NovelToon NovelToon

Diam-diam Menikah

Bab 1

Malam pertama seharusnya menjadi malam yang paling berkesan bagi pasangan yang baru menikah, namun Namira dan Xavier tidak merasa demikian.

Di malam pertama mereka, Namira dan Xavier tidak seperti pasangan yang baru menikah dan bahkan ada orang yang sengaja diminta menginap di rumah baru mereka.

"Kalian bukannya bikinin gue ponakan malah nyuruh gue nginep disini," ucap Calvin -sepupu Namira sekaligus sahabat Xavier.

Xavier sengaja meminta Calvin menginap supaya dirinya tidak terlalu canggung tinggal berdua dengan perempuan yang sekarang berstatus sebagai istrinya.

"Gak usah diladenin, ke kamar lo aja sana," Xavier tahu Namira tidak akan nyaman dengan topik itu sehingga meminta Namira pergi ke kamarnya.

"Sebentar, kamar lo?" Calvin menyela karena merasa ada yang tidak beres dari perkataan Xavier.

"Jangan bilang kalian pisah kamar?" Calvin menegakkan badannya menatap Namira dan Xavier untuk meminta penjelasan mereka.

Calvin berharap dugaannya tentang Namira dan Xavier pisah kamar tidak benar.

"Hem," Xavier hanya bergumam menanggapi Calvin, bersikap seolah pisah kamar bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.

"What?! jadi beneran kalian pisah kamar?" Calvin terkejut sampai dia beranjak dari tempat duduknya.

Calvin menatap Xavier dengan ekspresi tidak percaya, bahkan matanya sampai melotot saking tidak percaya nya mengetahui sepupu dan sahabatnya pisah kamar.

"Yang bener aja deh kalian! masa pisah kamar sih?" protes Calvin tidak terima.

Calvin kemudian menatap kearah Xavier, "Vier, sepupu gue cantik, badannya bagus, masa lo gak tertarik sih sama sepupu gue?" tanyanya tidak menyangka.

Sekarang giliran Xavier yang melotot, badan bagus katanya? apa selama ini Calvin sering memperhatikan badan istrinya?

"Coba deh lihat istri lo," mata Calvin kini tertuju pada Namira.

Xavier mengikuti arah pandangan Calvin dan menatap istrinya seperti yang Calvin katakan.

"Lo lihat baik-baik badan istri lo," seperti terhipnotis, Xavier memperhatikan badan istrinya mengikuti arahan Calvin.

Namira yang diperhatikan seperti itu menatap tajam keduanya. Hey! apa semua laki-laki seperti mereka?

"Lo beneran gak tertarik?" dan saat pertanyaan itu muncul kembali, Xavier menatap kearah Calvin.

Calvin menunggu jawaban Xavier, tapi sepertinya laki-laki itu tidak tertarik untuk menjawab. Calvin jadi curiga kalau Xavier tidak normal.

"Gak tertarik?" Calvin mengulang pertanyaannya, karena masih belum mendapatkan jawaban yang diinginkan.

"Gue ke kamar," karena Namira tidak tertarik untuk terlibat obrolan dengan sepupunya yang agak-agak dan Xavier si berandalan yang sialnya sekarang sudah menjadi suaminya, akhirnya Namira memutuskan untuk pergi.

Namira tidak menunggu kedua laki-laki itu menjawab dan langsung pergi begitu saja ke kamarnya.

Calvin dan Xavier pun nampaknya tidak mempermasalahkan itu, justru mereka merasa lebih leluasa bicara jika Namira tidak ada disana.

"Jujur! lo beneran gak tertarik sama sepupu gue?" desak Calvin tidak sabaran.

Sepupu Calvin bukan perempuan sembarangan, banyak laki-laki yang menyukai Namira. Namun, sebagai cucu dari pemimpin diamond grup, banyak laki-laki yang minder untuk mendekatinya.

Baru satu laki-laki yang berani mengungkapkan perasaan terhadap Namira, yaitu Daffa, mantan kekasih Namira.

Calvin tidak habis pikir kalau Xavier benar-benar tidak memiliki ketertarikan sedikitpun terhadap Namira. Ayolah, Namira cukup sempurna sebagai perempuan.

"Jangan-jangan lo gak normal lagi!" Calvin bergidik sendiri setelah mengatakan itu. Apalagi saat bayangan adik sepupunya menikah dengan laki-laki tidak normal terlintas di benaknya.

Heol, bagaimana Calvin bisa memiliki keponakan kalau suami sepupunya saja tidak normal?! hanya membayangkan saja sudah membuat kepala Calvin pusing.

Namira sempat melihat kearah mereka sebelum masuk ke dalam kamarnya, dia heran dengan topik obrolan sepupu dan laki-laki yang sekarang berstatus sebagai suaminya itu.

