NovelToon NovelToon

Kota Tak Terlihat

Episode 1

Tap...tap...tap

Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat,

Tap...tap...tap....

Terlihat di bagian sisi ruangan di balik pintu seorang Gadis kecil berumur 5 tahun meringkuk ketakutan di atas tempat tidurnya menatap ke arah pintu kamar bercat coklat, raut wajahnya terlihat sangat ketakutan. Selimut yang di pegangnya segera di tarik hingga menutupi kepalanya, tangan mungil itu bergetar dan air mata tidak terasa mengalir dari mata bulat itu.

Tap.... tap... tap...

Suara langkah kaki itu terus Mendekat dan semakin mendekat hingga kini berdiri tepat di depan sebuah pintu, terlihat dari celah bawah pintu bayangan hitam yang menandakan jika ada sesuatu atau seseorang di sana.

Ngriek... krak...

Handle pintu itu bergerak ke arah bawah secara perlahan, namun pintu itu sama sekali tidak terbuka. Handle pintu terus bergerak semakin cepat dan kuat, bayangan hitam di balik pintu itu terus berusaha menggerakkan handle agar pintu itu terbuka.

Rasa takut menjalar ke seluruh tubuh gadis kecil itu, mata terpejam di balik selimut yang menutupi kepalanya. Secara tiba – tiba pergerakan pada handle pintu itu berhenti seketika, hening tidak ada satu pun suara.

Selimut yang menutupi kepala gadis kecil itu perlahan di buka olehnya, mata yang tersirat ketakutan menatap tepat ke arah pintu kamar itu. Ingin ia mendekati pintu itu dan melihat apa yang ada di baliknya, tapi rasa takut lebih menguasai hati dan pikiran gadis kecil itu.

Handle pintu sudah tidak bergerak lagi dan bayangan hitam yang ada terlihat di celah pintu bagian bawah sudah tidak terlihat lagi, gadis kecil itu mulai memberanikan diri untuk turun dari tempat tidur yang memberikannya rasa aman. Perlahan-lahan dia mendekati pintu itu selangkah demi selangkah dengan ragu – ragu, gadis kecil itu berdiri tepat di depan pintu lalu kepalanya perlahan mendekat ke arah pintu. Dia menempelkan telinganya pada pintu berharap dapat mendengar gerangan apa yang ada di balik pintu itu.

Krraash...krrassh...

Sayup-sayup terdengar olehnya suara goresan kuku di pintu kamar, goresan kuku itu semakin keras terdengar membuat degupan jantung gadis kecil itu berdetak lebih cepat. Raut wajah gadis kecil itu terlihat semakin ketakutan, mata bulatnya menatap tepat ke arah pintu dengan perlahan melangkah mundur ke belakang.

Gadis kecil itu sama sekali tidak sadar jika ada sesuatu di belakang tubuhnya yang perlahan mendekat dan berdiri mematung di belakang punggung, mata gadis itu terus menatap ke arah satu titik yakni pintu yang masih tertutup sangat rapat.

Di balik pintu kamar gadis kecil itu terlihat jelas goresan kuku tajam, goresan itu membekas pada pintu meninggalkan jejak dalam. Gadis kecil itu ketakutan dan terus berjalan mundur ke belakang sambil terus mengawasi pintu, hingga dia merasakan tubuhnya membentur sesuatu.

Gadis kecil itu sadar jika jarak antara tempat tidurnya beberapa langkah lagi, namun tubuh mungilnya sudah membentur sesuatu di belakangnya. Perlahan-lahan dia menolehkan kepala ke arah belakang dengan raut wajah yang ketakutan.

Aaaaaaaaaaaaa......

“Aaaaaaaaaa” serentak suara teriakan terdengar bergemuruh di ruang tengah itu, para perempuan di ruangan itu serentak menutup mata mereka. Tiga orang pria yang juga berada di sana menatap kebingungan ke arah para perempuan yang berteriak ketakutan,

“Ya elah... Kalo pada takut ngapain nonton beginian” komentar salah seorang pria bertubuh atletik yang mengambil makanan kecil di hadapannya.

“kita – kita kira ni film kagak bakalan se serem ini” ujar Salah seorang perempuan yang masih menutup matanya dengan kedua telapak tangan.

“ matiin itu tv nya” teriak salah seorang perempuan yang duduk di sofa single, kakinya terangkat ke atas karena begitu ketakutan.

