NovelToon NovelToon

Musuh Tapi Menikah

Episode 1

CERITA INI HANYA KEHALUAN SEMATA.

DAN TIDAK ADA MAKSUD UNTUK MENJELEKKAN SIAPAPUN.

JIKA ADA KESAMAAN DENGAN KISAH HIDUP, NAMA TEMPAT, ATAU NAMA TOKOH, ITU MURNI TERJADI TANPA UNSUR KESENGAJAAN.

MOHON PEMBACA BIJAK DALAM MENYIKAPINYA.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR, DAN SELAMAT MEMBACA.

Jayden Hamdan, adalah adik dari Nathan Wijaya, saat ini Jay masih menjadi mahasiswa di salah satu kampus ternama di kota mereka, sementara kakaknya yang sudah lebih dulu lulus itu, sudah lama membantu mengurus bisnis keluarga mereka.

Selain menjadi salah satu pria tertampan, dan juga berprestasi di kampus, Jay juga di kenal sebagai playboy, ia juga tidak terlalu dekat dengan kakaknya meskipun hubungan di antara kedua kakak beradik itu baik-baik saja.

Pagi itu, Jay terbangun dari tidurnya karena suara berisik yang terdengar dari arah luar kamarnya.

"Apa yang terjadi ? Kenapa mereka berisik sekali padahal ini terlihat masih pagi." Guman Jay yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia mulai mengumpulkan sisa-sisa kesadaran yang ada, dan melangkah keluar dari dalam kamar.

"Ada apa ? Kenapa ayah dan ibu ribut sekali padahal ini masih pagi." Tanyanya saat baru saja selesai menuruni anak tangga, ia berjalan menghampiri ayah dan ibunya, keduanya sudah terlihat rapi dengan balutan jas dan kebaya yang senada, tetapi sejak tadi, ibu terlihat tidak bisa diam, dan terus mondar mandir dengan raut wajah panik di ruang tamu itu.

"Bagaimana ini, sayang ? Acara pernikahan kakakmu sebentar lagi akan di mulai".

"Semua keperluan pernikahannya sudah siap, sebagian tamu undangan juga sudah mulai berdatangan, tetapi kakakmu tidak ada di dalam kamarnya." Ibu hanya menemukan selembar surat yang bertuliskan, "jangan cari aku."

"Ibu menemukan surat itu tergeletak di atas meja kamar kakakmu."

"Hah... Entah apa yang di pikirkan kakakmu itu, bisa-bisanya dia pergi di saat seperti ini." Jawab ibu Jay dengan tubuh setengah lemas, dan juga napas yang tidak beraturan karena panik.

"Bagaimana ini, sebentar lagi jam delapan, tadi tuan Adnan juga sudah mengabari ayah, mereka bilang, rombongan keluarga mereka sudah berangkat ke gedung tempat dimana pernikahan Nathan dan putri mereka akan di laksanakan."

"Apa yang harus ayah katakan dengan keluarga mempelai wanita, apa ayah harus berkata jujur saja kepada mereka, kalau ternyata mempelai pria dalam acara itu ternyata tidak akan datang, karena melarikan diri."

"Ah... Tidak tidak, kita tidak bisa menjawab seperti itu, pernikahan ini juga menentukan nasib perusahaan kita." Guman ayah Jay dengan frustrasi.

"Nak, ibu mohon." Suara lirih ibu Jay terdengar.

"Kali ini saja, tolong dengarkan ibu, dan menurutlah pada ibu dan ayah, tolong gantikan kakakmu menikah dengan putri dari keluarga tuan Adnan Nugraha hari ini." Ucap ibunya lagi.

"APA ?" Kagetnya.

"Tidak tidak, aku tidak mau !" Bentak Jay yang menolak.

"Ibu mohon."

"Kamu tidak mau bukan, gara-gara masalah yang di buat kakakmu ini, nama baik keluarga kita jadi tercoreng, dan perusahaan ayahmu berada dalam masalah besar." Lirih ibu Jay lagi.

