NovelToon NovelToon

Musuh Jadi Suami

Episode 1 Hari pertama bekerja

"Bismillah', mudah- mudahan pekerjaan kali ini bisa bertahan". Batin Fatma saat hendak memasuki sebuah perusahaan yang baru saja menghubungi dirinya untuk mulai bekerja. Setelah hampir tiga minggu dia melamar pekerjaan di perusahaan tersebut.

Baru saja Fatma hendak memasuki pintu utama, sudah diganggu oleh salah satu karyawan. Namanya Rosalina, Rosa adalah seorang karyawan yang memiliki sifat sombong, dan suka mengintimidasi karyawan baru.

Seperti yang dia lakukan kepada Fatma, saat baru saja melangkah melewati pintu utama, kakinya langsung di senggol oleh Rosa, hingga membuat Fatma terjatuh, dan membuat setiap mata tertuju padanya.

Malu?, ya jelas malu. Sebab baru pertama kerja saja sudah jatuh, dan menjadi pusat perhatian para staf yang lainnya.

Rosa tersenyum mengejek saat melihat Fatma terjatuh. "Huh, ya ampun! kasihan sekali ya, baru hari pertama masuk kerja, sudah sial". Ejek Rosa lalu berjalan menjauh meninggalkan Fatma yang masih terduduk di lantai.

"Aww!". Fatma berusaha berdiri, namun kakinya terasa sedikit ngilu akibat terkena tumit sepatu Rosa.

"Mari saya bantu". Suara seorang lelaki dan mengulurkan tangannya untuk membantu Fatma berdiri.

"terima kasih ya mas". Fatma berucap dan tersenyum ramah kepada lelaki itu.

"perkenalkan nama saya Rahmad, karyawan di sini". Rahmad memperkenalkan dirinya tanoa diminta oleh Fatma. "Kalau boleh tau, nama kamu siapa?, dan sedang apa di sini?, sebelumnya saya belum pernah melihat kamu di sini?".

"Nama saya Fatma, saya adalah karyawan baru di sini, dan ini hari pertama saya untuk bekerja".

Rahmad mengangguk tanda mengerti. "oh begitu kalau begitu kamu langsung saja ke tempat kamu, saya akan antar ke sana".

"Ti_ tidak usah!, nanti saya akan kesana sendiri". sahut Fatma sungkan.

Bukan Rahmad namanya kalau tega meninggakkan seorang gadis yang tengah kesakitan. "Tidak apa- apa, ayok saya antar".

Karena kegigihan Rahmad untuk membantu, akhirnya Fatma pun tak bisa menolak bantuan dari Rahmad dan segera menuju ke meja kerja Fatma dengan bantuan Rahmad.

"Makasih ya mas Rahmad, sudah bantu saya". Ujar Fartma tersenyum ramah.

"Tidak masalah, lain kali kalau butuh bantuan, panggil aku saja oke!. Meja ku berada tepat di belakang meja kamu". Rahmad mengedipkan sebelah matanya dan menunjuk ke arah meja kerjanya, lalu segera melangkah ke meja kerjanya.

setelah satu harian bekerja, Fatma segera bersiap untuk pulang.

"Hei!". panggil Rahmad. "Yuk pulang bareng, kamu pasti nggak bawa kedaraan kan?". Lanjutnya.

Dalam hati Fatma merasa aneh dengan sikap Rahmad kepadanya. "memang aku nggak bawa kendaraan, karena aku nggak punya".

"Tapi maaf ya mas Rahmad, aku pulang naik angkot aja".

"Jangan panggil mas dong, panggil Rahmad aja, biar lebih akrab. kelihatannya, umur kita juga nggak beda jauh. Yuk ah kita pulang bareng aja, eh kalau boleh tau rumah kamu di mana?".

"Iya deh Rahmad, kali ini kita pulang bareng. Tapi besok- besok, ijinkan aku pulang sendiri aja ya".

Sekali lagi Fatma tidak bisa menolak niat baik Rahmad.

