" Apa yang kamu katakan hah? Menikah? Jangan harap kami akan merestui mu."
" Maaf, meskipun tidak ada restu dari Mami dan Papi, aku tetap akan menikah. Aku akan tetap bersama Mas Erlan. Kami saling mencintai."
Yasmin meninggalkan rumah bergaya joglo yang megah itu setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan kepada kedua orang tuanya. Tekatnya sudah bulat untuk bersama sang kekasih yang sekarang jadi suaminya. Jelas hal itu membuat kedua orang tuanya sangat murka.
Panggilan mami dan papinya tidak lagi ia hiraukan. Langkahnya begitu tegap meninggalkan kehidupan mewah keluarga Suryoprojo.
" Dek, bagaimana. Apa kedua orang tuamu menyetujui kita?" tanya Erlan yang menunggu diluar kediaman kedua orang tua Yasmin. Seorang penjaga melarang Erlan ikut masuk ke dalam. Awalnya Yasmin marah, tapi Erlan berkata kepada Yasmin bahwa dia tidak apa-apa untuk menunggu di luar.
" Setuju atau tidak setuju aku tetap akan bersama dengan mu mas. Ayo kita pergi. Rumah ini sudah bukan rumahku lagi," jawab Yasmin mantap.
Tangan Erlan di genggam erat oleh Yasmin. Ia sejenak melihat wajah sang istri. Ya, sebenarnya mereka sudah menikah. Bahkan keduanya sudah mencatatkan pernikahan mereka ke catatan sipil. Ada rasa menyesal dalam hati Erlan karena ia merasa memisahkan Yasmin dari kedua orang tuanya.
Yasmin, seorang putri tunggal dari pasangan Haryo Suryoprojo dan Sonya Ningrum. Tapi ternyata anggapan bahwa anak tunggal akan selaku dituruti keinginannya adalah tidak benar.
Yasmin berpacaran dengan Erlan sudah lama. Mereka saling mengenal di sebuah universitas. Saat itu Erlan mengambil jurusan keperawatan dan Yasmin mengambil jurusan manajemen mengikuti keinginan sang mami.
Dari awal pacaran Erlan memang tidak pernah disetujui oleh kedua oran tua Yasmin. Bahkan beberapa kali Yasmin selalu dijodohkan tapi wanita itu berhasil menolak.
Erlan yang hanya anak dari yayasan yatim piatu dianggap tidak layak bersanding dengan Yasmin yang keturunan ningrat. Bahkan pekerjaan Erlan juga dianggap tidak selevel.
" Hanya perawat to, coba kalau dokter spesialis. Gaji perawat ndak seberapa. Memangnya bisa menghidupi putriku?"
Itulah kalimat yang Sonya ucapkan kepada Erlan saat pertama kali mengunjungi kediaman Suryoprojo untuk melamar Yasmin. Dia ditolak mentah-mentah oleh keluarga besar Suryoprojo. Terlebih Rendra Arjana, ia sangat menentang. Sepupu Yasmin itu jelas tidak suka karena dia menyukai Yasmin dari dulu. Apalagi Yasmim adalah pewaris tunggal dari SP Group.
Kejadian tersebut adalah sekitar setengah tahun yang lalu. Beberapa kali Erlan dan Yasmin berusaha meminta restu tapi tidak juga diberikan.
Kembali kepada masa sekarang, Erlan dan Yasmin berada di rumah mereka. Rumah sederhana yang dimiliki oleh Erlan itu tidak banyak diisi dengan perabotan. Hanya beberapa yang diperlukan saja. Wajah Erlan seketika murung. Ia membandingkan kehidupan Yasmin dulu dan sekarang.
Meskipun Erlan tidak tahu pasti bagaimana Yasmin hidup, tapi ia setidaknya tahu bahwa di rumahnya, Yasmin tidak pernah merasa kekurang. Segala fasilitas ada dan tersedia untuk digunakan kapan saja.
" Maaf sayang," ucap Erlan tiba-tiba.
Yasmin seketika mengerutkan alisnya. Ia tidak mengeri mengapa suaminya itu berkata demikian. Yasmin yang baru saja mau ke dapur akhirnya urung dan duduk di sebelah Erlan. Ia meraih wajah Erlan dengan kedua tangannya dan mencium bibir Erlan singkat.
