Yulia Alissia seorang gadis cantik yang saat ini sedang mempersiapkan diri dan berkas yang dibutuhkannya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari kampusnya yaitu seminar proposal. Yulia mengecek jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.30 A.m. yang berarti masih ada waktu untuk dirinya sebelum memulai seminar proposal. Setelah semua berkas ia rasa lengkap dan tidak ada yang ketinggalan, Yulia bergegas berangkat dan tidak lupa mengunci pintu kos nya. Yulia berjalan beberapa meter untuk mencari angkutan umum yang menuju ke kampusnya. Saat melihat ada angkutan umum yang lumayan kosong, ia segera naik dan membuka hp nya untuk kembali membaca materi yang nanti akan ia presentasikan.
Tririririring.... Triririring... hp Yulia berdering,
"Halo?, kenapa Mon?"
"Halo, Yul.. kamu dimana?"
"Aku masih di jalan Mon, beberapa menit lagi bakalan sampai"
"Yul cepetan! Ini udah ada penguji nya. Kok kamu bisa-bisanya masih dijalan sih" ucap monika dengan nada sedikit teriak
"Hahh!! Kan mulainya jam 9 Mon, sekarang jam 8 aja belum" aku menjawab dengan sedikit teriak yang membuat orang - orang sekitarku melihat ke arahku.
"Kamu gak dihubungin sama Cika semalam? Untuk yang ada jadwal seminar proposal hari ini tuh semua di majuin ke jam 8"
"seriusan?! Cika gak ada ya ngabarin aku semalam"
"Yaudah cepetan sini, kamu kan urutan akhir, nanti aku yang ngomong ke dosen penguji nya alasan kamu telat jadi semoga masih di bolehin masuk"
"yaudah Mon, aku tutup ya telponnya aku mau nelpon Cika dulu" Yuna menutup telpon Monika dan menelpon Cika
"Halo Cika, kok kamu ga ngabarin aku sih kalo seminar proposalnya di majuin" Tanya Yulia dengan nada bicara yang agak marah
"Panik ga? Panik ga?" jawab Cika
"Hah? Apaan sih ga jelas banget"
"Paniklah masa ga" Cika yang tertawa dan langsung menutup telponnya
"Sia*an" Yulia merasa sangat jengkel kepada Cika yang sekarang sudah sangat kelewatan. Ia tahu jika selama ini Cika membencinya karena ia mendapatkan perhatian lebih dari para dosen karena kepintarannya. Ia bahkan sangat bersyukur karena berkat otaknya itulah ia bisa mendapatkan beasiswa prestasi sehingga ia bisa tetap berkuliah meskipun anak yatim piatu.
Yulia POV
"Ya Tuhan, semoga sempet, rasanya mau ngehujat tapi takut dosa, gini amat punya teman ga ada akhlak. Ehh, ga deh aku sama Cika ga temenan"
Aku sungguh ingin mengajak Cika berkelahi, memukulnya bahkan menjambak rambut keritingnya itu. Tidak lupa mencakar wajah sok polosnya. Jika bukan karena takut kehilangan beasiswaku sudah lama akan ku labrak tuh anak, ga bisa apa sehari aja jangan bikin jengkel. Aku melihat jam yang menunjukkan pukul 7.55 yang membuat jantung ku makin tak karuan. Semua do'a telah ku baca dalam perjalanan semoga aku masih bisa masuk dalam ruangan penguji. Diriku yang panik ini makin panik saat melihat ada sebuah mobil yang tergelincir di depan dan menyebabkan angkot yang kunaiki rem mendadak, tapi sayangnya terlambat, angkot itu menabrak mobil depan yang tergelincir tadi, kecelakaan beruntun pun tidak dapat di hindari.
Aku merasakan sakit di kepala ku dan penglihatanku juga sudah mulai kabur, tak lama aku mendengar suara ledakan dan merasakan diriku terlempar. Ya kurasa inilah akhir hidupku. Jika tau akan kecelakaan seperti ini kurasa aku tidak akan berangkat kekampus hari ini walaupun akan seminar proposal. Semua kenangan tiba-tiba terlintas dipikiranku sepertinya itu kilas balik kehidupanku dimulai saat tadi sebelum aku kecelakaan, kemudian saat aku masih bersekolah hingga saat aku bayi dan saat itu aku melihat wanita yang sangat cantik. kulihat wanita itu berbicara sambil menangis tapi hanya satu kalimat yang dapat kudengar "semoga kamu tetap hidup dan bahagia selalu anakku".
