"Saya akan menikah dengannya dengan persetujuan mu atau tanpa izin mu".
"Rana gak mau mas menikah lagi, ingat janji mas saat malam pengantin kita. Mas bilang tidak akan menikah lagi hanya ingin menikah seumur hidup hanya sekali. Tapi ini apa mas? Rana yang bodoh atau Rana yang terlalu percaya akan semua kata-kata yang keluar dari mulut mas Faiz itu".
"Kalau aku tahu mulut dan tingkah laku kamu seperti ini maka sejak hilangnya Cahya saya tidak mau meminta kamu menjadi penggantinya. Lebih baik saya batal menikah daripada harus disandingkan dengan wanita seperti kamu ini Rana. Soal kamu hamil saja tak memberi tahu saya seakan-akan saya ini kami anggap apa dan tidak kamu hormati" mas Faiz pergi meninggalkan aku sendiri setelah selesai mengatakan kalimat itu.
PERIH
'ya Allah sakit sekali perkataan yang terlontar dari bibir mas Faiz, menggores relung hatiku dan melukai hingga hampir memutus jantung yang lagi berdetak'.
"Kita harus kuat nak, ibu janji akan merawat kalian berdua dengan tangan dan jeri payah ibu sendiri. Biarlah ayahmu pergi lagian kalian punya ibu yang akan selalu mengasihi sepanjang waktu".
Aku ambil sapu yang jatuh bukan tersenggol melainkan di lempar oleh mas Faiz secara sengaja saat akan menutup pintu rumah.
"Untung saja sapunya gak patah. Kalau patah kan harus beli baru lagi, mana pulak aku sudah tidak menyimpan sepeserpun uang dalam dompet" gumam ku lalu menaruhnya di tempat semula.
Aku ambil kain pel dan juga tong kecil lalu menuangkan pewangi lantai. Kondisi kain pel yang aku pakai sangat memprihatikan loh hanya tersisa beberapa kain itupun harus aku ikat menggunakan tali kalau aku tidak hati-hati takutnya kain pel nya bisa patah.
"Alhamdulillah selesai juga beberesnya. ke halaman belakang dulu lah mau sapu daun pohon mangga yang berserakan karena di guyur hujan lebat semalam. Sekalian ambil golok juga deh takutnya ada dahan yang patah".
Benar saja dugaan ku di halaman belakang banyak ranting pohon mangga yang tumbang dari yang ukurannya kecil hingga yang besar pun ada juga. Aku langkahkan kaki ke sana tapi sebelum itu aku cek dulu atas pohon mangga takut-takut ada yang mau jatuh lagi dan benar saja...
Bruk
Dahan pohon yang lebih besar dari yang tadi aku lihat beneran jatuh tepat di hadapanku. Untung saja aku tadi sempat mengeceknya kalau tidak aku tidak tau apa nasib yang akan menimpa kami bertiga. Ngomong-ngomong kenapa aku selalu bilang kalian dari tadi karena aku lagi hamil kembar loh. Penantian selama tiga bulan pernikahan tidak sia-sia menurutku tapi hal yang sia-sia itu ialah sikap yang Faiz setelah menemukan dia.
Dia yang aku maksud itu adalah kakak atau sering aku panggil mbak Cahya. Dia menghilang saat pernikahannya akan di langsungkan tapi mengapa saat tiga bulan kemudian tepat saat ini aku hamil dia kembali lagi menelpon mas Faiz yang bukan siapa-siapanya. Padahal kan ada kami keluarganya tapi sudahlah aku tak mau membahas dia lagi. Terlanjur benci aku dengannya, dia seakan-akan mempermainkan aku dulu dia bilang izin sebentar mau menemui temannya tapi sudah lebih dari sepuluh menit dia tak kembali juga eh sekarang saat perasaan yang aku simpan untuk mas Faiz kembali dan hubungan pernikahan kami sudah bahagia dia datang lagi merebut semuanya.
"SAKIT MBAK CAHYA MENGAPA KAU BUAT AKU SEPERTI INI. PADAHAL AKU TIDAK PERNAH MENYAKITIMU".
Part 1
Untukmu pujaan hatiku, aku berharap kau adalah jodoh yang tuhan berikan untukku menemani di sisa umurku dan membantuku menuju Jannahmu.
~Namira R.K~
Cintaku padamu bukanlah ilusi ataupun khayalan, aku mencintaimu dalam diam dan tak akan mampu untuk mengungkapkan.
