...Valeria Region Arc (Arc Wilayah Valeria) - Bab 1...
...‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵...
Seorang anak bernama Aric Fanzel memulai hidupnya sebagai petualang di usia 16 tahun, ia berasal dari desa kecil di sebuah negara bernama desa Valeria, ia tumbuh di daerah yang dibilang dibawah standar ekonomi, kondisi lingkungan dan rumah yang buruk, bahkan ayahnya yang sudah meninggal saat ia berusia 4 tahun.
Kini Aric menginjak usia 16 tahun dan pergi ke daerah luar bersama 3 orang temannya, yaitu Nyla, Seraphina, dan Raline. Mereka berempat memulai petualangan mencari sebuah kristal pusaka yang dinilai mahal dan multiguna.
Kristal tersebut diketahui berada di salah satu gua terpencil selatan desa Valeria tersebut. Ketika Aric, Nyla, Seraphina, dan Raline menemukan sebuah reruntuhan kuno, ia bertemu dengan seseorang bernama Fergus yang cukup humoris.
"Hahaha... Kalian tidak akan percaya apa yang telah kutemukan" ujar Fergus sembari tertawa. "Apa yang kau temukan?" tanya Seraphina.
"Aku menemukan buku berisikan lelucon kuno di reruntuhan ini, lihatlah ini Nyla, bagian yang ini sangat lucu Haha", "Wah, iya, hahaha, aku tidak menyangka nya kau bisa menemukan buku seperti itu, Fergus" jawab Nyla tertawa.
"Sudahlah, kita disini bukan untuk bersenda gurau, kita sudah akan memulai hidup sebagaai petualang" bantah Aric.
"Iya iya. Kau yang terlalu bersemangat Aric" jawab Raline. "Bagaimana tidak? Ayahku yang dulu seorang petualang kata ibuku. Jadi, aku berusaha mengejar jejaknya!".
"Lihat? Ini beberapa keping perunggu dan perak yang diberikan ibuku untuk semasa perjalanan" kata Aric.
Semua terdiam, dalam hati masing-masing merasa prihatin karena sejak awal ekonomi keluarga Fenzel tidak memadai.
Lalu Seraphina mengeluarkan sejumlah keping perak, dan disusul dengan Fergus sejumlah keping emas, sedangkan Raline dan Nyla hanya membawa makanan dan sedikit keping perak.
"Sepertinya kalian semua berasal dari keluarga kaya, semoga kalian bersyukur" ujar Aric. "Kami turut prihatin dengan keadaan keluarga mu Aric" jawab Nyla.
"Sudahlah, tidak usah dihiraukan, aku cukup bersyukur dengan apa yang ku punya. Ayo berangkat mencari gua itu" balas Aric.
Ketika sore datang, mereka berlima yang kini bersama Fergus beristirahat sejenak karena tidak menemukan gua tersebut.
Raline dan Nyla mengeluarkan beberapa makanan untuk mereka makan dan dilahap hingga habis hingga malam datang.
...
Malam hari tidak ada yang tahu bencana apa yang akan muncul, mereka memutuskan untuk kembali terlebih dahulu ke desa karena sudah berjalan cukup jauh, dan juga mereka berjalan tanpa membawa perlengkapan dan senjata.
Aric, Nyla, Seraphina, Raline, dan Fergus berpisah ketika tiba di desa dan menuju rumah masing-masing. Rumah Aric bisa dibilang yang paling memprihatinkan diantara 4 orang temannya, namun Aric tetap bersyukur.
Ketika di rumah, Aric disuguhkan dengan masakan ibunya yang menggugah selera, hasil tangkapan ikan dari Xyana Fenzel, adik perempuan dari Aric Fanzel
Ibu Aric berkata, bahwa sudah sepatutnya ia berpetualang ke luar desa bahkan keluar kota, karena jika dibandingkan degan adiknya, Aric bisa dibilang jauh dalam hal memasak, memancing, serta kegiatan fisik lainnya.
Oleh karena itu, ibunya menyuruh Aric untuk berpetualang ke dunia luar.
