Awal pagi sekitar pukul 04.30 udara dingin mulai terasa, namun itu sudah waktunya setiap inshan penghuni alam raya ini untuk bangun.
Sang fajar mulai sedikit menampakan dirinya.
Di sebuah tenda yang terletak disebuah perkemahan nampak seorang gadis yang bernama Arzhia syakilla berusia 21 tahun, baru tersadar dari tidurnya karena dikejutkan oleh suara teriakan seorang perempuan yang cukup keras.
" Aahh- "
Tiba tiba teriakan seorang wanita memecah keheningan fajar pagi itu.
Seketika Zhia membuka mata perlahan mengumpulkan nyawanya dan berpikir, siapa yang sedang bertengkar sepagi ini ?
Tampaknya diluar terdengar suara orang yang sedang bertengkar, namun setelah dipasang telinganya dengan tajam, suara itu hening tak terdengar lagi.
Zhia menggerakan tubuhnya, namun sangat terasa sakit disekujur tubuhnya seperti tertimpa bebatuan dari longsoran tebing, bahkan kepalanya masih terasa sangat pusing.
Semuanya sudah terjadi.
Zhia pikir semalam telah terjadi sesuatu dengan kekasihnya yang bernama Edgar, tadi malam, Edgar menembak Zhia, seorang gadis cantik yang membuatnya jatuh hati akan ketulusan sang gadis pujaan yang selama ini sangat ingin dimiliki pria itu, semalam karena bahagianya sampai mengadakan acara api unggun untuk merayakan hubungan yang baru dijalaninya bbrapa jam yang lalu, Sebelumnya Zhia tidak diijinkan sang ayah, namun akhirnya ijinpun didapat asal pergi dengan sang kakak, kak Luna
Semalam tak banyak dilakukan selain minum dan bakar ikan dan jagung, Zhia hanya minum segelas anggur itu pun dipaksa sang kakak sebagai bentuk kebahagiaan katanya, meski seumur hidup belum pernah merasakan minuman itu, akhirnya Zhia habiskan dalam satu tegukan, toh walau pun dia mabuk, masih ada edgar yang mungkin akan jadi sasaran terkamannya.
**
" Aku tidak tahu kenapa ini harus terjadi edgar " teriak Luna, karena pas bangun tidur tampak mereka saling berpelukan.. Cihuyy
"Ssttt!! Pelankan suaramu Lunaaaa.. Jangan sampai Zhia mendengar soal ini.." ucap edgar sedikit memelankan suaranya, sambil buru buru pria itu memakai pakaiannya yang berserakan kemana mana.
Zhia melebarkan lubang telinganya sekilas mendengar suara edgar dan kakaknya, secepat mungkin Zhia pun memakai pakaiannya yang acak acakan lalu melangkah pelan menuju keluar tenda untuk mencari tahu, ada kejadian apakah diluar sana ??
Zhia mengintip dari pintu tenda melihat kearah tenda yang ditempati kakaknya, ada edgar berdiri disana yang hanya memakai celana kolor aja, dipunggungnya terlihat bekas cakaran maut yang nampak jelas bagi mata Zhia.
Dengan cepat Zhia menghampiri Edgar dan bertanya.
" Edgarr... Sedang apa kamu disini ?"
Edgar terkejut mendengar suara Zhia, seketika menoleh tanpa ada kata terucap dari bibirnya.. hening.. hehe.
Zhia merasa aneh dengan sikap Edgar yang seperti maling kesiangan, lalu Zhia menoleh kearah pintu tenda yang sedikit terbuka, Zhia coba mengintip dari celah yang sedikit terbuka sekian detik mata Zhia terbelalak lebar hampir meloncat, melihat keadaan tubuh polos sang kakak yang dipenuhi tanda merah bekas gigitan drakula di seluruh tubuhnya.