" Mas, jangan selalu meminta maaf. Aku bahagia bersamamu. Sungguh."
" Tapi kamu tidak terbiasa hidup seperti ini Yas. Aku tidak akan bisa memberimu seperti orang tuamu memberimu."
" Asalkan denganmu, aku bahagia. Kamu juga bukannya orang yang berpangku tangan bukan? Kamu bekerja, pekerjaanmu mendapat gaji. Lalu apa yang perlu dikhawatirkan?"
Erlan langsung memeluk Yasmin dengan erat. Ia sungguh bersyukur wanita yang ia nikahi ini sangat baik dan bijaksana.
" Baiklah sayang, mari kita tidur. hari semakin malam. Besok kamu dan aku harus bekerja bukan?"
Erlan membawa istrinya ke dalam kamar. Hari ini sungguh sangat melelahkan. Sebuah doa Erlan panjatkan agar esok semuanya lebih baik dari pada hari ini.
🍀🍀🍀
Kukuuuruyuuuuk
Suara kokokan ayam jantan menyambut pagi. Semburat warna keemasan muncul di ufuk timur. Erlan dan yasmin sudah bangun saat hari masih gelap. Keduanya bahu membahu untuk melakukan pekerjaan rumah.
Yasmin akan memasak dan Erlan akan membersihkan rumah. Mulai dari menyapu dan mengepel.
Saat keduanya tengah asik melakukan aktifitas masing-masing, suara pintu rumah yang digedor dengan keras membuat keduanya terperanjat.
Erlan dan Yasmin saling pandang. Dalam pikiran keduanya muncul pertanyaan yang sama, " Siapa yang bertamu pagi-pagi sekali?"
Erlan meletakkan sapu yang ia pegang tadi lalu menuju ke arah pintu dan membukanya.
" Nyonya, se~."
" Mana Yasmin?"
Ucapan Erlan tertahan saat Sonya--ibu mertua nya itu langsung menerobos masuk sambil menabrak tubuhnya. Erlan hanya bisa membuang nafasnya pelan. Ia tentu tahu bagaimana tidak sukanya sang ibu mertua kepada dirinya.
Sedangkan Yasmin yang ada di dapur sangat terkejut saat mendengar suara sang ibu. Ia bergegas mematikan kompor dan berjalan cepat menghampiri Sonya.
" Mami ngapain kesini?" tanya Yasmin menyelidik.
" Sayang, begitukah kamu menyambut ibu mu hmm?" jawab Sonya dengan nada lembut.
Yasmin melihat ke arah Erlan, suaminya itu membuat sebuah anggukan kecil. Yasmin jelas paham, ia oleh suaminya diminta untuk mendengarkan dulu apa yang di inginkan oleh ibu nya.
" Silahkan duduk dulu nyonya, saya akan ambilkan minum terlebih dahulu."
Ucapan Erlan tidak dihiraukan sama sekali oleh Sonya. Sungguh, Yasmin tidak suka melihat suaminya diacuhkan.
Yasmin lalu mengajak Sonya untuk duduk, terlihat wajah Sonya yang risih saat duduk di sofa milik Erlan.
" Hish, sofa yang keras. Mami sungguh tidak tahu, mengapa kamu begitu betah tinggal di rumah bobrok sepeti ini."
" Mi, stop! Apa yang mami inginkan? Jangan menghina terus. Mas Erlan adalah suamiku sekarang."
" Pulang ke rumah, Lemah Joglo adalah rumahmu, kamu harus pulang."
Yasmin membuang nafasnya kasar. Ia tahu pasti saat ini akan terjadi. tapi dia tetap akan teguh pada pendirian, Ia tidak akan pulang jika suaminya tidak diakui.
" Mami sudah tahu jawabanku bukan? Aku tidak akan pulang kalau kalian belum menerima suamiku."
" Pulanglah, pulanglah bersamanya. Jika itu memang membuatmu mau kembali ke Lemah Joglo maka bawa dia ikut serta."
" Apa?"
Yasmi tentu terkejut, begitu pula dengan Erlan. Pria itu tidak menyangka bahwa dirinya diperbolehkan untuk tinggal di kediaman Suryoprojo. Bagaimana tidak heran, bahkan sebelumnya memasuki pendoponya saja dia Erlan tidak boleh.