Aric tidur di kamar lusuh tanpa kasur ataupun alas yang empuk. Ia hanya tidur beralaskan pelepah pohon yang kemudian ia haluskan menggunakan pisau.
Tidak seperti temannya yang lain, yang bahkan untuk rumah saja sudah sangat nyaman untuk ditinggali. Tapi bagaimanapun, Aric tetap bersyukur dengan apa yang dia punya.
Ketika pagi datang, Aric yang sehabis mandi di sungai tepi desa, pergi ke pusat perbelanjaan di desa untuk mencari perlengkapan dan senjata.
Tak lama kemudian, dia berjumpa dengan Fergus yang tampak tengah membaca buku lelucon di toko syal milik ayahnya.
Aric menyapa Fergus dengan senang dan menuju ke sana. Di sana, ayah Fergus menawarkannya sebuah syal kelabu yang tidak begitu tebal namun bisa menghangatkan diri dari cuaca dingin.
...
"Ayah, bukankah menawarkan syal itu dengan harga 20 keping perak terlalu mahal bagi Aric..?" tanya Fergus.
"Kalau begitu, biarkan Aric menawarnya sendiri dan ayah akan memberinya sesuai harga yang ditawarkannya" jawab ayahnya.
"Nah Aric, berapa keping yang kamu punya?". " Ha..hanya 25 keping perunggu dan 6 keping perak. Namun... Ini sisa uangku yang diberikan ibuku beberapa hari lalu".
Dalam hati ayah Fergus bergumam bahwa harga tersebut sangat melenceng jauh dari apa yang ia harapkan, ia menawarkan kepada Aric dengan harga 20 keping perak, dan berharap Aric setidaknya punya setengah dari itu.
Namun nyatanya, jumlah yang dimiliki Aric untuk membeli sebuah daging saja tidak cukup.
"Kalau begitu, ambil saja" jawab ayah Fergus. "Eh..tapi kepingan ku tidak cukup.." jawab Aric. "Tidak apa. Aku yakin suatu saat kau akan sukses, jadi bayar saja ketika kau sudah sukses nanti nak" balas ayah Fergus dengan senyuman.
Aric berterima kasih banyak dan kemudian pergi untuk mencari tujuannya. Fergus mengatakan akan menyusulnya nanti.
Nyla dan Seraphina yang sedang berada di toko senjata milik seorang warga desa, kebetulan juga bertemu dengan Aric.
Penjual tersebut menawarkan pisau genggam dua mata dengan harga paling murah sebanyak 18 keping perunggu. Lalu Aric pun langsung membelinya.
Terlihat Nyla dan Seraphina yang masing-masing membeli pisau panjang dan Seraphina yang membeli tongkat sihir. Aric tidak pernah cemburu dengan barang bagus yang dimiliki orang lain.
Setelah mereka bertiga membeli peralatan, mereka langsung bergegas ke luar desa dan memulai perjalanannya, tak lupa pula Seraphina yang baru membeli tongkat tersebut langsung menyimpan sejumlah makanan dan minuman di dalamnya.
Di reruntuhan bangunan, terdapat Raline yang tengah bermenung, menunggu Aric dan yang lain.
Ketika mereka sudah sampai, mereka berempat bersama Raline langsung berjalan menuju ke luar desa. Inilah perjalanan pertama mereka menuju dunia luar.
Fergus yang disangka ketinggalan di desa, ternyata mempersiapkan sejumlah senjata yang begitu menarik, sebuah perisai dan pedang di tangan kanannya.
Mereka kemudian membagi tugas dan peran masing-masing:
- Aric: membawa sebuah pisau genggam bermata dua sebagai penyerang utama
- Nyla: bersenjatakan pisau panjang sebagai penyerang belakang
- Seraphina: bertugas menyembuhkan korban yang terluka dan menyimpan pasokan makanan dan minuman
- Raline yang tidak membawa apa-apa, hanya sejumlah keping emas. Namun ia tahu banyak soal dunia luar karena ayahnya seorang pedagang antar kota.
- Fergus: dengan perisai dan pedang sebagai pelindung teman-temannya dan sebagai penyerang jika terjadi keadaan darurat.