“ Veee.... Matiiin itu tvnyaaa“ teriak perempuan lain pada perempuan yang duduk di sampingnya, perempuan yang di panggil Vee itu langsung memegang dan menekan tombol sala satu tombol di remote itu.

Televisi yang tengah menayangkan film horor seketika layarnya menghitam, senyuman terkembang di wajah perempuan yang di panggil Ve.

Ve.... Vera Andelina (22tahun) perempuan berparas manis, berambut sebahu dengan potongan rambut bergaya wolfcut. Wajahnya semakin terlihat manis saat tersenyum melihat para sahabatnya ketakutan menonton film yang tengah di putar di televisi,

“Yeeee katanya kagak takut, baru di pertengahan aja udah pada teriak” ujar Vera masih tersenyum.

Seorang perempuan berparas cantik, berambut panjang menegakkan kepalanya menatap ke arah Vera. Terlihat jelas raut ketakutan di wajahnya,

“Kirain filmnya bakalan kagak nakuitin, ternyata.... Aku takut banget” ujar perempuan itu, dia segera menyembunyikan wajahnya dengan memegang lengan pria berbadan atletis itu. Gaya manja serta pakaian minim gadis itu membuat pria atletis tersenyum canggung dan sedikit bergerak untuk memberi jarak, gadis cantik manja itu bernama Dhatu Isyana sering di panggil Dhatu oleh para sahabatnya.

“yeee.... Takut boleh tapi kagak usah juga nempel kaya cicak ke Aksa (menyindir sambil memnyipitkan mata tidak senang) tapi hufff... Asli ni film bikin jantungan” ujar perempuan berkaca mata, berwajah manis sambil menurunkan kaki jenjangnya ke lantai. Perempuan cantik itu adalah Prisa Levronka, biasa di panggil Prisa oleh sahabat – sahabatnya.

Aksa Pradipta, biasa di panggil Aksa menggeser duduknya mendekat ke arah Vera yang duduk di sisi kirinya. Tangan kirinya segera merangkul pundak sambil tersenyum canggung pada Vera yang menatap sambil tersenyum sekenanya.

“namanya juga takut, wajar aja dungs aku reflek nempel ama Aksa. Secara dia yang ada di sebelah aku” ujar Dhatu membela diri, pipinya sedikit membulat dengan bibir manyun merasa tidak senang dengan ucapan Prisa.

“trus gua ini apa? Patung? “ ujar seorang pria berbadan sedikit berisi yang tengah menikmati burger di tangannya.

Dhatu melihat ke arah pria yang tengah menggigiti burger sambil menatap kesal ke arahnya,

“yeee gi mana Dhatu mau dekat ama Vano kalo berlepotan gitu, siapa pun pasti illfil lah” ujar Dhatu melihat tangan dan bibir pria yang di panggil Vano itu.

Elvano biasa di panggil Vano, pria manis dengan pipi chubby dan badan sedikit berisi menatap ke arah tangan yang sudah berlepotan dengan saus.

“hehehe.... habis ni burger menggoda iman banget dan rasanya Beuuuh... top markotop deh (menatap ke arah Vera) Ver kamu pesan di mana nih burger?” ujar Vano melanjutkan gigitannya pada burger itu.

“ aku mesan lewat ini (memperlihatkan sebuah aplikasi pesan antar makanan) kebetulan toko burger ini ada promo yang menarik” ujar Vera memperlihatkan promosi toko burger yang di pesannya.

“BTW guys.... Ntar lagi kan ujian semester dan setelahnya libur panjang, pada punya ide kagak libur nanti? “ tanya seorang pria berkaca mata yang duduk di lantai sambil selonjoran, pria berkaca mata itu lalu meraih sebungkus kripik di atas meja sambil menunggu pendapat dari para sahabatnya.

Pria berkaca mata itu bernama Jordan Ravrindra, biasa di panggil Jordan atau Jo oleh para sahabatnya.

“Hmmmm.... Gi mana kalo kita naik lagi? “ terdengar usulan ide dari perempuan yang duduk di samping Jordan, rambutnya terikat cantik dengan style ekor kuda. Tubuhnya terlihat atletis hasil dari kesenangannya berlatih di gym, wajah manis serta gaya yang sedikit tomboi menatap ke arah para sahabatnya yang terlihat berpikir

Perempuan itu bernama Tanisha Kaluna, biasa di panggil Tanisha.