"Aku tinggal di jalan A, kamu tau kan rumah susun itu, nah aku tinggal di sana". Jawab Fatma polos.

"Kalau begitu kita se arah dong. Rumah ku juga melewati rumah susun itu".

Akhirnya Fatma pulang bersama Rahmad sore ini.

Di tengah- tengah perjalanan, Rahmad mengajak Fatma singgah di sebuah cafe untuk makan. "Kita makan dulu yuk, di Cafe ini makanannya terkenal enak- enak loh".

Fatma menggeleng, bagaimana bisa dirinya akan makan di cafe mewah seperti itu, sedangkan dirinya saja belum gajian. Kalau pun sudah gajian, dirinya tidak akan sanggup untuk makan di sana. Terlebih lagi Fatma berencana ingin pindah dari rumah susun itu.

"Tidak usah deh Mad, aku mau pulang aja. kasihan ibuku sendirian di rumah".

"Emm, baiklah kalau begitu". Rahmad kembali melajukan mobilnya hingga sampai di depan gerbang rumah susun, di mana Fatma tinggal.

Fatma segera turun dari dalam mobil Rahmad, dan mengucapkan terima kasih kepada yang punya mobil. "Makasih ya Mad, udah antar aku sampai rumah. tapi lain kali aku akan pulang sendiri".

"Iya sama- sama Fat, tidak masalah juga kalau kamu mau menumpang sama aku setiap hari".

"Wah- wah, ternyata seorang putri rumah susun" . Terdengan suara seorang wanita seperti mengejek.

"Dan tuan putrinya di antar oleh pangeran, atau jangan- jangan kamu lagi mengincar orang- orang kaya ya?. Ha ha ha".

"Rosa!".

"Iya ini aku, kamu terkejut ya melihat aku juga ada di perusahaan yang sama dengan kamu?. Aku tidak akan membiarkan kamu dapat pekerjaan dan kehidupan yang mewah".

Sebenarnya Fatma sangat malas menanggapi Rosa. Akan tetapi, semakin didiamkan Rosa akan semakin menjadi.

Rosa adalah teman sekolah Fatma dulu waktu SMP. Rosa selalu iri melihat Fatma yang memiliki pretasi yang bagus dan juga banyak teman di sekelilingnya. Bahkan Fatma kerap kali mendapat penghargaan dari sekolah, dan juga mendaoat beasiswa sampai kuliah.

Sedangkan Rosa, dia selalu sendiri karena banyak teman sekelasnya yang bilang, kalau Rosa suka jahat sama orang. walaupun begitu, Fatma tidak menanggapi rumor itu, dan mengajak Rosa untuk bergabung saat mereka sedang bermain, atau belajar kelompok.

Akan tetapi, Rosa malah mengira kalau niat baik Fatma itu hanyalah pura- pura saja. Agar teman- teman yang lain semakin memujinya. Padahal sebenarnya, Fatma sama sekali tidak punya niatan jahat seperti itu.

"Aku tidak masalah mau kamu kerja di sana atau tidak. Mau kamu punya niat buruk terhadapku atau tidak, aku tidak perduli. Yang pasti, tugasku hanya akan berusaha bekerja sebaik mungkin agar tetap bertahan dengan pekerjaanku yang sekarang".

Setelah Fatma berucap demikian, Fatma langsung berbalik badan dan melangkah masuk meninggalkan Rosa. Tak perduli Rosa akan semakin marah bahkan akan semakin membencinya.

"Ibu!!" teriak Fatma ketika baru saja membuka pintu rumahnya. Fatma melihat Lasmini, ibunya Fatma tergeletak di lantai sambil berusaha untuk bangun.

Lasmini terkena strok ringan, setelah mengetahui suami berselingkuh dengan wanita lain.

"Ibu kenapa bisa jatuh ke lantai?". Fatma segera membantu ibunya untuk naik ke atas kasur.

"Riswan tadi datang ke sini". Terihat raut wajah Lasmini yang ketakutan.

