri Yasmin dan Tara terjadi.
Saat itu Yasmin baru pulang dari butik tempat dirinya bekerja dan tanpa sengaja dia melihat banyak mobil di depan kediaman megah suaminya, dengan bersembunyi sembunyi Yasmin masuk ke dalam kediaman itu melalui pintu belakang, di sana nampak Jo yang tengah mondar mandir tidak jelas nampak sangat risau.
"Ada apa Jo?" Tanya Yasmin mengerutkan keningnya hingga nampak Jo yang berhenti mondar mandir.
"Akhirnya datang juga." Ucap Jo menghela nafas panjang, dia langsung menarik Yasmin menuju kamarnya.
"Kamu bersiaplah makan malam bersama dengan keluarga Ziad karena malam ini akan ada pertemuan keluarga." Ucap Jo. Yang intinya meminta Yasmin untuk berdandan.
"Ba..baiklah." Ucap Yasmin menganggukkan kepalanya dia mencari baju terbaik yang ada di lemari itu, semua pakaian Yasmin memang sudah di siapkan oleh Jo dan Fedrix sebelumnya hingga Yasmin bisa dengan mudah menggunakan pakaian yang sesuai dengan aksesoris yang sesuai.
Acara malam malam keluarga Ziad memanglah bukan sesuatu hal yang biasa, semua itu di lakukan agar semua bisa saling merasakan arti kekeluargaan, itu pada awalnya meski lambat laun pertemuan semacam itu justru hanya menjadi ajang olok olokkan saja.
"Aku sudah siap." Jawab Yasmin dan nampak suaminya Tara yang untuk pertama kalinya tanpa menggunakan kaca mata, nampak wajah putih Tara yang terbungkus jas hitam dan sebuah tongkat di tangannya.
"Boleh aku menjadi tongkatmu malam ini?" Yasmin mengambil tongkat Tara dan menggandeng tangan suaminya itu, Yasmin bisa merasakan tangan dingin suaminya bersatu dengan tangannya yang hangat membuat perasaan tersendiri bagi Yasmin.
"Kau jangan banyak bicara." Ucap Tata memperingatkan sebelum mereka berangkat, Yasmin mengangguk dan mulai berangkat bersama dengan sang suami.
Mereka sampai di sebuah hotel megah dan seorang pria nampak mempersilahkan keduanya untuk masuk, untuk pertama kalinya Yasmin melihat senyum di bibir Tara hingga menampakan deretan giginya yang rapih namun Yasmin sedikit gagal fokus saat melihat satu gigi taring Tara ternyata ada yang terangkat dan nampak sangat imut.
Untuk pertama kalinya juga Tara memperlakukannya dengan tidak dingin dia bisa merasakan tangan Tara yang menggenggam tangannya lembut dan tanpa penolakan, nampak sekelompok orang berada di depan sebuah meja makan besar.
'Tunggu, bukankah dia pemilik butik tempat aku bekerja?' Yasmin melotot hampir tidak percaya saat menangkap sosok wanita yang duduk di samping seorang pria tampan.
"Selamat malam semuanya." Sapa Tara dengan hormat, hingga nampak tatapan seorang wanita menghunus tajam ke arah Yasmin.
"Yasmin?" Wanita itu berdiri dan beberapa orang juga berdiri saat wanita itu nampak mengenali orang baru yang merupakan istri dari Tara.
"Tunggu, bukankah itu suaramu Kak Arum?" Tara berucap dan mencari sumber suara, Tawa renyah terdengar dari mulut wanita itu.
"Tunggu, kamu istrinya Tara?" Tanya Arum dengan sedikit tidak percaya dia bergegas mendekati keduanya. Tangan Yasmin sudah mencekal erat tangan Tara.
"I...iya, a..anda.. juga." Yasmin gelagapan hingga tanpa sadar Tara nampak menyungingkan senyum dan menahan tawa. Untuk pertama kalinya Yasmin melihat bagaimana ekspresi wajah suaminya yang sangat tampan itu.
'Dia sangat tampan.' Ucap hati kecil Yasmin yang merasa terpukau dengan wajah sang suami.
"Astaga, aku pikir kau akan menjadi aktris sampai aku tidak percaya bila kau manusia." Ucap Arum memeluk dengan lembut tubuh Yasmin.
"Maaf a..aku.." Yasmin gelagapan dia tidak mau bila semua orang yang ada disana tahu bila dirinya bekerja sebagai seorang pelayan di butik milik saudara suaminya.