“Aaah... bosaaaan... Baru kemaren ini kita semua pada naik, masak iya sekarang kita naik lagi. Yang lain dong” ujar Elvano mengambil potongan pizza yang ada di atas meja.

“kalo jalan – jalan keluar negeri bagaimana? “ ujar Dhatu antusias memberi ide, para sahabatnya saling berpandangan sambil menggelengkan kepala pelan. Mereka semua sangat mengenal dengan tabiat Dhatu yang lebih senang traveling ke luar negeri,

“yaelah Dhatu... Kira – kira dong ngasih ide, masak iya ke luar? Kagak ingat apa waktu kita semua keluar yang hasilnya malah zonk” ujar Tanisha mengingatkan mereka pada travelling mereka beberapa waktu yang lampau, tempat yang mereka kunjungi semula sepi dengan para wisatawan.

Episode 2

Mereka semula sangat antusias melakukan penjelajahan serta tidak lupa mengabadikan dalam lensa kamera ponsel, setelah mencapai spot wisata yang terkenal di suatu negara itu mereka malah terdiam termenung. Begitu banyaknya wisatawan yang datang membuat spot wisata itu begitu ramai, tidak hanya itu saja pada setiap sudut spot wisata itu di penuhi dengan sampah dari para wisatawan yang tidak bertanggung jawab.

Para sahabat Dhatu lantas melihat ke arahnya yang memasang wajah tidak berdosa, berniat ingin healing sejenak dari rutinitas perkampusan kini mereka semakin tidak nyaman dengan pemandangan ajaib di depan mereka.

Lamunan dari masing – masing mereka mendadak buyar saat Prisa yang duduk di samping Dhatu memberi wejangan andalan,

“Benar kata mak Tanisha, lagian di sini Masih banyak spot dalam yang belum kita jelajahi, pemandangannya juga kagak bakalan kalah dengan spot wisata di luar” ujar Prisa yang langsung di angguki perlahan oleh para sahabat lainnya.

“Terus ke mana? Ada ide kagak? “ ujar Aksa.

Mereka semua terdiam sejenak lantaran bukan mengheningkan cipta, namun mereka larut dalam pikiran masing – masing mencari ide untuk liburan mereka kali ini.

“sayang, kalau tidak salah ingat papi kamu pernah cerita kalau baru beli resort di daerah KNT. Gi mana kalo kita ke sana aja? “ ujar Aksa memberi ide, Vera menatap ke arah Aksa sambil mengingat cerita papinya yang baru saja memenangkan sebuah resort megah di pasar lelang.

“Benaran Ve?!” ujar Dhatu tidak percaya, tanpa di sadari oleh teman – temannya raut wajah Dhatu berubah tidak senang.

“Widih makin tajir dong lu, Ve. Pantesan tu lekong lu masih setia” sindir Elvano pada Aksa yang langsung di hadiahi tatapan tajam serta tidak senang.

Seketika suasana menjadi hening serta canggung, Tanisha langsung melayangkan pukulan sayang tepat di belakang kepala Elvano.

Plaaak....

“ouuuuch.... atit Tanisha.... Kamu mo bikin aku gegar otak apa? “ ujar Elvano sambil mengelus kepalanya sambil menatap ke arah Tanisha yang langsung menghadiahi tatapan sinar laser tajam.

“kalo mo ngemeng di pikirin dulu” ujar Tanisha kesal.

“Lah bukannya.... “ ucapan Elvano langsung terhenti lebih tepatnya di paksa berhenti oleh Tanisha yang langsung menutup mulut pria chubby itu.

“Udah.... Udah kagak usah di bahas lagi” ujar Aksa memilih mengakhiri dan mengabaikan ucapan Elvano.

“Jadi gi mana rencana liburan nanti? “ ujar Jordan.

“ hmmmm aku coba tanya sama papi dulu apakah boleh menggunakan resort di KNT, “ ujar Vera mengambil ponselnya yang tergeletak di meja kecil samping sofa yang didudukinya.

Vera memperhatikan layar ponselnya dan segera menghubungi papi yang di saat itu tengah berada di luar negara bersama maminya, tidak membutuhkan waktu lama sambungan telepon itu langsung di sahut oleh papi Vera.