Tiba-tiba semua gelap dan aku merasa hampa, tak lama aku melihat setitik cahaya yang lama kelamaan semakin terang. Dan tak lama aku mendengar suara orang yang sedang berbicara
"Tuan Archduke, Nona kecil kembali bernafas, Ya Tuhan ini keajaiban!!" Aku yang membuka mata melihat ada seorang wanita berpakaian seperti pelayan-pelayan dalam komik yang pernah kubaca sedang tersenyum haru saat melihat ke arahku, aku memperhatikan sekeliling dan melihat itu adalah ruangan yang amat sangat indah sekali lagi seperti dalam komik-komik kerajaan.
"Nona kecil, syukurlah, syukurlah, saya senang nona kecil kembali bernafas" pelayan itu menangis sambil memelukku
"Nona kecil? Apa ku yang dipanggil nona kecil? Apa aku bereinkarnasi ditubuh ini?" pikir ku sambil memperhatikan wajah wanita yang menggunakan pakaian pelayan itu.
"Bagaimana dengan Helena?" aku melihat seorang pria yang menurutku amat sangat tampan, pertama kalinya dalam hidupku melihat ada manusia yang begitu tampan, bahkan idol biasku pun kalah tampan. Dengan rambut hitamnya dan mata nya yang berwarna merah bersinar seperti permata ruby, sungguh ciptaan paling sempurna, tapi dapat kulihat dengan jelas bahwa mata pria itu sangat putus asa, bercampur sedih
"Maaf tuan Archduke, Ny. Helena telah meninggal dunia karena pendarahan saat melahirkan" aku melihat tubuh pria itu bergetar seperti sedang menahan tangis, dan matanya menatap sendu seorang wanita di tempat tidur, aku mengikuti arah pandangan mata pria itu, dan melihat seorang wanita cantik dengan rambut berwarna emas seperti boneka barbie ku miliki saat masih kecil, aku merasa seperti pernah melihat wanita itu tapi aku tak mengingatnya.
"Yuzhu, siapkan pemakaman Helena" ucap pria itu dengan suara agak bergetar. Ia mengelus lembut wajah wanita itu dan mengenggam tangannya
"Ya tuanku"
Kulihat pria tampan berambut hitam itu melepaskan genggamannya dari wanita itu dan mulai berjalan ke arahku dan melihat ku dengan tatapan dingin seakan-akan ingin membunuhku. Kulihat tangannya perlahan menuju leherku seperti ingin menyekik ku
"Ya. Kurasa inilah akhir dari kehidupanku yang ke 2, cukup singkat" aku bersiap untuk di cekik dan tersenyum ke arah pria tampan ini, ntah mengapa bukannya rasa takut yang kurasakan, tapi hanya kesedihan melihat wajah pria itu. Aku merasa aku perlu untuk memberikan senyum terbaik ku padanya dan akhirnya tersemyum ke arahnya, aku dapat melihat dia cukup terkejut melihat senyumanku. Setelah tersenyum aku perlahan menutup mataku dan bersiap untuk mati lagi. Dipikiranku setidaknya kematian ke dua ini tidak sesakit kematian pertama ku .Tapi sampai beberapa saat aku masih tetap hidup dan aku perlahan membuka mataku dan melihat bahwa pria tadi telah pergi.
"Apa senyumku terlalu imut dan lucu sehingga dia tak jadi membunuhku? Yahh terserah lah yang penting aku masih hidup saat ini" Aku merasa cukup mengantuk dan tak sadar kapan aku tertidur.
Tak terasa 6 bulan sudah aku masuk ke tubuh bayi ini. Dan asal kalian tahu sampai sekarang aku tak memilki nama. Para pelayan disini hanya memanggilku nona kecil. Bahkan aku tak mengetahui nama keluargaku, karena mereka tak pernah mengunjungiku. Tapi ada hal yang kuketahui nama ibuku adalah Helena, dia adalah wanita cantik yang ku lihat saat hari pertama aku disini, dan sudah pasti pria tampan yang hampir membunuhku saat itu adalah ayahku. Menurut cerita-cerita dari pelayan yang merawatku ayahku tak mau mengakui keberadaanku karena telah membuat ibuku meninggal saat melahirkanku. Ohya asal kalian tahu aku tak menguping pembicaraan pelayan, tapi para pelayan itu yang berbicara sendiri tepat di hadapanku. Mungkin mereka pikir aku tak akan mengerti apa yang mereka katakan.