"Tetapi ibu, aku bahkan tidak mengenal wanita itu, kenapa juga aku harus menikah dengannya, dan lagi, dia itu kan pacar kakak, kenapa jadi aku yang harus menikah dengannya." Protes Jay lagi.

"Aku masih kuliah ibu, aku belum ada pikiran untuk menikah, apa lagi harus menikah dengan kekasih kakakku sendiri." Kesalnya lagi.

"Ibu mohon nak, setidaknya, kamu gantikan sampai nanti kakakmu kembali." Lirih ibunya lagi.

"Pernikahan bukan sebuah permainan ibu." Jawab Jay yang masih marah dan kesal kepada kedua orang tuanya, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran kakak, dan juga kedua orang tuanya itu.

Satu jam berlalu, setelah terus di desak dan perdebatan panjang yang alot di antara Jay dan kedua orang tuanya, akhirnya Jay tetap saja tidak bisa menghindar apa lagi menolak rencana untuk tetap menggantikan pernikahan kakaknya itu.

Setelah di paksa mandi dan berganti pakaian yang rapi dengan kedua orang tuanya, mereka langsung bergegas pergi menuju ke gedung tempat dimana pernikahan itu akan di lakukan.

Setibanya di tempat itu, betapa terkejutnya Jay melihat wanita yang akan menjadi calon istri dari kakaknya itu.

"Y/N." Ucap Jay di dalam hatinya.

Wanita itu pun sama, dia juga tidak kalah terkejut dari Jay, terlihat dengan jelas tatapan terkejut, marah, dan kecewa di wajah wanita itu saat menatap, Jay.

Sepuluh menit sebelum acara di mulai, orang tua Jay sempat meminta keluarga untuk berkumpul di ruang tunggu, dan menceritakan sedikit banyak tentang masalah yang ada, tetapi betapa terkejutnya mereka dengan jawaban dari keluarga mempelai wanita, ternyata mereka tidak mempermasalahkan siapa yang akan menjadi mempelai prianya asalkan itu adalah putra dari keluarga tuan Wijaya, tanpa basa basi apa lagi menanyakan pendapat dari putrinya, menurut tuan Adnan, pendapat mereka saja, itu sudah cukup.

Pernikahan antara putra, dan putri dari tuan Adnan dan tuan Wijaya, itu pun berlangsung dengan lancar tanpa hambatan apa pun.

Raut wajah ayah dan ibu Jay yang semulanya takut dan cemas, kini sudah berganti dengan senyum yang bahagia, begitu juga dengan keluarga tuan Adnan , tetapi tidak dengan Jay dan juga Y/N, wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.

Sore harinya, setelah semua acara selesai, supir mengantar pasangan pengantin baru itu langsung ke rumah yang sudah di siapkan oleh orang tua mereka.

Setibanya di rumah.

"Ingat ya, kau tidur di kamar tamu, aku tidak sudi tidur sekamar dengan kekasih kakakku." Ucap Jay dengan nada ketusnya.

"Cih... Kalau bukan karena ibumu yang memohon-mohon dengan keluargaku, aku juga tidak sudi menikah dengan buaya kampus sepertimu ! Aku lebih baik memilih tidak jadi menikah, dan menerima rasa malu, dari pada harus menikah denganmu." Jawab wanita itu dengan nada yang tidak kalah ketusnya.

"Lagian ini semua pasti terjadi karena kakakku belum siap untuk menikah denganmu, tetapi sudah kau paksa terus untuk segera menikah, iya kan ? Makanya dia sampai ketakutan, dan kabur seperti itu." Guman Jay dengan tatapan sinis ke arah wanita itu.

"Jaga ucapanmu ! Jika kau tidak tahu cerita yang sebenarnya, lebih baik kau tutup saja mulut kotormu itu !" Ucap wanita itu dengan nada tegasnya.

"Asal kau tahu ya, kakak kurang ajarmu itu yang sudah lebih dulu mengajakku untuk menikah, tetapi lihat apa yang terjadi sekarang, dia juga yang seenaknya lari dari tanggung jawabnya, memang dasar lelaki ber*ngsek." Ucap Y/N dengan kesal.