Cintaku padamu tidak melebihi rasa cintaku kepada sang pencipta yang telah menciptakan diriku, kamu, serta semua yang ada di muka bumi dan isinya.
Kau lelaki yang pertama mengukir namamu dalam relung hatiku membuatku tertawa sendiri membayangkan masa depan kelak jika takdirku yaitu kamu! sekaligus memberi cinta serta luka yang amat mendalam saat engkau melamar seorang wanita yang tak lain saudara kandungku.
Di setiap malam, kusebut namamu dalam sepertiga malam agar kau kelak menjadi imam yang tuhan berikan untukku.
Banyak hal yang kutulis dalam buku harian dan menceritakan yang terjadi kepada kalian, tetapi kita sama sekali belum mengenal bukan? peribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta. Aku Namira Rayna Kusuma nama yang bagus bukan? aku terlahir dari ayah yang sangat aku kagumi bernama Danu Sastro Kusuma dan ibu Dian Putri Jelita, ya ibuku sangat cantik jelita seperti namanya tentu saja hehehe, aku anak ke2 dari dua bersaudara, mbakku bernama Cahya Putri Kusuma dia sangat cantik bahkan lekuk wajahnya seperti orang luar negeri padahal kami bukanlah blasteran melainkan asli warga pribumi. Aku anak yang sangat manja dengan mereka yang ku sayangi, tapi jangan bilang siapa siapa ya soalnya aku malu jika ada yang mengetahui aku ini manja, karena yang mereka lihat aku gadis tangguh dan tidak pantang menyerah.
"Assalamualaikum ibu, Rana pulang" ucapku pada ibu yang sedang menata makanan di meja makan.
"Wa'alaikumsalam" jawab ibuku.
"Ibu Rana kangen sama ibu" seruku dengan nada merengek dan sambil memeluk ibuku.
"Kamu ini sudah besar tapi tetap saja manja pada ibu, malu sama mbakmu itu" jawab ibu seraya menunjuk mbak Cahya yang ada di belakang aku.
Kulihat mbak Cahya keluar dari kamar dan menemui kami serta mengejek karena aku selalu bersikap manja seperti anak kecil katanya, ya gapapa kan anak kecil itu lucu berarti aku lucu dan imut dong.
"Mbak sudah pulang, sejak kapan, kenapa tidak mengabari Rana dulu, Rana kangen sama mbak, mbak bawa oleh oleh gak? awas saja kalau enggak" tanyaku dengan beruntun seperti polisi mengintrogasi tersangka dan sambil memeluk erat mbak yang aku rindukan.
"Kamu itu, selalu saja itu yang kamu tanyakan setiap mbak pulang, bukannya tanya mbak apa kabar, mbak sehat atau enggak, bukan malah bertanya oleh olehnya mana" jawab mbakku dengan menjewer telingaku gemas.
Mbak cahya baru pulang dari luar negeri setelah libur semester ganjil di Australia, karena dia sangat menyukai hewan kangguru maka dia memilih Australia sebagai tujuan untuk dia menempuh jenjang pendidikan. Mbak Cahya sangat pintar dia mendapatkan beasiswa di autralia sehingga semua uang kuliah dan lainnya di tanggung pihak kampusnya, dia baru bisa pulang hari ini karena ibu bilang ada urusan penting makanya dia pulang kalau tidak ya cuma pulang di saat lebaran saja, bukannya dia engga mau pulang ya? tetapi akan menghabiskan ongkos jika dia sering pulang pergi kan kasihan mbak, lagi pula pasti capek kalau bolak-balik terus.
"Hehehe maaf mbak, mana oleh olehku" tanyaku lagi dengan cengiran yang sangat menyebalkan bagi dirinya.
"Ada di atas kasur di kamar mbak, sana ambil sendiri" jawabnya sambil melepaskan pelukanku.
"Terimakasih mbak, mbak memang mbak paling terbaik" pujiku kepada mbak Cahya, sedangkan mbak Cahya hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapanku.
"Hoek" katanya sambil menirukan orang yang sedang muntah.
"Kalau ada oleh olehnya aja muji mbak" sindir mbakku yang memang tepat sasaran.
"Hehehe".