Selain itu katanya aku juga memilki saudara lelaki yang umurnya 3 tahun lebih tua dariku, dan sampai sekarang aku tak tahu bagaimana wujud kakak laki-laki ku.
Ayah dan kakak ku mengabaikan ku bahkan untuk memberikan ku nama pun mereka tidak sempat. Untungnya para pelayan yang merawatku baik-baik semua, aku sudah membayangkan akan mendapatkan pelayan yang jahat karena aku diabaikan oleh ayahku, Ketika putri kecil yang tidak disayangi oleh orang tua nya dia akan di abaikan oleh orang-orang sekitarnya seperti di dalam novel dan komik yang pernah ku baca.
Untungnya para pelayan yang merawatku adalah mantan pelayan setia ibuku. Hari saat ibuku meninggal beberapa dari mereka mengajukan diri untuk merawat ku, dan aku sangat berterima kasih karena hal itu. Bayangkan saja jika mereka tak ada dan aku diabaikan oleh ayah dan kakak ku mungkin saja saat ini aku sudah mati kelaparan dan membusuk sendiri di dalam kamar.
"haahh.. mungkin begini yang dirasakan para artis dan pejabat kaya di kehidupanku sebelumnya. Bangun tidur dikasur yang empuk dengan bau harum bunga lavender yang menenangkan. Tidak seperti bau kamar kos an ku yang berbau asap obat nyamuk bakar" Pikirku sambil menikmati tempat tidur empukku.
"Nona kecil, ternyata anda sudah bangun, apakah anda lapar?" pelayan yang mengajakku berbicara bernama Yunyi, dia adalah pelayan yang menggendongku saat pertama kali aku masuk ketubuh ini. Yunyi ini sudah aku anggap seperti ibuku.
"Yunyi.. selamat datang kembali, aku lapar, berikan aku susu yang hangat" ucapku tapi hanya terdengar babababa bababa bababa layaknya ocehan bayi di telinga Yunyi.
Yunyi melihatku sambil tersenyum dan menggendongku untuk memberikanku susu. Aku meminum susu itu hingga habis, setelah itu Yunyi menepuk-nepuk pundakku dan tak lama terdengar suara sendawa. Sungguh ini hal yang memalukan menurutku, aku sudah berusaha menahannya tapi tubuh bayi ku ini tak dapat ku kendalikan. Setelah mendengarku bersendawa Yunyi kembali meletakkan ku ke box bayi dan memanggil 2 pelayan untuk mengambilkan mainan ku. Yunyi dan 2 pelayan itu mengajakku bermain. Meskipun aku tak tertarik dengan mainan itu karena umur asliku, aku tertawa bahagia saat mereka mengajakku bermain, anggap saja sebagai balas budi ku karena mereka telah merawatku dengan baik.
"Nona kecil sangat patuh, aku jarang melihatnya menangis"
"Iya, padahal diumur segini tuan muda banyak berteriak dan menangis, tapi Nona kecil lebih sering tertawa dan sangat mudah mengajaknya bermain"
"Aku harap nona kecil kita bisa tumbuh dengan terus senyuman diwajahnya seperti ini, walaupun nona kecil diabaikan oleh tuan Archduke dan tuan muda" aku melihat 3 pelayanku menatapku dengan ekspresi sedikit sedih
"kakak pelayan jangan sedih, aku tak peduli dengan kedua orang itu, aku akan tumbuh sesuai keinginan kalian dan membalas kebaikan kalian saat aku besar nanti" ucapku kepada pelayanku walaupun yang mereka dengar hanyalah ocehan bayi.
Aku menjalani hari-hariku didalam kamar hingga saat umurku 1 tahun, Yunyi menggendongku dan berjalan-jalan di taman. Aku sangat senang karena ini adalah pertama kalinya aku meninggalkan kamar itu, aku melihat langit yang cerah dan ada taman yang sangat cantik di hiasi dengan bunga beraneka warna. Aku juga melihat banyak kupu-kupu dan beberapa burung kecil yang seperti menari-nari di sekitar bunga-bunga itu.
