NovelToon NovelToon

Dihamili Adik Dinikahi Sang Kakak

Gara-gara Menolong Anak Tetangga

“Luka apa ini?” tanya gadis cantik itu mengusap  tangan kurus seorang anak.

“Tante,” suara kecil terdengar dari bibir Almira.

“Iya.”

“Aku lapar, boleh aku minta satu roti.”

“Oh, iya ampun.”

“Ini buat kamu saja,” ucapnya  tidak lupa juga ia memberinya minum.

“Tante, aku harus pergi dari sini, nanti Ibu marah lalu ikut marah sama tante,” ujar Almira dengan suara  kecil. Saat wajahnya dibersihkan ternyata ia seorang anak perempuan berwajah cantik dan  memiliki mata yang sangat indah khas orang timur tengah.

‘Ya Allah dia sangat cantik, kenapa ibunya mau menyakiti  anak secantik ini’ Jihan membatin

Baru saja Jihan ingin menganti pakaian, Almira ketukan pintu yang sangat keras mengagetkannya. Ia yakin, orang yang mengetuk pintunya bukanlah orang yang sabar.

“Almira! Keluar kamu!” panggil seorang wanita dari balik pintu.

Jihan berdiri lalu membuka pintu , belum juga dipersilahkan masuk, wanita berambut pirang itu menyosor masuk. Mata Jihan membesar sempurna  melihat kelakuan tetangganya tersebut.

“Bangun Kamu!” Ia membangunkan anak malang itu dengan kakinya.

“Astagfillahaladzim. Bu, jangan memperlakukan anak kayak begitu,” tegur Jihan dengan lembut.

“Diam Lu, apa urusannya sama kamu! ini anak gue, main bawa-bawa aja,, penculik anak lu, ya!” bentaknya dengan kasar.

Gadis cantik berhijap itu kembali dibuat kaget dengan sikap tidak sopan wanita tersebut, “saya hanya menolongnya loh, Bu,” ujar Jihan masih dengan suara lembut dan sabar.

“Tidak usah sok baik deh,” ledeknya dengan tatapan sinis.

‘Ada apa dengan wanita ini’

“Almira tadi pingsan Bu, dia lapar katanya.” Jihan masih berusaha menjelaskan situasi  Almira.

“Mau pingsan Kek,  mau mapus kek bukan urusanmu. Urus dirimu sendiri.”

Lalu ia menarik tangan Almira dan memaksanya untuk berdiri, tubuh lemah tak berdaya itu hanya bisa pasrah. Ia hanya bisa menangis sembari menatap Jihan dengan tatapan sendu, seolah-olah ia memohon untuk diselamatkan.

“Bu, jangan seperti itu dia masih sakit.” Jihan mencoba menahan tangan Santi.

“Biarin! Lepas!” Ia mendorong tubuh Jihan sampai terhuyung ke belakang.

Lalu menyeret tangan Almira dengan kasar, wanita tidak punya hati itu tidak memperdulikan rasa sakit di tangan anak malang tersebut.

“Tega sekali wanita ini. Binatang sekalipun tidak akan menyakiti anaknya,” ujar Jihan

Mendengar hal itu, wanita setengah waras itu  mengambil tempat sampah dan melemparkan ke depan Jihan. “ Kamu yang binatang!” teriaknya tanpa malu.

“Astagfillahaladzim, orang -orang seperti ini layaknya di penjara,” ujar Jihan sembari membereskan sampah yang dilempar wanita gila tersebut.

“Nah, saya bilang juga apa, wanita rada gila,” bisik tetangga samping Jihan

“Iya Bu saya kaget.” Jihan masih mengusap dada.

“Gitu Neng … bukannya kita gak mau bantuin, kalau kita bantuin yang ada kita yang dimaki-maki diteriaki sama dia.  Wanita itu rada sinting,” bisik  seorang ibu lagi.

“Kenapa tidak lapor pak Rt saja Bu. Itu kekerasan anak bisa dipidana,” tutur Jihan.

“Kita sudah bolak balik bilangin sama RT, RW malah kita yang dilaporkan ke polisi.”

“Lalu?” Jihan penasaran.

“Kagak mau lagi. Buat apa, kalau kita yang jadi tersangka,” ujar seorang Ibu.

“ Sudah Neng, abaikan saja dari pada kamu dimaki-maki kayak tadi lagi,” nasihat ibu-ibu tetangga  baru Jihan.