"Mungkin kakakku baru sadar, dan menyesal karena sudah mengajakmu menikah." Jawab Jay dengan nada datarnya.

"Lebih baik kau diam saja ! Sejak tadi, setiap kata yang keluar dari mulut berisikmu itu, satu pun tidak ada yang baik. Hah... Membuatku semakin kesal saja." Ucap Y/N yang masih marah, dan tidak habis pikir dengan semua yang sudah ia lalui, dan apa-apa saja yang sudah terjadi padanya hari ini.

"Terserah kau saja, tetapi kau tetap harus ingat dengan perjanjian kita tadi."

"Jangan pernah kau mencampuri urusan pribadiku." Ucap Jay dengan tegas.

"Cih... Aku tidak tertarik dengan urusan pribadimu, sebaliknya kau juga harus begitu, jangan pernah kau ikut campur dengan hidupku, apa lagi berusaha mencari-cari kesempatam untuk menyentuhku !" Ucap Y/N dengan tatapan tajamnya.

"Dih... Percaya diri banget lo, siapa juga yang mau sentuh-sentuh lo ! Melihatmu saja aku tidak bernafsu, lagian kau juga bukan tipe wanita yang aku suka, jadi sebaiknya kau jangan terlalu berharap !" Ucap Jay dengan nada mengejeknya.

"Aku sumpahin suatu saat nanti, kau akan jatuh cinta kepadaku, dan aku akan mengabaikanmu !!" Ucap Y/N dengan kesal.

"Aku jatuh cinta kepadamu, cih... Itu tidak akan pernah terjadi !!" Tegasnya.

"Buktikan saja ucapanmu itu !!" Ketus Y/N, dan berlalu pergi, masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Jay yang masih duduk sendiri di ruang tamu.

Episode 2

Malam harinya, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Y/N mulai menyusun dan merapikan pakaian, serta beberapa barang-barang yang di kirimkan ayah Y/N dari rumah ayahnya, setelah selesai membereskan semuanya, Y/N pergi keluar dari dalam kamar, setibanya ia di dapur, Y/N melihat Jay yang sedang asik duduk di meja makan sembari menyantap makan malamnya.

"Dimana makan malam untukku ?" Tanya Y/N sembari menatap ke arah, Jay.

"Tidak ada, kamu masak saja sendiri !"

"Di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga, jadi apa-apa yang kamu mau, kamu harus mengerjakannya sendiri, begitu juga dengan aku." Jawab Jay sembari melanjutkan makannya.

"Masakin dong, aku tidak bisa memasak, tetapi sekarang perutku terasa lapar."

"Di pesta tadi tersedia banyak makanan mewah dan enak, tetapi aku tidak sempat makan karena harus menyalami semua tamu undangan yang datang." Guman Y/N dengan nada lelahnya.

"Astaga, kau ini kan wanita, kau harus bisa masak, setidaknya untuk dirimu sendiri, agar ke depannya kau tidak terus menyusahkanku seperti ini." Ucap Jay dengan ketus.

"Apa susahnya di saat kau sedang memasak, sekalian saja kau buatkan juga sedikit makanan itu untukku." Protes, Y/N.

"Aku tidak mau, membuang-buang tenagaku saja." Jawab Jay tanpa basa basi.

"Ck... Lagian, kok bisa kakakku kenal, dan mau menikah dengan wanita sepertimu, sudah tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memasak, nyusahin lagi." Ucap Jay sembari berdecak dengan nada mengejek, Y/N.

"Kalau kau cari yang banyak bisanya, menikah saja sana sama ular kobra, di jamin banyak bisanya, dan bisa mendatangkan tetangga, apa lagi semua keluargamu yang jauh." Jawab Y/N yang kesal, dan tidak terima dengan perkataan Jay kepadanya tadi.

"Kalau kau tidak mau membagi makananmu denganku, ya sudah tidak apa-apa, kau cukup menolak dan diam."

