NovelToon NovelToon

Life In Another World With The Goddess

Chapter 01 : Di panggil Dewi

Ntah apa yang ku lakukan disini dan bagaimana aku bisa berada disini adalah sebuah misteri.

Saat itu, tepatnya pelajaran olah raga, aku sedang berlari mengelilingi kota demi menyelesaikan ujian yang mematikan yang di sebut "Ujian praktek," akan tetapi tiba-tiba saja, sebuah lingkaran aneh muncul di depanku lalu menghisap ku kedalamnya.

Dan sekarang.

Aku duduk di kursi di ruangan yang serba putih. Suasananya begitu sunyi hingga membuatku berpikir untuk melarikan diri namun sebuah suara yang lembut menghancurkan pikiran itu.

"Shiji."

Dia memangil namaku, wanita itu terlihat di umur 17 tahunan dengan rambut panjang berwarna perak, matanya yang secerah langit biru menatapku dengan kelembutan. Ntah bagaimana menggambarkan penampilannya yang jelas dia adalah wanita yang sangat cantik yang pernah ku temui dan aku tahu sosoknya, dia pasti seorang Dewi.

"Shiji, maafkan aku... tapi kehidupanmu sudah berakhir," dia mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.

"Tunggu sebentar, aku tidak ingat pernah mati... barusan aku sedang berlari dan terhisap kesini."

"Fufu, kau benar, di luar dugaan kamu ternyata pintar."

Dia mengatakan sesuatu yang kasar dengan polosnya karena cantik aku memaafkannya.

"Namaku Eris, Dewi Eris.... aku selama ini selalu memperhatikanmu loh dari sini, kamu adalah pemuda yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung."

"Stalker kah..... jangan-jangan kau selalu melihatku mandi."

"Yah... sesekali."

"Barusan kamu bilang apa?" karena berbisik aku tidak jelas mendengarnya.

"Lupakan soal itu... alasan aku memanggilmu aku ingin meminta bantuan padamu."

"Bantuan?"

Apa aku akan di kirim ke dunia lain?

Aku mengulang kata tersebut disaat Eris menutup satu matanya, matanya yang biru langit tertuju padaku seakan sedang menilaiku.

"Kamu ini orang yang sangat baik shiji, bahkan kamu rela membantu orang yang dalam kesusahan walau dirimu sendiri sedang kesusahan."

"Darimana kamu tahu?"

"Aku pernah mengujimu sesekali," Eris berdiri dari kursinya lalu mendekat ke arahku hingga pandangan kami saling bertemu.

"Apa kau pernah melihatku?" tanyanya.

Aku ikut berdiri menatapnya.

"Aku ingat, kamu gadis yang kehilangan dompetnya, yang menangis sambil keluar ingus itu."

"Aaaah, kenapa kau hanya ingat yang itu, aku cuma terpeleset jatuh ke got," wajahnya nampak frustasi namun itu hanya sesaat dan ia kembali ke wajahnya yang penuh wibawa.

"Aku ingin kamu menyelamatkan dunia, aku yakin kamu bisa melakukannya."

"Kamu pasti bercanda, aku ini paling lemah... di kelasku aku paling lambat dalam berlari."

Eris tersenyum nakal dan itu terlihat sangat menggoda.

"Jangan khawatir, dengan kekuatanku, aku bisa merubahmu jadi pria sejati yang kuat, yang membuatmu bisa di andalkan oleh orang lain."

"Kata-katamu menusukku."

"Aku juga bisa memberikanmu senjata pusaka, bagaimana?"

"Jika kamu bisa, kenapa kau tidak lakukan sendiri?"

"Kami para Dewi di larang untuk terlibat lebih jauh dengan dunia fana, lagi pula kalau kami turun ke dunia kekuatan kami akan otomatis tersegel," Eris berkata dengan nada kecewa.

"Boleh aku memikirkannya sebentar."

"Silahkan."