“Memang sudah sering Bu, dia diperlakukan seperti itu?”  Jihan masih penasaran. Jihan gadis  yang cantik, baik dan berhati lembut

Tidak lama kemudian suara tangisan minta ampun terdengar dari  dalam rumah Almira. Wanita gila itu memukuli Almira, mendengar itu semua para tetangga seolah-olah tidak mendengar tangisan pilu dari Almira. Mereka melakukan pekerjaannya dengan biasa. Sementara Jihan yang memiliki hati selembut sutra menangis mendengar  suara tangisan anak malang itu.

‘Apa yang harus aku lakukan, tidak tega rasanya membiarkan anak tidak berdaya itu disiksa’

Saat semua orang memilih bersikap tidak peduli, tetapi tidak untuk Jihan dengan berani ia  mendorong pintu rumah Almira dan menyeret Santi keluar.

“Apa yang kamu lakukan, Bodoh!” teriak wanita gila itu dengan marah, ia bahkan ingin memukul Jihan dengan sapu.

Beruntung kekasih Jihan datang, pria itu menahan tangan Santi. “Ibu  berhenti. Astagfirulahaladzim Bu, jangan kasar seperti itu,” ujar Fahar dengan sabar.

“Anjiang kalian! Keroyokan kalian, ya!” Wanita itu semakin menggila saat Fahar menahan dan menghalanginya supaya jangan memukul Jihan. Segala kebun binatang keluar dari mulutnya. Tapi Jihan tidak menjawab ia memilih mengendong Almira.

“Istigfar Bu, jangan bicara kasar seperti itu,” bujuk Fahar, ia masih membujuk Santi supaya jangan marah. Ia juga membacakan beberapa ayat-ayat alquran  untuk menenangkan Santi yang kesetanan. Bukannya tenang setan dalam dirinya seolah kepanasan dan berontak,  ia  sampai meludahi Fahar meminta lelaki yang selalu mengenakan kopiah putih itu untuk diam.

“Kalian akan saya laporkan ke polisi dengan tuduhan penculikan  anak” teriak Santi . Wanita itu semakin marah saat Jihan membawa Almira ke rumahnya. Wanita itu pergi melapor ke polisi.

“Biarkan saja,” ujar Jihan tidak merasa takut.

“Ji! Ada apa sebenarnya?” tanya Fahar, ia belum tahu letak permasalahanya.

“Ibu itu memukuli anak ini sampai babak belur.”

Fahar, menggeleng kecil. “ Ji, kamu ikut campur lagi masalah orang lain.”

“Mas, ini anak kecil  yang tidak berdaya.”

“Kamu baru pindah ke sini tapi sudah dapat masalah. Berhenti terlalu mencampuri urusan oranh lain Ji,” nasihat Fahar pada kekasihnya.

“Mas, menolong sesama manusia itu perbuatan yang baik.”

“Baik sih, baik . Tapi kalau sampai lapor ke polisi repot urusannya.”

Jihan bukan sekali dua kali membantu anak korban kekerasan anak, membuat sang kekasih merasa lelah menasihatinya. Bahkan sduah sering berurusan  dengan polisi karena selalu melibatkan dirinya membantu anak-anak korban kekerasan.

                     *

Saat sedang membersihkan luka di tangan Almira. Santi datang bersama  ketua RT dan RW.

“Ini, lihat Pak pasangan ini ingin menculik anak saya,” tuduh Santi menunjuk Jihan dan Fahar.

Jihan tidak ingin di tuduh jadi penculik, ia berdiri dengan sopan. Lalu menjelaskan  kejadian yang sebenarnya, “saya hanya menyelamatkan dari ibunya.”

“Mbak, baru pindah ke sini kan? Kalau baru pindah jangan  cari masalah lah,” ujar pak RT. Ia tahu karena kemarin Jihan baru saja laopor ke Rt  sebagai pendatang baru di lingkungan itu.

Mendengar hal itu Jihan kaget dan ripleks memundurkan kepalanya kebelakang. “ Pak ini bukan kita baru atau lama,  kalau ada yang butuh bantuan, masa kita gak bantu. Ini anak-anak loh Pak.”

“Bu, Santi  ibunya dia hanya mendidik putrinya,” sambung lelaki di sampingnya. Lelaki yang mengaku sebagai kepala RW setempat.

Wajah Jihan langsung mengeras saat kedua lelaki yang menyebut diri mereka pelayanan masrayakat tetapi nyatanya mereka tidak membantu apa-apa.

