Hai! kenalin namaku Jia.
Mungkin aku bisa mengatakan jika aku orang paling beruntung di dunia ini.
Kehidupan ku di penuhi dengan kehangatan keluarga dan juga orang-orang di sekitarku.
Lingkungan yang sehat dan pergaulan yang baik membuatku dapat hidup dengan mudah hingga saat ini.
Karena itu di mataku aku meliat dunia ini dengan begitu indah.
Aku tidak pernah melihat sisi gelap dari dunia ini sebelumnya.
Dan sekarang, aku ingin mencoba menjelajahi kerasnya dunia yang sebelumnya belum pernah aku rasakan.
*
*
Hari ini adalah hari pertama ku masuk kuliah. Aku mengambil jurusan sastra karena aku ingin menjadi seorang penulis.
Meski belum terlalu terampil, saat ini aku juga sedang mencoba menulis beberapa novel untuk mengasah kemampuanku.
Aku memutuskan untuk tinggal di asrama bersama para mahasiswa yang lain meskipun jarak kampus dan rumahku tidak terlalu jauh.
Aku ingin mencoba hidup mandiri mulai sekarang.
Di sini aku bertemu dengan banyak teman dan orang-orang baru dengan karakter mereka yang beraneka ragam.
Aku yang sebelumnya selalu di manja oleh kedua orang tua ku membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat menyesuaikan diri.
Karena selama ini aku hidup dengan nyaman dan aman, aku jarang memiliki konflik dalam kehidupanku.
Hal itu terkadang membuatku kehabisan ide untuk karyaku karena kelemahan ku yang tidak bisa memahami perasaan orang-orang yang hidup bersama kerasnya dunia ini.
Untuk itulah aku bertekad menjelajahi dunia ini dan keluar dari zona nyaman ku, agar aku bisa memahami dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Dan sepertinya hari ini aku menemukan sesuatu yang aku cari, yaitu seorang karakter yang memiliki banyak beban di hidupnya.
Saat berjalan menuju kelas, aku melihat seorang pemuda yang duduk menyendiri di bawah pohon menjauhi keramaian.
Dia memegang sebuah buku sambil termenung.
Di dalam matanya aku bisa melihat beban kesedihan dan rasa lelah yang begitu berat.
Ini adalah pertama kalinya hatiku merasa sakit karena kesedihan seseorang.
Dan sepertinya dia sadar jika aku memperhatikannya cukup lama. dia pun kembali menatapku.
Aku cukup terkejut saat itu dan langsung pergi dari sana.
Ketika aku menoleh kembali, dia sudah berjalan pergi.
Aku terus menatap punggungnya yang terlihat lelah.
Aku merasa sangat tertarik padanya.
*
Di dalam kelas hal yang mengejutkan terjadi.
Aku melihat pemuda itu masuk ke kelas yang sama dengan ku.
Seketika aku pun berfikir, mungkinkah ini sebuah takdir.
Dan yang lebih anehnya lagi, aku merasa sangat senang hanya karena hal itu.
Kelas pun di mulai.
Setelah beberapa jam, kelas pun berakhir. Saat semua orang sibuk berkenalan, dia justru diam di bangku pojok seperti hantu sambil memasang earphonenya.
Apa dia anti sosial? bagaimana aku bisa mendekatinya?
Sikapnya yang berbeda membuatnya terlihat seperti karakter utama yang aku cari selama ini. Aku yakin dia pasti memiliki latar belakang yang menarik di hidupnya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjadikannya karakter dalam novel ku.
Tapi untuk itu aku harus bisa mendekatinya terlebih dahulu.
Aku pun memberanikan diri untuk menghampirinya dan mengajaknya bicara.
" Hai! " Sapaku dengan sedikit gugup.
Dia sekali lagi menatapku dengan mata itu. mata yang penuh dengan rasa lelah.
" Apa kau ada waktu? "
Sambil mengemasi buku dan membawa tasnya " Maaf, tolong jangan menggagguku! " ucapnya dengan begitu dingin kemudian pergi keluar kelas.
Sesuai dugaan, dia pasti akan sangat sulit untuk didekati. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan terus mengikutinya hingga dia mau berteman dengan ku.
