NovelToon NovelToon

Metamorphosis Cinta

MC - Pertemuan Pertama

Ting tong... Ting tong...

"Ranaaaaa, Ranaaa loe gak sekolah ?" Teriak seorang gadis remaja yang berdiri di depan pintu rumah kos.

Ceklek...

"Ratu, kenapa teriak-teriak sih? Ini masih jam berapa coba? Gue masih ngantuk" rengek Rana.

"Jam setengah tujuh, loe mau telat dihari pertama sekolah?"

Mata Rana terbelalak lebar, ia langsung masuk dan bergegas mandi serta mengganti pakaiannya. Ratu menghela napasnya panjang melihat kamar kos Rana yang berantakan. Harusnya ia tak mengiyakan kala gadis itu hendak menyewa rumah kos nya. Mengingat Rana terbiasa dilayani oleh para pelayan di rumah mewahnya itu.

Usai bersiap, Rana langsung menarik Ratu dan berlari menuju halte bus. Belum saja mereka berlari jauh, Rana sudah berhenti dan mengeluh lelah.

"Aaakkhh capeekkk" rengek Rana yang terhuyung-huyung.

Bruuukkkk.....

Seseorang yang tengah berlari menabrak Rana dan membuat keduanya terjatuh. Ratu yang hendak naik bus berlari menghampiri Rana. Gadis itu tampak linglung memandangi seorang pemuda yang terduduk di dekatnya.

"Maaf" lirih Rana.

"Iya, gue juga minta maaf" ucap pemuda itu lalu bangkit dan berlari secepat mungkin ke arah bus. Ia menaruh kakinya di pintu bus lalu menggerakkan tangannya memanggil Rana dan Ratu agar segera bergegas sebab bus akan berangkat.

Kedua gadis itu berlari dan langsung masuk kedalam bus. Rana memegangi kursi dengan napas yang terengah-engah. Jantungnya berdebar begitu kencang dan wajahnya memerah. Ratu menjewer telinga gadis itu dan memarahinya, ini karena Rana yang tak suka berolahraga.

Brrrmm.....

Buuukkkkk....

Tubuh Rana terdorong ke belakang dan kembali menabrak seseorang di belakangnya. Untung saja pemuda dibelakangnya sudah berpegangan dan dapat menahan tubuh Rana. Gadis itu menatap sang pemuda sambil berkedip berkali-kali. Wajahnya semakin memerah dengan detak jantung yang tak karuan.

Ratu langsung menarik Rana yang membeku sebab memandangi pemuda yang tengah menolongnya itu. Selama perjalanan Rana hanya diam dan tak mengatakan apapun hingga mereka sampai di halte bus dekat sekolah.

"Ayo lari, nanti keburu gerbangnya di tutup" ajak Ratu seraya menarik tangan Rana untuk berlari.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

"Untung aja kita gak telat, sialan loe Ran. Kalau loe gak bangun pagi lagi, gue tinggal" ancam Ratu kesal.

"Ratu.." panggil Rana lirih. Ia terduduk lemas di tangga sambil menutupi wajahnya.

Ratu menjadi khawatir dan bertanya tentang keadaan sahabatnya itu. Dengan banyak pertanyaan Ratu mencecar Rana ini dan itu. Namun Rana tak membalas dan hanya diam menutupi wajahnya.

"Rann..." bentak Ratu seraya mengalihkan tangan Rana dari wajah gadis itu.

"Ratu, sepertinya gue dan dia takdir. Gue suka dia, ganteng bangeettt aaahhhhh" oceh Rana kegirangan.

"Sial" umpat Ratu lalu berjalan pergi menuju kelasnya.

Rana bergegas mengikuti Ratu sebab bel masuk sekolah telah berbunyi. Mereka berada di kelas yang sama, dan duduk bersebalahan di bangku paling belakang sebab tak ada lagi bangku kosong. Ratu tentu sangat bahagia, berbeda dengan Rana yang merasa kesal karena ia terbiasa duduk di bangku barisan depan. Meski terkadang terlihat konyol, Rana merupakan murid terpandai di SMP nya. Ia juga menjadi lulusan terbaik di SMP nya tahun ini.

"Ahahaha, sekali-kali duduk belakang lah, bosen gue duduk depan mulu" ejek Ratu.

"Ya ya ya, terserah"

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

DING.... DING... DOONG...