“Mendidik Bapak bilang? Dia menyiksa anak ini loh Pak. Ibu-ibu ini saksinya.” Jihan melihat ibu -ibu yang berdiri di sana. Tapi sayang  mereka tidak ada yang membantu dan tidak ingin mendapat masalah.

“Mana? Tidak ada yang melihat. Sudah Mbak jangan urusin keluarga orang lain. Mas tolong temannya diingattin jangan membuat masalah di lingkungan ini,” ujar Pak Rw.

‘Astaga mereka ini manusia apa bukan sih?’ Jihan sangat geram.

“Kamu akan saya laporkan ke polisi,” ancam wanita gila itu dengan marah.

“Silahkan saya tidak takut,” justru Ibu yang saya penjarakan nanti karna meyiksa anak,” ujar Jihan tidak merasa takut.

Ia masih ingin berdebat dengan kedua lelaki yang mengenakan topi tersebut, tetapi  Fahar menahan Jihan, ia  ikut-ikuttan kesal pada Jihan.

“Sudah Ji. Cukup! Aku capek mengurusin hal beginian terus menerus. Kamu pindah ke tempat baru ini, karena kamu melaporkan seorang bapak yang memukuli anak-anaknya. Sekarang kamu didatangi RW dan RT karena ikut campur saat seorang Ibu mendididik anaknya. Aku capek mengurus kamu.” Lelaki itu marah lalu pergi meninggalkan Jihan.

 Saat menjelang sore, tanpa diduga polisi datang lalu membawa Jihan ke kantor polisi dengan tuduhan pemukulan dan penculikan anak.

Bersambung

Bantu like untuk karya baruku lagi ya akak-akak

,

Berurusan Dengan Polisi

Dikantor polisi Jihan  digodain para polisi, ternyata semua polisi di sana sudah kenal dengan Jihan. Ini bukan kali pertama gadis cantik itu berurusan dengan polisi.

“Ji, karena apa lagi sekarang?” tanya polisi yang terlihat sudah berumur.

“Biasa pak tentang anak,” sahut polisi yang duduk di depan computer sambil mengetik.

“Anak siapa lagi sekarang Jihan? Anak tetangga, anak RT atau anak Pak RT?”

Jihan hanya tersenyum kecil mendengar candaan para polisi padanya, ia juga tidak mau bolak balik berurusan dengan polisi, tapi hatinya yang baik tidak mau melihat anak-anak tidak berdaya disakiti.

“Jihan saya sudah menulis laporan tentang kamu, tapi … kekasihmu menolak menjamin  dirimu . Jadi, kamu tidak bisa bebas kalau tidak ada yang menjamin. Siapa yang akan kita telpon?”

Jihan tidak menjawab, ia menidurkan kepalanya di atas meja sembari berkata dengan suara kecil, “aku hanya menolong mereka.”

“Jihan tidak semua niat baik kita diterima sama orang,” ujar polisi senior.

“Masak kita diam ,Pak.” Jihan mendongak menatap polisi.

“Ada cara lain Jihan. Lapor polisi. Ini kamu minum dulu.” Polisi itu justru sangat akrap dengannya.

“Lalu siapa yang akan menjamin kamu Ji atau kamu akan menginap di sini malam ini?” tanya Theo polisi yang memeriksa Jihan.

“Jangan Pak, besok saya kuliah.”

“Hmm … orang tua tidak ada, keluarga tidak ada di sini, kekasih juga tidak mau menjamin lalu Bagaimana, Ji?” tanya Theo lagi.

Tidak lama kemudian seorang polisi bertubuh tinggi  tegap masuk.

“Pak Rafan istrimu ni,” ujar mereka semua saat seorang polisi tampan  itu masuk.

“Aku bukan istrinya Pak.” sahut Jihan dengan tatapan memelas.

“Loh, setiap kali kamu dibawa ke sini dia akan selalu menjamin kamu pulang.”

“Dia hanya anak Bosku kerja Pak,” ujar Jihan dengan menundukkan kepala.

Ruangan itu semakin banyak anggota polisi, mereka habis pulang tugas mengawal  demo. Polisi, polisi  yang masih mudah itu menahan senyum saat Jihan di candaain sama Theo.

“Kalau tidak … Kamu menikah saja sama Rafan, jadi setiap kali kamu ada masalah sudah ada yang menjamin di sini,” goda Theo lagi.

“Aduh Pak, jangan bawa-bawa Pak Rafan terus terus aku merasa tidak enak,” bisik Jihan sambil bersungut,  wajahnya benar-benar  tidak enak.