" Apakah benar keluara Yasmin menerimaku? Apakah begitu?" Erlan bertanya dalam hati. Sejenak ada rasa senang yang ia rasakan.
Pun dengan Yasmin, wajah wanita itu tampak berseri saat mengetahui bahwa ia boleh membawa suaminya ikut serta kembali ke rumah. Yasmin bahkan langsung memeluk Sonya dengan erat sambil mengucapkan terimakasih.
" Kan, apa aku bilang. Cara ini adalah cara efektif untuk membawa kembali putriku pulang. Dan untuk pria kere itu, aku sudah punya banyak rencana."
TBC
Pagi itu juga Erlan dan Yasmin membereskan semua baju-baju mereka beserta barang yang diperlukan. Sebuah mobil sudah disediakan oleh Sonya sebagai alat untuk mengangkut barang keduanya.
Beruntung Erlan hari ini jatah shift malam, jadi dia bisa dengan leluasa untuk membereskan kepindahan mereka. Pun dengan Yasmin, ini adalah hari sabtu, dia memang libur sata akhir pekan.
Namun sepertinya wajah Yasmin tidak terlalu senang. Sedari tadi Yasmin hanya melihat kopernya dengan tatapan kosong, bahkan sesekali ia melamun.
" Sayang, ada apa?" Erlan menghentikan aktifitasnya lalu mendekati Yasmin. Ia memeluk istri yang begitu dicintainya itu dari belakang dan mencium pucuk kepalanya.
" Entahlah mas. Aku merasa ini janggal. Tiba-tiba mami meminta kita pulang. Firasatku kurang baik soal ini. Apa kita tidak usah menuruti kata mami?"
Erlan membalikkan tubuh Yasmin hingga menghadap ke arahnya. Ia membelai wajah Yasmin lalu mencium kening istrinya dengan lembut. Ciuman itu sejenak lebih lama, Erlan mencurahkan kasih sayang dan cinta dalam ciuman itu. Ia lalu menatap mata Yasmin dengan seksama. Bola mata nan hitam itu sungguh cantik, bulu mata yang lentik menambah cantik mata Yasmin.
" Sayang, mami sudah jauh-jauh kemari. Sebaiknya kita penuhi saja maunya mami. Jangan berburuk sangka dulu ya, siapa tahu mami memang sudah menerima pernikahan kita."
Yasmin setuju dengan ucapan suaminya. Erlan terus meyakinkan istrinya bahwa semua yang dikatakan Sonya adalah hal yang tulus.
***
" Apa kamu yakin rencana kita akan berhasil?" tanya Haryo kepada Sonya-- istrinya.
" Sangat yakin mas. Aku yakin mereka akan mau datang dan tinggal di sini. Dan, jika saat itu benar terjadi, maka kita akan memisahkan Yasmin dari pria kere tersebut. Aish, apa mas tahu, rumahnya sangat kecil, sumpek, gerah. Iuuuh, aku sama sekali nggak bisa nafas berada di sana."
Haryo mengerti, sehari sebelum Sonya mendatangi rumah Erlan pagi ini, mereka sudah merencanakan mengenai hal tersebut. Sonya mengatakan kepada suaminya untuk meminta Yasmin pulang, meskipun harus bersama Erlan.
Jika berada di luar rumah, mereka jelas tidak bisa mengontrol dan mengawasi Yasmin dengan lebih dalam. Dan solusi utama yang harus mereka ambil adalah menempatkan Yasmin dan Erlan dekat dengan jangkauan mereka.
Ckiiiit
Mobil yang tadi Sonya tinggalkan di rumah menantu yang selaku ia sebut kere itu datang juga. Erlan dan Yasmin keluar dari sana. Tampak gurat penuh keraguan di wajah Yasmin, tapi genggaman tangan Erlan membuat wanita cantik itu tenang.
" Ini rumahmu sayang, bukan medan perang. Di dalam adalah kedua orang tuamu bukanlah musuhmu. Mari kita memberi salam hormat kepada Tuan dan Nyonya Suryoprojo."
" Mas, jika yang mas katakan bahwa di dalam adalah kedua orang tuaku, seharusnya mas juga tidak memanggil mereka tuan dan nyonya. Panggil mereka mami dan papi seperti aku memanggil mereka."