Zhia tau tanda itu bukan sembarang tanda, Zhia paham itu tanda jejak seorang pria dan wanita yang sudah melakukan ritual ehem ehem.
Seketika hati Zhia mencelos, sakit, remuk, hancur berantakan.. Firasat yang tidak mengenakan sebentar lagi akan landing dihidupnya.
" Zhi..... Aku- " suara edgar terdengar lirih, sambil berusaha meraih tangan Zhia yang ingin berusaha menjelaskan pada sang kekasih yang baru jadian.
" Semalam aku.. aku terlalu banyak minum.. dan aku pikir.. I..itu adalah kamu, tapi nyatanya.. "
Bagai disambar petir ribuan watt, kepala Zhia seakan akan meledak, hatinya sakit bak ditusuk ribuan belati.
" Jadi benar, kalian semalam tidur bersama hah" ucap Zhia penuh emosi.
Edgar menunduk malu tak bisa menjawab apa apa, memang nyatanya begitu tak bisa mengelak lagi.
Luna yang sudah berpakaian pun secepatnya keluar dari tenda menghampiri Zhia.
"Zhia, maafkan kakak Zhi, kakak gak ingat apapun, kakak gak tau kejadiannya akan seperti ini, maafkan kakak Zhi.. " ucap Luna berusaha menjekaskan kesalahannya pada sang adik.
Tubuh Zhia sedikit limbung, kepalanya pusing linglung, kaki gemetar seakan tak menapak, bingung, sakit hati, kecewa semua rasa itu ada didirinya saat ini.
'Lah mereka semalam sudah jelas tidur bersama, lalu semalam aku tidur dengan siapa ?'
Saking bingungnya dan penasaran, Zhia balik badan lalu berlari secepatnya masuk kedalam tenda miliknya, disana dia menemukan beberapa gepok uang berwarna merah alangkah terkejutnya saat Zhia melihat uang sebanyak itu, namun belum reda dari keterkejutannya itu mata Zhia membelalak saat melihat ada bercak darah di antara bekas tidurnya tadi , itu adalah bukti kalau Zhia telah menjadi wanita seutuhnya.. Yaaa Tuhan, tapi siapa lelaki itu ?
Huufff.!!
Lelah, letih lesu tapi bukan anemia.
Tubuh Zhia merosot duduk tertunduk diantara bongkahan uang, apa yang terjadi semalam, bingung, otaknya gelap gulita, pikirannya entah kemana.
Saat ingin meraih seonggok uang matanya memicing tak sengaja melihat ada secarik kertas yang ada noda darahnya yang sudah mengering, diambilnya kertas tersebut, dilihat, di trawang. Hehe
Dalam kertas tersebut ada sebait tulisan.
"Nona.. Jika uang ini terlalu kecil nilainya, temuilah aku diperumahan xxx, atau hubungi aku di nomor 000000000000, maafkan atas kesalahanku, semoga kita bisa bertemu lagi "
Sebuah tulisan yang indah, rapih tersusun, mungkin pria ini berpendidikan tinggi.
Zhia mencengkram kuat uang tersebut, hatinya hancur seolah dirinya sama sekali tak berharga, setelah ditiduri lalu ditinggal pergi, seperti perempuan apaan itu, ya ampun Zhia, gara gara segelas anggur kenapa jadi begini.
Sunguhh memalukann !!
Tak lama Zhia pun kembali keluar dari tendanya, disana terlihat Edgar dan Luna sudah menunggunya.
Luna menghampiri meraih tangan Zhia untuk meminta maaf.
"Zhia, kakak minta maaf, kakak gak tau akan seperti ini kejadiannya"
Zhia berdiri tanpa kata kata, dirinya benar benar tak percaya akan kenyataan yang dia terima pagi ini.
Luna gak sengaja melihat leher sang adik, dia melihat ada beberapa tanda merah jelas terpampang disana.
" Ahh, Zhi, tanda merah ini... " ucap Luna terbata sambil menyentuh leher sang adik.