Lelaki yang diomongin hanya diam, duduk sembari memainkan ponsel di tangannya. Ia seolah-olah tidak terusik saat dirinya disangkut pautkan dengan Jihan.

“Ji, kamu menikah denganku saja. Kita bikin anak yang banyak biar kamu tidak gangguin anak orang,” ujar Bram polisi  berpakaian intel itu duduk di didekat Theo.

“Berisik Bapak,” ujar Jihan kesal.

“Iya Benar. Kekasihmu tidak mau menjamin kamu lagi, dia sudah capek katanya urusin masalah kamu,” ujart Theo menunjukkan ponselnya.

Mendengar kekasihnya tidak mau membantu, Rafan menoleh sekilas lalu menyibukkan diri memainkan ponselnya lagi. Jihan mencoba menelepon  Fahar tetapi panggilan darinya diabaikan. Ia tidak punya pilihan lain, terpaksa menelepon anak Bu Bos. Ia melirik Rafan dengan sikap ragu-ragu ia menelepon, ternyata pulsanya habis dan ponselnya kehabisan daya.

“Astaga,” rutuk Jihan sembari menenggelamkan kepalanya diatas lengan di atas meja.

“Kenapa Ji, ponsel kamu mati? Ini pakai hapeku saja, tidak usah nangis, besok-besok jangan datang lagi ke sini sebagai terlapor. Datang ke sini bawa undangan pernikahan, undang kita,” ujar Theo.

“Iya benar itu, akan lebih bagus lagi kalau menikah denganku atau dengan Rafan,” goda Bram lagi.

“Iya Pak,’ jawab Jihan sembari merapikan hijap yang ia pakai.

Saat ingin menelepon, ternyata  nomornya lupa. Jihan bigung,  Rafan ingin bergegas pulang Jihan menghampiri.

“Pak Rafan, tunggu.”

“Rafan, istrimu manggil,” ujar Theo bercanda lagi.

“Jangan Pak Rafan dong, sayang gitu,” ledek ujar polisi yang lainya.

 Kelakuan Jihan membuat rekan-rekan Rafan meledek mereka lagi.  Rafan menanggapinya dengan tenang, “Ada apa?” tanya Rafan dengan tatapan datar.

“Boleh aku pinjam ponsel Bapak, Hapeku habis daya.” Rafan menatap ponsel Theo yang dipegang Jihan. “Oh, nomornya tidak ada di sini, aku mau … minta tolong sama Kak Dila,” ucap Jihan dengan suara pelan.

Dila anak bosnya , tak lain kakak Rafan juga. “Ini.” Rafan menyodorkan ponsel miliknya.

“Aku bilang juga apa, ujung-ujungnya suaminya juga yang paling dibutuhkan.”

‘Para polisi  ini, bisanya hanya bisa meledek saja’ umpat Jihan kesal .

Sebenarnya tidak enak sama Rafan, setiap kali ia ada masalah Jihan akan meminta bantuan Bosnya bekerja dan Nyonya bosnya tersebut akan menelepon Rafan putranya yang kebetukan bekerja di kepolisian.

Tidak lama kemudin dokter berwajah cantik itu datang, “Ji, ada apa?”

Mata para polisi itu langsung melonggo saat seorang wanita cantik datang. Mereka bahkan tidak tahu kalau wanita yang berprofesi sebagai dokter itu adik dari Rafan

“Kak Dila, maaf aku menganggu Kakak.”

“Tidaka apa-apa kebetulan mau lewat sini, aku mau pulang juga tadi.”

“Ini siapa yang menjamin?” tanya Theo.

“Saya Kakaknya Pak, adik Rafan.”

“Oooh,” suara para polisi itu serentak sembari menatap Rafan, “ Kakak Ipar,” ujar Theo lagi.

“Ah, kakak Ipar?” Dila menatap mereka dengan wajah bigung, para polisi itu kebanyakan bercanda. “memang Mbak gak tau kalau Jihan istri  Rafan di kantor ini. Hampir tiap minggu Jihan datang ke sini melihat Rafan,” ujar Theo.

“Iss! Bapak Fitnah aja,” ujar Jihan kesal.

Dila akhinya mengerti apa yang dimaksud sama  rekan abangnya. Jihan beberapa kali berurusan dengan polisi yang menjamin pasti Rafan. Ia tertawa melihat wajah Jihan yang kesal sementara Rafan seperti biasa akan bersikap coll diam dan tidak banyak bicara alias kulkas dua pintu. Setelah ada penjamin Jihan akhirnya diperbolehkan pulang.