Hari pertama mereka melangkah ke dunia luar dimulai, di bawah panas matahari yang begitu terik, namun tak meluapkan semangat mereka sebagai petualang
Akan tetapi, jalan yang mereka lalui tidaklah semulus yang mereka pikirkan. Akan terdapat banyak bencana dan ancaman yang akan dihadapkan kepada mereka di masa yang akan datang.
......•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•......
...Valeria Region Arc (Arc Wilayah Valeria) - Bab 2...
...‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵...
Beberapa mil jauhnya dari desa Valeria hingga sore datang, Aric, Nyla, Seraphina, Raline, dan Fergus tiba di sebuah hutan yang dinamai hutan Valeria, sesuai dengan nama desa tersebut.
Hutan tersebut masih memiliki keterikatan dengan desa Valeria, karena sebenarnya, nama desa Valeria diambil sesuai dengan nama hutan tersebut yang menjadi pembatas antara desa Valeria dengan sebuah bukit di balik nya.
"Sampai sejauh ini belum ada bahaya yang datang..." ujar Nyla. "Namun kita harus tetap berhati-hati" balas Aric. "Hahaha, jika kalian begitu takut, aku akan membacakan sebuah lelucon kuno agar kalian menjadi tenang kembali" ujar Fergus sambil tertawa.
"Hutan ini begitu lebat, tapi sepertinya tidak ada hal menarik disini" ujar Nyla. "Saat ini kita masih belum terlalu jauh dari desa, jika sudah melewati hutan ini, sampai di bukit seberang, maka bahaya akan muncul satu persatu" balas Raline.
Mereka terus menyusuri hutan hingga ke dalam, sampai pada akhirnya, seekor beruang muncul dan mendekati mereka.
"Awas! Ada beruang!" Aric berteriak dan langsung berlari ke arah beruang tersebut dengan mengarahkan pisaunya.
Namun, ketika beruang tersebut berdiri sebagai bentuk pembelaan diri, Aric yang melihat tinggi beruang itu terkejut dan langsung jatuh, ia berusaha lari, tapi kakinya yang terkilir membuatnya susah untuk berdiri.
Nyla datang meloncat ke atas kepala beruang, namun hal itu sia-sia. Beruang tersebut mengayunkan tangannya membuat Nyla terpental mengenai pepohonan.
Raline yang tak bisa apa-apa dalam bertarung memutuskan untuk mundur, sementara Seraphina menyembuhkan Aric, Fergus maju dengan perisainya dan berhasil menangkis cakaran beruang tersebut.
Fergus lalu mengayunkan pedangnya dengan sangat kencang, hingga melukai mata kiri beruang, dan membuat beruang tersebut terpukul mundur.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Fergus dengan khawatir. "Fergus, Awas!" teriak Seraphina.
Beruang tersebut menerjang Fergus dengan pukulannya, dan membuat Fergus terpental dan mengenai Seraphina yang ada dibelakangnya.
Aric, Nyla, Seraphina, dan Fergus tak mampu mengalahkan beruang itu, sedangkan Raline yang tak bisa bertarung terus bersembunyi ketakutan.
Ketika beruang tersebut hendak menyerang Aric yang terbaring dengan cakarnya, sebelum cakarnya mencapai tubuh Aric, beruang tersebut tiba-tiba mengeluarkan darah dari sekujur tubuhnya, dan hancur berkeping-keping
Aric yang melihat hal tersebut panik serta kebingungan dengan apa yang terjadi, Aric berpikir apakah Raline yang membunuhnya.
Raline pun yang melihat dari kejauhan tampak terkejut, karena dia hanya berdiri bersembunyi di balik pepohonan, dan beruang tersebut hancur berkeping-keping.
Mereka berlima bangkit kembali, dan melihat beruang tersebut yang hancur berkeping-keping membuat mereka penasaran. Mungkinkah ada seseorang yang memantau mereka? Itu tidak tahu.
Malam hari tiba, mereka memutuskan mendirikan api unggun dengan bantuan api dari tongkat sihir Seraphina, mereka sangat berjaga karena khawatir akan ada bahaya yang mengancam, sedangkan Seraphina yang kelelahan menggunakan tongkat sihirnya terlentang di tanah.