Bel istirahat berbunyi, Rana dan Ratu keluar kelas dan memasuki kelas sebelah. Mereka menghampiri kedua sahabat mereka sejak SMP yang terpisah kelas.

"Hei kalian tau gak, tadi gue ketemu cowok ganteeeeng banget, gue jadi suka suka aaahhh. Nanti kalau ketemu gue ajak kenalan ah, jantung gue rasanya..." cerita Rana terhenti kala Alin menutup mulutnya.

Bela dan Alin berada di kelas 1-2, sedangkan Rana dan Ratu berada di kelas 1-3.

"Tumben kalian telat?" Celetuk Bela membuka percakapan.

"Tuh si kebo tidur mulu" jawab Ratu ketus.

"Aaakkhh kok kebo sih, kan gak sengaja. Maaf"

"Mulai deh dramanya" ejek Alin sembari menepuk dahi Rana. Matanya menatap ke arah seseorang yang berdiri dibelakang Rana.

"Ngapain loe?" Tanya Alin tanpa basa-basi.

Reflek Rana ikut menoleh kebelakang, ia kembali terdiam memandangi seseorang yang ada dibelakangnya.

"Kursi gue" jawab pemuda itu.

Rana spontan berdiri dan menjauh pergi. Ia tersenyum lebar dengan tatapan kosong lalu berlalu pergi. Ratu mengangkat alisnya menatap pemuda yang tengah memindahkan kursi miliknya. Ia menggerakkan dagunya memberi kode pada Alin dan Bela jika itu adalah pria yang Rana sukai.

"Buahahahah Dean? Hahaha anjay tuh anak emang ya" cetus Bela yang tertawa ngakak.

Pemilik nama itu menoleh dengan tatapan dinginnya. Hal itu membuat Bela semakin tertawa terbahak-bahak karenanya.

"Gue cabut dulu deh" ucap Ratu lalu berdiri dari kursinya.

"Jagain Rana, tuh anak agak aneh hari ini" pinta Alin pada Ratu yang keluar kelas.

"Eh apa? Rana? Mana Rana? Dia gak jadi pindah rumah? Katanya mau pindah ke tempat yang jauh?" Celetuk seorang pemuda yang merupakan teman SMP mereka.

Bela dan Alin tak menjawab, mereka malah memberikan jari tengah pada pemuda tersebut.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Istirahat kedua...

Semua murid tengah mengantri untuk mendapatkan makan siang. SOPI High School adalah salah satu SMA swasta yang lumayan terkenal di kalangan masyarakat menengah kebawah. Meski begitu, tak jarang beberapa siswa berprestasi berasal dari sekolah tersebut.

"Ratu, kok sendirian? Rana mana?" Tanya Bela yang tengah makan bersama teman sekelasnya.

"Biasa diruang guru" jawab Ratu lalu duduk di kursi seberang tempat teman sekelasnya berkumpul.

"Huh, bikin ulah lagi?" Sela Alin cuek.

Ratu dan teman-temannya sontak tertawa bersamaan. Mereka tak habis pikir kenapa Rana melakukan hal yang sangat konyol itu. Sebenarnya Rana pergi keruang guru untuk meminta pindah ke kelas dua sebab ia ingin satu kelas dengan Dean. Sayangnya Rana salah memilih lawan bicaranya, sang wali kelas merupakan guru yang terkenal killer dan ditakuti para murid. Tapi teman sekelas Rana memilih diam, mereka ingin tau bagaimana hasilnya nantinya.

Diruang guru....

Rana tengah berdiri di samping wali kelasnya yang sedang melihat data siswa miliknya. Ia lalu diberikan beberapa pertanyaan serta alasan ingin pindah kelas.

"Kenapa mau pindah ke kelas satu dua?" Tanya Pak Cipto dengan tegas.

"Saya mau satu kelas dengan Dean, eh bukan bukan, saya mau satu kelas dengan Alin dan Bella pak" jawab Rana bersemangat.

Ttakkk....

Suara pukulan buku di kepala Rana membuat gadis itu menoleh. Ia mendapati Pak Jono yang akrab dipanggil dengan Pak Jo tengah memandangi dirinya.

"Saya tidak mau, sudah jangan ribet tetap di kelasmu saja. Sana pergi makan siang, sebentar lagi bel masuk" ucap Pak Jo lalu mendorong Rana dengan clipboard keluar dari ruang guru.