Zhia terkejut dengan ucapan sang kakak, lalu melihat ke arah yang disentuh kakaknya dan langsung terbelalak membola.
Edgar berlari ke arah Zhia, ikut menatap leher memastikan ucapan Luna yang membuatnya penasaran.
Tak lama setelah itu Edgar mencengkram kedua bahu Zhia dengan kedua tangannya geram.
"Katakan dengan jujur Zhi, semalam kamu dengan siapa hah" tanya Edgar dengan wajah memerah.
"Apa yang terjadi padamu, Zhi.. jawab"
Zhia sangat ingin menjawan "aku pikir semalam adalah kamu Ed"
Tapi apakah masih berguna sebuah penjelasan dari Zhia ?
Namun Zhia diam membisu.
Edgar yang melihat Zhia hanya terdiam enggan menjawab pertanyaannyapun, sarkas Edgar berteriak.
"Katakan padaku Zhi, siapa dia?"
Zhia mengangkat wajahnya cepat kearah Edgar.
" Apakah itu penting bagimu Ed kalau kamu tau dia siapa ?"
Zhia berkata tegas kepada Edgar.
"Ed, mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama, kamu... dan kakakku sudah.... Sudah lah, kita akhiri saja sampai disini, semoga kamu baik baik saja"
Zhia berlari tak tentu tujuan, hatinya sakit, kecewa, ingin menjerit sekuat tenaga.
"Ngga Zhi.. Zhi.. Tunggu Zhi dengarkan aku Zhi.. Zhiaaaaaaaa .. "
* Nah lho bang edgar, lu ngapain..
BERSAMBUNG..
NOTE:
Gimana udah ada tanda tanda seru gak gaiss..
Jangan lupa tinggalin jejak ya supaya aku tau kalian udah liat bab pertamaku, supaya aku semangat belajar bikin dongengnya..
Hatur nuhun badag bagi yang udah mampir.
Dua bulan kemudian
Di sebuah Rumah Sakit tepatnya di ruang dokter.
Zhia berbaring di atas tempat tidur yang ada di ruangan pemeriksaan dokter tersebut.
"Apa ada keluhan, Ibu Zhia ?Selama ini apa yang Anda rasakan Bu ?" ucap dokter yang sedang memeriksa Zhia.
"Iya dok, beberapa hari ini, saya merasakan sedikit pusing, dan mualmual, terus susah makan kalaupun mencium bau masakan perut saya langsung mual dan muntah dok" ucap Zhia, menjelaskan keluhan yang dirasakan beberapa hari ini ke belakang.
"Kalau boleh saya tahu hari mens terakhir Ibu Zhia kapan ya Bu ?" ucap dokter setelah selesai pemeriksaan pada Zhia.
Zhia mengernyitkan keningnya seolah dia sedang mengingat kapan haid terakhirnya.
"Saya lupa dok, kalau tidak salah mungkin sekitar lima minggu yang lalu " ucap Zhia sambil bangun duduk di ranjang, memperbaiki baju setelah diperiksa dokter.
Lalu dokter itu duduk di meja kerjanya sambil mengisi rekam medis milik Zhia.
"Baiklah Ibu Zhia, kemungkinan besar Ibu Zhia saat ini sedang hamil, itupun baru perkiraan saya kalau ingin lebih tahu yang sebenarnya, Ibu Zhia bisa datang ke dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut ya Bu " bagai dihantam ribuan ton karung beras Zhia sangat terkejut dengan ucapan dokter itu.
Jantungnya berdebar lebih kencang , hatinya hancur berkeping keping, mengingat saat ini dirinya tengah mengandung yang entah siapa bapaknya.
"Dan ini saya tuliskan beberapa obat dan vitamin ya Bu semoga ibu lekas sehat" ucap dokter sambil memberikan resep obat kepada Zhia.