Aku mengejar nya keluar kelas.
" Tunggu!!! Apa kau sungguh tidak ada waktu? "
Dia terus mengabaikan ku dan berjalan semakin cepat. Aku juga mempercepat langkahku untuk menyamainya.
" Kenapa kau terus mengabaikan ku? "
Dia menghentikan langkahnya dan berbalik menatapku.
" Aku sedang sibuk, jadi tolong jangan menganggangguku! " Tegasnya dan lang pergi meninggalkan ku.
Saat aku akan berlari mengejarnya, salah seorang temanku menghentikan ku.
" Kau mau kemana? Para senior mengundang semua mahasiswa baru jurusan sastra untuk makan bersama sekarang, ayo pergi ! " Ajaknya.
" Tidak! Disana nanti pasti ada minum-minuman, aku tidak bisa minum, kau saja yang pergi! " Aku berusaha menolaknya.
Tapi dia justru menarik tanganku " Sudahlah ndak papa, ayo! " Dan mengajakku pergi.
Tapi kemudian aku berfikir, apa dia juga pergi ke acara itu?
Aku pun jadi sedikit bersemangat untuk datang.
*
Sesampainya di sana, mataku terus mencari keberadaannya di antara keramaian.
Namun jujur saja, aku kurang suka dengan suasana di sana saat itu. Sangat ramai dan juga berisik. Aku lebih suka suasana yang tenang, jadi aku mencoba untuk menahannya.
Lagi pula aku juga sudah bertekad untuk keluar dari zona nyaman ku, jadi tidak ada salahnya mencoba datang ke tempat seperti ini.
" Selamat datang para junior, kemari cepatlah berkumpul, kita akan mulai acara kita pada malam hari ini! "
Semua orang terlihat antusias dan bersenang-senang.
Sepertinya hanya aku sendiri yang merasa tidak nyaman di sini.
" Sekarang perkenalkan diri kalian satu-persatu, mulai dari nama, umur, dan alasan kalian memilih jurusan ini, kalian harus bisa mengatakannya dengan lancar, jika gagal maka kalian harus meneguk satu gelas minuman ini! Hahahaha! "
Semua orang tertawa dengan lepas, dan aku hanya bisa bertepuk tangan.
" Baiklah kita mulai dari...kamu! "
Senior itu menunjukku dengan tiba-tiba yang membuat ku terkejut.
" A...aku.... " Pikiranku kacau sehingga membuat ku tergagap.
" 3...2...1....Ya...karena kau sudah gagal, sekarang kau harus minum ini! " Senior itu menyodorkan segelas penuh minuman.
Aku belum pernah minum bir sebelumnya, entah aku dapat menahan rasanya atau tidak.
Tapi bagaimanapun aku sudah sampai ke tempat ini, setidaknya aku harus mencoba meminumnya sekali.
Ketika aku mengangkat gelas ku, tiba-tiba...
" Tunggu!!! " Salah seorang senior memanggil seseorang di belakang ku.
Ketika aku menoleh, aku terkejut sekaligus senang.
Akhirnya aku bisa melihat pemuda itu lagi.
Dia berjalan ke meja kami.
Tapi kenapa dia memakai seragam pelayanan di sini?
Apa dia bekerja paruh waktu di sini?
Dan saat dia datang, dia berdiri tepat di sampingku.
Aku terus menatapnya dan aku masih melihat mata yang penuh rasa lelah itu.
" Tunggu! bukankah kau salah satu mahasiswa baru jurusan sastra? " Tanya salah seorang senior.
" Benarkah? Wah kebetulan sekali, kau tidak datang ke acara ini sebagai mahasiswa, tapi kau malah datang sebagai pelayan! Hahahaha...Mari bergabunglah sebentar bersama kami. " Sahut temannya yang lain.
" Maaf, aku harus kembali berkerja, kali bersenang-senang lah! " Ucapnya dengan wajah dingin itu.
" Eh tunggu dulu! " Senior itu menarik pundaknya.
Dia mengambil gelas di tangan ku dan memberikan padanya.
" Kasihan adik kecil ini sepertinya tidak bisa minum, kau bantu dia habiskan satu gelas ini, baru aku akan membiarkan mu pergi! "
Aku sedikit kesal dengan sikap mereka yang mulai merendahkannya.