Yunyi mengajakku ke sebuah gazebo ditengah-tengah taman bunga itu dan disana aku melihat kakak-kakak pelayan yang selama ini merawatku. Gazebo itu dihiasi dengan berbagai dekorasi dan ada tulisan "Selamat Ulang Tahun yang pertama Nona Kecil". Jangan heran kenapa aku bisa membaca tulisan itu, selama beberapa bulan ini Yunyi sering membacakanku buku cerita bergambar dan disana aku melihat huruf-huruf dunia ini dan akhirnya aku bisa memahami dan membacanya sendiri. Mungkin otak cerdasku di dunia sebelumnya ikut bereinkarnasi juga ke tubuh ini.
"Selamat ulang tahun nona kecil, semoga anda hidup bahagia" saat aku dan Yunyi sampai di gazebo aku menerima banyak ucapan selamat ulang tahun dari para pelayan yang ada disana. Aku tersentuh dengan perhatian mereka, bisa dikatakan ini pertama kalinya aku mendapatkan ucapan dan acara ulang tahun milikku sendiri.
Dikehidupan pertama ku, aku bahkan tak tahu kapan tanggal lahirku. Ibu panti asuhan membuat Akta Kelahiranku berdasarkan tanggal aku ditemukan di depan pintu asuhan mereka. Saat mengingat hal ini tanpa sadar aku menangis sangat keras dan membuat para pelayanku terkejut.
"Nona kecil, kenapa anda menangis"
"jangan menangis nona kecil, kami sedih melihat anda menangis"
"nona kecil cup,cup,cup, jangan menangis" pelayanku berusaha menghiburku dengan mainan tetapi ntah mengapa air mataku tak mau berhenti. Yunyi yang dari tadi menggendongku masih berusaha menenangkanku dan mengusap halus punggungku. Karena lelah menangis aku tak tak sadar kapan aku tertidur.
Dimalam hari aku terbangun dan mendapati diriku didalam kamarku
"hahhh.. malu-maluin aja pake acara nangis gitu. Padahal mereka udah capek-capek buat acara ultah kayak gitu tapi batalkan jadinya gara-gara aku nangis" aku sungguh merutuki kebodohanku. Sekarang aku tak merasa mengantuk dan merasa sangat bosan. Aku juga tak mau bersuara karena takut mengganggu istirahat kakak pelayan. Akhirnya aku mengingat ada hal yang ingin kulakukan. Aku mengangkat tangan dan kaki ku ke udara dan dengan mudah tanganku memegang kaki ku kemudian aku menjilati jempol kaki ku
"wahh ternyata benar tubuh bayi luar biasa lentur" setelah melakukan atraksi kelenturan tubuh aku menggigit-gigit mainan yang ada disampingku. Rahangku sudah agak gatal karena pertumbuhan gigi.
Tak lama aku melihat bahwa pintu kamarku terbuka, aku dengan cepat langsung berpura-pura tidur karena jika mereka mengetahui aku terbangun. Mereka akan menjagaku sampai tertidur dan mereka tidak akan beristirahat.
"Nona kecil, saya harap anda dapat tumbuh menjadi gadis seperti Ny. Helena, gadis yang kuat, cerdas, suka menolong dan selalu tersenyum. Saya yakin nona kecil suatu saat akan mendapatkan kasih sayang dari tuan Archduke. Saya berjanji akan selalu berada di dekat nona sampai nona mendapatkan kebahagiaan" Aku dapat mengetahui dari suaranya pelayan yang berbicara itu adalah Yunyi. Yunyi mengelus-elus kepalaku dengan lembut. Setelah beberapa saat Yunyi keluar dan menutup pintu. Setelah terdengar suara pintu tertutup, aku membuka mataku dan menahan tangisan ku agar tak terlalu keras.
"Terima Kasih Yunyi. Aku menyanyangimu"
Rasanya baru kemarin aku merayakan ulang tahun paling memalukan dalam hidupku saat aku berumur 1 tahun. Setelah perjuangan yang sangat panjang akhirnya sekarang aku sudah berumur 5 Tahun. Aku mengingat kembali perjuanganku saat latihan berjalan dan berbicara. Rasanya aku ingin sujud syukur karena bisa bertahan hidup selama 5 tahun ini dengan baik.
"Nona kecil, tolong jangan berlari karena nanti anda bisa jatuh" Yunyi mengejarku dengan khawatir
"cepat Yunyi, aku tidak sabar untuk mendapatkan hadiah dari kakak pelayan" sungguh aku juga heran mengapa aku bertingkah seperti balita sungguhan. Aku kadang mulai melupakan sikap dewasa ku dan bertingkah bebas sebagai anak kecil.