"Kalian semua pasti tidak tahu satu hal ini kan? Aku dan istri adikku ini sudah bekerja sama. Dia sudah bekerja padaku sejak satu bulan lalu." Ucap Arum dengan bangga membuat wajah Yasmin merengut seketika.
"Tunggu, bukankah istri dari Tara itu gadis buruk rupa?" Seorang pria hendak menahan tawanya akibat informasi yang dia dapat dari sang kekasih.
"Buruk rupa? Aku setiap hari bersamanya dan dia juga selalu mencuci wajah setiap pagi. Apa kau buta?" Arum nampak kesal dan menatap pria yang membuat adik iparnya menjadi sedih.
"Oh, tidak. Bukan itu maksudku keponakan, maksudku apa kau sengaja menyewa model yang kamu miliki untuk berpura pura menjadi istri adikmu itu heh?" Nampak hawa peperangan dalam ruangan itu sudah menyebar.
"Ya ampun, kamu itu gak punya otak atau bagaimana?" Arum nampak semakin kesal dan mempersilahkan Yasmin dan juga Tara untuk duduk.
"Apa dia operasi plastik?" Sindir pria yang kini duduk di hadapan Arum, Arum berdecak kesal dan mendorong hidung Yasmin hingga ke bawah membuat Yasmin bingung dan Arum juga mencubit pipi Yasmin.
"Kau perlu bukti apa lagi?" Tanya Arum di mana dengan apa yang dia lakukan bisa membuktikan bila Yasmin memang memiliki wajah yang cantik paripurna seperti namanya.
"Cih, dasar tidak berguna." Pria itu nampak kesal dan menatap Yasmin dengan tatapan yang aneh, membuat Yasmin sedikit bergidik melihatnya.
'Bahaya, pasti bajingan itu akan menargetkan adik iparku ini.' Gumam hati Arum, dia merasa resah bila sampai sesuatu terjadi pada kehidupan Yasmin dan Tara.
"Kamu harus berhati hati pada pria itu, jangan pernah percaya pada bualannya." Bisik Arum di dekat telinga Yasmin, Yasmin menjawab dengan anggukan. Tidak berapa lama kemudian kakek dan nenek mereka datang dan suasana harmonispun tercipta, meski hanya sebatas pura pura belaka.
Beberapa kali dia membantu Tara makan dan menyuapi pria itu, semua orang merasa bila rumah tangga mereka nampak sangat harmonis termasuk kakek dan nenek mereka yang bahagia saat melihat kemesraan Tara dan Yasmin.
"Kemarilah, biar aku bersihkan." Yasmin mengambil lap dan mengusap sekitar bibir Tara, ada sebuah gelombang aneh yang menerpa dada Tara dan Yasmin saat keduanya saling berdekatan. Nafas Yasmin yang lembut terasa menerpa beberapa bagian wajah Tara, Tara juga merasakan tangan lembut itu mengusap bibirnya dengan sangat hati hati.
"Terima kasih." Untuk pertama kalinya Tara berucap dengan sangat sopan dan lembut pada Yasmin, sangat jauh berbeda dengan kebiasaannya di rumah megah itu.
"Wah kalian itu sangat serasi sekali." Kakek tersenyum lembut dan sangat senang melihat cucunya akrab dan tidak menunjukkan sisi perselisihan selama dia datang, karena sebelumnya dia tidak melihat bagaimana perselisihan antara Arum dan pria yang berstatus sebagai pamannya sendiri.
"Kakek bener banget, aku sampe berasa jadi pengantin baru kalo deket mereka." Arum memeluk suaminya dengan hangat.
Yasmin tersipu mendengar penuturan itu, begitupun Tara yang tersenyum dan nampak tidak ada penolakan dengan penuturan sang kakek.
"Ini sudah malam, aku harus pulang dulu. Kalian lanjutkan saja makan malamnya." Ucap sang kakek di bantu oleh asistennya untuk berdiri, begitupun sang nenek yang di bantu Arum untuk kembali ke dalam mobil mereka.
Setelah kepulangan mereka kini hawa peperangan nampak sudah mulai kembali terlihat, Arum langsung masuk dan menatap semua orang dengan tatapan dingin.
"Bila kalian berani mengganggu adik iparku, akan aku pastikan semuanya akan merasakan penderitaan yang mengerikan!" Arum menatap semua orang yang berada di sana.
Suaminya yang bernama Amas berdiri dan tersenyum penuh arti, tatapan Amas sang dokter terkenal itu nampak meremehkan mereka semua dan merangkul tubuh sang istri.
"Ayo pulang." Ajak Amas pada Arum, Yasmin juga membantu Tara untuk bangkit dan meninggalkan tempat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!