Aku merebut kembali gelas ku "Aku akan meminumnya! " Tegas ku.
Tetapi temanku menahan gelas yang ada di tanganku.
" Bukankah kau tadi bilang jika tidak bisa minum, jadi biarkan teman ini membantumu untuk meminumnya. " Ucapnya sambil mengeser gelas itu.
Tanpa berfikir panjang, dia langsung menghabiskan segelas minuman itu.
' Tak '
Dia meletakkan gelas itu dengan keras di atas meja.
" Apa aku bisa pergi sekarang?! " Ucapnya dengan tegas.
" Hahaha... iya pergilah, semangat ya kerjanya! "
Para senior membiarkan dia pergi sambil menertawakannya.
Aku merasa khawatir padanya karena dia berjalan dengan terhuyung-huyung.
" Apa dia baik- baik saja? "
Acara pun kembali di lanjutkan.
Setelah hari mulai malam, semua orang membubarkan diri satu-persatu.
" Ayo kembali ke asrama! " Ajak temanku.
" Kalian duluan saja, aku masih ada urusan. "
Aku ingin menunggunya selesai dan memastikan keadaannya.
" Baiklah, cepat kembali, sebelum asrama di tutup! "
" Iya. "
Aku keluar dari sana dan menunggunya di depan pintu.
Tiba-tiba...
" Uwegh... Uwegh... " Dia muntah setelah keluar dari bar.
Saat aku akan membantunya, salah satu teman kerjanya menghampirinya terlebih dulu.
" Ya... Kim Soobin... Apa kau baik-baik saja? Kau ini, jika kau tidak bisa minum, untuk apa memaksa tadi! Sekarang lihat kau jadi seperti ini. " Temannya yang merasa khawatir terus mengomelinya.
" Aku tidak apa-apa, anda tidak perlu khawatir... Uwegh. " Ucapnya yang berusaha menenangkan temannya.
Saat itu aku langsung berlari mencari toko terdekat.
Aku membeli obat pengar dan beberapa air mineral juga makanan pedas untuk meredakan mabuknya.
Setelah itu aku bergegas kembali ke bar.
Namun saat sampai di sana, Aku melihatnya di bopong oleh seorang wanita.
" Kakak kenapa mabuk-mabukan, kan aku sudah melarang kakak! " Omel gadis itu.
Gadis itu terlihat sangat khawatir dengan keadaannya.
" Kakak tidak apa-apa, tadi hanya minum sedikit. " Sahutnya sambil tersenyum.
Aku tidak menduga jika dia bisa sehangat dan selembut ini pada seseorang.
Tapi kenapa dia bersikap sangat dingin padaku.
Aku tetap menghampiri mereka dan mberikan obat dan makanan-makanan tadi padadanya.
" Terima kasih kak. " Ucap gadis itu.
Aku pun segera kembali ke asrama.
Saat masuk ke kamar, teman-teman sekamarku sudah tertidur.
Aku meletakkan tas kemudian menyalakan lampu meja belajar ku.
Aku mengambil secarik kertas kecil dan juga bulpoint.
" Kim Soobin... "
Akhirnya aku bisa mengetahui namanya.
" Aku harus menamainya apa? "
Saat aku berfikir, sebuah ide muncul di benakku. Aku lagsung menulis nya dalam secarik kertas itu.
' Untumu Jiwa yang bersedih : Hari ini saat pertama kali melihatmu, aku dapat merasakan beban yang begitu berat melalui matamu, bagaimana caraku untuk menghilangkan dukamu itu? Ini menjadi misi ku sekarang, aku akan membawamu datang ke duniaku yang bahagia dan membuat mu tersenyum. '
Bersambung....
Pagi ini aku pergi ke kampus bersama teman-teman ku.
Saat memasuki kelas, aku melihat Soobin tertidur di atas meja di bangku pojok.
Apa dia baik-baik saja?
Semalaman aku terus memikirkannya.
" Jia! Apa yang kau lakukan, duduklah " Sentak temanku yang melihatku melamun.
Aku pun duduk dan mengeluarkan buku-buku ku.
Kelas pun di mulai.