Aku memang lemah, tak bisa di andalkan, menjadi kuat adalah keinginan semua laki-laki yang mana bisa melindungi wanita yang di cintainya. Tapi aku ini jomblo jadi aku tidak ada alasan untuk menjadi kuat, terlebih aku ini pemalas.

Selagi memikirkannya, aku berjalan-jalan mengelilingi Eris.

"Tolong jangan berputar-putar."

Aku berpikir lebih dari biasanya.

"Ingat Shiji, demi keseimbangan dunia, kamu hanya bisa memilih antar pusaka atau kemampuan ngecheat, pilihlah dengan bijak."

Yang kubutuhkan bukan kekuatan, melainkan gadis cantik yang selalu mendukungku dari belakang, benar..... itu dia.

"Dewi Eris."

Aku berhenti tepat di depannya. Aku mendekatkan wajahku sampai kami bisa merasakan nafas satu sama lain.

"A-ada apa?" katanya dengan wajah memerah.

"Aku ingin memilihmu."

Mendengar jawabanku, Eris tertawa kecil.

"Apa ada yang lucu?"

"Bukan itu... maksudku, kamu tahu kan ketika aku berada di sana kekuatanku akan ikut tersegel, kamu mungkin tidak bisa mengandalkanku dalam pertarungan dan juga jika kamu memilihku aku tidak mungkin bisa memberikanmu kekuatan yang tadi kukatakan."

"Tak masalah, aku yakin bisa berjuang dengan kekuatanku sendiri, asalkan ada wanita cantik di sampingku."

Aku sudah jomblo sejak lama, jika memiliki dewi yang mendukungku dari belakang itu akan memulihkan kesehatan mentalku.

"Jangan menggodaku loh, nanti kamu dapat hukuman ilahi," katanya dengan manis.

"Maafkan aku."

Aku menundukkan kepala padanya Bagaimana pun dia seorang Dewi.

"Kamu yakin," Eris bertanya kembali dan aku menganguk mengiyakan.

"Baiklah, aku akan pergi bersamamu dan menyelamatkan dunia di sana."

"Semudah itu, bagaimana dengan ruangan ini."

"Tenang saja, saat kita pergi akan ada seseorang yang menggantikan ku..... kalau begitu kita pergi sekarang."

"Ya."

Eris menjentikan jarinya, bersama dengan itu tempatku berdiri sudah berubah.

Chapter 02 : Memulai Petualangan Dengan Dewi

Ruangan yang putih kini berubah menjadi Padang rumput yang luas. Di sinilah aku berada, bersama sosok Dewi yang mengirimku ke dunia ini, Dewi Eris.

"Loh....."

Eris menatap sekitar dalam kebingungan.

"Apa terjadi sesuatu."

"Tadinya aku ingin memindahkan kita ke kota tapi ini dimana....."

Wajah Eris terlihat kecewa, aku harus segera mengatakan sesuatu agar dia kembali ke sifatnya yang biasa.

"Tak masalah Dewi Eris, kita hanya harus menemukan seseorang lalu menanyakan arah padanya."

"Meski kamu bilang begitu, disini tidak ada siapapun dan juga jangan memanggilku Dewi, orang bisa salah paham kan tentangku, panggil Eris saja."

Aku mengangguk sebelum berkata.

"Aku tidak menyesali keadaan seperti ini, bukannya berduaan dengan Eris di tempat sepi adalah keinginan semua laki-laki."

Eris menunjukan wajah bermasalah padaku.

"Jika kamu terus menggodaku, kamu akan mendapatkan hukuman ilahi loh."

"Jika itu terjadi, aku tidak akan menyesalinya."

"Fufu, kamu berani juga," Eris tersenyum manis yang mana membuatku ingin melindungi senyuman itu.

"Ngomong-ngomong Eris, kamu memindahkanku untuk menyelamatkan dunia ini, memangnya apa yang akan terjadi."

"Itu Rahasia," Eris berkata dengan Nakal yang mana sangat menggoda.