"Kau tidak perlu mengejek apa lagi membawa-bawa nama kakakmu yang ber*ngsek itu." Ucap Y/N yang kesal, lalu berjalan pergi keluar dari dalam rumah itu, Y/N memutuskan untuk pergi membeli makan malamnya sendiri di luar. Sementara Jay hanya menatap diam, dan membiarkan Y/N pergi.

Keesokan harinya, di kampus.

"Cie... Yang sudah jadi istrinya orang, gimana m*lam pert*ma lo sama si buaya kampus itu ?" Tanya Kiara, sahabatnya Y/N.

"Apaan sih, tidak ada yang namanya m*lam pertam*, malam kedua, malam ketiga, dan malam-malam lainnya lagi antara aku dan si buaya itu, aku tidak sudi."

"Dan lagi, kamar kita juga terpisah." Jawab Y/N dengan puas.

"Wah, kalian serius ?"

"Jadi kalian berdua punya kamar sendiri-sendiri begitu ?" Tanya Kiara lagi.

"Seriuslah, lagian kamu kan juga tahu Kiara, aku sama si buaya itu terpaksa menikah karena kelakuan kakaknya yang ber*ngsek itu."

"Gara-gara dia kabur, aku jadi terpaksa harus menikah dengan adiknya, si buaya kampus sekaligus musuh yang sering sekali menggangguku itu." Jawab Y/N yang mencoba menjelaskan.

"Nasib lo gini amat Y/N, di tinggal kakaknya yang ber*ngsek, eh malah dapat adiknya yang buaya, aku turut prihatin dengan nasibmu, kau yang sabar ya, Y/N." Ucap Kiara dengan tulus.

"Entahlah Kiara, aku sudah mulai lelah, rasanya pengen cepat-cepat bercerai saja." Ucap Y/N sembari menarik napas dan menghembuskannya dengan lesu.

"Huss, tidak baik bicara seperti itu, kalian berdua kan baru satu hari menikah, bisa-bisanya kau sudah berpikir untuk bercerai." Ucap Kiara sembari menasehati temannya itu.

"Aku yakin cepat atau lambat, pernikahan ini pasti akan berakhir, kami akan segera berpisah dan kembali ke kehidupan normal yang seperti biasanya lagi." Guman, Y/N.

"Belum tentu gitu dong Y/N, siapa tahu seiring berjalannya waktu, kalian berdua malah saling jatuh cinta."

"Jatuh cinta ?"

"Ah... Kamu jangan ngelawak deh, Kiara."

"Aku tidak mau itu terjadi, jangan sampai."

"Tapi Y/N, di buku nikah kalian yang di tulis nama si buaya kan, bukan nama kakaknya ?"

"Iya, nama dia yang di tulis." Jawab Y/N singkat.

"Ya sudah kalau begitu, kalau nanti kalian berdua jatuh cinta benaran juga sah-sah saja dong, tidak ada masalah juga."

"Tidak tidak, aku lebih baik jadi jomblo dari pada harus jatuh cinta sama cowok kayak dia." Ucap Y/N kesal.

"Nanti kalau kalian malah jadi sama-sama bucin baru tahu rasa kamu." Guman Kiara sembari tersenyum.

 "Tidak akan, sudah ah, jangan di bahas lagi, sebenarnya kamu ini teman aku atau dia sih, dari tadi pendapatnya menyudutkan aku terus."

"Iya iya maaf, aku ada di pihak kamu kok, kamu tenang saja, kita kan teman." Jawab Kiara yang sudah selesai menjahili, Y/N.

Sementara itu, di tempat lain.

Jay sedang asik duduk bersama dengan beberapa gadis yang ada di kampus itu, ia sedang sibuk menggoda gadis-gadis itu dengan kata-kata manisnya.

"Hei Jay, kau kan sudah menikah, sebaiknya kau jangan terlalu banyak menggoda gadis-gadis yang ada di kampus ini." Ucap Aldo kepada, Jay.