Soobin terbangun dengan wajah pucat.
Aku terus merasa khawatir tentang keadaannya.
*
Saat jam makan siang, semua orang pergi ke kantin.
Tetapi Soobin justru pergi ke taman.
Aku mengikutinya dari kejauhan.
Dia duduk di kursi bawah pohon rindang seperti kemarin.
Dia mengeluarkan bekal makan siangnya, dan makan sendirian di sana.
Aku pun segera berlari ke kantin dan membeli beberapa roti, makanan ringan dan juga minuman.
Setelah itu aku bergegas kembali dan menghampirinya.
" Kim Soobin! " Ini pertama kalinya aku memanggil namanya.
Aku duduk di sampingnya dan meletakkan semua yang aku beli dari kantin di atas kursi.
" Boleh aku bergabung dengan mu? " Tanyaku sambil membuka roti dan minuman.
Bukannya menjawab, dia malah mengemasi bekalnya dan beranjak pergi.
" Kau bisa makan di sini! " Ucapnya.
Kenapa dia pergi? Apa aku membuatnya terganggu?
Aku pun berusaha untuk menghentikannya.
" Tunggu! tidak bisakah kau menemaniku makan sebentar? aku tidak suka makan sendiri. " Pintaku.
Awalnya ku kira dia akan mengabaikan ku.
Tapi ternyata dia kembali dan duduk di tempat nya tadi.
Aku tersenyum sambil menatapnya.
Kemudian dia mengambil satu kaleng soda dan membukanya untuk ku.
" Makanlah perlahan! kau akan tersedak nanti. " Ucapnya.
Aku cukup terkejut dengan perhatiannya yang tiba-tiba.
Dari sini aku tahu jika dia sebenarnya memiliki sikap yang hangat.
Entah hal apa yang membuatnya kehilangan senyumannya dan menjadi sangat dingin.
" Kenapa kau tidak melanjutkan makananmu, kau tadi hanya makan sedikit. " Tanyaku.
" Aku sudah kenyang. " Jawabnya singkat.
" Wajahmu pucat sekali, apa kau sedang sakit? " Tanyaku sekali lagi.
" Jangan banyak bicara dan cepat habiskan makananmu. " Sahutnya dengan dingin.
Aku yakin dia pasti sakit karena minum minuman semalam.
" Lain kali jika kau tidak suka makan sendiri kau makan saja di kantin, di sana ada banyak orang yang akan makan bersamamu! " Ujarnya.
Aku berusaha mencari alasan.
" Justru karena terlalu banyak orang, aku jadi tidak begitu nyaman di sana. " Sahutku.
" Kau makan sendirian di sini, apa kau tidak merasa kesepian? " Tanyaku.
" Aku lebih suka sendiri, dan kau tiba-tiba datang menggangguku. " Ucapnya sedikit kesal.
Meski dia mengatakan lebih suka sendiri, tetapi aku selalu melihat dirinya sangat kesepian.
" Benarkah? Tapi kenapa kau telihat sangat kesepian di mataku? " Ujarku,
Seketika dia terdiam " Kau tahu apa soal diriku, lebih baik kau diam! sekali lagi kau bicara aku akan meninggalkan mu! " Tegasnya.
Aku pun melanjutkan makananku.
Kemudian dia mengeluarkan tumpukan lembaran kertas. Dia mulai membaca setiap tulisan dalam kertas itu dengan seksama.
Dia terlihat sedang mencoret-coret beberapa kata di kertas tersebut.
" Kau sedang apa? " Tanyaku.
" Bukan urusanmu! " Jawab nya dengan ketus.
Setelah selesai makan, aku ingin berbincang dengannya, akan tetapi...
" Kim soobin apa kau... "
" Aku ada urusan, aku harus pergi sekarang! "
Belum sempat aku bicara, dia suda buru-buru pergi.
" Tunggu! " Aku mengambil minuman dan roti yang ada.
" Bawa ini, kau sedang sakit, jangan sampai telat makan! "
" Makasih. " Jawabnya singkat.
Dia pun pergi.
Sekali lagi aku gagal mengajaknya bicara. Sesibuk itu kah dia hingga tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri? Kapan dia bisa membukakan pintu dunia nya untukku?