"Gue suka sama sepupu lo," ucap Xavier tiba-tiba setelah Namira masuk ke dalam kamar. Terdengar meyakinkan, namun tidak semudah itu Calvin mempercayai ucapan Xavier tersebut.

Masalahnya, Xavier saja masih sedatar itu saat berbicara dengan Namira tadi.

"Lo suka tapi gak mau tidur bareng, gak mau punya anak dari sepupu gue?"

Xavier tidak mengiyakan dan tidak menyangkal ucapan Calvin, dan hal itu membuat Calvin gregetan.

"Lo sukanya tuh gimana sama sepupu gue? suka dalam hal apa? apa yang lo suka dari sepupu gue?"

Demi kerang ajaib milik Spongebob, Calvin benar-benar sudah sangat gregetan terhadap sahabatnya.

"Semuanya," Xavier menjawab dengan wajah tanpa ekpresinya.

Calvin terdiam. Berusaha mencerna apa yang baru saja didengar oleh telinganya.

Semuanya? siapapun, tolong katakan pada Calvin kalau barusan Calvin memang tidak salah dengar!

~ Bersambung

...Assalamu'alaikum...

^^^Salam kenal dan selamat datang di ceritaku ya...^^^

...Cerita ini diadaptasi dari pov tiktok karya aku sendiri @candylight_...

...Jauh sebelum cerita ini aku publish, aku udah cek berkali-kali barangkali ada typo atau kalimat yang tidak sesuai....

...Kalau ternyata saat publish masih ada typo atau ada kalimat yang ambigu, aku minta maaf...

...Kalian bisa komen bagian mana yang typo nanti aku perbaiki lagi...

...Oh ya, jangan lupa tinggalkan like dan komentar, tambahkan juga ke favorit supaya tidak ketinggalan update....

...Terimakasih ❤...

Bab 2

Kata semuanya terus terngiang di telinga Calvin, wajahnya seperti berusaha mencerna maksud sahabatnya.

Xavier -laki-laki yang bahkan tidak pernah mau didekati perempuan, menyukai semua hal yang ada dalam diri perempuan?

Calvin tidak mau percaya, tapi ini Xavier, orang yang tidak pernah bercanda dengan semua ucapannya.

"Lo kenapa?" tanya Xavier heran melihat wajah bodoh Calvin.

Calvin seperti sedang shock akan sesuatu dan Xavier tidak tahu apa yang membuat sahabatnya shock sampai seperti itu.

"Lo beneran suka sama sepupu gue?" tanya Calvin memastikan.

Calvin masih tidak percaya Xavier menyukai Namira. Ah, tidak. Lebih tepatnya Calvin tidak percaya sahabatnya menyukai perempuan.

"Hem," Xavier bergumam menjawab Calvin, kedua tangannya dilipat di depan dadanya menatap Calvin, "jadi lo mikirin itu dari tadi?"

Calvin tidak menjawab karena ada hal lain yang membuatnya penasaran, "berarti bener lo normal? lo gak bohong, kan?"

"Buat apa gue bohong?" Xavier membalikkan pertanyaan.

Benar, untuk apa seorang Xavier sang ketua geng Orion berbohong?

Xavier adalah ketua geng Orion yang tidak suka berbohong dan tidak suka kebohongan. Selama ini, Xavier selalu menghukum orang yang berani berbohong dan mengkhianatinya, jadi sangat tidak mungkin Xavier berbohong.

"Terus kenapa lo gak mau tidur sekamar sama sepupu gue?" tanya Calvin lagi.

Calvin perlu mencari tahu itu demi mewujudkan impiannya menjadi paman di usia muda.

Orang normal pasti akan dengan senang hati tidur dengan perempuan yang dicintainya, tapi Xavier?

"Gue normal, gue suka sepupu lo, tapi sepupu lo masih punya cita-cita yang harus digapai," ucap Xavier menjelaskan pada akhirnya.

Xavier bukan tipe orang yang akan mengutarakan isi hati dan pikirannya pada orang lain, tapi hari ini untuk pertama kalinya Xavier mengutarakan isi hati dan pikirannya pada Calvin selaku kakak sepupu dari perempuan yang Xavier sukai.

Masih ada sedikit keraguan dalam benak Calvin mendengar ucapan Xavier, terlebih soal fakta bahwa sepupunya sudah berhasil menaklukkan hati Xavier tanpa harus melakukan apapun. Ya, meskipun Xavier masih bersikap acuh tak acuh terhadap Namira.

"Oke, tapi sejak kapan lo suka sama sepupu gue? sejak kalian dijodohkan atau kapan?" tanya Calvin menginterogasi.

Beginilah Calvin kalau sudah penasaran akan sesuatu, akan dikupas tuntas sampai semua rasa penasarannya terjawab.