Gadis itu berusaha masuk kembali namun Pak Jo menahan pintunya. Para guru tertawa melihat Rana yang begitu berani meminta sesuatu pada Pak Cipto.

MC - Berkenalan

Rana berjalan ke kantin dengan wajah masamnya. Ia mengambil makan siang dan duduk di depan Ratu. Tanpa gadis itu sadari jika para murid kelas 1-2 ada dimeja sebelahnya.

"Gimana Ran?" Tanya Ratu.

"Aaah nyebelin banget sih Pak Jo, massa gue diusir dari ruang guru. Padahal Pak Cipto sedang mempertimbangkan permintaan gue, kesel ah sebel banget. Jadi males makan, nih ya massa tadi gue ditanya alasan pindah dong" jelas Rana panjang lebar.

"Terus loe jawab apa?"

"Gue keceplosan anjir bilang mau sekelas sama Dean, untung orang tua itu tidak dengar. Ah kesel kesel"

"Apa? Rana suka Dean?" Sahut seseorang dari arah samping Rana.

Sontak Rana langsung menoleh, ia mendapati beberapa teman SMP nya ada disana. Namun dengan cepat matanya menemukan sosok Dean yang tengah makan. Mata Rana terbelalak lebar, ia langsung berdiri dan berlari pergi meninggalkan kantin. Kejadian itu membuat beberapa murid tertawa terbahak-bahak.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Semenjak kejadian itu, Rana selalu memperhatikan situasi sebelum ia berbicara. Terkadang dirinya juga memperhatikan Dean dari kejauhan. Hingga seminggu berlalu sudah, dan Rana tampak begitu gelisah menatap langit kamarnya.

"Gue gak bisa kayak gini terus gue harus deketin Dean. Kasih gue saran" pinta Dana tiba-tiba pada teman-teman yang tengah bermain di kamar kosnya.

"Minta maaf" sahut Alin.

"Apa? Gue punya salah apa sama loe? Hm... Gue kan gak ngapa-ngapain, emangnya gue.." ocehannya kembali berhenti kala Alin menutup mulut Rana.

"Kejadian tabrakan, minta maaf dan terimakasih untuk hal yang terjadi di bus" jelas Alin dengan cuek. Tangannya masih begitu fokus bermain game di ponsel.

Rana menutup mulutnya tak percaya, ia memeluk Alin dengan erat. Gadis itu merasa sangat senang hingga mentraktir para teman-teman nya. Usai beberapa menit berlalu, Rana berpamitan pergi untuk mengambil makanan yang ia pesan sebab tak jauh dari rumah kosnya. Ia pergi seorang diri sambil menggunakan skuter listrik miliknya.

Daknalgae... 

"Permisi saya mau ambil pesan... Aaahh" teriak Rana begitu tiba-tiba. Ia lalu terdiam melihat Dean yang ada di meja kasir tengah membayar makanan. Gadis itu kembali salah tingkah dan mencoba menutupi wajahnya. Sayangnya Dean tak peduli apapun yang Rana lakukan, ia langsung pergi usai mengambil pesanan miliknya.

Bukannya mengambil pesanan, Rana malah mengikuti Dean keluar restoran. Ia mencoba mengikuti pemuda itu yang hendak pulang ke rumahnya.

"Ngapain loe ngikutin gue?" Tanya Dean kala hendak masuk ke area apartemen nya.

"Eh, oh, hm.. a..anu I..itu, gu..gue Rana" jawab Rana seraya mengulurkan tangannya.

"Dean"

"Ki..kita bisa berteman kan kedepannya? Hehehe" ucap Rana sembari menarik kembali ukuran tangannya.

"Terserah loe" kata Dean ketus lalu masuk kedalam rumahnya. Ia bahkan tak menoleh sama sekali ke arah Rana yang masih memperhatikan dirinya.

Rana segera tersadar saat ponselnya berdering sebab ada telepon masuk. Ia bergegas kembali ke restoran untuk mengambil pesanannya. Dengan cepat gadis itu kembali menuju kosannya kemudian menceritakan semuanya pada teman-teman.

Mereka sudah dah terbiasa melihat Rana yang antusias saat ingin menggapai sesuatu. Tapi untuk masalah cinta, mereka sedikit khawatir sebab takut Rana akan kembali terluka nantinya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Esok hari...