*
Malam ini saat aku kembali dari perpustakaan, Aku bertemu dengan teman masa kecilku Nam Ji hyun.
Dia adalah putra dari teman baik ayahku. Kami tidak terlalu akrab karena aku tidak suka dengan sifatnya yang arogan dan pemarah.
" Lee Jia! " Sapanya dari dalam mobil.
" Kau dari mana? Udah lama gak ketemu, kau makin cantik aja. " Ucapnya yang membuatku merasa sangat geli.
Tak lama setelah itu, aku tanpa sengaja melihat soobin berlari dengan sangat cepat.
Di belakangnya ada beberapa orang sedang mengejarnya.
Sepertinya dia sedang dalam masalah.
Tiba-tiba tanpa sengaja aku mendengar Ji Hyun bergumam
" Dasar tikus kecil, kau tidak akan bisa lari dariku! "
Apa maksud perkataannya itu? Apa orang yang dia bicarakan itu soobin?
" Jia, aku duluan ya! "
Dia pergi dengan cepat.
Aku pun segera mengikuti Soobin ke arah dia berlari.
Di depan terdapat gang yang sangat gelap dan terdengar suara keributan.
Meski sangat takut, aku memberanikan diri masuk ke gang itu.
Untuk berjaga-jaga, aku menelfon polisi setempat.
Suasana mencekam terasa sangat kuat di gang itu. Aku terus mengikuti suara bising di sana.
Dan benar saja, setelah masuk cukup dalam, aku melihat Soobin sedang di keroyok dan di pukuli habis-habisan.
Tanpa berfikir panjang, aku langsung berlari menghampiri mereka.
" Berhenti!!! " Teriakku.
Seketika semua orang terdiam.
Aku melihat Soobin dengan wajah yang lebam dan bibir yang berdarah.
" Kim Soobin! " Aku langsung memeluknya.
" Kau! Kenapa kau kemari? Cepat pergi dari sini! " Sentak Soobin padaku.
" Tidak! Aku tidak akan meninggalkan mu sendiri! "
Saat itu orang-orang tersebut terus memandangi ku.
" Hei gadis kecil! Apa yang kau lakukan! " Kata mereka.
Aku terus memeluk Soobin yang terluka. Tiba-tiba salah satu dari mereka menarik lenganku.
" Apa kau pacarnya bocah ini! " Tanyanya sambil mencengkram tanganku dengan kuat.
Dengan sisa tenaganya Soobin berusaha bangun dan menolong ku.
" Tolong lepaskan dia, dia sama sekali tidak ada hubungannya denganku. "
Soobin berusaha memohon pada mereka.
Orang itu kemudian mendorong ku hingga membuatku terjatuh dan lenganku terbentur dinding.
Setelah itu Aku melihat sorot mata soobin tiba-tiba berubah. Dia pun langsung menghajar wajah orang yang mendorong ku tadi.
Namun karena dia terluka, dia tidak bisa bertahan dan malah kembali di pukuli oleh orang-orang itu.
Aku merangkak ke dalam pertarungan itu dan berusaha menghadang mereka agar pukulan mereka tidak sampai mengenai soobin.
Dia kemudian menatapku. Tatapan matanya kali ini terlihat berbeda. Aku tidak bisa menjelaskannya.
Tiba-tiba...
" Berhenti!!! "
Terdengar suara seseorang meneriaki mereka.
" Bos! " Seketika mereka semua tunduk padanya.
Siapa sebenarnya yang tega melakukan semua ini?
Orang itu semakin mendekat. Saat aku melihatnya dia bukan lah orang asing bagiku.
" Nam Ji hyun! "
Ternyata benar dugaan ku sebelum nya. Ji Hyun pasti ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada Soobin saat ini.
" Lee Jia? Apa yang kau lakukan di sini? " Ucapnya dengan sinis.
Dia menunduk dan menatapku.
" Kau seharusnya jangan ikut campur! " Tegasnya sambil memukul wajahku perlahan.
Tepat saat Ji Hyun memukul wajahku, Soobin langsung mencengkram tangannya dengan kuat.
" Jangan sentuh dia! Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini! " Tegas Soobin dengan suara gemetar.