"Setidaknya beritahu aku siapa yang akan menjadi lawanku," aku mendesaknya dan ia kemudian menghela nafas seakan menyerah.

"Raja Kegelapan atau bisa di bilang Raja Iblis."

Sudah kuduga, ini sama seperti dalam game-game yang pernah kumainkan, dimana ketika Dewi memanggilmu, kamu akan di tuntut untuk bertarung dengan sosok raja iblis demi menyelamatkan dunia. Aku kembali bertanya pada Eris.

"Apa dia kuat?"

"Sangat kuat, bahkan akhir-akhir ini dia telah menghancurkan 5 negara sekaligus."

Buset, jika aku melawan mahluk seperti itu aku bisa bisa jadi penyek. Menyadari ketegangan ku Eris menatapku jahil.

"Kau takut."

"Tidak, aku hanya berfikir..... bagaimana kalau kita lupakan soal raja iblis lalu mencari lokasi damai di suatu tempat demi membesarkan anak-anak kita."

"Tidak boleh Shiji, jangan lupa alasan kita disini."

Seakan baru menyadari apa yang telah ku katakan, wajah Eris memerah malu.

"Tunggu sebentar, kamu berencana menikahi ku bahkan menghamili ku," Eris berkata demikian selagi menjaga jarak dariku, bersamaan dengan itu sebuah petir menyambar ku di siang bolong.

"Uwaaahhh, jersey ku gosong bahkan rambutku kini menjadi botak."

"Itulah hukuman ilahi, bagaimana rasanya?"

"Menakutkan."

"Baguslah kamu mengerti," Eris tersenyum puas yang lalu meletakan tangannya di dadaku.

"Apa yang sedang Eris lakukan?"

"Jangan bergerak."

"Recovery." dengan menyebutkan kata- kata itu, penampilanku kembali sedia kala, rambutku juga kembali.

"Ini, bukannya kekuatan Eris telah tersegel," aku bertanya demikian.

"Jika itu kekuatan pemulihan, aku masih bisa melakukannya."

"Terima kasih banyak, terutama untuk rambutku, aku tidak bisa membayangkan hidup botak diusia muda."

Eris tersenyum ke arahku, dari senyuman saja aku merasakan kehangatan yang bisa menenangkan hati, inikah yang namanya sosok Dewi itu.

Selagi memikirkan itu, Eris membantuku berdiri.

"Kamu serius ingin menikahi seorang Dewi."

"Kenapa tidak," aku menjawabnya dengan cepat membuat Eris tertegun sesaat.

Kata selanjutnya darinya.

"Kamu yakin."

"Tentu saja, di duniaku banyak kisah tentang seorang dewa menikahi manusia, kurasa aku juga bisa melakukannya.... tunggu, apa Eris tersipu malu padaku?"

"Berisik Shiji, kau akan mendapatkan hukuman ilahi."

"Tolong jangan yang itu, aku merasa kasihan pada laki-laki yang akan mendekatimu, mereka pasti berakhir tersambar petir."

Aku hanya asal bicara saja, padahal aku tau Eris adalah sosok yang tak pernah tersentuh, jika pun dia turun kedunia ini, itu karena permintaan egoisku.

Aku sedikit menyesal telah menyeretnya.

Eris berkata padaku.

"Soal menggodaku, jika aku mengizinkannya, hal yang barusan itu tidak akan pernah terjadi."

"Dengan kata lain.." aku memotong kata - katanya.

"Kamu harus membuatku jatuh cinta."

Secercah harapan muncul di depanku.

"Akan kulakukan."

"Tapi jangan berharap lebih, membuat Dewi jatuh cinta sama saja disuruh dengan berjalan di atas Air."

"Untuk reverensi, apa Eris menyukai ku?"

"Aku menyukai manusia, selama ini aku bertugas mengawasi umat manusia dan hal yang tidak bisa ku beritahukan padamu, jadi mana mungkin aku menyukai salah satu dari kalian."