Ketika pagi tiba, mereka semua tertidur pulas di malam hari, bersyukur tidak ada bahaya yang mengancam.
Akan tetapi, di saat mereka semua tertidur pulas, di bawah sinar rembulan yang menerangi hutan, sesuatu terah terjadi ketika mereka bangun.
...
"Ada apa sebenarnya ini!? Dimana dia?" teriak Aric dengan keras. "Apakah mungkin ada seseorang atau monster yang menculiknya?" jawab Nyla. "Apakah mungkin dia merencanakan sesuatu di luar dugaan kita?".
"Hm...Bahkan tidak terlihat tanda-tanda jejak Raline kabur ke bukit lepas" ujar Fergus yang mengamati sisi hutan dengan seksama.
"Sudah, jangan berburuk sangka dulu. Apakah mungkin Raline pergi kembali ke desa?" tanya Aric. "Itu masuk akal, karena saking takutnya Raline dengan bahaya yang mengancam, ia memutuskan untuk kembali ke desa" jawab Nyla.
"Tapi kapan? Bagaimana mungkin dia kembali ke desa begitu saja di tengah malam" balas Fergus.
"Jika memang dia kembali ke desa, maka tidak ada pilihan lain. Bagaimana jika kita semua ikut kembali ke desa dan mencari Raline di sana?" saran Seraphina.
"Itu ide yang sangat bagus. Kalau begitu, ayo!" jawab Fergus dengan semangat.
Mereka berempat menyetujui saran yang diberikan Seraphina untuk kembali ke desa dan mencari Raline di sana.
Akan tetapi, Aric mengatakan bahwa lebih baik sebagian yang kembali ke desa, sebagian meneruskan menelusuri hutan hingga tiba di bukit lepas untuk mencari tempat istirahat yang bagus.
Dengan usulan Aric tersebut, Fergus dan Nyla kembali ke desa, sedangkan Aric dan Seraphina meneruskan menelusuri hutan.
Aric dan Seraphina menelusuri hutan dan menghadapi berbagai macam binatang liar yang muncul seperti ular, babi hutan.
Dengan bantuan penyembuh dari tongkat sihir Seraphina, Aric dapat bertarung dan berlari dengan maksimal. Hingga pada akhirnya Aric dan Seraphina keluar dari hutan pembatas desa dengan bukit, dan kemudian sampai di bukit lepas.
Fergus dan Nyla yang masih setengah perjalanan, menemukan sekantung emas, Fergus kemudian mengambilnya. "Nyla, bukankah ini milik Raline?" tanya Fergus.
"Ya. Tidak salah lagi, itu kantung yang digunakan oleh Raline untuk menyimpan kepingan nya" jawab Nyla. "Berarti benar Raline ada di desa, ayo!".
Fergus dan Nyla telah sampai di desa saat siang panas terik, mereka lalu bertanya tentang keberadaan Raline. Tetapi, tidak ada satupun daru warga desa yang melihat Raline kembali.
Aric dan Seraphina yang baru tiba di bukit lepas, melihat terdapat sosok menyerupai bayangan yang berdiri di depannya. Aric merinding melihat sosok tersebut, tak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi disisi lain, Aric penasaran siapa sosok tersebut
Di suatu tempat, terdapat seseorang misterius yang memandangi sesuatu yang begitu berkilau, siapa sangka kalau ternyata itu adalah kristal pusaka yang gua nya dicari oleh Aric serta teman-temannya. Akan tetapi, siapa sosok tersebut masih belum diketahui.
"Rahasia kristal ini akan menjadi sumber kekuatanku" ujar orang tersebut tersenyum jahat. "Jika aku bisa mengambil kristal ini dan mengungkap potensi nya, ada kalanya sesuatu yang begitu menarik akan terjadi padaku". "Nah. Kalau begitu... Tunggu apa lagi-".
"Hah! Apa maksudnya ini! Ini bahkan tidak bisa disentuh! Aku sudah mengulurkan tanganku, tapi rasanya itu menembus kristal ini!" orang tersebut berusaha mengambil kristal tersebut.