Sikap Riswan sangat mirip dengan ayahnya, Bramono. Awalnya Riswan adalah anak yang penurut, meski kadang- kadang suka uring- uringan. Namun, sikapnya mulai berubah, setelah Riswan mengetahui ayahnya berselingkuh, bahkan sudah menikah dengan wanita lain.

Semenjak saat itu, Riswan tak lagi tinggal bersama Ibu dan adiknya. Riswan pergi entah kemana. Namun, kadang- kadang Riswan akan datang ke rumah untuk meminta uang. Dan dia akan marah jika tidak mendapatkan apa yang Riswan mau.

"Yasudah, ibu istirahat aja ya. Ibu tidak usah khawatir, nanti setelah Fatma gajian, Fatma akan mencari rumah yang baru untuk kita tinggali. Fatma akan bawa ibu pindah dari sini. Agar bang Riswan tidak menganggu kita lagi".

Fatma segera berjalan menuju persimpangan, setelah berpamitan kepada ibunya. Fatma selalu menunggu angkutan umum yang lewat saat hendak pergi bekerja.

Sebelumnya Fatma sudah sering sekali keluar masuk dari tempat kerja yang satu ke tempat yang lainnya. Meski Fatma bekerja dengan baik, dan bosnya menyukainya, selalu saja ada yang membuatnya dikeluarkan dari tempat dia bekerja tersebut.

Fatma sangat berharap, pekerjaan kali ini adalah harapan satu- satunya, dan dirinya berharap agar bisa tetap bertahan di perusahaan itu. Meski sekarang ada Rosa yang akan selalu mengganggunya. Fatma akan berusaha untuk selalu melindungi dirinya sendiri.

"Tin! tin! tin!".

saat Fatma sedang asik dalam pikirannya sendiri, tiba- tiba sebuah mobil membunyikan klakson tepat di hadaoannya.

"Ayo naik!".

"Jefri!". Mata Fatma membulat melihat lelaki yang ada di dalam mobil.

"Jefri adalah teman sekelas Fatma saat duduk di bangku SMA sampai kuliah, Jefri sangat cuek dan dingin dan kadang arrogan kepada siapa pun. Jefri seringkali di juluki lelaki salju yang arrogan oleh Fatma saat mereka SMA dulu. Bahkan hingga kuliah, tanpa di sengaja mereka malah masuk ke Univeraitas yang sama bahkan mereka satu jurusan.

"Ayo cepat naik, kamu mau terlambat sampai kantor?".

Fatma melihat jam tangannya dan sudah hampir menunjukkan pukul 09:45. Jika dia menunggu angkutan umum pun, pasti akan terlambat. karena angkutan umum akan sering berhenti kalau ada penumoang yang naik atau turun di tengah jalan. Tanpa pikir panjang, akhirnya Fatma segera masuk ke dalam mobil Jefri.

"Kenapa duduk di belakang?, kamu pikir aku supir kamu?". Ucap Jefri menatap Fatma dari kaca spion.

"What!"?. batin Fatma lalu buru- buru pindah ke kursi depan.

episode 2

"Memangnya kamu kerja di mana?, kok bisa tiba- tiba lewat sini?". Tanya Fatma mencoba memulai percakapan.

"Setiap hari aku lewat dari sini". Jawab Jefri singkat.

"Huft!, memang tidak salah dari dulu aku juluki si lelaki salju yang arogan". Batin Fatma dongkol. Namun harus tetap beramah tamah, karena sudah di kasih tumpangan.

"He he he, kamu kerja nya di mana?, tadi belum di jawab".

"Untuk apa kamu tau?".

"Ya ampun!, tinggal kasih tau aja, susah amat". Lagi- lagi Fatma di buat dongkol dengan jawaban Jefri.

"Sudah sampai". Jefri segera menepikan mobilnya.

"Ini tempat kamu bekerja?".

"Bukannya kamu yang bekerja di sini. Cepat masuk, nanti di marahin sama bos kamu".