"Kamu membagi cintamu secara merata, itu terdengar seperti kamu berselingkuh dengan setiap orang."

"Menyukai dan mencintai adalah sesuatu yang berbeda."

Perkataannya membuatku membuka mata lebar - lebar. Dari awal pertanyaanku sudah salah.

"Biar aku ulangi, apa Dewi Eris mencintaiku?"

"Di sebut cinta mungkin lebih tepat tertarik.... sedikit, cuma sedikit ya."

Dia mengatakannya 2 kali seakan itu hal yang penting.

"Kamu harus mencapai level 100 untuk membuatku jatuh cinta padamu, sekarang kamu masih berada di level 1."

"Jauh amat."

Dia mengukur tingkat hatinya dengan level, sungguh hal yang tidak bisa di pikirkan kebanyakan orang.

"Aku akan berusaha."

Atas pernyataanku, Eris tersenyum lembut, bagaimanapun dia adalah Dewi yang baik hati serta penuh kasih sayang.

"Terkadang beberapa Dewi di pilih dari manusia dan mereka selalu membawa cinta ataupun kasih sayang dari kehidupannya yang lalu."

Setelah berkata itu, Eris berjalan pergi meninggalkanku.

"Tunggu aku, apa maksudmu dengan mengatakan itu."

"Pikirkan saja sendiri."

Eris tersenyum jahil

"Mau kemana kita?"

"Kemana ajah boleh."

"Yah selagi bersama Eris, aku akan senang kemanapun kita pergi.... hidup di dunia lain bersama Dewi adalah yang terbaik."

"Berisik, jangan menggodaku terus."

"Wajah Eris yang malu-malu, sangat mempesona."

"Berisik."

Perjalanan yang panjang kini telah di mulai, ntah apa yang akan menunggu kami, aku tidak akan lari maupun bersembunyi.

Itu semua demi satu hal yang berharga, melindungi Eris dan hidup damai bersamanya hanya itu yang ku inginkan bahkan jika aku harus membuang sosokku yang pemalas, aku akan melakukannya.

Chapter 03 : Bertemu Kesatria Pengguna Excalibur

Kami sampai di sebuah hutan setelah perjalanan lama, ini adalah sebuah sungai yang mengalir jernih.

Selagi memegang tombak aku berusaha mengenai ikan yang berenang namun sudah di tebak, aku tidak mempunyai keahlian apapun, ikan hanya terus melewatiku begitu saja.

Aku bahkan bisa mendengar mereka mengejekku dengan kata pecundang.

Eris yang duduk di pinggir sungai tertawa melihatku.

"Mengandalkan kekuatan sendiri, bagaimana mengatakanya ya..... aku pikir, kamu tipe orang yang akan mati dengan mudah."

"Tolong jangan katakan itu Eris, semua ini kulakukan demi dirimu, akan lebih bagus jika kamu bilang, semangat darling seperti itulah."

"Ogah," Eris memalingkan wajahnya sambil mengembungkan pipinya dan itu terlihat imut.

Aku kembali menatap aliran sungai, saat menemukan target, aku kembali melesatkan tombak di tanganku.

Setelah percobaan 100 kali, aku berhasil mengenainya, walau hanya dapat dua itu sudah cukup untuk makan siang kami.

Di depan api unggun, di tambah sinar matahari kurasa aku akan lebih cepat mengeringkan pakaianku yang basah.

Eris yang duduk di sampingku sedang menikmati ikan yang ku tangkap.

"Kau boleh mengambil bagian ku juga loh."

"Benarkah?"

"Tentu saja, aku bisa mencari makanan lagi di sekitar sini."

"Kamu memang baik Shiji."

Eris mengambil jatah ikanku lalu memakannya dengan senang.

"Eris?" namanya di panggil, ia menatapku.

"Apa kau membenciku?"

"Alasan apa yang membuatku membencimu?"