"Pelan-pelan nona kecil, hadiah anda tidak akan menghilang" aku yang kasihan melihat Yunyi khawatir akhirnya memperlambat langkahku dan berjalan berdampingan bersama Yunyi sambil menggandeng tangannya.
"Yunyi, Yunyi, apakah aku cantik?" Yunyi yang mendengarku bertanya tersenyum hangat dan berkata
"Nona kecil adalah nona muda paling cantik yang pernah saya kenal" Aku sedikit malu mendengar jawaban Yunyi dan aku terus berbicara berbagai macam hal dengan Yunyi sampai akhirnya aku dan Yunyi tiba di gazebo yang selalu menjadi lokasi ulang tahunku selama 5 tahun ini. Saat tiba aku langsung berlari ke arah para pelayan yang sedang berkumpul
"kakak pelayan halo. Aku minta kadoku" kataku sambil menadahkan tangan sambil tersenyum manis
"nona kecil, kalau mau hadiah harus cium pipi saya dulu" ucap salah satu pelayan. Setelah itu aku mencium pelayan itu dan akhirnya menerima hadiahku. Selama 5 tahun hadiah yang mereka berikan bukanlah barang murah. Beberapa dari mereka bahkan memberiku perhiasan yang saat ini ku simpan dengan baik untuk ku jual saat aku meninggalkan rumah ini suatu hari nanti. Karrna itu aku sangat menyukai menerima hadiah saat ulang tahun.
Setelah menerima hadiah ku dari pelayan yang meminta ciuman aku kemudian berjalan menuju ke pelayan selanjutnya.
"nona kecil, jika anda ingin hadiah dari saya, nona kecil harus bertingkah imut dulu" aku melakukan apa yang para para pelayan minta dan menerima hadiah ku. Ntah sejak kapan tradisi semacam ini terjadi. Mungkin sejak umur ku 3 tahun. Saat itu aku mencium Yunyi untuk mendapatkan hadiah. Dan para pelayan lain cemburu melihat itu dan akhirnya aku mencium mereka semua.
Setelah menerima hadiah dan makan kue, aku mengajak kakak pelayan untuk bermain petak umpet. Saat pertama kali mereka mengajakku bermain petak umpet aku cukup terkejut. Ternyata permainan dari kehidupan pertamaku ada disini. Mereka menjelaskan permainan itu dan mengatakan bahwa Ny. Helena lah yang menciptakan permainan itu. Aku semakin terkejut saat mendengar ini. Aku berfikir apakah ibu ku orang yang berasal dari dunia yang sama denganku, ataukah memang tanpa sengaja ibuku memiliki ide untuk membuat permainan ini.
Karena menurut penjelasan Yunyi, ibuku sangatlah cerdas dan memiliki banyak ide, sehingga ibu diberi julukan pencipta saat ia berada di akademi dulu. Yunyi juga menjelaskan bahwa ibuku adalah rakyat biasa pertama yang bisa memasuki akademi yang awalnya khusus bangsawan bahkan nilai ujian masuk ibuku mencapai yang tertinggi dalam sejarah beberapa tahun sejak akademi dibentuk.
Dan yang lebih mengejutkanku adalah, ayah tampanku ternyata memiliki nilai yang sama dengan ibu dan mereka awalnya sering bertengkar dan berdebat karena perbedaan pendapat. Mungkin ini yang namanya benci jadi cinta, makanya ada nasihat tentang jangan terlalu membenci seseorang karena bisa saja kebencian itu berubah menjadi cinta.
Saat ini aku berlari untuk mencari tempat bersembunyi, saat aku berlari aku kebetulan melihat rumah kaca. Dan berlari kedalam rumah kaca tersebut.