Rana terlambat bangun lagi sebab lupa menyalakan alarm di ponselnya. Ratu sudah mengirim pesan jika akan berangkat lebih dulu sebab ia harus mengurus sesuatu. Gadis itu keluar kamarnya dan berlari secepat yang ia bisa. Untungnya bus masih ada disana, supir bus menunggu Rana yang berlari sambil melambaikan tangan.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya hendak membayar, sayangnya ponsel Rana mati karena kehabisan baterai.

"Hosh, hosh, Pak bayar tunai gak boleh? Hp saya baterainya habis" pinta Rana dengan napas terengah-engah. Ia yang tak suka olahraga harus berlari setiap pagi sebab terlambat bangun.

"Gak bisa nak, harus pakai QR. Dibelakang mu ada yang mau naik itu" jelas Pak supir.

Rana langsung berbalik dan hendak turun dari bus, namun seseorang menarik tasnya.

"Dua orang Pak" ucap pemuda itu lalu menarik Rana masuk kedalam.

"Akkhh, makasih Dean" ujar Rana dengan senyuman lebar. Ia tertawa sambil berjalan masuk memandangi pak supir.

Rana tersipu malu duduk di samping Dean, ia terus memandangi ke arah depan mengalihkan matanya agar tak terus menatap Dean.

Di sekolah....

Dean dan Rana berjalan beriringan menuju kelas mereka. Sesekali Rana melirik ke arah Depan yang tengah mendengarkan lagu di headset. Sepertinya Dean tak ingin diajak bicara, karena itulah ia memakai headset. Walaupun begitu, Rana bahagia bisa berangkat bersama dengan Dean.

"Wih wih, kemajuan pesat nih" ejek seorang pemuda yang berjalan di samping Rana.

Gadis itu menoleh dan memberikan tatapan sinis, ia tak mengenal siapa pemuda asing itu.

"Eh, hehehe, gue Suho temannya Dean" jelas pemuda itu pada Rana.

"Suho? Aaahhhh gue suka Suho EXO, hehehe" sahut Rana kegirangan.

Suho menggaruk kepalanya sebab tak tau siapa itu Suho EXO. Ia memandangi Rana dengan malu-malu, wajahnya pun bahkan memerah. Sayangnya Rana langsung berpaling ke arah Dean yang hendak masuk kedalam kelasnya.

"Dean, makasih ya, selamat belajaa.." ucapan Rana semakin pelan sebab Dean tak menoleh ke arah gadis itu sama sekali.

Rana tersenyum kikuk ke arah Suho kemudian pergi masuk ke kelasnya. Ia duduk di mejanya yang berada di samping jendela. Memandangi gerbang sekolah yang tertutup dengan banyak siswa diluar. Begitu bel berbunyi, Rana langsung meletakkan separuh tubuhnya diatas meja. Ia merasa sangat bosan untuk belajar hari ini.

Jam istirahat pertama, Rana langsung pergi ke kantin untuk membeli susu pisang. Ia kemudian bergegas kembali menuju kelas 1-2.

"Darimana? Kenapa gue ditinggal?" Cecar Ratu yang sudah berada di kelas 1-2.

Rana hanya cengengesan dan melintas begitu saja menuju tempat duduk Dean. Ia menaruh suus pisang di samping Dean yang tengah membaca bukunya. Semua mata bertanya-tanya dan mengira jika keduanya menjadi semakin dekat.

"Dean, ini buat loe" ucap Rana.

"Gak perlu, gue gak suka" jawab Dean ketus.

"Dean gak suka susu pisang? Kenapaaaaa? Enak loh, terus Dean sukanya apa?"

"Loe... "

Perkataan Dean terputus kala melihat Rana yang tertegun dengan wajah merona merah.

"Pergi dari hadapan gue sekarang"

Krieettt....

Suara kursi bergeser kala Rana berdiri, mereka semua bisa mendengarnya sebab kelas menjadi hening seketika. Gadis itu berbalik dan berjalan perlahan memunggungi posisi Dean sekarang. Ia memegangi dadanya sambil tertunduk menuju pintu belakang.

Drakkk....

Rana menutup pintunya begitu keluar kelas, ia bersandar di depan pintu sambil memejamkan matanya. Suara helaan napas panjang keluar dari bibir mungil gadis ceria itu.

"Aakkhhh Dean ganteng banget sih, jantung gue deg-degan. Bisa copot nih lama-lama" lirih Rana kegirangan. Ia tak menyangka bisa berhadapan begitu dekat dengan Dean dalam waktu yang lama.