Akan tetapi, kristal tersebut diselimuti energi magis yang melindunginya hingga tak sembarangan orang bisa mengambil kristal itu.
...
"Hm...Jangan-jangan.." ujar Fergus dengan penasaran. "Apa kau mengetahui sesuatu, Fergus?" tanya Nyla. "Ya! Ayo kita pergi!" tegas Fergus. Fergus dan Nyla berlari kembali ke luar desa.
"Tuan, aku pinjam kuda ini. Ini biaya kepingan nya ku taruh di atas meja ini" ujar Fergus tergesa-gesa. "B..baiklah..Fergus..?".
"Kemana kita akan pergi Fergus?" tanya Nyla. "Jika kantung ini milik Raline, sedangkan dia tidak berada di desa. Jika dia secara sengaja menjatuhkannya, berarti ini ada hubungannya dengan selatan!" jawab Fergus. "Apa maksudnya?" tanya Nyla yang kebingungan.
"Dia menjadikan kantung ini sebagai umpan dengan sengaja menjatuhkannya disini, karena dia yakin bahwa kita akan berpikir dia ketakutan dan lari ke desa lalu tak sengaja menjatuhkannya".
"Tapi jika memang itu tujuannya, kenapa dia sengaja menjatuhkan kantungnya?". "Entahlah, soal itu aku kurang tahu. Tapi intinya sekarang, kita bergegas menuju selatan.
"Tunggu! Hei kau! Mau kemana kau!" teriak Aric. Sosok tersebut kemudian berlari ke arah selatan bukit tersebut hingga membuat Aric mengejarnya karena heran, Seraphina yang melihat Aric juga terpaksa mengikutinya.
"Aric, mengapa kau mengejarnya? Apakah kau kenal dia?" tanya Seraphina sambil berlari mengejar sosok tersebut.
"Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku hanya penasaran kenapa dia tiba-tiba lari, mungkin saja ada petunjuk yang dia berikan dengan mengejarnya" jawab Aric.
"Hei! Tunggu! Dengarkan pertanyaanku!" teriak Aric sambil berlari. "Sial! Sepertinya ada yang datang. Siapa!? Lebih baik aku pergi dulu dari sini" orang tersebut mengetahui akan ada yang datang, hingga ia pun bersembunyi agar tidak diketahui orang lain.
Beberapa menit berlalu, sosok tersebut berhenti di hadapan Aric dan Seraphina. Mereka berdua yang kelelahan lalu minum terlebih dahulu dari air yang disimpan di tongkat sihir Seraphina, dan menghilangkan rasa lelahnya.
"Huh...Sebenarnya apa tujuanmu membawa kami kesini!?" tanya Aric kepada sosok tersebut.
Namun, belum sempat mendapat jawaban, sosok tersebut langsung menghilang begitu saja dan sisa bayangan nya meluap ke atas ke tempat yang dimaksud sosok tersebut.
"Loh... Hilang...!? Apa-apaan ini! Tadi-". "Aric! Lihat ke atas bukit sana!" Aric yang kesal karena sosok tersebut pergi, lalu Seraphina melihat ke atas dan menemukan suatu tempat yang sangat menarik.
"I.. Itu... Itu seperti...". "Ya, terlihat seperti bangunan tua. Tapi..". "Tapi apa? Seraphina?". "Aku rasa tujuan sosok tersebut membawa kita kesini adalah apa yang berada lebih atas tempat ini..".
Aric dan Seraphina kemudian pergi ke tempat tersebut, hingga mereka tak percaya dengan apa yang mereka temukan. Yaitu gua yang selama ini mereka cari.
Fergus dan Nyla yang memutari hutan hingga ke selatan karena kuda tersebut kesusahan untuk menerobos hutan, akhirnya sampai di tujuan mereka.
"Nah. Karena ku pikir kau ini kuda yang jinak, maka segera kembalilah kepada pemilik mu" ucap Fergus dengan lembut mengelus kuda tersebut. Kuda itupun lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Fergus dan Nyla menyebrangi hutan tersebut.