“ada apa sayang? Tumben putri kesayangan papi menelepon”

“isss papi, pas Vera telepon malah di bilang tumben”

“yaaa kamu kan kalo udah ngumpul bareng sama teman – teman kamu mana ingat untuk telepon papi atau mami, padahal kami terus menunggu telepon dari kamu”

“hehehe (tertawa cengengesan) o ya pi liburan nanti boleh nggak Vera dan teman – teman gunain Resort yang di KNT? “

“boleh saja sayang, ntar papi telepon pak Agus untuk menyiapkan semuanya. Aksa juga ikut kan?”

“papi papi... Mana mungkin dong Vera bakalan pergi sendirian ama teman – teman tanpa calon menantu kesayangan papi, tentu aja Aksa ikut nemenin Vera”

“jika Aksa ikut, papi bisa tenang ada yang menjaga putri kesayangan papi. Jangan lupa setelah sampai di sana hubungi papi dan mami”

Pembicaraan Vera dengan Papinya menjadi pusat perhatian bagi para teman-teman yang memasang wajah penuh harap, respon berbunga – bunga jelas terlihat di wajah Aksa saat Vera menyinggung namanya. Berbeda dengan Dhatu yang memutar bola matanya dengan raut wajah tidak senang, sikap Dhatu tentu saja tidak di sadari oleh lainnya.

Setelah berbicara cukup lama Vera mengakhiri pembicaraan dengan papinya,

“gi mana Ve? “ tanya Prisa penasaran tingkat dewa.

“ya... tentu aja Papi ngijinin, bahkan papi juga udah nyiapin pesawat jet pribadi untuk kita berangkat ke KNT” ujar Vera yang langsung di sambut senang oleh teman – temannya,

“yeeeees....” ujar mereka serentak senang, malam itu semuanya bersenang – senang sambil menikmati hidangan yang tersedia.

Suasana ceria di sertai tawa riang gembira saat Jordan dan Prisa mengisengi Elvano, mereka bersenang – senang sambil menari gembira di iringi dengan suara musik yang sengaja di bunyikan keras. Prisa mengajak para perempuan untuk menari bersama, Dhatu dengan antusias ikut menari sambil sesekali melirik ke arah Aksa yang tersenyum – senyum melihat aksi para pria.

*****

Ujian semester telah berakhir, masa liburan pun di mulai. Di Pagi yang cerah itu Vera, Prisa, Aksa, Elvano, Dhatu, Jordan dan Tanisha tengah berjalan melewati terminal bandara menuju gerbang di mana pesawat jet milik keluarga Vera berada. Semua barang – barang milik mereka berada di atas troli yang di dorong oleh Jordan dan Elvano, para perempuan sudah berjalan lebih dulu menuju pintu keluar landasan.

Pilot dan pramugari menyambut mereka dengan ramah lalu mempersilahkan Vera dan lainnya untuk duduk di dalam pesawat jet, mereka semua terlihat senang dan sangat antusias. Mesin pesawat jet menyala dan perlahan bergerak menuju landasan pacu, pilot pesawat mulai menarik tuas yang ada di kokpit pesawat sambil menekan beberapa tombol yang ada di hadapannya.

Pesawat mulai mengudara membelah langit biru yang tampak cerah, Vera duduk di samping Aksa menyandarkan kepalanya di pundak kekar sambil memperhatikan pemandangan di luar jendela. Tangan kanan Aksa membelai lembut rambut Vera sambil tersenyum manis, sikap romantis pasangan itu membuat Dhatu yang duduk di samping Tanisha pada bangku kedua terbakar api cemburu.

Sikap Dhatu langsung berubah saat Tanisha yang duduk di sampingnya mengajak berbicara, dia sesekali menanggapi dengan tersenyum manis.

Penerbangan menuju KNT menempuh waktu hanya satu jam perjalanan, pilot yang duduk di belakang kemudi menggerakkan tuas mendaratkan pesawat jet itu pada landasan pacu di bandara KNT. Setelah pesawat jet itu mendarat dengan aman, pramugari membuka pintu pesawat dan mempersilahkan Vera serta kawan – kawannya untuk turun.

Setelah mengucapkan terima kasih pada pilot serta pramugari Vera dan lainnya lalu berjalan menuju terminal kedatangan, beberapa petugas bandara segera membantu menurunkan barang – barang dan menyusunnya di atas troli.