"Yah, kau tahu aku memintamu untuk menemaniku di dunia ini, mungkin saja kamu sedikit kesal akan hal itu."

Sebagai balasan Eris tertawa.

"Aku sendiri yang memutuskannya untuk ikut denganmu, lagian sesekali berpetualang seperti ini bukanlah hal buruk, malahan aku berterima kasih kamu sudah meminta hal seperti ini... kamu tahu? aku tidak mungkin meninggalkan tempatku disana tanpa alasan yang jelas."

Eris kembali ke ikan di tangannya.

"Rasanya sangat enak, bisakah kamu menangkap ikan lagi untukku."

"Mustahil, setelah kita sampai di kota dan memiliki banyak uang aku akan mentraktirmu sebanyak yang kau mau."

"Aku menantikannya."

Membiarkan Eris menikmati ikannya, aku masuk kedalam hutan untuk mencari makanan, bagaimana pun di tempat seperti ini sangat mudah untuk menemukan berbagai makanan seperti buah buahan, bahkan aku juga menemukan beberapa jamur yang bisa dimakan.

Aku membuka Jerseyku lalu mengikat ujung lengannya, di tambah sedikit penyesuaian, keranjang kain di dapat.

Aku tidak tahu nama buah ini yang jelas bentuknya seperti melon dengan warna merah, tumbuhannya menjalar di antara semak - semak.

Ini pasti melon dari dunia ini.

Tanpa berpikir lagi, aku mulai memetik lalu menumpuknya di bawah kakiku. Sekitar tujuh buah berhasil di petik untuk berjaga-jaga jika kami kehabisan makanan, aku kembali menyusuri semak - semak bukannya buah yang ku temukan, aku malah menemukan seorang gadis tertidur disana, ia berambut pirang di kepang satu ke belakang, mengenakan armor lengkap dengan pedang dan perisai.

Ada 2 lubang di armornya yang nampak aneh dari sana darah mengalir.

"Oi, bangunlah... kau baik-baik saja," aku terus menggoyangkan tubuhnya namun ia tak bereaksi, bersamaan dengan itu aku mendengar sebuah suara aneh dari kejauhan, itu terdengar seperti desisan ular.

Aku menatap lekat-lekat jauh ke depan, benar saja sebuah kepala muncul dari sana dengan cepat.

Aku segera membawa si gadis dalam pangkuanku, sambil berlari, dia sangat berat...

'Apa-apaan itu. Oi, bangunlah."

Merasakan beban yang semakin berat, aku memilih menyerah berlari dan membaringkan tubuh si gadis di tanah.

Aku mengambil pedangnya selagi menghadap ular yang semakin memdekat. Ini pertama kalinya aku memegang sebuah pedang namun aku tidak asing dengan benda ini selama ini aku sering melihatnya di game... ini pedang Exalibur, mungkin saja aku bisa menggunakannya.

Aku berlari kedepan dengan kedua tangan memegang pedang, mengayunkannya dari atas aku mungkin bisa mengenai tubuhnya.

Guakh.

Ular itu berhasil mencambukku dengan ekornya lalu mengeluarkan asap keunguan dari mulutnya.

"Ini racun."

Selagi menutupi mulutku dengan satu tangan, aku keluar dari kepulan asap beracun dengan cara berlari, ular itu mengejarku layaknya seekor tikus bahkan setelah aku mengecoh nya ular itu terus meluak-liuk di antara pepohonan.

"Sial.... apa tidak ada jalan lagi," langkahku terhenti di ujung tebing, disaat si ular muncul dari hutan ia menjulurkan lidah bercabangnya sambil mengangkat tubuhnya ke atas.

Matanya yang besar memantulkan bayanganku disana.

"Ugh..."

Ular mengambil ancang-ancang lalu melompat ke arahku. Aku berhasil menghindarinya dengan berguling sementara ular itu jatuh ke jurang terbawa arus air.

Aku hanya menatapnya dari tempatku bendiri.