"Gue gak tahu pastinya kapan, yang jelas gue udah suka Namira sebelum perjodohan," jawab Xavier.

Calvin bersandar pada sofa, pandangannya kini menerawang dan pikirannya memutar memori saat Xavier dan Namira tanpa sengaja bertemu, entah itu di kampus atau diluar kampus.

Seperkian detik setelah ingatan demi ingatan terkumpul, Calvin menjentikkan jarinya, "ah, gue inget lo pernah senyum waktu ngeliat Namira, jangan bilang waktu itu lo udah suka sama Namira?" tanyanya.

Calvin mengingat saat Xavier tersenyum hanya karena melihat Namira lewat di depan matanya.

Waktu itu, Calvin tidak mencurigai Xavier karena berpikir dirinya yang salah lihat.

"Kalau bener berarti udah lumayan lama dong lo suka sama Namira?" tanya Calvin lagi.

"Sssttt! jangan keras-keras!" tegur Xavier tidak ingin Namira mendengar fakta itu.

Sebenarnya, selain karena Namira memiliki cita-cita yang harus digapai, Xavier juga tahu istrinya belum menerima perjodohan mereka. Namira pernah mengaku terpaksa menerima perjodohan mereka hanya karena tidak tahu caranya menolak keinginan kakeknya.

Selain itu, Namira juga seorang introvert dan Xavier tahu betul istrinya sangat butuh privasi sehingga memutuskan untuk pisah kamar. Bisa dibilang ini adalah cara Xavier membuat istrinya merasa nyaman hidup di rumah baru mereka.

"Kenapa? justru bagus kalau Namira tahu lo suka sama dia," ucap Calvin terlihat masa bodoh. Bahkan Calvin bisa saja berteriak memberitahu Namira tentang perasaan Xavier detik itu juga.

"Mending kita ke kamar, tidur," ucap Xavier mengakhiri obrolan mereka.

Bicara dan berdebat dengan Calvin selalu menjadi hal yang paling melelahkan, jadi lebih baik Xavier menghindarinya.

Lagipula, Xavier tidak ingin memberitahu lebih dalam tentang perasaannya terhadap istrinya, cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu itu.

Terpenting, Xavier tidak ingin Namira mengetahui perasaannya. Sementara kalau mereka terus mengobrol, Xavier tidak yakin Calvin tidak berisik.

"Merinding sumpah, gue mau tidur sama pengantin baru yang harusnya malam pertama sama istrinya," Calvin mengusap-usap pundaknya seolah Calvin benar-benar merinding.

Xavier yang melihat itu hanya memutar matanya malas tanpa memberikan tanggapan. Percuma juga menanggapi Calvin, hanya akan membuat Xavier lelah menghadapinya.

"Tapi lo beneran suka sama Namira, kan? lo gak mungkin modus dan suka sama gue?" tanya Calvin dengan wajah takut yang dibuat-buat.

Xavier mendecih tidak terima dengan tuduhan Calvin terhadapnya. Siapa juga yang modus dan menyukai Calvin? Xavier laki-laki normal!

"Lo bisa tidur disini kalau lo gak mau tidur sama gue," ucap Xavier enteng kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.

~ Bersambung

Bab 3

Calvin melotot menatap punggung Xavier yang semakin menjauh darinya. Xavier sepertinya lupa Calvin tuan muda yang biasa tidur di ranjang king size dan dilayani oleh banyak pelayan.

Calvin tidak mungkin tidur di sofa, badannya pasti akan pegal-pegal. Apalagi, sofa di rumah ini juga sempit, berbeda dengan sofa di rumah Calvin.

"Heh, tunggu!" Calvin dengan cepat mengejar Xavier, takut Xavier benar-benar serius menyuruhnya tidur di ruang tengah.

"Lo serius nyuruh tidur di ruang tengah?" tanya Calvin setelah berhasil berdiri disamping Xavier.

"Bukannya lo yang gak mau tidur di kamar?" Xavier membalikkan pertanyaan Calvin tanpa menghentikan langkahnya.

Calvin tidak menyangka selera Xavier dalam memilih rumah sangat buruk.

"Ya lagian, emang disini gak ada kamar lain? masa kita tidur berdua sih?" ucap Calvin membela dirinya sekaligus protes.

Xavier melirik Calvin sekilas.

"Gak ada, disini cuma ada dua kamar dan lo gak mungkin tidur sama istri gue," jawab Xavier seadanya. Rumah itu memang hanya memiliki dua kamar tidur.

Xavier dan Namira hanya tinggal berdua, untuk apa mereka kamar tidurnya banyak?

"Siapa juga yang mau tidur sama sepupu gue? kan lo bisa tidur sama sepupu gue, terus gue tidur sendiri," Calvin awalnya sangat percaya diri mengatakan itu, tapi nyalinya menciut ketika melihat tatapan Xavier.