Vera mengedarkan pandangannya pada terminal kedatangan yang terlihat ramai, matanya memperhatikan setiap orang – orang yang berdiri di terminal kedatangan. Mata Vera menatap pada seorang pria setengah baya yang melihat – lihat e arah orang – orang yang baru saja datang, pada kedua tangan pria itu tengah memegang kertas bertuliskan nama Vera Andelina.

Episode 3

Dia lalu menghampiri pria itu yang masih melihat ke sana – kemari,

“pak Agus?” tanya Vera hati – hati, pria setengah baya itu menatap ke arah Vera dengan tatapan bingung.

“nona.... nona Vera?! Putri dari tuan Abbas?” tanya pria setengah baya yang bernama Agus.

“benar, pak. Saya Vera” ujar Vera memperkenalkan diri.

“selamat datang nona di KNT,” sapa pak Agus ramah di balas dengan senyuman ramah oleh Vera.

“terima kasih, pak Agus (melihat ke arah teman - temannya yang berdiri di samping dan juga belakang) o ya pak Agus perkenalkan ini teman – teman Vera, yang ini Aksa Tunangan Vera, yang ini Elvano...” Vera mulai memperkenalkan teman – temannya pada pak Agus yang langsung menyalami dengan ramah.

“sekali lagi saya ucapkan selamat datang di KNT, semoga nona – nona serta tuan muda semuanya merasa senang di sini” ujar pak Agus.

“terima kasih pak Agus” ujar mereka serentak.

“aduh sampai lupa, mari nona. Mobil jip sudah menunggu di luar” ujar Pak Agus mempersilahkan Vera untuk mengikutinya.

“mobil Jip?!” Jordan terlihat sangat antusias saat mendengar kendaraan yang mereka gunaka.

“iya tuan Jordan, sebenarnya resort yang akan nona dan tuan muda semua tempati dalam perbaikan. Jadi saya sudah mengatur sebuah villa mewah di area yang sama dengan resort, tentunya dengan fasilitas lengkap. Karena di sini masih tahap pembangunan jadi jalanan menuju villa masih tidak rata, berbatu dan berlumpur. Oleh karena itu untuk menuju villa kita semua harus menggunakan mobil jip” jelas pak Agus yang langsung di angguki mengerti oleh Vera dan teman – temannya.

Mereka semua lalu mengikuti pak Agus yang melangkah lebih dulu, beberapa mobil jip terparkir di pelataran bandara. Para pria sangat senang melihat mobil jip yang terparkir di pelataran bandara, raut wajah senang tergambar jelas di wajah Jordan, Aksa dan Elvano.

“wow... petualangan di mulai guys...” ujar Jordan semangat, dia segera bergegas naik ke atas mobil jip di ikuti Elvano.

“wuiiih... kereeen “ ujar Elvano takjub.

Pak Agus dan beberapa staf resort membantu menaikkan barang – barang milik Vera dan teman – temannya ke bagasi mobil jip, setelah itu Vera dan lainnya duduk di dalam mobil jip.

Saat akan menaiki mobil jip pandangan Vera teralih pada seorang perempuan yang berdiri di kejauhan di mana mobil jip itu terparkir, Vera memfokuskan penglihatannya menatap ke arah sosok perempuan yang wajahnya sama sekali tidak terlihat jelas.

Sosok perempuan yang berada di kejauhan itu menatap dingin ke arah Vera yang terus memperhatikan, matanya bahkan semakin menyipit berusaha untuk dapat melihat jelas wajah perempuan itu.

Kulit wajah sosok perempuan itu terlihat putih pucat membuat Vera semakin penasaran, dia ingin melangkah menghampiri sosok gadis itu tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan memegang pundaknya.

“Vera, kamu mau ke mana?” ujar Dhatu yang berdiri tepat di belakang Vera, dia langsung membalikkan tubuh menatap ke arah Dhatu.

“Dhatu... itu ada cewek yang dari tadi perhatiin kita, aku bermaksud mau hampirin dia” ujar Vera menujuk ke arah di mana sosok cewek itu berdiri.

“cewek?! Cewek mana?” tanya Dhatu mengedarkan penglihatannya ke arah yang di tunjuk Vera.

“Cewek itu, dia sedari tadi berdiri di sana... “ ucapan Vera terhenti saat dia tidak lagi menemukan sosok perempuan yang di lihatnya.

“mana?! Halu kamu” ujar Dhatu mengedarkan pandangannya ke area pelataran bandara.