Aku segera berlari kedalam kamar mbak Cahya untuk mengambil oleh-oleh yang mbak Cahya bilang tadi, sesampainya aku menemukan paper bag berlogo salah satu brand terkenal di Australia lalu segera aku buka yang ternyata isinya pakaian khas aussie serta tas kecil yang sangat lucu berbentuk kepala kangguru (uh imutnya, pasti aku akan terlihat begitu lucu kalau memakai ini menggunakan gamisku yang berwarna mint) batinku mengkhayal, setelah itu aku turun tak lupa menutup kamarnya lalu membawa tas mini tadi yang aku taruh di genggaman tangan dan berpose ala-ala model papan atas, lalu menyusul mereka ke dapur setelah menaruh tas tadi pada sofa ruang tamu.
"Ibu, Rana bantu susun piring ya" ujarku agar bisa membantunya.
"Gausah nak, kamu ganti baju sana setelah itu turun dan langsung makan siang" titahnya.
"Siap ibu negara" jawabku sambil menaruh tanganku di pelipis mata memperagakan tentara yang sedang hormat sedangkan ibu dan mbakku hanya memutar bola matanya malas pasti dalam hati keduanya mulai lagi deh sikap alaynya.
Aku pun naik tangga menuju kamarku yang terletak di lantai tiga rumahku yang cukup besar, kamar ku adalah kamar satu satunya yang berada di lantai tiga karena aku tidak ingin ada yang mengganggu di saat aku menulis buku harian, serta alasannya juga, jika aku menangis tidak ada yang akan mendengar suara tangisanku. Sudahlah aku akan mengganti pakaian ku menggunakan pakaian rumah yang biasa kupakai sehari-hari bermotif kodok, lalu aku turun kebawah untuk makan, perutku sudah minta di isi karena setelah sarapan pagi aku berangkat sekolah dan belajar yang mengakibatkan otakku kosong dan perutku menjadi lapar, hehehe kalau mengingat masakan yang di masak sang bidadariku pasti air liur ini akan menetes saat teringat masakannya yang sangat enak serta paling enak di dunia. Aku menuruni anak tangga dan aku mengernyit kala melihat ada laki laki yang aku kenal, dan mungkin barang kali orang tuanya berbincang dengan ayah secara serius. Atau mungkin kedatangannya kemari memiliki tujuan yang penting toh tidak mungkin dia singgah kerumah ini ingin menemui aku upss aku selalu mengkhayal terus kalau mas Faiz datang kemari untuk menemui sang putri kesayangannya ayah ini.
"Ehh, ada mas Faiz" sapa aku ramah pada mas Faiz yang sedang melihatku turun dari tangga.
"Iya dek, mas ada urusan di sini".jawabnya to the point.
Kalau kalian ingin tahu mas Faiz lah cinta pertamaku, dia yang membuat aku tertawa, dan orangnya sangat tampan, biar aku deskripsikan wajahnya! dia memiliki mata indah matanya berwarnah hitam pekat bak seperti malam tanpa bulan dan bintang yang memenuhi langit, hidung mancung bak perosotan anak tk, rahang tegas, lesung pipi di keduanya sehingga jika dia tersenyum hemm akan sangat sangat sangat tampan masyaalah (ah aku terlalu lebay maaf ya) nikmat mana lagi yang kamu dustakan. Lah kok jadi aku sih yang lebay, hehehe maklum jika sudah dekat mas Faiz aku akan salah tingkah. Namanya orang suka pasti ya kek gini kalau sudah bertemu yakan. Eh atau aku saja ya?? yang kalau merasakan jatuh cinta akan seperti ini, maklumlah baru pertama kalinya ini.
Part 3
"Iya Danu kedatangan kami di sini untuk melamar putri anda Cahya untuk putra saya Faiz".
"Haa, apa ini ayah ibu" tanyaku pada mereka sambil memukul meja dengan lumayan keras dan menanyakan ini semua pada ayah ibu.
"Nak, jaga sikap jangan seperti ini. Ini yang ayah maksud acara tadi" kata ayah menegurku.
"Maaf ayah, ibu, om, tante, mas faiz sudah mengganggu" kataku lirih sambil merasa bersalah kepada mereka.
"Iya gak papa dek, mas tau kamu kaget dengernya, soalnya kedatangan kami mendadak cuma ayah sama ibumu yang kami beritahu" jawab mas faiz lembut padaku.
"Ayah, apa ini yah bu. Apa bener ini mas Faiz ingin lamar Cahya" kata mbak Cahya kaget dan menatap mata ayah, ibu bergantian.
"Iya nak, Cahya bagaimana mau ya nak" ibu membujuk mbak Cahya.