Calvin tidak takut pada siapapun, tapi Calvin mengakui Xavier menyeramkan saat sedang marah dan akan jauh lebih baik Calvin mencari aman saja sekarang.

"Hehe iya, gue tidur sama lo aja," Calvin mendahului Xavier masuk ke dalam kamar setelah mengatakan itu.

Di dalam kamar, Calvin melihat kamar Xavier di dekorasi dengan warna hitam. Tidak heran, Xavier memang menyukai warna hitam, bahkan hampir semua bajunya berwarna hitam. Yang membuat Calvin heran dan tidak habis pikir, kamar ini tidak terlalu luas bahkan bisa dibilang jauh lebih kecil dari kamar Calvin.

"Lo gak salah pilih rumah, kan?" tanya Calvin tidak terbiasa dengan rumah kecil seperti rumah Xavier.

Hey! keluarga Xavier maupun Namira berasal dari keluarga konglomerat, kenapa Xavier tidak memilih rumah yang lebih layak untuk dihuni oleh orang-orang seperti mereka?

Sebenarnya, rumah Xavier tidak terlalu kecil, hanya saja tidak cukup besar dibandingkan rumah-rumah keluarga mereka. Minimal rumah mereka memiliki enam kamar tidur dengan kamar mandi di dalam masing-masing kamar dan ada paviliun dibelakang rumah. Calvin tidak percaya Xavier memilih rumah seperti ini untuk ditinggali.

"Namira gak mau pake asisten rumah tangga," jawab Xavier. Tanpa dijelaskan, Calvin langsung mengerti kemana arah pembicaraan Xavier dan alasan Xavier memilih rumah ini.

Namira cucu diamond grup sama seperti Calvin, tapi Namira suka melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan beres-beres. Kadang saat pertemuan keluarga saja kakek mereka capek meminta Namira untuk tidak membantu pelayan.

"Thanks," ucap Calvin membuat Xavier tiba-tiba merinding.

Seorang Calvin mengucapkan terimakasih adalah sebuah keajaiban dan sekarang Xavier mendengar kalimat itu keluar dari mulut Calvin.

"Kenapa lo tiba-tiba bilang makasih?" tanya Xavier yang langsung sedikit menjauhkan tubuhnya dari Calvin.

Sedikit perubahan dari seseorang adalah hal yang harus di waspadai, apalagi kalau orang itu Calvin.

"Gue harus bilang makasih karena lo udah peduli sama sepupu gue," ucap Calvin seadanya. Calvin benar-benar berterimakasih karena Xavier peduli terhadap sepupunya.

"Jujur, waktu kalian dijodohin gue udah bayangin suatu hari nanti kita bakalan ribut karena lo nyakitin sepupu gue," ucap Calvin mengutarakan apa yang sempat dirinya pendam saat mengetahui sepupunya dijodohkan dengan sahabatnya sendiri.

Xavier adalah sahabat yang baik, dalam artian dia selalu peduli terhadap orang terdekatnya meskipun sikapnya dingin dan arogan.

Tapi, sahabat yang baik belum tentu bisa menjadi pasangan yang baik. Justru Calvin takut sikap dingin dan arogan Xavier akan melukai Namira.

Bukan bermaksud overthinking, kenyataannya banyak laki-laki yang baik terhadap temannya namun jahat terhadap pasangannya sendiri.

"Lo pikir gue bakal nyakitin Namira?" tanya Xavier tidak menyangka sahabatnya berpikir seburuk itu tentang dirinya.

Kalau boleh jujur, setiap kali Xavier melihat Namira sendirian, rasanya Xavier ingin sekali melindungi dan menjaga perempuan itu.

Bahkan saat momen Xavier tidak sengaja melihat Namira seperti dikucilkan oleh teman kampusnya karena dianggap sombong dan terlalu memilih teman hanya karena Namira berasal dari keluarga kaya, Xavier ingin membelanya saat itu juga.

Tapi, sebagai ketua geng Orion yang setiap pergerakannya akan menjadi sorotan di kampus, Xavier tidak melakukannya. Bukan karena takut penggemarnya bubar, justru Xavier takut hidup Namira tidak tenang karena penggemarnya.

"Ya, muka lo aja gitu gimana gue gak mikir lo bakal nyakitin Namira?" Calvin berbicara tanpa ragu, sesuai dengan yang dipikirkannya tentang Xavier.

Mereka sudah lama bersahabat dan sudah mengenal satu sama lain. Calvin tahu Xavier gampang terpancing emosi dan suka main kekerasan. Wajar kalau Calvin khawatir.

"Lo bisa bunuh gue kalau gue berani nyakitin sepupu lo."

~ Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!