"Ah, iya! tinggal 2 menit lagi. Kalau begitu aku masuk dulu, makasih tumpangannya ya!". Fatma segera keluar dari mobil lalu berlari meninggalkan Jefri yang masih menatapnya dari belakang. Fatma belum tau menahu kalau sebenarnya bos di tempat ia bekerja itu adalah Jefri Perdinan

Jefri tersenyum melihat tingkah Fatma. "Ternyata dia masih sama seperti dulu, sedikit ceroboh meskipun dia pintar". Batin Jefri sembari memarkirkan mobilnya.

Jefri merasa senang saat melihat Fatma bergabung ke dalam perusahaannya. Jefri merasa dirinya mempunyai semangat seperti empat tahun lalu, saat kuliah dan selalu bertemu dengan Fatma.

Namun, Jefri tidak tau bagaimana caranya bersikap untuk meluluhkan hati wanita. Dirinya selalu nampak dingin dan cuek, meski ada rasa suka di dalam hatinya.

"Heh!, ini sudah jam berapa?, masih anak baru kok sudah berani datang terlambat". Hardik Yulia salah satu karyawan, lebih tepatnya senior Fatma.

"Ini masih awal- awal aja bu yul, nanti itu akan jadi kebiasaannya. suka terlambat". Rosa ikut menimpali ucapan Yulia.

Fatma menunduk. "Ma_ maaf bu, saya terlambat. Hari ini angkutan umumnya agak lama lewatnya, nggak seperti biasa".

"Halah! alasan aja bu, palingan juga bangunnya kesiangan. lagian sudah bekerja masa tidak mampu membeli kendaraan, minimal motor".

"Ya Allah, kenapa selalu saja ada cobaan yang Engkau berikan kepada hamba?". Ucap Fatma dalam hati dan tidak menyahut perkataan Rosa, membuat Rosa semakin kesal.

"Maaf bu yulia, saya berjanji besok- besok saya tidak akan terlambat lagi".

"Bagus kalau begitu!. semoga saja kamu tidak mengulanginya lagi".

"Iya bu". Fatma mengangguk lalu kembali ke tempatnya untuk mengerjakan pekerjaannya.

Dua bulan telah berlalu, banyak suka duka yang Fatma lewati di tempat ia bekerja. Dan Fatma juga sudah pindah dari rumah susun. Dan sekarang Fatma menyewa salah satu perumahan, karena di sana ada security yang menjaga 24 jam. Jadi Fatma merasa sedikit lebih aman meninggalkan ibunya sendiri di rumah, saat Fatma sedang bekerja.

"Waktunya makan siang". Batin Fatma setelah melirik jam di pergelangan tangannya, yang menunjukkan ke angka 12.

"Fat, Fatma!". panggil Rahmad dari arah pintu.

"Ada apa Mad? tanya Fatma mendekat.

"ini, kamu baca dan pelajari dulu isi- isinya. Besok pagi, aku akan bawa kamu ke ruangan bos".

Rahmad menyerahkan sebuah map berwarna biru kepada Fatma.

Fatma mengernyitkan keningnya bingung. "Aku harus membaca dan memahami isinya?, lalu bagaimana dengan pekerjaanku yang menumpuk?".

"pekerjaan menumpuk?, bagaimana bisa?. Aku sudah memberitahu Rosa untuk mengambil alih pekerjaanmu hari ini. Apa dia tidak mengatakannya padamu?".

"Hah!". Mata Fatma membesar mendengar perkataan Rahmad barusan. "Tapi dia tadi malah memberi aku 3 buah map untuk aku kerjakan. katanya disuruh bos". Fatma berkata jujur.

"Astaga!, ya sudah, itu tidak usah kamu pikirkan. Nanti biar aku yang urus, dan aku yang akan menyerahkan itu semua kepada Rosa".

"Eh, kalian tau nggak, kalau pak bos akan menambah asistennya. Asisten khusus!".

"Hah! asisten khusus?".

"Iya, asisten yang akan bekerja satu ruangan dengan bos".

"Ah aku sih yakin, kalau kamu yang akan di pilih menjadi asisten bos".