Ji Hyun langsung menepis nya hingga membuat soobin terjatuh.
Dia menatapku dengan tatapan yang menakutkan.
" Kenapa kau harus iku campur? Apa yang harus ku katakan pada orang tuamu nanti jika kau terluka? Memang siapa dia hingga kau melindungi nya sampai seperti ini! " Ucap Ji Hyun dengan senyum sinisnya.
" Dia temanku!!! " Jawabku.
" Teman? lalu aku? Apa aku bukan temanmu? " Tanyanya sekali lagi.
Aku mengabaikannya dan kembali melihat keadaan Soobin.
" Baiklah! Karena kau sendiri yang ikut campur, jangan salahkan aku jika aku harus menyingkirkan mu! " Ucapnya dengan wajah dingin.
Dia menyilangkan tangannya kemudian berjalan menjauh.
" Habisi mereka! " Perintah Ji Hyun kepada anak buahnya.
Saat orang-orang itu akan menyerang kami, polisi datang tepat waktu.
Suara sirine dari mobil polisi membuat mereka berhenti dan dengan cepat melarikan diri.
" Kau! Lihat saja nanti! " Ucap Ji Hyun yang berusaha mengancamku.
" Ayo pergi!!! " Dia mengajak semua anak buahnya pergi sebelum polisi datang.
Ketika polisi menemukan kami, Soobin langsung pingsan karena lukanya yang cukup parah.
Dengan cepat mereka memanggil ambulan dan membawa kami ke rumah sakit.
Dari kejadian ini aku sadar, jika dunia ini memang bisa begitu kejam terhadap seseorang.
*
' Untuk mu Jiwa yang Bersedih : Aku baru menyadari, jika luka yang kalian dapatkan itu adalah penyebab dari berubahnya sikap kalian. Aku yakin semua orang diciptakan dengan kebaikan hati, namun karena sebuah luka, hati kalian pun ikut berubah. Apa luka itu bisa di sembuhkan? Bagaimana cara ku untuk mengobati luka ini? Aku sungguh berharap suatu saat dapat memudarkan luka itu dan menumpuknya dengan berbagai energi positif dari kebahagiaan. "
Bersambung...
Di rumah sakit, Aku dan Soobin di rawat di ruangan yang sama.
Dia terluka di bagian dadanya.
Sedangkan aku hanya mendapat luka ringan di punggung dan lenganku. Itu sebabnya aku bisa keluar rumah sakit besok pagi.
Soobin yang sampai saat ini masih belum sadarkan diri membuat ku merasa sangat khawatir padanya.
Aku harap dia akan baik-baik saja.
Aku menghampiri Soobin dan duduk di hadapannya sambil menggenggam tangannya.
" Cepatlah bangun! Aku masih belum sempat bicara banyak denganmu! " Gumamku lirih sambil menatap wajahnya.
Tak lama setelah itu...
" Kakak!!! "
" Kim Soo!!! "
" Soobin- A!!! "
Gadis yang bersama soobin saat di bar itu datang ke rumah sakit bersama dengan beberapa orang yang sepertinya adalah kerabat dekat Soobin.
Satu orang adalah kakak perempuan dengan rambut semir pirang.
Dan satu lagi adalah kakak laki-laki dengan banyak tato di tubuhnya.
" Kakak, kakak kenapa bisa seperti ini! " Ucapnya sambil memeluk Soobin dan menangis.
Aku melepaskan genggamanku dan langsung berdiri.
" Soojung tenanglah, dia pasti baik-baik saja! " Kata kakak rambut pirang tadi.
Kemudian dia melihatku.
" Kau? " Tanyanya.
" Ah...Saya teman kuliahnya Soobin. " Kataku memperkenalkan diri.
Gadis itu pun menatap ku, sepertinya dia mengenaliku.
" Kakak bukannya yang kemarin di bar itu? " Tanya gadis itu.
Aku menganggukan kepala.
" Kenapa kakak bisa ada di sini bersama kak Soobin? " Tanyanya sekali lagi.
Aku pun menjelaskan semua kejadian itu pada mereka.
Setelah mendengar semuanya, dengan kesal kakak bertato itu memaki Ji Hyun.
" Dasar berandal sialan!!! " Gumamnya.