"Santai Do, pernikahan itu tidak akan mempengaruhi kehidupanku." Jawab Jay kepada teman baiknya itu.

"Iya aku tahu, tetapi kan tetap saja, setidaknya kamu jaga sedikitlah perasaan istrimu itu, apa lagi kalian berdua kan berada di satu kampus yang sama." Ucap Aldo lagi.

"Ngapain juga aku harus menjaga perasaannya dia Aldo, aku kan tidak suka sama dia."

"Terserah deh, mendadak bucin dan tidak bisa lepas dari istri, baru tahu rasa lo." Guman Aldo sembari tertawa.

"Sialan lo." Gerutu Jay yang kesal mendengar perkataan dari temannya itu.

"Tetapi benaran tidak deh, soalnya dia bukan tipe wanita yang aku suka, ambil buat kau saja sana !" Ucap Jay lagi.

"Dasar gila, istri sendiri malah mau di kasih ke teman."

"Seharusnya kalau benar kau tidak mau menikah dengan calon istri dari kakakmu itu, kau tolak saja dia di saat orang tuamu memaksamu kemarin." Tegas Aldo lagi.

"Sudah, tetapi aku kalah debat, aku juga terpaksa karena tidak punya pilihan lain untuk menolak permintaan dari kedua orang tuaku."

"Mau bagaimana lagi, mereka cuma punya kakak, dan aku."

"Cukup kakak saja yang sudah membuat mereka kecewa, aku tidak ingin seperti itu, jadi mau tidak mau akhirnya aku terpaksa menikah menggantikan kakakku." Jawab Jay dengan nada lesunya.

"Iya deh iya, si paling nurut dengan orang tua." Guman Aldo sembari menahan tawa saat melihat wajah sok kecewa, Jay.

"Berat banget ya jadi anak orang kaya kayak lo."

"Hidupnya penuh banget sama aturan dari orang tua, terkadang tidak bisa memilih sesuai dengan apa yang lo mau juga." Guman Aldo lagi.

"Sudahlah, itu semua tidak perlu kau pikirkan, santai saja."

"kayaknya kalau aku pikir-pikir, tetap saja masih lebih berat dosamu dari pada beban hidupku, Do." Ucap Jay sembari tertawa puas.

"Sialan lo Jay, aku lagi serius tahu." Jawab Aldo dengan kesal.

Sore harinya, saat jam pulang kampus selesai, seseorang menghampiri Y/N.

"Y/N, pulang bareng sama aku yuk ?" Ajak pria itu saat sudah tiba di hadapan, Y/N.

"Haduh maaf ya, aku sudah keburu pesan taksi online tadi." Jawab Y/N sembari menunjukkan notifikasi pesanan taksi online yang ada di ponselnya.

"Kamu batalin saja, nanti biar aku yang kasih uang ganti rugi sama abang-abang taksinya." Ucap pria itu.

"Tidak deh, aku tidak enak sama bapak taksinya, masa ia aku batalin gitu aja, kan kasihan mereka." Jawab Y/N yang masih menolak.

"Mentang-mentang sudah menikah, kamu jadi sombong ya sekarang, sok-sokan menolak ajakan aku kayak gitu."

"Lihat, suami kamu saja tidak perduli kepadamu, dan lebih memilih bersama wanita-wanitanya itu." Ucapnya dengan nada sedikit kesal.

"Terserah apa katamu, mau dia bersama dengan siapa saja di luar sana, aku tidak perduli."

"Tetapi di saat pulang ke rumah, tetap saja aku istrinya, toh wanita-wanita itu cuma hiburan baginya, sedangkan aku rumahnya." Jawab Y/N dengan nada yang tidak kalah kesalnya.

"Ya sudah kalau begitu, kamu ikut sama aku saja, kita balas dia, kita pergi bersenang-senang juga." Ucap pria itu sembari menarik paksa tangan, Y/N.

"Lepasin, aku tidak mau, kau tidak dengar ya, aku bilang aku tidak mau !" Jawab Y/N yang mulai marah dan terus mencoba melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.