MC - Susu Coklat yang menyedihkan

Semenjak kejadian itu, Rana tak lagi terlihat menghampiri Dean. Selama beberapa hari ia sibuk mondar-mandir ke ruang guru. Bahkan ia hanya bertemu teman-temannya saat makan siang. Para murid kelas 1-2 mengira jika Rana sudah menyerah dan memutuskan untuk melupakan Dean. Sebab sudah sekitar lebih dari dua Minggu gadis itu tak lagi terlihat di dekat Dean.

Ttaakkk....

Satu botol susu coklat mendarat tepat di meja Dean. Pemuda itu mendongakkan kepala, menatap seseorang yang tengah memandangi nya dengan senyuman.

"Kok loe balik lagi?" Tanya pemuda itu seraya melepas headset di telinganya.

"Eh, kok Dean tau kalau gue gak kesini beberapa hari terakhir? Nungguin ya??"

Dean kembali memasang headset nya, teman-teman sekelas Dean juga menghela napas mendengar candaan garing gadis itu.

"Hehehe, susu coklat kesukaan Dean. Diminum ya biar semangat belajarnya" ucap Rana lalu duduk di hadapan pemuda itu. Ia memutar kursi di barisan depan Dean lalu menduduki nya.

"Siapa bilang?"

"Um... Jelas gue tau dong, kan kita adalah takdir yang saling melengkapi" jelas Rana seraya menggerakkan alisnya naik turun.

Pemuda itu menoleh ke arah teman-temannya, hanya satu orang yang tampak salah, Suho.

Dean berterimakasih dan kembali menolak, tapi kali ini Rana tetap memaksan. Gadis itu kemudian pergi usai mendengar bel berbunyi. Begitu Rana menghilang, Dean menawarkan pemberian Rana pada temannya. Mereka saling berebut untuk meminum susu gratis itu. Alin dan Bela saling berpandangan dan menghardikkan bahu mereka.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hari berganti...

Masih sama seperti kemarin, Rana memasuki kelas Dean lalu memberikan susu coklat setiap jam istirahat. Hal itu terus terjadi selama beberapa hari terakhir, tanpa Rana ketahui jika Dean bahkan tak meminumnya sama sekali. Meski Alin dan Bela sudah berusaha untuk menjelaskan, tetapi Rana yakin jika Dean pasti akan meminumnya lain kali.

Sebulan berlalu....

Seperti biasa gadis itu masuk kedalam kelas Dean saat jam istirahat. Tapi kali ini dia tak membawa sekotak susu, melainkan satu dus penuh susu coklat.

"Dean, ini buat loe dan teman-teman. Diminum ya" ucap Rana dengan ceria.

"Waah curang banget sih Rana, kelas kita kenapa gak dikasih?" Oceh Fian teman sekelas Rana.

"Bawa aja ke kelas kalian" sela Dean lalu berdiri menuju lokernya.

"Eh, nggak kok, dia cuma bercanda Dean" sahut Rana seraya menatap kesal ke arah Fian. Ia mencoba menghalangi Rana yang membawa satu kotak susu coklat untuk dirinya. Sambil memaksa agar Dean menerima pemberiannya kali ini.

Brakkk....

Dean membanting pintu lokernya kemudian menatap Rana yang terdiam karena terkejut.

"Gue gak suka sama loe" kata pemuda itu dengan dingin.

"Tapi gue suka banget sama Dean, diminum ya"

"Aah, brengsek. Loe dengar gak sih gue ngomong apa? Jangan ganggu gue lagi"

Rana memandangi Dean dengan mata bergetar, langkahnya perlahan mundur kebelakang.

"Tap..tapi bukankah kita setuju untuk berteman? Waktu itu juga loe bayarin bus buat gue"

"Karena loe terlihat menyedihkan, saat itu bahkan sekarang loe terlihat menyedihkan" jelas Dean dengan wajah datarnya.

Dada Rana terasa begitu sesak, ia mengatupkan bibirnya rapat berusaha menahan tangisnya. Sekotak susu yang ia pegang di berikannya pada Suho yang ada di sampingnya. Bel sudah berbunyi, semua murid sudah kembali ke kelasnya. Namun Rana masih terdiam, Ratu menarik tangan gadis itu untuk segera masuk kekelas mereka.