Berbagai macam binatang liar ia hadapi seperti ular dan tikus. Namun, itu tidak ada apa-apanya bagi Fergus jika dibandingkan beruang yang menyerang mereka kemaren.
Fergus dan Nyla tiba di sebuah bangunan tua sama seperti yang Seraphina lihat. Tanpa pikir panjang, mereka lalu naik ke atas bangunan itu. Awalnya mereka tak melihat apa-apa dan Fergus merasakan adanya bahaya yang mengancam.
"Seraphina?" ujar Aric. "Ya? Ada apa?" balas Seraphina dan bertanya. "Apakah ini benar kristal yang selama ini kita cari?".
"Ya! Tidak salah lagi, ini memang benar, aku merasakan energi magis yang begitu besar menyelimuti kristal itu". "Kalau begitu, Seraphina, Ay-". "Tunggu! Awas!" teriak Seraphina melihat adanya serangan dari dalam.
"Sialan kau!" seseorang yang bersembunyi di dalam gua karena kedatangan orang lain, kini melancarkan serangan berupa kabut yang menghalangi pandangan mereka. Lalu orang tersebut melemparkan pisau yang menyerang Aric tanpa Aric siap mengelak.
"Celaka!".
"Awas!" Fergus tiba dengan sigap dan menangkis pisau tersebut. Seraphina lalu menggunakan sihir angin dari tongkat sihirnya dan menghalau kabut tersebut.
"Fe.. Fergus! Nyla! Kenapa kalian bisa ada disini?" tanya Aric dengan heran. "Haha, ceritanya cukup rumit, akan ku beritahu nanti" jawab Fergus.
"Jadi? Apakah yang bersinar tersebut adalah kristal pusaka?" tanya Nyla tampak kagum. "Ya! Kau benar sekali" jawab Seraphina.
Aric, Nyla, Seraphina, dan Fergus berdiri kembali bersama di dalam gua dan menunggu kabut tersebut hilang total. Ketika kabut tersebut hilang, mereka tidak menyangka sosok tersebut yang menyerang mereka.
"Ra.. Raline!?" teriak mereka semua dengan tampak bingung dan Fergus yang menunjukkan emosi.
"Ya. Ini aku, kita bertemu lagi, teman-teman, haha..." jawab Raline dengan hawa jahat menyelimuti.
......•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•......
...Valeria Region Arc (Arc Wilayah Valeria) - Bab 3...
...‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵...
"Ya. Ini aku, kita bertemu lagi, teman-teman, haha..." jawab Raline dengan hawa jahat menyelimuti.
...----------------...
"Sial! Apa-apaan kau, Raline?!" tanya Seraphina dengan heran melihat Raline. "Aku? Aku tidak kenapa-napa, justru kalian yang apa-apaan dapat menemukanku disini" jawab Raline dengan mengejek.
"Ternyata kau sudah menemukan gua ini, lantas kenapa tidak memberitahukannya kepada kami semua, Raline? Bukankah kita satu kelompok?" tanya Aric dengan tenang.
"Hah?! Satu kelompok dengan orang-orang lemah seperti kalian? Aku sengaja memanfaatkan kalian agar bisa menemukan gua tersebut lebih cepat.
Tapi ternyata sudah 4 orang tetap tak ada gunanya. Bahkan aku sendiri saja bisa menemukan gua ini dalam waktu kurang dari sehari" jawab Raline panjang lebar.
Percekcokan terus terjadi di antara mereka. Raline menjelaskan panjang lebar, dan Aric beserta yang lainnya mulai emosi melihat tingkah Raline, terutama Fergus.
"Sialan kau! Raline!" teriak Fergus menyerang Raline. "Kau pikir dengan benda seperti itu saja cukup untuk mengalahkan ku?".
"Jangan sombong dulu!" Seraphina meningkatkan kemampuan serangan Fergus dengan sihirnya, dan itu membuat Raline terkejut karena pertahanannya ditembus dengan mudah oleh Fergus.
"Kurang... Ajar! Kalian!! Hah..." nafas Raline terengah-engah karena pertahanannya ditembus Fergus. "Kemana kau kemarin malam? Apa kau sengaja menjatuhkan kantung kepingan mu? Jelaskan apa tujuanmu sebenarnya!" tegas Fergus.