"Batu banget sih lo di bilangin, sudah ikut aku saja, kita pergi bersenang-senang bersama, kamu mau beli apa saja biar aku yang bayarin." Ucap pria yang masih berusaha menarik paksa tangan Y/N itu.

"Aku tidak mau, lepasin tangan aku, sakit." Ucap Y/N dengan suara setengah teriak.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari istriku !!" Titah Jay yang kini sudah berdiri tepat di belakang, Y/N.

"Kau." Guman Y/N saat merasakan tidak ada jarak antara tubuhnya dan juga tubuh Jay yang kini masih berdiri tepat di belakangnya.

"Hah... Santai, jangan memasang wajah marah seperti itu, aku hanya ingin membantu mengantar istrimu pulang." Jawab pria itu sembari melepaskan tangan, Y/N.

"Pergi dari hadapanku sebelum aku menghabisimu !!" Titah Jay yang marah, dan terus menatap tajam ke arah pria itu.

"Haiiss, iya iya aku pergi." Ucap Martin yang hanya bisa berlalu pergi dengan kesal.

"Ayo pulang, itu taksi pesananmu sudah datang." Tanpa aba-aba, Jay langsung menarik tangan Y/N dengan perlahan dan ikut masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan oleh istrinya itu.

"Ta tapi kamu kan bawa mobil, apa tidak apa-apa mobilmu kamu tinggal di kampus ?" Tanya Y/N dengan ragu, saat mobil taksi pesanannya itu mulai melaju pergi mengantarkan mereka berdua.

"Biarkan saja, nanti aku akan mengirimkan orang untuk membawanya pulang." Jawab Jay yang kini sedang duduk tepat di sebelah Y/N, dan masih enggan melepaskan genggaman tangannya.

"Ck... Sudah aku duga, lihat dia, apa benar itu masih orang yang sama, yang tadi berkata tidak suka, bahkan rela memberikan istrinya kepadaku ?"

"Sekarang, baru melihat istrinya yang di goda pria lain seperti ini saja dia sudah panas, bahkan rela meninggalkan mobil mahal kesayangannya itu, apa lagi jika istrinya tadi benar-benar mau ikut bersama dengan pria itu, mungkin dia akan frustrasi." Ucap Aldo yang sejak tadi hanya tertawa puas saat melihat tingkah laku temannya itu dari kejauhan.

Episode 3

Dua puluh menit kemudian, Jay dan Y/N sudah tiba di rumah mereka, Y/N melepaskan genggaman tangan Jay, dan segera membayar ongkos taksinya, setelah selesai membayar ongkos taksi online yang mereka tumpangi itu, Y/N mulai beranjak turun, dan lebih dulu melangkah masuk ke dalam rumah di susul dengan Jay di belakangnya.

"Mulai besok, kita pergi dan pulang kampus bersama." Ucap Jay sembari duduk di hadapan Y/N yang sedang meminum segelas air di dapur.

"Uhuk... Uhuk..." Y/N jadi tersedak karena mendengar ucapan yang baru saja Jay katakan itu.

"Haiisss, kau ini jorok sekali, pelan-pelan dong minumnya." Guman Jay sembari memberikan tisu ke arah Y/N, agar Y/N bisa mengelap sisa-sisa percikan air yang ada di atas meja.

"Ini semua gara-gara kau tahu, ngapain coba, kau berkata seperti itu di saat aku sedang minum, aku kan jadi kaget."

"Lagi pula aku juga tidak mau pergi ke kampus bersama denganmu."

"Aku bisa pergi dan pulang sendiri, kau tidak perlu repot-repot menawarkan diri untuk mengantar, dan menjemputku." Jawab Y/N sembari mengelap meja yang basah itu.

"Kenapa kau menolak tawaranku ?"

"Apa karena kau lebih suka di godain, dan pulang bersama dengan Martin si playboy kampus itu." Ucap Jay yang kesal.

"Lah, bisa-bisanya playboy teriak playboy."

"Sudahlah, intinya bukan seperti itu, aku hanya tidak mau saja." Jawab Y/N dengan tegas.