"Ha ha ha, itu sih udah pasti".

Dengan sombongnya, Rosa mengatakan kalau dirinya yang akan terpilih untuk menjadi asisten pribadi sang bos. Dia tidak gau saja, kalau bos sudah memilih sendiri asistennya, dan itu adalah Fatma.

"Ini semua berkas- berkas yang harus di selesaikan hari ini. jadi aku harap, kamu bekerja lebih giat hari ini. karna kalau ini tidak selesai, bos akan marah".

Lagi asik- asiknya mengobrol di jam kerja tiba- tiba Rahmad datang dan membawa berkas- berkas yang Rosa berikan kepada Fatma. Rahmad meletakkan berkas- berkas yang ada di meja Fatma ke meja Rosa, membuat Rosa terkejut bukan main.

"Loh, kenapa malah di antar kembali ke sini?. Harusnya kan Fatma yang mengerjakannya!".

"Fatma sedang banyak pekerjaan, malah kamu tambah lagi pekerjaannya. Bukannya tadi aku sudah bilang, kamu ambil alih pekerjaan Fatma hari ini?, tapi kenapa tidak kamu lakukan?".

Rahmad adalah sepupu dari Leo, Akan tetapi Rahmad tidak ingin jadi atasan, karena merasa dirinya kurang mampu untuk memimpin. Rahmad lebih memilih menjadi karyawan biasa. Namun meski begitu, Rahmad masih tetap bisa memerintah karyawan lain.

"Kamu nggak tau ya, sebentar lagi aku akan menjadi asisten pribadinya bos. Jadi kamu nggak akan bisa merintah aku seperti ini. Dan ini, aku tidak akan mengerjakannya!". Tolak Rosa yang masih dengn sikap sombongnya.

Rahmad tersenyum kecil, merasa lucu dengan ucapan Rosa. "Maaf ya bu Rosa, pak bos kita sudah memilih siapa yang akan menjadi asisteb pribadinya, dan itu bukan anda!. Lebih baik kamu kerjakan ini, sebelum pak bos kita yang ganteng itu memecat anda". Ucap Rahmad menekankan ucapannya.

Mendengar itu, Rosa hampir tidak percaya. "Bagaimana mungkin, pak bos sudah menemukan orangnya?. Apa aku kurang menarik untuk jadi asisten pribadi?". Batin Rosa terduduk lemas.

"Ini bagaimana sih, kenapa aku harus disuruh memahami ini, ini kan tata cara menjadi asisten. Huft, lagi pula kenapa malah sampai belajar seperti ini hanya untuk jadi seorang asisten?.

"Ehh bentar- bentar!, asisten?" Fatma baru tersadar setelah mengingat kata asisten. Pasalnya bosnya sedang ingin menambah seorang asisten. Fatma bingung, kenapa map itu diberikan kepadanya?. Dan besok pagi Rahmad mengatakan akan membawanya ke ruangan bos.

"Hah! apa aku yang akan menjadi asistennya pak bos?".

"Fatma, kamu kenapa? kenapa muka kamu pucat begitu?". Tanya Meri.

Episode 3 Asisten Pribadi Jefri

Tepat hari ini Fatma menjadi asisten bos, tapi Fatma sama sekali belum pernah melihat bosnya seperti apa?. Bagaomana sikapnya?, Fatma Khawatir kalau- kalau nanti bosnya sangat arrogan dan suka marah-marah.

"A_ aku tidak apa- apa".

"Lihatlah, wajahmu pucat, dan keringatmu juga bercucuran. Padahal ac ruangan ini lumayan dingin". Ririn menyeka keringat Fatma dengan tissue. "Ayo kita ke klinik aja" Ajak Ririn.

Fatma menggeleng, Dirinya tidak mau selalu merepotkan Ririn."Rin, Aku tidak apa- apa, hanya sedikit lelah saja. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu oke".

Ririn mengangguk lalu kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Iya baiklah, tapi kalau kamu kenapa- kenapa, segera panggil aku ya!".

"Oke".