“Beneran, tadi emang ada cewek yang berdiri di sana memperhatikan kita” ujar Vera meyakini dengan apa yang di lihatnya.

“ada apa ini?! Ada apa ini?!" ujar Elvano ikut nimbrung.

"ini si Vera nge halu ngeliat cewek” ujar Dhatu.

“cewek?! Mana... mana... mana... “ ujar Elvano melihat ke arah yang di tunjuk oleh Dhatu.

“yee... budek ni anak. Udah Di bilangin kalo si Vera lagi nge halu liat cewek, malah nanya di mana ntu cewek” ujar Dhatu malas.

“beneran Ver?” tanya Elvano pada Vera yang kembali melihat ke arah di mana sosok perempuan itu berdiri sebelumnya.

“mungkin benar kata Dhatu, aku nge halu” ujar Vera yang terlihat masih penasaran.

“kan benar kata Dhatu, mungkin kamu kecapekan jadi ngehalu deh” ujar Dhatu merasa benar.

“ada apa sayang?” ujar Aksa menghampiri Vera dan lainnya.

“yayang elu udah kelelahan ntu, ampe nge halu liat bidadari” ujar Elvano memilih masuk ke dalam mobil jip.

“bidadari?!” tanya Aksa dengan raut wajah bingung.

“hanya salah lihat saja, ayo” ujar Vera memilih menyudahi dan mengabaikan dengan apa yang di lihatnya, dia lalu duduk di posisi tengah bangku samping Elvano.

Dhatu melemparkan senyuman centilnya ke arah Aksa yang membalas dengan tersenyum manis semanis madu, Aksa lalu duduk di samping Vera yang raut wajahnya masih terlihat penasaran.

Ke mana perginya cewek itu ya? Kenapa dia terus memperhatikan kami? Gumam Vera dalam benaknya, lamunannya buyar saat tangan kekar Aksa merangkul pinggang dan menarik tubuh Vera untuk duduk lebih dekat dengannya.

Prisa, Tanisha dan Jordan menaiki mobil jip lain yang di kendarai oleh petugas resort, setelah memastikan semua barang tersusun rapi pak Agus dan petugas resort menaiki jip lalu mengendarai menuju Villa.

Mobil jip yang di tumpangi Vera dan teman – temannya berjalan mulus di jalanan aspal dengan kecepatan sedang, perjalanan menuju villa melewati pusat kota yang ramai. Sesekali Elvano mengabadikan momen perjalanan mereka dalam bidik jepretan kamera ponsel miliknya, penduduk lokal yang ramah serta murah senyum seakan menyambut kedatangan Vera dan teman – temannya.

Perjalanan mereka mulai memasuki kawasan pepohonan hijau, udara dingin serta bersih memberi rasa segar dan menenangkan. Vera dan teman – temannya begitu menikmati perjalanan mereka menuju Villa, mobil jip mulai berbelok menuju jalanan tanah yang terlihat berlumpur dan berbatu.

Mobil jip itu bergoyang ke kanan ke kiri akibat permukaan jalanan yang tidak rata, Vera melihat ke luar jendela di mana hanya ada pepohonan yang menghiasi. Mobil mereka lalu melewati Sebuah persimpangan jalan, pak Agus lalu mengambil jalan kiri di mana jalanan itu terlihat sangat tidak rata dan bergelombang, Aksa melihat ke arah jalanan sebelah kanan yang terlihat berbeda dengan jalanan yang mereka lalui.

“pak, jalanan yang tadi kita lewati itu menuju ke mana?” tanya Aksa.

“ooo jalanan tadi itu jalan buntu menuju hutan terlarang tuan Muda, sama sekali tidak ada akses untuk masuk ke sana. Setahu saya para Penduduk lokal di sini sudah menutupnya dan melarang bagi siapa pun untuk masuk kawasan itu” jelas pak Agus.

“ kenapa pak Agus?” tanya Elvano.

“menurut desas desusnya, sudah begitu banyak orang yang masuk kawasan hutan itu tidak pernah kembali lagi. Maka dari itu saya minta nona dan tuan muda jangan pernah coba – coba untuk masuk ke sana, berbahaya” ujar Pak Agus mengingatkan mereka.

“oooo” Dhatu, Elvano dan Aksa ber ‘o’ ria, berbeda dengan Vera yang terlihat penasaran akan hutan terlarang yang di ceritakan pak Agus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!