Jangan ditanya saat ini pikiran Zhia bagaimana, pokoknya ngeblank gelap gulita.
"Baiklah Dok, kalau begitu, saya permisi, terima kasih banyak ya dok" ucap Zhia berdiri lalu keluar dari ruangan pemeriksaan.
Sepanjang jalan menuju pulang, Zhia hanya melamun , memikirkan nasib kedepannya bagai mana, bagai mana cara dia menghadap kedua orang tuanya, huuhhff sangat membingunkan.
Zhia ingat ucapan dokter tadi, baru kemungkinan dia hamil, belum tentu kan kalau Zhia hamil, secara melakukan gituannya hanya sekali itupun dalam keadaan tidak ingat apapun.
Awalnya Zhia mau pulang kerumahnya, entah kenapa malah berbalik kembali, niatnya saat ini adalah mengunjungi dokter kandungan, huhh, bagaimanapun Zhia harus tahu hamil atau tidak.
******
Setelah tiba di klinik dokter kandungan, Zhia langsung mendaftar lalu menunggu dipanggil diruangan tunggu.
Disana ada beberapa pasien yang sama sedang menunggu panggilan , ada yang hamilnya sudah besar, ada juga yang mau melahirkan, nampak Zhia melihat seorang wanita yang perutnya sudah besar bersandar dipundak seorang pria, mungkin itu suaminya ya, mana mungkin kalau tukang ojek, mengingat dirinya, jangankan suami, tukang ojekpun tak ada, jika pun hamil Zhia gak tau siapa bapaknya.. Yaa Tuhan, rungkad sitii.
Tak lama kini giliran Zhia yang dipanggil, dia beranjak dari duduknya lalu masuk mengikuti suster yang memanggilnya, setelah masuk kedalam ruangan, Zhia dipersilahkan berbaring diblangkar pemeriksaan.
"Halo Bu.. Bu Zhia Syakilla, apa yang ibu rasakan saat ini bu ? Apa ibu sendirian datang kesini ?" tanya dokter sambil membuka buku diary kehamilan atas namanya yang tadi diberikan diruang pendaftaran.
"Iya bu, akhir akhir ini saya, sering pusing dan mual mual, apalagi kalau pagi bu kadang sampai muntah muntah" jawab Zhia sedikit tegang dan resah.
Dokter itu pun memulai periksa perut dan yang lainnya.
"Ibu harus test urin ya bu, mau ya ? Supaya saya bisa mendeteksi keadaan ibu" ucap dokter sambil berjalan menuju lemari untuk mengambil alat tes kehamilan.
"Baiklah, ibu silahkan kekamar mandi, air pipisnya di tampung di sini, lalu alat tesnya dicelupin dan tunggu beberapa menit untuk melihat hasilnya, silahkan disitu toiletnya bu" perintah dokter pada Zhia.
Zhia semakin tegang dan degdegan, 'Ya Tuhan, kok gini amat ya nasibku' bantinnya.
Zhia berdiri dan mengambil tempat urin juga yes kehamilan itu, lalu masuk kedalam toilet.
Beberapa saat kemudian Zhia masih didalam toilet, tak sedikitpun dia melihat alat yang sudah beberapa menit itu dibiarkan di urinnya, Zhia langsung mengambil tanpa melihat benda itu dan berlalu keluar menghampiri dokter kembali.
"Gimana bu Zhia hasilnya ?" tanya dokter.
"Gak tahu bu, saya gak ngerti hasilnya" jawab Zhia pura pura polos.
"Oke, biar saya lihat.... Wahhh, selamat bu, anda sedang hamil bu" ucap dokter ketika melihat alat test milik Zhia
Sontak mata Zhia membulat kaget, keringat bercucuran dari seluruh lubang, pikirannya kosong, 'Ya Tuhan bagai mana ini' batinnya.
"Apa dok, sa-saya ha-hamil dok " tanyanya terbata.