"Huft, akhirnya pulang juga". Fatma merapikan meja kerjanya. "Besok kalau aku sudah tidak di sini, siapa yang akan menggantikan aku ya di tempat ini?".

"Fatma, yuk pulang bareng, aku akan mentraktirmu hari ini. Hari adalah hari ulang tahunku". Ucap Ririn menghampiri Fatma yang sedang berkemas.

"Wah!, iyakah?. Kalau begitu selamat ulang tahun Ririn yang cantik dan baik hati. Yuk, aku tidak akan melewatkan traktiranmu kali ini". Fatma menggandeng tangan Ririn setelah mengucapkan selamat ulang tahun.

Merekan berdua memilih sebuah cafe untuk makan, kemudian memesan menu yang mereka inginkan. Saat sedang asik makan, Rosa dengan sengaja menyenggol tangan Fatma hingga membuat makanan Fatma berserakan di atas meja.

"Upss!!! sorry!". Rosa tersenyum sinis, setelah membuat makanan Fatma berserakan.

"Kamu!". Teriak Ririn yang tampak marah dengan sikap Rosa.

"Sudah- sudah". Fatma berusaha menenangkan Ririn yang hampir menampar Rosa. "Kita pergi saja, itu lebih baik".

Menurut Ririn tidak ada gunanya bertengkar dengan Rosa di tempat umum seperti itu. Fatma segera mengajak Ririn untuk segera pergi dari cafe itu untuk menghindari Rosa, meski mereka belum selesai makan.

Saat baru hendak pergi, dengan cepat tangan Fatma di tarik oleh Rosa. Hingga membuat Fatma hampir terjatuh.

"Rosa!".

"Ada apa?, kenapa kau selalu mengangguku?. Apa kesalahan yang sudah kulakukan kepadamu, sehingga kau selalu saja mengangguku?". Fatma sudah berusaha selalu menahan emosinya saat Rosa mulai mengganggunya. Namun, apalah daya, Fatma juga hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran.

"Karena aku benci kamu". Jawaban singkat yang di berikan oleh Rosa membuat Fatma dan Ririn saling tatap.

"Heii, kau benci kepada Fatma soal apa? Apa kau tidak bisa melihat kebaikan Fatma. Bahkan orang sebaik Fatma saja ada yang membenci. Apa lagi orang sepertimu?". Kesal Ririn.

"Kau tidak usah ikut campur! ini urusan aku dengan wanita ja_lang ini".

"Sudah kita pergi!". fatma tak menghiraukan ucapan Rosa, dan memilih untuk meninggalkan cafe tersebut, dan langsung pulang ke rumah.

"Hmmm, wangi sekali bau masakan ini?. Seperti masakan ibu waktu aku berumur 10 tahun". Ada aroma masakan yang terasa sangat lezat, saat Fatma baru sampai di teras rumahnya.

Fatma teringat akan masa kecilnya. Sewaktu keluarganya masih utuh, ibunya sangat rajin sekali memasak, membuat masakan- masakan lezat. Lasmini dulunya adalah seorang juru masak di sebuah restoran ternama. Namun setelah menikah, Lasmini terpaksa berhenti bekerja atas permintaan suaminya, dan Lasmini pun menyetujuinya.

Hingga saat ayahnya ketahuan berselingkuh dan telah menikah lagi, Lasmini tidak pernah lagi mah melakukan apa-apa, termasuk memasak. Meski memasak adalah hobinya. Dirinya depresi berat, hingga mengalami stroke ringan.

"I_ ibu!". Teriak Fatma menghampiri ibunya di dapur.

Lasmini tersenyum melihat anaknya sudah pulang kerja, lalu mengajak Fatma untuk segera makan. "Kamu pasti rindu masakan ibu kan?".

Fatma mengangguk, lalu menghamburkan pelukan kepada ibunya seraya menangis.

"Ibu, ibu sudah sembuh?, ibu sudah sehat?. Ini ibu yang masak semuanya?".