Aku penasaran, sebenarnya ada hubungan apa Ji Hyun dengan mereka?
Aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
" Sebenarnya apa yang terjadi antara dia dengan Soobin? " Tanyaku pada mereka.
" Sebenarnya dia... "
Belum sempat kakak bertato itu menjelaskan, seseorang membuka pintu dan masuk ke ruangan.
" Jia-ya !!! "
Ternyata orang tuaku datang untuk menjemputku.
Kemudian di belakang mereka, Ji Hyun juga datang dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Dia tersenyum sinis kepadaku yang membuatku merasa seperti ingin menghajarnya saat ini juga.
" Anakku, lihatlah apa yang terjadi padamu, mana yang sakit, Ibu akan meminta dokter untuk memeriksa mu sekali lagi. " Ucap ibuku yang merasa khawatir.
" Tidak perlu bu, Jia baik-baik saja, ibu tidak perlu khawatir. " Ujarku yang berusaha untuk menenangkannya.
Kemudian Kakak bertato itu berjalan menghampiri Ji Hyun.
Dengan cepat dia langsung menghajarnya sambil menyeretnya ke luar ruangan.
Hal itu memicu keributan di rumah sakit dan menarik perhatian semua orang.
Ayahku berlari dan berusaha untuk melerai mereka.
" Apa kau sudah gila! Aku bisa saja melaporkan mu ke polisi sekarang, dasar manusia tidak bermoral! " Teriak Ayahku sambil mendorong kakak itu.
Kakak bertato itu pun terdiam sejenak.
Saat melihat matanya, sekali lagi aku melihat tatapan yang penuh dengan rasa lelah dan kesedihan sama seperti yang aku lihat di mata Soobin.
" Manusia tidak bermoral?... Kalian tahu apa tentang kami! apa yang kami rasakan, apa yang kami lakukan! kamu berusaha sangat keras untuk bertahan di dunia yang kejam ini! dan manusia-manusia seperti kalian hanya bisa memandang rendah dan menghakimi kami seperti ini!!! "
Teriak kakak itu yang sedang meluapkan emosinya.
Mendengar setiap jeritannya, hatiku seperti tersayat, perasaan sedih menyelimuti pikiranku.
Kemudian Kakak berambut pirang itu berlari menghampiri nya dan berusaha untuk menenangkannya.
" Sudah, jangan buat keributan lagi! Ayo pergi! " Bujuk nya.
Mereka berdua pun pergi meninggalkan kerumunan dan hendak kembali ke ruangan Soobin.
Namun Ji Hyun lagi-lagi memancing emosi mereka.
Dia dengan mulut yang berdarah bangun sambil tertawa dengan keras.
" Ha... ha... hahahaha... tidak ingin di pandang rendah? lalu apa? apa kalian ingin di hormati? cikh... kalian lihat diri kalian apa kalian pantas untuk di hormati? " Kata Ji Hyun yang berusaha untuk mempermalukan mereka.
Semua orang yang ada di sana pun menatap ke arah kedua kakak itu.
Karena kesal kakak bertato itu hendak menyerang Ji Hyun lagi, namun kakak berambut pirang menahannya dan mengajaknya masuk ke ruangan.
Setelah semua kejadian ini, aku semakin muak dengan Ji Hyun.
Bahkan Ji hyun juga menghasut orang tuaku sehingga mereka melarang ku berhubungan lagi dengan Soobin dan teman-temannya.
Meski aku sudah menjelaskan, akan tetapi sangat sulit untuk meyakinkan mereka.
Bahkan mereka memisahkan ruangan ku dengan Soobin saat ini.
*
Keesokan harinya, aku sudah bisa pulang dari rumah sakit.
Namun orang tuaku melarang ku kembali ke asrama dan memintaku untuk tinggal bersama mereka mulai saat ini.
Aku pun hanya bisa menuruti perkataan mereka.
Saat orang tuaku sudah mulai tenang, aku akan mencoba bicara lagi dengan mereka.
Saat kembali, aku berjalan melewati ruangan Soobin.
Rasanya ingin sekali aku melihat keadaannya sekali lagi.
Namun karena kejadian semalam, aku merasa tidak enak bertemu dengan mereka.