Ketika sadar, aku berlari ke arah dimana aku meninggalkan gadis itu. Dia pasti dalam bahaya bisa saja bekas di armor nya itu adalah bekas gigitan ular.

Aku memikirkan kemungkinan tersebut, sesampainya di sana seorang gadis lain duduk di sebelahnya, ia memiliki rambut keperakan dengan tubuh wanita dewasa, Eris

"Heal..." secercah cahaya muncul di tangan putih Eris, bagaikan sebuah cahaya bulan.

Tak lama si gadis berambut pirang membuka matanya.

"Ah..uh...?" gadis itu mengerang selagi memegangi kepalanya.

"...."

"Bukannya itu pedangku."

"Ah, ya.. aku meminjamnya saat melawan ular itu."

"Benar, ular itu.... dia menyerang pasukan ku , dimana dia?"

"Dia jatuh ke jurang lalu terbawa arus," aku memberikan pedang itu saat gadis berambut pirang itu berdiri, Eris pun mengikutinya

"Begitu... ular itu pasti akan kembali."

"Aku juga berpikiran demikian."

Si gadis mengalihkan pandangannya ke Eris. dia menundukkan kepalanya sekali.

"Terima kasih banyak sudah menyembuhkan ku, namaku Sirius Alistria Weafolt, kalau boleh tahu siapa kalian berdua?"

"Namaku Shiji, calon suami gadis di sampingku ini, Eris."

"Begitu, kalian sepasang kekasih."

"Bukan, kami hanya rekan setim tidak lebih maupun kurang," mendengar penolakan Eris sedikit membuatku terluka

"Cinta bertepuk sebelah tangan kah."

"Tolong jangan katakan itu dengan wajah serius, nona Serius."

"Namanya Sirius , Shiji."

"Aku sengaja mempelesetkanya, biar terdengar lucu."

"Tolong jangan hiraukan orang ini, dimasa lalu ia ingin menjadi pelawak, namun cita-citanya kandas di tengah jalan."

Sirius tertawa kecil melihat tingkah kami.

"Aku ingin mengundang kalian berdua ke kediamanku sebagai rasa terima kasihku, tapi saat ini aku tengah berada dalam misi."

Dari sikap serta tingkah lakunya, aku tahu dia pasti seorang bangsawan kerajaan.

"Tak apa, kami hanya kebetulan lewat saja, kalau boleh tahu, apa yang anda lakukan disini."

"Panggil saja Sirius."

Aku menganguk mengiyakan

"Kami sebenarnya datang kemari untuk melindungi pemukiman elf, menurut informasi sebentar lagi pasukan orc akan menyerang kemari." Sirius berhenti sejenak sebelum melanjutkan.

"Namun tiba-tiba saja ular itu muncul lalu menyerang kami dari belakang, hanya aku yang berhasil selamat darinya."

"Aku turut berduka, ayo pergi Eris."

Mengabaikan ajakanku Eris tersenyum jahil kearahku.

Apa yang dia rencanakan, aku merasakan firasat buruk.

"Katamu, kamu sedang melaksanakan misi kan."

Sirius mengangguk.

"Boleh kami membantu, begini-begini Shiji orang yang hebat loh, ia bahkan bisa mengalahkan monster dengan sekali tebas."

"Benarkah, aku sangat menghargainya," jawab Sirius.

"Tunggu Eris, apa yang kau katakan? apa kau masih marah karena aku berencana menikahimu dan mempunyai anak darimu, tolong jangan libatkan aku kedalam mara bahaya."

Eris menutupi wajahnya dengan malu.

"Disaat seperti ini kamu mengatakan hal itu."

Petir menyambarku untuk kedua kalinya.

"Kau baik-baik saja," si Kesatria terlihat menghawatirkanku.

"Ya, aku mulai terbiasa dengan petir, sebentar lagi aku pasti bisa menggunakan element petir."

"Gawat rambutmu lenyap."

"Uwahhhh..... Eris lakukan sesuatu."

"Ogah."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!