"wahh.. ternyata ada rumah kaca seindah ini di dekat mansion ku. Mulai sekarang aku akan sering bermain kesini. Jika dipikir-pikir lagi kenapa Yunyi tidak pernah mengajakku kesini" aku berjalan sambil melihat bunga-bunga yang indah bermekaran sambil terus berbicara sendiri dan kadang-kadang bernyanyi tak jelas
"lihat kebunku, penuh dengan bunga, ada yang merah, dan ada yang putih, setiap hari, kusiram semua, mawar melati, semuanya indah" aku bernyanyi dengan teriakan yang cukup keras dan suara ku terdengar agak lucu menurutku. Saat sedang bernyanyi sambil berkeliling, tiba-tiba aku mendengar suara pria
"Apa yang kau lakukan disini" saat mendengar suara ini sontak aku berbalik dan terkejut melihat bahwa orang ini adalah ayah tampanku. Aku pernah memikirkan apa yang akan kulakukan jika saja aku bertemu dengannya, tapi saat ini tak tau mengapa pikiran ku tiba-tiba menjadi kosong
"Aku bertanya apa yang kau lakukan disini. Aku kau tak bisa berbicara?" ayah tampanku kembali bertanya tapi dapat kudengar nada suaranya tak sedingin sebelumnya, tapi raut wajahnya tak berubah masih melihatku dengan tatapan dingin. Aku tetap melihatnya dan tidak menjawab pertanyaannya
"Aku tak pernah menerima kabar kalau kau tak bisa berbicara" saat mendengar ini aku buru-buru menjawab karena takut mood orang ini semakin buruk
"Aku bisa berbicara!!" jawabku sedikit berteriak dengan suara lucu ku
"Kalau kau bisa berbicara, kenapa kau tak langsung menjawab pertanyaanku? Apa pelayan yang menjagamu tak mengajarimu sopan santun?" aku yang mendengar ini merasa sangat marah. Kakak pelayan dan Yunyi sangat baik saat merawatku tapi mereka malah dihina oleh ayah tak tahu diri ini. Jangan kira mentang-mentang ia tampan aku akan memaafkannya
"Mereka mengajariku dengan baik. Kamu jangan menghina mereka, atau aku akan memukulmu" aku menjawab dengan suara sedikit teriak tapi itu masih terdengar lucu
"Apa kau tak mengenalku?" Tanya nya padaku
"Aku tahu, kamu adalah ayah tampan" Jawabanku sontak membuat pria yang berdiri dibelakang ayahku tertawa. Setelah mendapatkan tatapan dingin dari ayahku dia langsung diam kembali dan memasang wajah serius.
"Kau cukup berani untuk anak seusiamu, cukup berani untuk menjawabku seperti itu" saat mengatakan ini terlihat ayah tampanku ini menatap kosong kelangit. Aku perlahan-lahan mulai mundur dan bersiap untuk kabur. Tepat sebelum aku bisa kabur aku mendengar nya berkata kepada pengawalnya untuk menyiapkan teh dan cemilan
Ia tiba-tiba saja mengangkatku seperti mengangkat karung beras. Aku yabg tak nyaman tentu saja memberontak ingin melepaskan diri darinya.
"Tuan, anak-anak akan merasa sakit jika anda mengangkatnya seperti itu. Apakah perlu aku yang menggendong nona?" Aku mengangkat tanganku ke arah pengawal ayahku itu, setidaknya ia mungkin akan menggendongku lebih baik daripada manusia es ini.
"Tak perlu, aku bisa membawa nya sendiri" ayahku perlahan menggendongku dengan lebih baik. Aku yang merasa nyaman akhirnya pasrah di pelukan ayahku.
Akhirnya kami sampai di tempat duduk dan ayahku menurunkan ku di sebuah kursi.
"Makanlah" disinilah aku duduk bersama ayah tampan yang mengabaikan ku selama ini. Aku mulai memakan cemilan itu dengan lahap
"siapa namamu"
"aku tak memiliki nama" karena kau tak memberiku nama. Lanjutku dalam hati
"oh iya aku tak memberimu nama. Apa pelayanmu tak memberimu nama?"
"kakak pelayan bilang, ayahku yang harus memberiku nama" ucapku dengan nada sinis sambil terus memakan cemilan coklatku
"Baiklah sekarang aku akan memberimu nama. Namamu adalah Yuna. Yuna de Windford" setelah mendengar nama yang diberikan padaku, aku terdiam tiba-tiba aku teringat kenangan kehidupanku yang sebelumnya, dimana saat aku masih di sekolah menengah aku membaca sebuah novel yang tanpa sengaja kutemukan diperpustakaan sekolah. Seketika isi novel itu seperti memberontak masuk kedalam pikiranku. Tiba-tiba aku pingsan dan sebelum aku kehilangan kesadaran dapat kulihat bahwa ayahku memasang wajah terkejut saat melihatku akan pingsan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!