"Iya bu selamat ya, kalau ibu mau lebih yakin lagi kita bisa lalukan USG bu, nanti ibu bisa lihat kondisi janinnya"
"Ba-baiklah dok"
Zhia kembali membaringkan tubuhnya diatas blangkar tadi.
Lalu sang dokter membuka pakaian bagian perut Zhia dan mengolesi perut Zhia lalu memeriksanya, tak lepas pandangan Zhia melihat kearah layar monitor yang memperlihatkan gambar gambar yang tak dimengerti Zhia, dokter itu pun menjelaskan.
"Nah, lihat bu, itu janin ibu yang ada didalam sini, wahh, dilayar terlihata ada dua kantung janin bu, janinnya pun sehat sehat bu, diperkirakan usianya baru mau tujuh minggu, selamat ya bu, anda hamil bayi kembar" ucap dokter tersanyum lembut.
Zhia yang mendengar ucapan dokterpun terkejut, entah bahagia atau sedih dirinya saat ini, hamil kembar ?
"Selamat ya bu atas kehamilannya, semoga ibu sehat juga caln babynya, ini sebuah kabar yang menggembirakan untuk ibu dan suami, semoga pemeriksaan selanjutnya suami ibu bisa melihat calon bayinya dilayar monitor tadi, pasti dia akan senang bu" ucap dokter yang membingungkan bagi Zhia.
Zhia diam tanpa tanpa berniat menjawab ucapan dokter, apa yang harus dia katakan, suami ? Bori boro suami, lihat bentuk wujud orangnya pun Zhia gak pernah lihat.
Setelah berpamitan pada dokter untuk pulang Zhia pun berniat segera pulang kerumahnya membawa hasil test kehamilannya, sepanjang perjalanan pulang, tak henti hentinya berpikir, bagai mana kedepannya nanti, harus cari kemana bapak sijabang bayi ini.
OMG Zhia.. Kenapa bisa hamil, kembar pula.
Kepalanya bertambah pusing dan sakit.
Setelah sampai di depan rumah Zhia membuka pintu untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah masuk dia tidak sengaja melihat kakaknya yang sedang melihat gaun pengantin di sofa yang ada di ruangan keluarga .
Mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya ,
Luna menoleh dan melihat ke arah Zhia , terlihat raut wajah sang adik begitu murung tak bersemangat , seketika tampak wajah Luna yang terlihat gugup menegang.
"Kamu sudah pulang Zhi ?" tanya Luna gugup.
Sejak kejadian itu, bila bertemu Zhia kecanggungan Luna mendadak hadir, rasa bersalahnya kian menggunung.
Zhia melihat sebuah gaun pengantin berwarna putih yang sangat indah bertaburan mutiara yang tersusun rapi dipegang oleh sang kakak, Zhia sudah tau rencana sang kakak yang akan menikah dengan kekasih delapan jamnya Zhia, siapa lagi kalau bukan Edgar.
Kak Luna dan Edgar akan menikah !! Takdir macam apa ini.
Hatinya sakit, sedih gak ketinggalan juga kecewa ada disana, gak tau lagi ngapain mereka.
"Eh, iya kak baru aja, gaun pengantinnya cantik sekali kak, cocok buat kakak terlihat mewah"
Luna tersenyum kaku, mungkin kalau Luna menikah bukan dengan Edgar, tentunya dia tidak akan secanggung ini terhadap sang adik, tetasa gak enak hati mau jawab apapun soal oernikahannya, takutnya membuat Zhia semakin merasa sakit hati dan sedih, mau bagai mana lagi, keadaan yang membuat Luna harus menerima pernikahan ini.
Gaun pengantin itu diketakannya diatas sofa, lalu menghampiri Zhia dan memegang tangan Zhia.