Erlan tersenyum lalu membawa Yasmin untuk melangkah maju memasuki Lemah Joglo. Sebuah rumah megah yang konsep rumahnya layaknya sebuah keraton. Di bagian depan terdapat sebuh pendopo yang lumayan besar. Rupanya kedua orang tua Yasmin sudah berada di sana. Dengan gaya sombong dan congkak, terlihat sekali mereka tidak menyukai Erlan.
Yasmin semakin mengeratkan genggamannya terhadap sang suami. Jelas bahwa ada maksud lain dari keinginan Haryo dan Sonya meminta mereka untuk kembali ke rumah.
" Selamat datang anakku, apakah kamu tidak mau memeluk papi hmmm? Sudah beberapa bulan kita tidak bertemu, apa tidak rindu?"
Haryo membentangkan tangannya. Awalnya Yasmin ragu, tapi sebuah kode ia terima dari Erlan sehingga Yasmin segera memeluk Haryo.
Yasmin akui, pelukan ayahnya begitu hangat. Tapi dia masih tidak mengerti mengapa hanya karena sebuah status sosial, kedua orang tuanya tidak menerima sang suami.
Erlan dengan sopan menghampiri Haryo dan Erlan dan meraih kedua tangan mertuanya itu. ia ingin mencium tangan Haryo dan Sonya, tapi tak kunjung diberikan. Erlan hanya tersenyum simpul, ia sadar akan statusnya yang hanya seorang yatim piatu dan pastinya miskin.
" Masuklah ke kamar dan istirahatlah," ucap Sonya dingin.
Kedua orang tua itu langsung melenggang pergi dari pendopo. Erlan menghela nafasnya. Sepertinya ia akan mengadapi hari yang tidak mudah berada di rumah tersebut.
" Mas, maaf."
" Tidak masalah sayang. Mungkin papi dan mami juga butuh waktu untuk menerimaku. Mari pelan-pelan saja."
Yasmin kemudian membawa Erlan menuju ke kamarnya. Saat memasuki kamar tersebut, erkan begitu takjub. Kamar di rumahnya hanya sepertiga kamar milik sang istri di Lemah Joglo. Seketika hatinya menciut, perbedaan mereka begitu besar.
" Maafkan aku sayang, aku selama setengah tahun ini tidak memberimu tempat tinggal yang layak," sesal Erlan.
" Mas, stop bicara begitu. Aku bahagia dengan mu, aku tidak pernah merasa kurang sedikitpun saat bersamamu. Semua nya cukup. Lagi pula ini semua juga bukan punyaku. Ini adalah milik kedua orang tuaku. Jadi, please, jangan selalu merasa rendah diri. Apa kau tahu, bagiku, kamu adalah superhero."
Di tempat lain tapi masih dalam lingkungan Lemah Joglo, sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan seorang putra terlihat begitu kesal. Kabar kembalinya Yasmin dan Erlan tentu membuat mereka tidak suka.Tapi tidak dengan si anak, sebuah senyum sumringah ditampilkan.
" Kenapa kamu malah senyum-senyum begitu? Yasmin pulang, dan itu akan jadi ancaman buat kita," ucap Eko Arjana.
" Yah, Yasmin pulang itu bagus. Aku bisa kembali mengejarnya. Dan rencana kita bukannya semakin mudah dilakukan jika Yasmin kembali ke rumah ini. Iya to bu?"
Rendra Arjana, sepupu dari Yasmin itu jelas begitu senang mengetahui kabar kembalinya Yasmin. Ia yang sudah menaruh rasa suka dari lama akhirnya menemukan kesempatannya untuk bisa kembali mendekati Yasmin.
Astuti Suryoprojo, adik dari Haryo tapi beda ibu itu menikah dengan Eka Arjana. Tapi dia tidak menyukai kakak laki-lakinya itu karena Astuti merasa romo mereka pilih kasih.
Dan mengetahui sang putra memiliki rasa kepada Yasmin, tentu dia mendukung.
Jika Rendra bisa menikah dengan yasmin, bukankah semua harta yang dimiliki keluarga Suryapraja akan jatuh ke tangan mereka?
" Ibu mendukung apa yang kamu inginkan. Rebut hati Yasmin dari pria miskin itu. Kamu jela lebih unggul dari si miskin itu."