“Ji, kamu gak menginap di kantor polisi saja temanin kita bertugas,” ujar Theo lagi.

“Tidak usah. Bapak berisik.” Theo tertawa ngakak.

“Besok-besok jangan datang ke sini lagi ya, Ji.”

“Iya, saya datang nanti, sebar undangan menikah,” ujar Jihan sembari mendengus kesal.

 Mereka semua tertawa. “Iya begitu dong,” canda Bram.

Saat ingin keluar dari ruangan Dila menatap sang Kakak.

“Kak Rafan pulang kan, kita baren saja bawa mobilku.” Dila melempar kunci mobil pada sang kakak yang berdiri diam sedari tadi.

“Aku pulang duluan saja kak Dila, terimakasih banyak, aku minta maaf merepotkan terus menerus.”

“Eh mau kemana? Kita pulang bareng kita mau antar. Kata Ines kamu pindah kontrakan ya? Ayo kami antar biar tau tempat kamu yang baru.” Gadis cantik itu memaksa Jihan masuk ke dalam mobil.

“Iya Kak Dila, aku sudah pindah.”

“Eh, kenapa harus ngontrak rumah sih. Kenapa tidak tinggal di rumah kami. Umi juga sudah  berapa kali nawarin kamu tinggal di sana, bisa berangkat kerja  bareng Umi dan yang lainnya,” ujar Dila.

“Tidak enak Kak.”

“Gak enak bagaimana? Karyawan yang lainnya tinggal di rumah.”

Melihat tatapan dingin Rafan, Jihan ingin rasanya menghilang dari sana secepatnya. Tetapi Dila memaksanya masuk ke dalam mobil dan berniat mengantarnya ke kontrakan. Dalam mobil Jihan ingin menjelaskan alasan  dirinya dibawa ke kantor polisi lagi.

“Pak Rafan, saya kekantor polisi lagi karena-”

“Saya tidak nanya,” potong pria itu dengan ketus.

Seketika wajah Jihan  merah menahan malu di depan Dila

 Bersambung

Bantu like ya

Ternyata sahabatku dan Kekasihku Berselingkuh.

Setelah diantar kekontrakan Jihan duduk diam dalam kamar.

Setelah Fahar marah Jihan memikirkan perkataan sang kekasih masalah yang satu juga belum selesai ditempat yang lama, ia sudah menambah masalah di tempat yang baru.

“Baiklah, aku harus pergi dari sini dulu. Aku akan menginap di rumah Atika.”

Ia menelepon sahabatnya Atika.

“Ini malam minggu kenapa kamu harus ke sini?” tanya Atika keberatan.

“Aku tidak akan menganggu malam minggumu. Aku ingin curhat. Fahar marah denganku jadi aku harus kemana lagi?”

Mendengar Jihan bertengkar dengan Fahar, wanita itu memperbolehkannya datang ke kontrakannya.

Tidak ingin menambah masalah dalam hidupnya, Jihan memilih menginap ke rumah sahabatnya Tika. Kalau ia tetap tinggal di kontrakannya yang baru ia pasti tidak tahan melihat wajah Santi. Tiba di sana ia lagi-lagi mendapat ceramah dari Atika.

“Kenapa lagi sih, Ji?” tanya Tika, ia meletakkan gelas air dingin di depan Jihan.

“Aku benci pada wanita itu, dia tega memukuli anak  sekecil itu,” ujar Jihan geram.

“Ji, sudah jangan membuat masalah lagi. Kamu tidak lelah berurusan dengan hukum mungkin polisi sudah hapal dengan wajahmu. Aku tahu kamu hanya berniat baik, tapi tolong jangan mengurusi semua masalah orang lain,” ujar Tika menasihati sang sahabat.

“Aku gak bisa berdiam diri saat melihatnya Ti, hatiku  tidak tenang jika aku mengabaikan  hal seperti itu.”

Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur lipat di kontrakan Artika.

“Tapi kamu  juga baru dapat masalah karena itu Ji, bos kita sudah mengingatkan kamu jangan membuat masalah lagi. Bos juga sudah capek bolak -balik  mengurus kamu.”

“Baiklah. Aku capek ingin tidur.” Jihan merebahkan tubuh diatas kasur lipat milik Tika, ia bangun saat meniduri sesuatu. “Ini topi Fahar kenapa di sini?” tanya Jihan.