"Zhi, kakak benar benar minta maaf sama kamu, ini bukan kemauan kakak Zhi, kakak gak kepikiran sedikit pun untuk menyakiti hati kamu Zhi"
Zhia menggelengkan kepalanya merengkuh tubuh kakaknya.
"Aku sudah memaafkan kakak sejak dari kejadian itu, jangan terus merasa bersalah kak, ini semua sudah jadi takdir Tuhan, kalian akan menikah, semoga kakak bahagia bersamanya," ucap Zhia sambil memperlihatkan senyum sehangat mungkin.
Meskipun Zhia tersenyum hangat pada sang kakak seolah tidak ada luka dihatinya, namun sebenarnya hatinya saat ini sangat sakit yang tak bisa dijabarkan dengan kata kata.
Pada akhirnya, pria yang sejak masa sekolah di incarnya dan baru jadian selama kurang lebih delapan jam itu akan menikah dengan kakak yang sangat dia sayangi. Beuuhh apa apaan hidup ini.
Kekasih pujaan sebentar lagi akan menjadi kakak ipar, lalu Zhia hamil anak kembar yang gak tahu bapaknya entah siapa.
Tapi tetap saja Zhi, kakak selamanya akan merasa sangat bersalah sama kamu Zhi " ucap Luna yang tak melepaskan genggamannya ditangan Zhia.
"Gak papa kak, jangan merasa terbebani, aku baik baik saja kok kak, lagian perasaan aku pada Edgar biasa biasa saja gak terlalu dalam kok" bohong sangat bohong kalau Zhia bicara soal perasaannya biasa biasa saja pada Edgar.
"Oh iya kak, aku kekamar dulu ya, mau istirahat dulu" tanpa menunggubjawaban sang kakak, Zhia pun berlalu oergi kekamarnya.
Setibanya dikamar, Zhia melihat sekeliling ruangan kamarnya nampak bersih dan rapih.
Zhia buka laci laci clingak clinguk mencari sesuatu, semua barang dibuka, namun yang dicari gak ada entah kemana.
Dia berjalan menghampiri kakaknya dan bertanya.
"Kak, siapa yang beresin kamar aku ?"
"Kakak Zhi, habisnya kamar gadis kok kaya kapal pecah gitu"
"Lalu, apa kakak melihat kertas putih yang ada catatanya, aku lupa naronya ?"
"Oh itu, kertas yang kaya ada darahnya ?"
"Hmm, iya itu, dimana kak"
"Memangnya itu catatan apa Zhi, penting ya, soalnya kakak buang, kirain sampah"
Zhia memejamkan mata sejenak, diam tanpa bicara lagi. Setelah itu melangkah setengah berlari kearah pintu keluar rumah.
"Zhia tunggu, kamu mau kemana ? Tanya Luna panik.
"Perumahan "
"......"
BERSAMBUNG..
Dua bulan kemudian
_____
* Didalam ruangan sebuah rumah sakit*
"Lepaskan pakaianmu dan berbaringlah di blangkar " ucap dokter wanita yang tengah menangani Zhia.
Zhia berbaring diranjang tersebut, setelah pakaiannya setengah terbuka, mata hitamnya memandang langit langit ruangan oprasi itu, hatinya dilanda kebimbangan dan putus asa, apakah ini jalan terbaik untuknya setelah sekian lama kehamilannya mampu ia sembunyikan dari siapapun termasuk keluarganya.
Saat ini kehamilannya hampir menginjak usia empat bulan, selama itu pula Zhia berusaha keras untuk mencari keberadaan pria malam itu, namun hasilnya nihil, petunjuk satu satunya hilang dibuang kakaknya, diperumahan yang pria itu tunjukan juga Zhia tidak menemukan keberadaanya, usahanya tidak menghasilkan apapun, hanya keputus asaanlah yang Zhia dapatkan.
Zhia hanya korban, tidak bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah menimpanya.
Zhia mendesah panjang.
Aborsi ??
Jika tidak, Zhia bisa apa ?