Kepercayaan diri Rendra meningkat pesat saat mendapat dukungan dari ibunya. Lagi pula,Astuti tahu kalau kakak dan kakak iparnya itu tidak pernah menyukai dan juga tidak setuju dengan pernikahan Yasmin dan Erlan. Bibit, bebet, dan bobot selalu menjadi alasan utama mereka membenci Erlan. Bagi keduanya, Yasmin seharusnya bias mendapatkan pria yang lebih tinggi strata sosialnya.
TBC
Hari mulai sore, Erlan sudah siap untuk berangkat kerja. Ia mendapatkan jatah jaga malam. Maka dari itu, ia sudah mengatakan kepada sang istri untuk tidak perlu menunggunya.
" Terus mas ke rumah sakitnya bagaimana? bukannya motor masih di rumah ya? Aah di rumah ada mobilku. Mas pakai aja ya?"
" Nggak dek, mas pakai motor saja. Mas akan pulang dulu sebentar buat ambil motor. Makanya ini berangkat lebih awal agar tidak terlambat nanti."
Yasmin lalu meraih tangan Erlan dan mencium nya dengan hikmad. Erlan tersenyum, ia juga mencium kening sang istri.
Erlan dan Yasmin berjalan beriringan keluar rumah. Tatapan tidak suka kembali di terima oleh Erlan. Kali ini dari Rendra. Erlan tahu siapa itu Rendra.
" Cih, dasar miskin. Numpang makan, numpang tidur di rumah istri," ejek Rendra.
" Diam kamu Ren! Kamu tidak berhak mencaci suamiku. Apa bedanya dengan kamu, bukankah kamu juga numpang disini?"
Rendra sangat kesal. Ingin rasanya ia menjawab perkataan Yasmin, tapi oleh Astuti dicegah. Ibu dari Renda itu langsung menarik putranya untuk masuk ke dalam rumah.
"Jangan mencari masalah untuk saat ini. Kita harus bisa menahannya," ucap Astuti tajam.
Yasmin sungguh tidak suka dengan sepupunya yang selalu ikut campur tersebut. Ia merasa Rendra akan sering mengganggu Erlan. Ia tahu suaminya bisa saja melawan, tapi kelembutan hati Erlan pasti tidak menginginkan hal itu.
" Sudah sayang, tidak perlu berdebat dengan saudaramu hanya karena aku. Aku tidak akan mati hanya karena diejek begitu."
Yasmin membuang nafasnya kasar. Selalu seperti itu, Erlan selalu mengatakan bahwa lebih baik diam dan tidak mengambil hati setiap perkataan yang menjelekkannya.
Sebenarnya bukan karena dia tidak bisa membalas. Erlan cukup sadar diri posisinya. Dia sama sekali tidak punya power apapun untuk menghadapi keluarga istrinya yang sangat kaya dan terpandang.
Ceklek ... ngeeeek
Erlan membuka pintu rumahnya. Sebenarnya ia pergantian shift di pukul 19.00, tapi pukul 16.00 tadi dia sudah berangkat dari rumah sang istri. Erlan melemparkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya sejenak.
" Haaah, apakah aku selamanya akan hidup tertekan di kediaman itu?"
Seperti ada sebuah batu yang menghimpit dadanya, Erlan berusaha untuk mengatur nafasnya. Rasanya sungguh begitu sesak. Ia tahu saat ini pasti akan datang. Satu hal yang terlintas dalam benak Erlan, apakah dia akan berpisah dari sang istri?
Erlan mengeluarkan motonya. Jam menunjukkan pukul 18.15 menit. Dia harus bersiap ke rumah sakit. Ya, Erlan bekerja disebuah rumah sakit swasta. Rumah Sakit Persahabatan Kita, adalah tempat Erlan bekerja. Di sana dia ditempatkan pada bagian ER atau Emergency Room atau ruang gawat darurat. Konon katanya ER adalah divisi paling sibuk di antara semua divisi rumah sakit.
Dan benar saja, baru saja Erlan menaruh tas nya di loker dan menempelkan tanda pengenalnya di saku baju, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari ruang gawat darurat. Pria berusia 27 tahun seketika langsung berlari.
" Ada pasien kecelakaan, Erlan segera siapkan semuanya!"
" Siap dok!"
Erlan bergegas menjalankan perintah dari seorang dokter. Erlan memang terkenal sebagai perawat yang rajin dan cepat tanggap. Namun, ternyata pekerjaan baik Erlan tidak selalu disambut baik oleh orang lain.