"Ha-hahah...!! Tidak akan semudah itu! Hiya!!!".
"Agh! Sial, apa ini?! Trik curang!" Raline menarik kesadaran Fergus dan Seraphina lewat kekuatan gelap yang ia miliki, membuat Fergus dan Seraphina pingsan di tempat.
Kini Aric dan Nyla tak tahu harus berbuat apa setelah melihat Fergus dan Seraphina yang pingsan di tempat.
Raline yang kini terhasut oleh kekuatan yang gelap, tak mampu mengendalikan kekuatannya. "K-kekuatan macam apa ini...?" ucap Nyla gemetaran.
"Aku tak pernah mengira kalau kita akan kalah disini, di hadapan kekuatan gelap yang begitu besar, tentunya kita tak bisa apa-apa. R-Raline... Tenanglah!".
"Aku? Aku sudah tenang, hanya saja, kalian menggangguku untuk mendapatkan kristal ini" jawab Raline.
Tiba-tiba Raline berpikir apakah hawa murni dari Aric atau Nyla dapat mengambil kristal yang diselimuti energi magis suci.
"Aku akan membebaskan kalian, dengan satu syarat!". "Sy-syarat? Apa itu?!". "Kalian hanya harus mengambilkan kristal pusaka ini untukku. Karena, hawa murni salah satu dari kalian berdua pasti diterima oleh kristal ini. Cepat!!" tegas Raline.
"Bagaimana, Aric?" tanya Nyla dengan ragu. "Coba saja dulu, kau duluan. Ayo, kita tidak mungkin bisa melawannya" jawab Aric dengan pelan. Maka mencobalah Nyla mengambil kristal tersebur.
Betapa terkejutnya Aric ketika melihat Nyla yang dengan mudah mengambil kristal itu, Raline yang melihat hal itu langsung merebutnya dari tangan Nyla.
"Berikan kristalnya padaku!". "I-ini...".
...
"Aagh!! Sial! Apa maksudnya ini! Aku tidak bisa memegangnya sejak tadi, brengsek! Mati saja kalian!!!" teriak Raline dengan rasa kesal menimbulkan hawa gelap di sekitar gua, membuat bulu kuduk Nyla merinding dan Raline mengambil kesadaran milik Nyla hingga Nyla pingsan seperti halnya Fergus dan Seraphina.
"Kalian mencoba main-main denganku, manusia!". "M-manusia? Apa maksudnya..." gumam Aric dalam hati. Mendengar perkataan Raline, Aric berpikir bahwa apa yang Raline lakukan bukan atas kehendak sendiri, ini seperti ada yang mengambil alih tubuhnya.
Tetapi, Aric yang tidak berpengalaman sama sekali tidak mampu melawan balik Raline yang ditutupi hawa gelap.
Bagaimana nasib Aric dan teman-temannya yang pingsan? Ia berharap akan ada yang menolong mereka, tapi Aric sadar bahwa daerah mereka berada sangat jauh dari perkotaan.
Hanya menunggu keajaiban datang...
...
Di suatu wilayah yang disebut kota. Terdapat 2 orang yang membahas suatu hal, yakni merasakan akan adanya sebuah potensi yang terungkap.
"Hei kau, kenapa dari tadi kau selalu termenung?" tanya orang tersebut kepada yang lainnya yang tengah duduk di kursi miliknya memandangi matahari di luar jendela.
"Aku merasa di sekitaran sini akan ada sesuatu yang terjadi" jawabnya.
"Apa maksudmu? Ya... Aku tak bisa menyalahkan mu, karena kau memiliki sensor energi magis yang sangat tinggi".
"Aku merasa bahwa ada sebuah potensi yang mencoba bangkit dan mengendalikan tubuh pemiliknya" ucapnya.
"Benarkah?!! Kalau begitu gawat! Bagaimana kalau ia kehilangan kendali! Itu bisa menghancurkan beberapa wilayah bahkan kota".
"Memang itu yang kupikirkan sejak tadi. Tapi, aku berencana akan menanganinya apabila itu benar-benar terjadi".