Perawat wanita paruh baya, mendengar ******* panjang Zhia berkata.
"Nona, kamu ini hamil bayi kembar, coba pikir pikir kembali niatmu itu nona sebelum smuanya erlambat " ucapnya.
"Resiko setelah menggugurkan janin kembar, akan ada dampak buruknya yang memungkinkan kamu tidak bisa hamil lagi, efeknya seumur hidup, bagai mana kalau memang benar kamu tidak bisa hamil lagi dimasa depan, coba kamu pikir kembali niatmu itu nona."
Tubuh Zhia bergetar seolah menahan tangisnya, matanya mulai mengembun namun dia tahan supaya tidak menangis.
"Dokter, bolehkah saya melihat foto USG itu lagi?" tanya Zhia
Dokter mengangguk dan tersenyum lembut, ke arah Zhia, lalu menyerahkan hasil USG milik Zhia.
"Lihatlah nona, bayimu sudah nampak jelas, ada dua disana, mungil mengemaskan, beberapa bulan lagi mereka berdua akan lahir kedunia ini untuk bertemu denganmu, apa kamu tega membuang bayi bayi imut ini nona?" ucap dokter sambil memperlihatkan gambar difoto itu.
Melihat janin-janin mungil itu, hati Zhia sedikit tersentuh, ada rasa yang sulit diartikan didalam dadanya, air matanya jatuh dipipi putih mulusnya itu, dia swsegukan sambil memandang foto itu.
'Ya Tuhan, aku harus apa ?'
"Bagaimana ini ? Aku gak mau kehilangan mereka " ucap Zhia sambil sesegukan.
"Maka, urungkanlah niatmu itu nona, mereka akan menyayangimu dan membutuhkanmu"
"Kenapa dokter melarang saya melakukan ini, bukankah ini juga pekerjaan dokter ?"
"Ini memang pekerjaanku nona cantik, tapi setiap mau melakukannya, tentunya aku berusaha meyakinkan pasienku dulu, banyak perempuan yang datang meminta membuang mahluk tak berdosa itu karena tak menginginkannya, itu salah satu perbuatan dosa yang dibenci Tuhan tentunya" jelas dokter.
"Do-dosa ?"
"Tentu nona, lihatlah, dua nyawa ini dalam beberapa menit saja mereka akan berubah menjadi sampah medis, nona"
"A-apa, sam-sampah dok ?"
Si dokter paruh baya pun mengangguk.
Zhia bangkit dari baringannya, lalu memakai pakaiannya kembali, dokter yang melihatnya pun tersenyum lembut.
"Kalau begitu, saya gak akan gugurkan kandunganku dok, saya akan melahirkan dan merawat mereka."
Dokter kembali tersenyum dan mengangguk senang.
"Itu bagus nona, lahirkan dan rawatlah mereka, semoga kamu sehat sampai proses melahirkan nanti dan dimudahkan, percayalah Tuhan selalu ada bersamamu, nona"
"Terimakasih, dok"
****
Setelah Zhia keluar dari gedung rumah sakit, Zhia menghela napas dalam sambil menapat langit nan jauh tak bertepi.
Zhia memutuskan untuk melahirkan bayi kembarnya apapun yang terjadi, saat ini Zhia hanya berpikir bagai mana cara orang tuanya bila suatu saat nanti mengetahui kehamilannya, semakin besar semakin terlihat membesar perutnya nanti, Zhia belum berani berkata jujur tentang kehamilannya pada keluaganya.
Tiba tiba saat Zhia dalam kegundahan, dia dikejutkan dengan suara teriakan dari beberapa orang bersetelan jas hitam yang sedang mendorong brangkar melewati ke depan Zhia.
Dalam keterkejutannya Zhia pun memberi jalan grombolan berjas hitam itu, tak lepas matanya memandang blangkar yang melintas didepannya.