"Seharusnya kau berterimakasih kalau tahu aku secara cuma-cuma mau menawarkan diri menjadi supirmu." Ucap Jay sembari terus memandangi wajah, Y/N.

"Kenapa aku harus berterimakasih kepadamu ?"

"Aku kan tidak meminta apa lagi menyuruhmu untuk melakukan hal itu." Jawab Y/N dengan datar.

"Oh, atau jangan-jangan kau cemburu ya karena melihat aku di godain sama si Martin tadi ?" Tanya Y/N dengan ketus.

"Jangan terlalu percaya diri, aku tidak cemburu."

"Aku hanya tidak suka mereka berani merendahkan diriku, hanya karena aku lebih sering bersama dengan teman wanitaku dari pada mengantarmu."

"Aku tidak suka dengan perkataan Martin tadi, yang berani menyebutku sebagai suami yang membiarkan istrinya pulang dan pergi sendiri ke kampus." Jawab Jay yang masih kesal.

"Oh, jadi yang tadi juga ya, kau sengaja berpura pura menolongku hanya karena tidak ingin mereka membicarakan sesuatu yang buruk tentang statusmu sebagai suamiku." Tanya Y/N lagi.

"Ya iya lah, memangnya apa lagi ?" Jawab Jay dengan sinis.

"Terserah, tidak penting juga bagiku kau mau sibuk sok baik, atau sedang membangun citra sebagai suami yang seperti apa di depan mereka semua."

"Tetapi soal tawaranmu tadi yang mau menjadi supirku, maaf, aku tidak tertarik, dan aku tidak butuh supir, jika aku mau, aku bisa membawa mobilku sendiri." Ketus Y/N lagi.

"Berarti benar, kau memang lebih suka di goda dengan playboy kampus itu." Ucap Jay yang semakin kesal.

"Terserah, sudah ah, aku lelah, dan mau mandi dulu." Y/N mulai berlalu pergi meninggalkan J-Hope yang masih duduk di kursi meja makan.

"Yakk, Y/N ah... Kembali ke tempat dudukmu, aku belum selesai bicara." Teriak Jay tetapi sengaja tidak di dengar oleh, Y/N.

"Astaga, batu banget sih tu anak, lama-lama aku bisa gila jika terus menghadapi istri sepertinya." Ucap Jay di dalam hatinya.

Malam harinya, Y/N yang sejak sore tadi sudah tertidur, tiba-tiba terbangun karena merasa lapar. Ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur, dan memeriksa, mungkin saja ada sesuatu yang bisa ia makan untuk mengisi perutnya itu.

Saat melewati ruang tengah, ia melihat Jayden yang belum tidur, dan sedang asik menonton televisi.

"Sudah hampir tengah malam, tetapi dia masih belum tidur." Guman Y/N di dalam hatinya saat ia melihat ke arah jam dinding.

Y/N pun berjalan mendekati Jayden.

"Kau belum tidur, Jay ?" Tanya Y/N dengan lembut.

"Aku tidak bisa tidur." Jawab Jayden dengan lesu.

"Kau minum ?" Tanya Y/N saat melihat ke arah gelas Jay yang masih terisi penuh, dan beberapa bekas botol minuman k*ras yang sudah kosong.

"Kenapa ?"

"Apa kau juga mau ikut minum ?" Tanya Jayden dengan suara beratnya karena efek dari minuman itu.

"Tidak, aku tidak suka minum, kau habiskan saja sendiri." Jawab Y/N dengan tegas.

"Cobalah sedikit, aku yakin nanti kau pasti akan suka." Guman Jayden sembari mengangkat gelasnya ke arah, Y/N.

"Sepertinya kau sudah benar-benar mabuk, Jay."

"Bisa-bisanya kau mengajarkan sesuatu yang tidak baik kepada istrimu, ah sudahlah, aku lapar, aku mau membuat makanan yang bisa aku buat saja." Ucap Y/N sembari berlalu pergi.

"Buatkan aku sekalian ya, sayang." Ucap Jay dengan suara setengah teriak.