Aku pun hanya bisa melihat Soobin dari balik kaca pintu.
*
Setelah dua hari cuti, aku kembali ke kampus.
Kali ini ayahku mengantarkanku pergi kuliah karena beliau masih belum mengizinkan ku kembali ke asrama.
Ketika berjalan melewati taman, aku melihat kursi kayu di bawah pohon rindang, tempat biasanya Soobin suka menyendiri.
Aku mencoba duduk di sana.
Aku penasaran seperti apa rasanya Soobin ketika duduk sendirian di sini.
Dan benar saja, suasana di sini sangat tenang, dengan angin yang sejuk serta tempat yang teduh di bawah pohon rindang.
Mungkin ini alasan mengapa Soobin suka duduk sendirian di tempat ini.
Bahkan Aku pun juga merasa sangat nyaman di sini meskipun sendirian.
" Sepertinya tempat ini cocok buat menulis! " Gumamku.
Kemudian aku mengeluarkan buku dan bulpoint ku.
Ketika aku membuka bukuku, secarik kertas yang berisi tulisan tentang Soobin, jatuh ke tanah.
Ketika aku menunduk dan hendak mengambilnya, aku melihat kaki seseorang berjalan mendekat kearahku.
Dia mengambil kertas itu dan membacanya.
Saat aku menengok ke atas.
Aku melihat Soobin yang sedang tersenyum padaku.
Pikirku dalam hati, Apa aku sedang berhalusinasi?
" Apa kau juga suka tempat ini? " Tanyanya.
Seketika aku sadar jika itu bukanlah ilusi.
Aku terkejut dan langsung berdiri.
" Kim Soobin? "
Dia pun duduk di sana sambil menertawakan sikapku.
" Kenapa kau sangat terkejut? Seperti melihat hantu saja. " Ejek nya.
Menurut ku dia memang seperti hantu yang suka menyendiri dan duduk di pojok, bahkan sekarang dia muncul tiba-tiba seperti ini dan mengejutkan ku.
Aku pun kembali duduk.
" Apa yang sedang kau tulis? " Tanyanya sambil memberikan kertas itu.
Dengan cepat aku mengambil kertas itu darinya.
" Ah... ini... ini hanya potong ide untuk novel ku. " Jawabku sambil tergagap.
" Novel? Apa kau seorang penulis? " Tanyanya.
" Iyaaa.... bisa dibilang begitu, tapi aku masih terlalu amatir, bahkan aku merasa karya-karya ku sedikit membosankan, jadi hanya sedikit orang yang membacanya. " Jelasku.
" Kenapa kau begitu pesimis! " Sentaknya.
" Kau harus percaya diri, keberhasilan tidak bisa dicapai dengan jalan pintas, seseorang harus menaiki anak tangga untuk sampai ke atas, tidak apa jika saat ini kau berkarya sambil belajar, kau tidak harus menjadi sempurna untuk itu, dengan banyak berlatih aku yakin suatu saat kau bisa membuat karya yang hebat! " Ujarnya yang berusaha untuk menyemangati ku.
Dan ini adalah pertama kalinya dia bicara banyak denganku.
Aku merasa senang akan hal itu karena dengan begini, aku bisa semakin dekat dengannya.
" Jika kau butuh bantuan, aku bisa membantu mu, kebetulan aku seorang editor, aku bekerja sebagai editor untuk beberapa penulis! " Jelasnya.
Aku cukup terkejut mengetahui hal itu.
Ini memang seperti sebuah takdir aku dipertemukan dengannya.
" Perkataan mu benar, dan saat ini aku memang membutuhkan bantuan mu, apa kau sungguh mau membantuku? " Tanyaku padanya.
Aku merasa lama kelamaan dia pasti akan lebih semakin terbuka denganku.
Karena saat ini aku merasa sikap dingin nya perlahan luluh dan menjadi sedikit hangat.
*
' Untuk mu Jiwa yang Bersedih : Tidak ada salahnya untuk membuka diri, dengan begitu mungkin beban di hatimu akan terasa lebih ringan, sesekali kau memang harus meluapkan emosi mu, dengan begitu tekanan yang kau rasakan tidak akan melukai jiwamu. '
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!