" Lihat tuh, cih! Sok sekali. Pintar sekali cari muka. Biar dapat penghargaan pegawai teladan pasti tuh!" seloroh salah seorang karyawan lain yang seprofesi dengan Erlan.
" Udahlah Yan, percuma kita ngeggrundel dibelakang. Toh dia tidak akan dengar, dan dia tetap akan jadi andalan para dokter. Baiknya kita buat rencana aja buat mengerjai tuh orang."
" Kau benar To."
Yanto dan Tanto adalah dua perawat yang berada di ER juga. Mereka kebetulan termasuk dalam satu angkatan dengan Erlan saat masuk ke RS Persahabatan Kita. Tapi, mereka tidak menyukai Erlan. Yanto dan Tanto menganggap Erlan selalu cari perhatian dan cari muka sehingga selalu jadi perawat yang dibutuhkan oleh para dokter. Padahal Erlan hanya bekerja secara profesional dan rajin.
" Yan, sini mari bantu membersihkan darah milik pasien," panggil Erlan ke pada Yanto yang hanya berdiri sambil melihat yang lain berlalu lalang.
" Kerjakan saja sendiri, kau kan yang di suruh. Kenapa harus aku ikutan bantu," ucap Yanto sambil berlalu.
Erlan hanya bisa menghela nafasnya kasar. Ia merasa serba salah, dia tahu banyak yang tidak menyukai dirinya di ruang ER tersebut. Tapi saat ia ingin melibatkan orang-orang itu, mereka pun tidak mau.
" Sudahlah, terserah. Aku hanya bekerja dengan baik. Kalau semua itu menganggu kalian, ya itu bukan salahku," ucap Erlan dalam hati sambil terus membersihkan darah milik korban.
Saat ini, ia sedang membantu menangani korban kecelakaan yang mengalami luka parah di kakinya. Erlan yang begitu cekatan memang selalu membuat para dokter puas dengan hasil kerjanya. Tapi hal tersebut malah menjadikan dirinya sedikit kesulitan.
Tadi baru Yanto dan Tanto, masih ada rekan kerja lainnya yang tidak menyukai Erlan.
Bukan hanya rekan perawat saja, Erlan juga tidak disukai oleh beberapa dokter yang ada di sana. Ternyata tidak semua dokter menyukainya. Ada seorang dokter perempuan yang begitu membenci Erlan. Semua berawal dari Maya, nama dokter tersebut mengungkapkan cinta kepada Erlan tetapi oleh Erlan di tolak.
Dokter Maya menyatakan rasa sukanya kepada Erlan sekitar 4 bulan yang lalu. Terang saja Erlan menolak, dia sudah berstatus sebagai suami dari Yasmin. Dan semenjak itu, Dokter Maya yang awalanya menyukai nya berubah menjadi membencinya.
Pernah suatu ketika, Erlan dibuat tidak bisa istirahat sama sekali oleh Dokter Maya. Bahkan Erlan sampai tidak sempat untuk makan siang. Sungguh kasihan bukan? Tapi, lagi-lagi Erlan hanya bisa pasrah menerima perlakuan tersebut. Dia tidak punya kuasa untuk melawan.
" Ini sudah dok," ucap Erlan setelah menyelesaikan apa yang ia kerjakan.
" Ok, kamu move ke pasien sebelah. bantu yang ada di sana juga ya. lalu tanyakan kepada perawat lain apakah sudah mencari identitas pasien dan menghubungi keluarga mereka?"
" Baik dokter?"
Erlan secepat kilat menuju ke brankar sebelah. Tapi ternyata di sana sudah ada rekannya yang lain. Erlan seketika tersenyum. Ia mengucapkan syukur bahwa semua pasien bisa ditangani dengan baik. meskipun keadaan begitu ramai karena banyaknya korban kecelakaan yang datang.
Sejenak Erlan melihat ke arah para dokter yang sedang melakukan pertolongan. Matanya berair, ia sungguh merasa haru. Sebuah gumaman kecil keluar dari mulutnya, " Andaikan dulu aku punya uang lebih. aku pun ingin bisa menjadi salah satu dari mereka. Dokter, itu sungguh mentereng dan mungkin aku tidak akan dihinakan oleh ibu mertuaku."
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!