"Ibu Cahya udah punya calon Cahya sendiri yah bu" timpal mbak menjelaskan bahwa dia telah memiliki calonnya sendiri.
"Nak, ayah pilihkan calon yang terbaik untuk kamu. Putuskan pacarmu itu, dalam Islam tidak di perbolehkan pacaran nak" ucap ayah dengan suara meninggi dan memandang mbak Cahya dengan tatapan tajam karena ketahuan pacaran, ya ayah sangat melarang kami mendekati zina alias pacaran karena memang pacaran itu haram dan tidak ada istilah pacaran Islam apapun itu alasannya.
Apalagi perempuan zaman sekarang itu mudah baperan sampai sampai jadi korban perzinaan, kan kasihan kalau perempuan itu hamil nanti bayinya jika perempuan tidak bisa di nikahkan oleh ayahnya dan nasabnya juga akan ikut ibunya, serta kalau lelaki anaknya tidak akan dapat harta warisan bukan mengharap ya tapi kan lebih baik di hindari atau gak usah pacaran sama sekali karena memang dampaknya sangat buruk, serta anak yang di lahirkan akan jadi bahan gunjingan tetangga dan di anggap anak haram padahal anak itu sama sekali tidak bersalah, terus zaman sekarang pacaran itu di anggap tabu oleh masyarakat malah anak yang hamil hasil zina pun pernikahannya di adakan besar-besaran tanpa ada rasa memiliki malu sedikitpun, ya Allah jauhkan hamba serta sanak saudara hamba dari perlakuan nauzubillah mindzalik
"Nak bener yang ayah bilang" ibu juga menimpali perkataannya ayah barusan.
"Ya allah mengapa ini yang terjadi, aku sangat menginginkan dia sebagai pendamping ku, pelengkap separuh agamaku, dan pembimbingku untuk menuju jannahmu" ucapku seraya membatin dan merasakan sesak di relung hatiku yang terdalam.
"Bener mbak apa yang di katakan ayah sama ibu bener, ayah gak bakal salah pilih calon yang baik untuk mbak" aku juga membujuk dan meyakinkan mbak ku walaupun dalam hati aku menangis.
Mbak cahya menatap ku dan berusaha membujukku agar tidak ikut dalam menerima lamaran ini.
"Mbak dengerin kata ayah mbak".
"Baiklah mbak terima lamaran dari mas Faiz" jawab mbak cahya mengalah dan aku lihat matanya berair yang artinya mbak Cahya terpaksa menerima lamaran ini.
"Alhamdulillah" jawab semua orang lega lalu membicarakan hari yang tepat untuk menggelar pernikahan mas Faiz dan mbak Cahya nanti
Ya allah mengapa rasanya sangat sakit, hamba percaya engkau telah siapkan lelaki terbaik untuk menuntun hamba menuju surgamu ya rabb. Apakah salah jika hamba mengharapkan lelaki yang telah menjadi tunangan mbak hamba untuk menjadi suami hamba, maafkan hamba ya rabb jika lancang menyalahkan takdir yang engkau berikan kepadaku, hamba janji akan menghapus semua rasa pada hati ini bantu hamba ya Allah.
"Pernikahannya akan di adakan tiga minggu dari sekarang, bagaimana keluarga perempuan" kata ayah mas Faiz bertanya pada kami.
"Kami setuju Hendro, kalau ada niat baik itu harus segera di laksanakan gak baik kalau di tunda-tunda" jawab ayah ceria seakan akan memang memimpikan kehidupan bahagia putrinya kelak bersama lelaki yang tepat.
"Bagaimana nak Cahya, nak Cahya ingin resepsi yang bagaimana" kata tante Mila lembut sambil memegang punggung tangannya.
"Sederhana saja om, tante, saya tidak ingin yang mewah" jawab mbak mantap.
"Baiklah resepsi akan di adakan di hotel xxx dan mengundang kolega bisnis kita serta para tetangga terdekat tak lupa keluarga besar".
"Iya Hend, kami tunggu hari baiknya yang akan berlangsung tiga Minggu ke depan".
"Kita akan jadi besan Danu" ucap om hendro sambil memeluk ayah pertanda bahagia, ya mereka dahulu sahabat dekat sampai sekarang dan akan semakin erat dengan menikahkan putra putri mereka ini.
"Iya Hend, persahabatan kita makin erat dengan menjadi besan" jawab ayah ikut juga menimpali.