"Iya sayang, Ibu rindu pekerjaan ibu dulu, dan rindu juga melihat anak ibu makan dengan lahap.

"Alhamdulillah". Fatma mengangkat tangannya.

"Syukurlah kalau ibu sudah sembuh, Fatma senang sekali bu".

"Oh iya! Fatma mau ngasih tau ibu, kalau besok Fatma akan jadi asisten pribadi bos Fatma di perusahaan. Tapi, Fatma belum tau bu, seperti apa bos Fatma".

"Syukurlah kalau kamu benar naik jabatan, ibu senang mendengarnya. Kamu harus kerja yang lebih giat lagi, agar bosmu semakin baik padamu". Lasmini mengusap punggung putrinya sembari memberi semangat.

Fatma mengangguk dan mengajak ibunya untuk segera beristirahat.

Keesokan paginya, di perusahaan sedang heboh tentang siapa yang akan menjadi asisten pribadinya Leo. Seorang CEO di perusahaan itu.

Meski para karyawan tidak ada yang tahu bagaimana wajah sang CEO, atau pun sikapnya. Para karyawan tetap berharap mereka bisa terpilih sebagai asisten pribadi. Karena jika sudah menjadi asisten, pasti akan ada kenaikan gaji juga. Terlebih lagi itu adalah asisten pribadi.

"Bu Yulia, ibu pasti akan terpilih sebagai asisten pribadinya bos". Rosa memang berharap akan menjadi asisten juga. Akan tetapi saat melihat Yulia, Rosa langsung pasang muka di hadapan Yulia. Karena Rosa tau, kalau keluarga Yulia sangat dekat dengan keluarga Bos mereka.

"Ada apa sih pagi ini? kok terlihat ramai sekali?". Tanya Fatma merasa penasaran kepada Ririn. Fatma sepertinya lupa kalau akan ada pengangkatan karyawan sebagai asisten pribadi sang bos.

"Hari ini kan ada pengangkatan karyawan, dan itu hanya satu orang. Pasti orang yang di angkat itu sangat beruntung karena bisa terpilih". Jelas Ririn.

"Oh iya!" batin Fatma.

"Kamu ada lihat Rahmad tidak?".

"Pak Rahmad?, sepertinya dia belum datang". Ririn menjawab seraya menggelengkan kepalanya. "Aku belum melihatnya pagi ini".

Fatma kembali duduk di kursinya, kursi dan meja yang sudah menemaninya selama kurang lebih 3 bulan ini. Setiap hari mengerjakan berkas- berkas yang bertumpuk- tumpuk. Dan bahkan dengan sengaja Rosa memberikan tugasnya untuk di kerjakan oleh Fatma. Jika Fatma menolak, Rosa mengancamnya akan mengadukan yang bukan- bukan kepada Yulia yang berprofesi sebagai HRD di perusahaan.

Dan akhirnya Fatma menurut saja dengan Rosa, karena Fatma masih sangat butuh pekerjaan itu. Meski dia tau kalau Yulia tidak akan memecat seseorang yang tidak berbuat kesalahan fatal.

"Hei Fatma!". panggil Rahmad membuyarkan lamunan Fatma.

"Iya ada apa Mad?". Tanya Fatma seraya menoleh ke arah suara.

"Ayo ikut aku".

"Kemana?".

Meski Fatma bingung mau kemana di ajak Rahmad, kaki Fatma tetap melangkah mengikuti langkah Rahmad yanga da di depannya.

"Tok,tok,tok!". Rahmad mengetok pintu yang bertuliskan Ruangan CEO tersebut.

"Masuk!". sebuah suara dari dalam sana, menyuruh mereka untuk segera masuk.

"Jef ini Fatma, asisten yang kamu pilih". Ucap Rahmad setelah mereka berdua masuk ke dalam ruangan itu.

"Hah!, Jef?. Kenapa bukan bos atau pak?". Batin Fatma keheranan.

Meski sudah sudah berada di ruangan yang sama, Fatma tetap tidak bisa melihat wajah bosnya. Karena, Jefri duduk membelakangi mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!