"Tidak mau, kau buat sendiri saja !" Jawab Y/N dari arah dapur.

"Haiisss, kau ini, bisa-bisanya kau mengabaikan suamimu." Racaunya yang mulai mabuk, dan kembali meminum habis minuman yang ada di dalam gelasnya itu hingga kosong.

Beberapa menit kemudian, Y/N sudah selesai memasak, ia membawa dua mangkuk mie yang telah ia buat itu ke tempat, Jay.

Dengan perlahan ia membangunkan Jayden yang sejak tadi menenggelamkan wajahnya di atas meja.

"Ayo temani aku makan, aku tidak suka makan sendiri." Ucap Y/N sembari menepuk tangan Jayden beberapa kali dengan lembut, agar ia terbangun.

"Terimakasih, sayang." Jawabnya sembari tersenyum senang, dan mulai memakan mie buatan istrinya itu.

"Berhenti memanggilku sayang !"

"Kata-kata seperti itu terdengar aneh saat kau yang mengucapkannya." Titah Y/N dengan tegas, sementara Jayden hanya tertawa gemas sembari terus menatap ke arah, Y/N.

Untuk beberapa saat, suasana di ruangan itu menjadi sunyi tanpa suara.

"Y/N." Guman Jay dengan suara beratnya.

"Iya, ada apa ?" Jawab Y/N dengan cepat.

"Bagaimana kalau seandainya salah satu dari kita ada yang jatuh cinta ?"

"Apa kita masih tetap akan bercerai setelah satu tahun pernikahan kita ?" Tanya Jayden sembari tertunduk karena kepalanya yang mulai terasa berat akibat terlalu banyak minum.

"Kenapa kau bertanya seperti itu ?"

"Aku pernah mendengar seseorang berkata kepadaku, dia bilang, cinta itu bisa datang karena terbiasa."

"Dan satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk kita bersama, jika kita terus berada di satu atap yang sama seperti ini, kita pasti akan melewati banyak hal yang mungkin saja tidak kita rencanakan selama kita bersama."

"Apa kau masih yakin di antara kita tidak akan ada yang jatuh cinta ?" Tanya Jayden lagi.

"Kau mungkin bisa saja seperti itu, tetapi aku tidak." Jawab Y/N dengan tegas.

"Kenapa ?"

"Apa kau sangat mencintai kakakku ?"

"Urus saja urusanmu sendiri, kau tidak perlu ikut campur dengan urusan hatiku." Jawab Y/N dengan ketus.

"Tetapi sekarang aku suamimu, Y/N ah." Racau Jayden yang mulai kesal.

"Pernikahan kita hanya sebuah perjanjian di atas kertas, dan sampai saat itu tiba, kita akan berpisah."

"Jadi untuk apa kita melibatkan perasaan dalam hubungan ini." Tegas Y/N lagi.

"Sepertinya kau sudah terlalu mabuk, Jay."

"Lebih baik sekarang kau kembali ke kamar, dan tidur."

"Aku juga sudah kenyang, aku mau membereskan peralatan makan ini dulu, setelah itu pergi tidur." Ucap Y/N sembari merapikan gelas dan mangkuk bekas makan mereka.

"Hmm baiklah, aku akan kembali ke kamar dulu." Jayden pun mulai berdiri dari duduknya, saat ia menegakkan kepalanya, ia menatap kecewa ke arah Y/N.

"Apa jawabanku tadi terlalu kasar, ya ?"

"Tetapi itu kan memang sudah menjadi perjanjian kita berdua sejak awal, dan dia yang lebih dulu bilang kalau kita tidak boleh melibatkan perasaan selama bersama."

"Tetapi kenapa juga dia harus jadi terlihat marah, dan kecewa seperti tadi ?"

"Ah sudahlah, itu pasti karena dia sudah terlalu mabuk saja, sebaiknya aku cepat berberes, dan tidur." Batin Y/N saat melihat Jayden yang berjalan gontai mulai masuk ke dalam kamarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!