Ayah andai ayah tau, andai saja Rana yang ada di posisi mbak Cahya maka Rana akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Tapi semua nyatanya cuma andai dan andai saja, tiga minggu kedepan mas faiz sudah menjadi suami dari mbakku dan akan aku panggil kakak ipar, apa hamba sanggup bertemu dengan dia lagi?.
"Yaudah Danu dan semuanya kami pamit permisi dulu, mau mempersiapkan resepsinya serta mengabari keluarga yang jauh tempat tinggalnya. Kami pamit assalamualaikum" ucap om Hendro, tante Mila, dan mas Faiz pada kami semuanya setelah memasangkan cincin di jari manis mbak Cahya yang di pakaikan oleh tante Mila sendiri karena tidak mungkin mas Faiz yang memakaikannya.
"Wa'alaikumsalam calon besan" jawab ayah sambil terkekeh dan mengantarkan mereka pulang.
"Yah bu mbak, Rana pamit ke kamar dulu. Mau tidur udah malam" kataku sambil pura pura menguap (nyatanya rana ingin menangis ayah ibu rana gak mungkin nangis di sini bukan bisa bisa nanti kalian semua curiga).
"Iya nak, tidur besok sekolahkan" jawab ayah sambil mengelus kepalaku lembut lalu kupeluk pinggangnya serta ibu juga dan pamit menuju kamarku.
"Iya yah, rana masuk dulu, assalamualaikum" pamitku pada semua orang.
"Wa'alaikumsalam" jawab mereka kompak.
Aku pun menaiki tangga menuju kamarku dan menangis segugukan di sana sampai rasanya lelah dan aku pun tertidur sendiri.
Skip di lantai bawah
"Makasih nak, ayah bangga sama kamu karena sudah mau menerima lamaran mas Faiz dan keluarganya serta memutuskan pacarmu itu" kata ayah mengelus kepala mbak Cahya.
"Iya yah, Cahya masuk dulu assalamualaikum" pamit mbak cahya yang ikut masuk pada ayah dan ibu.
"Wa'alaikumsalam".jawab ayah dan ibu bersama.
Setelah sampai di kamar mbak Cahya juga langsung merebahkan diri dan menangis juga sama seperti yang aku lakukan.
"Yah bu, maafkan Cahyab.Cahya harus pergi dari rumah sebelum resepsinya di mulai" kata mbak cahya dalam hati.
"Dek maafkan mbak, mbak gak bisa bahagia sama mas Faiz. Mbak gak cinta sama dia" lanjutnya
Lalu mbak Cahya mengambil wudhu dan salat istikharah agar mendamaikan hatinya serta memilih jalan yang benar benar baik untuknya.
Ya Allah hamba hanya mencintai kekasih hamba ya Rabb. Hamba tau hamba salah karena hamba sudah melanggar laranganmu, hamba terlalu mencintainya, hamba tidak sanggup jika harus berpisah dari dirinya, apalagi harus menikah dengan lelaki yang tidak hamba cintai, hamba ndak kuat ya Rabb.
Dia pun tertidur di atas sajadah karena terlalu lelah memikirkan nasib hidupnya setelah nanti menikah dengan mas Faiz.
"Kamu pembohong Caca, kami bilang cuma pulang sebentar dan gak akan tinggalin aku tapi nyatanya kamu malah menikah dengan lelaki lain. Aku kecewa dengan kamu ca!!".
"Aku gak mau hubungan kita yang telah terjalin lama putus begitu saja, aku sangat mencintaimu ca, tapi aku bisa apa kamu udah sah jadi milik orang ca".
"Ca andai kamu tau selesai kita lulus nanti, aku akan melamar kamu dan menikah dengan kamu walaupun kita beda keyakinan, tapi ini cuma khayalanku sampai hati kamu tega ninggalin aku gitu aja, hati aku sakit ca".
"Kalau kamu minta kita putus sebelum menikah dengannya aku akan putuskan ca walaupun hati ini akan sakit, tapi apa ini kamu malah menikah dengannya di saat hubungan kita masih terjalin erat".
"Aku benar benar kecewa sama kamu".
"Rian enggak, Rian ini gak seperti dugaanmu".
"Rian jangan pergi, aku bisa jelasin semuanya sama kamu".
"Rian jangan tinggalkan aku sendiri".
"RIAN"
Astagfirullah aku mengusap wajahku dan beristighfar ternyata tadi cuma mimpi, ndak Rian ndak boleh ninggalin aku, Rian tunggu aku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!