Saat di kelas, Rana kembali tak fokus pada pelajaran. Ia terus menatap keluar jendela memandangi para murid yang tengah berolahraga. Beberapa kali guru menegurnya namun pikiran Rana masih saja tak fokus.

Ttakkk....

Suara tongkat kayu Pak Cipto memukul keras meja Rana. Beliau meminta Rana ikut bersamaku menuju ruang guru. Kelas tak pernah ribut kala Pak Cipto mengajar, sebab beliau tak segan-segan menghukum muridnya yang berisik. Bahkan terkadang beliau memberikan pukulan penuh kasih sayang di pantat para murid laki-laki.

Di ruang guru...

Pak Cipto memberikan sebuah formulir untuk Rana, itu adalah formulir pendaftaran untuk mengikuti seminar di salah satu sekolah. Setiap kelas mengirimkan satu perwakilan dari kelas satu hingga tiga.

"Kamu yang mewakili kelas kita ya" ucap Pak Cipto.

"Kenapa Bapak pilih saya? Apa karena saya terlihat menyedihkan?" Tanya Rana dengan lirih.

Beberapa guru yang ada disana menoleh memperhatikan Rana yang tampak tak seperti biasanya.

"Jangan bicara omong kosong, jangan melamun lagi selama dikelas. Cepat pergi dan isi lalu berikan pada saya di jam istirahat kedua. Mengerti?!!"

Rana mengangguk lalu berpamitan pergi, ia melangkah dengan lemas menuju kelasnya. Lorong begitu sepi, tak ada satu muridpun yang Rana temui. Ia berjalan seraya menyenderkan kepalanya di tembok. Beberapa murid menatap ke arah Rana kala gadis itu melintasi kelas mereka. Sikapnya memang terlihat menyedihkan saat itu.

"Rana, dipanggil Pak Jo" teriak seorang murid yang duduk di dekat jendela lorong.

Gadis itu menoleh dan menatap ke arah Pak Jo yang sedang memandangi dirinya dari dalam kelas. Rana mengetuk pintu lalu masuk kedalam kelas. Ia memandangi Pak Jo dengan raut wajah sedih.

"Kamu kenapa?" Tanya Pak Jo.

"Apakah Pak Jo bertanya karena saya terlihat menyedihkan?"

"Iya, ada masalah apa? Kau tidak mau jadi perwakilan tapi Pak Cipto memilihmu begitu?"

"Apakah orang yang menyedihkan seperti saya pantas untuk pergi ke seminar?"

Ttaaakkkk.....

Satu pukulan clipboard mendarat di kepala Rana. Pak Jo memintanya untuk pergi kembali ke kelasnya. Namun sebelum pergi, gadis itu kembali bertanya apakah ia terlihat menyedihkan karena itu Pak Jo memintanya untuk pergi.

Rana terus berada di kursinya, melewatkan makan siang dan hanya termenung menatap ke luar jendela. Ratu, Alin dan Bela mencoba membujuknya, tapi tak berhasil. Bahkan teman-teman Dean merasa kasihan melihat Rana dari luar kelas.

"Dean, mending loe minta maaf ke dia. Kasihan banget tuh anak, biasanya ceria haha hihi sekarang kayak orang depresi" celetuk Suho yang duduk di kursi depan Dean.

Para pemuda itu berkumpul dan mulai menasihati Dean. Meski tak suka harusnya Dean tak bersikap begitu kejam pada Rana. Mengingat jika Rana adalah seorang perempuan baik dan ceria. Kini auranya terlihat begitu menyedihkan bahkan untuk sekedar dilirik.

Dean tampak termenung sesaat, ia sebenarnya tak bermaksud begitu. Tapi Rana tak mau mendengarkan dirinya. Padahal sudah ditolak berkali-kali namun gadis itu masih saja mendekat.

"Enaknya jadi orang ganteng" keluh Gerald.

"Hahaha kemauan keras juga tuh si Rana, dia satu-satunya cewek yang bertahan walau loe berkali-kali bersikap kasar" sahut Felix. Ia membuka kotak susu pemberian Rana lalu meminumnya satu. Hal itu tentu membuat para murid pria berebut untuk meminumnya.

Suho menaruh susu coklat pemberian Rana di meja Dean. Ia tersenyum kepada Dean seraya menggerakkan dagunya agar mengambil susu coklat tersebut.

Dean, semangat belajarnya.. Maaf ya kalau gue ganggu.. Fighting...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!