"He-hei... Tunggu. Aku bisa menugaskan seorang kesatria yang tengah bertugas di desa Elmbrook yang jaraknya tak terlalu jauh untuk menanganinya".
Kemudian ia bertanya kembali dimana lokasi yang akan menjadi tempat kejadiannya. Lalu dia menjawab akan terjadi di perbukitan Valeria dan sekitarnya.
"Tapi aku sungguh bosan disini! Kau tahu kan? Kerjaku sehari-hari hanya duduk disini. Bahkan, jika ada ancaman pun, pusat keamanan selalu mengerahkan orang-orang yang kemampuannya dibawah dariku!".
"Ya.. Itu memang benar, terima saja kenyataannya bahwa kau terlalu kuat hanya untuk menghadapi masalah kecil selevel kota atau negara".
"Sudahlah, aku mau berak dulu" dia beranjak dari kursinya dan menuju keluar karena merasakan kebosanan yang berlebihan.
"Berak? Aku tidak yakin... Aku harus mengintainya dari belakang..." yang satunya pun mengikutinya karena khawatir ia akan bertindak terkait hal yang ia bicarakan.
"Aduh... Ni orang selalu saja mengikuti ku...". "M-maaf, jika kau ingin berak... Maka seharusnya lakukan dari tadi...".
"Apa kau tahu? Memikirkan hal yang akan dipikirkan ketika berak itu sangatlah susah. Aku butuh suasana sendiri, tapi kau mengikuti ku terus sejak tadi".
Tiba-tiba seseorang dari pihak keamanan kota bertemu mereka berdua.
"Jarang sekali melihat kalian pergi berdua begini, apa yang terjadi?".
"Kau tahu?! Aku hanya ingin berak! Tapi dia selalu mengikuti ku!".
"Yah... Aku tak bisa membiarkannya pergi begitu saja menangani situasi yang akan terjadi".
Mendengar ucapan darinya, orang dari pihak keamanan tersebut heran, situasi apa yang ia maksud? Apakah ia tidak diperbolehkan berak tanpa pengawal?
"Bagus! Disini aku sudah bisa merasakan energi magis milik klon ku di luar sana! Saatnya pergi! Huhuy...".
Terlengah sedikit saja ketika mereka berdua berbicara, orang yang sebelumnya sedang diawasi karena tak kunjung berak yang katanya ingin berak, tiba-tiba saja ia menghilang.
"Gawat! Aku lengah! Dia berhasil kabur..." ucapnya dengan kesal.
"Tunggu! Jangan kejar dia! Biarkan saja! Beritahukan kepadaku apa yang kalian bicarakan!"...
Setelah beberapa menit, kini orang dari pihak keamanan kota sudah mengerti situasi, dan ia juga menyetujui usulan darinya terkait menugaskan salah seorang yang tengah bertugas di desa Elmbrook untuk menangani hal ini.
Ia pun langsung menghubungi orang di desa Elmbrook tersebut dengan kemampuan telepati miliknya, karena ia adalah seroang komunikator.
...
"Fyuh... Akhirnya aku bisa berpikir dengan tenang setelah berak ini..." ternyata dia memang berak. Jadi apa yang ia katakan tentang mengganggu dirinya memikirkan hal yang akan dipikirkannya ketika berak itu juga benar.
"Hm? Sepertinya sudah mau dimulai... Aku bisa merasakan hawa energi magis miliknya memberontak keluar dari tubuh si penggunanya".
"Baiklah! Aku akan pergi ke perbatasan kota dan berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang memerlukan bantuan ku!...".
"Hei kau! Kembali ke kursimu! Jangan kabur...
"Sial, dia masih mengejar ku. Kejar kalau bisa!".
*Sfx: Hyup... (Menghilang dari tempat dalam sekejap)
"Duh! Dia kabur lagi! Cerobohnya diriku karena meneriakinya. Sekarang dia pergi kemana...".
"Dasar pembohong! Padahal bilangnya mau pergi berak! Tapi ternyata berkeliaran di luar sini!..." Loh, padahal memang berak tadinya, baru pergi ke perbatasan kota.
......•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!