Zhia melihat seorang anak kecil yang meringis kesakitan berbaring diatas brangkar.
"Minggir.. Minggir tolong beri kami jalan " ucap dari salah satu pria itu.
Anak itu terus saja menangis keras.
"Pelan pelan saja dorongnya" ucap pria yang tiba tiba ada disana, sebelumnya Zhua tidak melihat pria itu ada disana.
Zhia spontan melihat ke arah pria tersebut, Zhia tidak bisa melihat jelas wajah pria yang sedang panik itu, hanya suaranya yang terdengar begitu menenangkan diantara suara suara teriakan dari pria pria berjas hitam sebelumnya.
Tanpa sadar Zhia pun mengekor mengikuti orang orang itu hingha sampai di depan pintu unit gawat darurat.
"Tolong, tangani anak ini dengan baik" ucap pria yang bersuara menenangkan itu.
"Baiklah Tuan, mohon tunggu diluar, kami akan melakikan yang terbaik" ucap dokter sambil mendorong blangkar itu menuju keruang tindakan.
"Lakukanlah"
Lalu pria itu berdiri mondar mandir dengan wajah penuh kekhawatiran, diruang tunggu tersebut sambil memijit keningnya menghela napas dalam.
Zhia mematung berdiri tak jauh dari pria itu.
"Kenapa dia sekhawatir itu, anak itu siapanya ?" lirihnya hampir tak terdengar.
Tanpa diduga, manik matanya dan mata pria itu saling tatap, Zhia terkejut dan membuang pandangannya kearah lain, hawa dingin menyelimuti dirinya setelah melihat pandangan mata tajam pria itu.
Beberapa saat kemudian, pintu ruang tindakan itu terbuka dan munculah dokter yang menangani anak itu.
Dengan cepat pria itu menghampiri dokter.
"Bagaimana dok keadaanya ?"
"Tidak apa apa Tuan, anak itu hanya terluka ringan saja, mungkin dia hanya shock saja atas kecelakaan yang menimpanya"
"Sukurlah, terimakasih dok"
"Sama sama Tuan, anda sudah bisa melihatnya sekarang, silahkan "
" Baiklah"
Lalu pria itu masuk kedalam, Zhia pun mengikuti pelan sampai diambang pintu, Zhia hanya mengintip dari kejauhan.
"Apa kamu baik baik saja "
" Iya Tuan, terimakasih sudah menolong saya" ucap anak itu.
Zhia yang sedikit obrolan mereka pun monolog dalam hati 'Tuan ? kukira anak itu anaknya'
Saat Zhia setengah melamun, tiba tiba suara itu mengagetkan lamunannya.
"Apa kamu baik baik saja" tanya si pria yang kini sudah berada dihadapannya.
Zhia terlonjak kaget bukan kepalang, dia gugup tak menjawab, kini mata mereka bertemu kembali, mata yang Zhia rasa sangat meneduhkan hatinya.
Zhia hanya mengangguk, tak lama pria itu melangkah pergi meninggalkannya, tanpa sadar Zhia tersenyum kecil sambil memegang perutnya yang mulai sedikit membuncit, lalu dia dikejutkan gerakan halus diperutnya, padahal sebelumnya belum merasakan ada pergerakan diperutnya walaupun hanya sedikit.
Zhia tersenyum dan melihat kearah perutnya sambil terus mengusapnya lembut.
Sebentar lagi akan memiki anak bahkan sekaligus dua, apapun keadaanya, Zhia akan berusaha merawatnya walaupun gak tau siapa ayahnya.
Kini Zhia sudah tau keputusan apa saat ini yang akan Zhia ambil, hatinya sedikit lega, mungkin ini jalan terbaik baginya yang harus berusaha iklas dengan takdir yang menghampiri dalam hidupnya kini.
"Semoga Tuhan selalu melindungj kita ya Nak, ayo kita berjuang sama sama" ucapnya lirih.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!