“Ah, Mana?”  Tika menoleh, “Oh kemarin ketinggalan di kerjaan saat mereka antar barang jadi aku bawa pulang,” ucap wanita itu dengan gugup.

“Oh.” Jihan menyimpan topi sang kekasih dalam tas, rencananya akan dikembalikan nanti saat mereka sudah bertemu. Ia juga berniat meminta maaf dan berbaikan dengan Fahar.

Jihan, Tikan dan Fahar  berasal dari kampung yang sama bahkan sudah berteman saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas dan sama-sama merantau dan bekerja di tempat yang sama juga.

“Kalau kamu ingin tidur, tidur duluan saja. Aku mau angkat telepon dulu.” Tika keluar dan mengangkat telepon.

Saat Tika masuk Jihan belum tidur.” Telepon dari siapa? Kok kamu kayak orang panik begitu. Pacar baru kamu ya?” goda Jihan bercanda.

“Tidak , Om dari kampung,” bantah Tika dengan panik ia seperti menyembunyikan sesuatu.

Jihan tidak curiga, karena ia percaya pada sahabat dan kekasihnya.

                         *

Setelah menenangkan diri menginap di rumah , saat masih pagi ia pulang kembali ke kontrakannya. Berniat membereskan pakaian yang kemarin belum sempat ia susun.

“Teteh dari mana, kok gak pulang tadi malam?” tanya tetangga sebelah.

‘Eh, kepo mau tau aja urusan orang’ Jihan masih merasa kesal pada Ibu-ibu tetangganya yang tidak mau membela dirinya saat di sudutkan Pak Rt.

“Dari rumah teman Bu, nginap di sana,” jawab Jihan dengan wajah datar.

 Lalu merongh-rongoh ke dalam tas tapi tidak ada kunci. Ia mencari ke semua tempat tapi tidak ada. Ternyata ketinggalan di rumah Tika.

Ia kembali ke rumah Tika menggunakan ojek online, ia berpikir Tika masih tidur jadi tidak ingin mengendor-edor, ia membuka pintu dengan pelan dan  beranjak ke depan televisi karena kunci ia letakkan di sana. Saat sedang mengambil kunci, ia mendengar.

“Sayang pelan-pelan, sakit tau,” ujar Tika dengan nada manja.

“Tika sama siapa?” Jihan membatin.

Ia meningintip dari celah pintu, alangkah terkejutnya Jihan  melihat Fahar sedang  diatas tubuh Atika, tubuh keduanya sama-sama tidak berpakaian. Ia bahkan  masih melihat dengan jelas bagaimana sang kekasih menghentakkan panggulnya kebagian tubuh Atika.

‘Astagfirullahaladzim, Fahar?’

Jihan membekap mulutnya sendiri dan mundur. Tapi tiba-tiba otaknya berpikir cerpat, ia mengarahkan camera ponselnya kecela pintu. Lalu  keluar dari rumah Atika dengan hati yang hancur.

Ternyata sahabat dan kekasih yang ia percaya selama ini, menghianatinya dirinya . Jihan mengusap air matanya sembari berjalan tanpa arah.

Sementara Atika dan pria itu masih mengarungi lauttan hasrat terlarang.

Fahar lelaki yang terlihat alim itu masih menekan tubuhnya dengan irama yang pelan.

“Sayang, apa sakit?” tanya Fahar melihat Atika mengigit bibir bawahnya.

“Tidak enak sekali,” bisiknya dengan suara parauh.

“Ayo cepat kita selesaikan sebelum ada yang melihat,” ujar Fahar.

“Kamu takut sama, Jihan?” tanya Atika mendengus manja.

“Tidak, aku lelah dengannya. Jangan menyebut namanya lagi.”

“Baiklah sayang. Tapi kapan kamu akan putus dengannya, kita harus menikah, nanti kalau aku hamil bagaimana?”

“Jangan khawatir, aku akan memutuskannya,” ujar Fahar menghentakkan panggulnya dengan tempo yang lebih cepat ia merasa  tubuhnya menegang dan akhirnya memumpahkan lahar panas di  bagian tubuh Atika.

Ia menarik tubuhnya dan  buru-buru membersihkan diri sebelum tetangga memergoki mereka berdua. Di kamar mandi Atika  ternyata masih  merayu Fahar untuk mandi bersama.

“Sayang gosok punggungku,” ujar Atika masih dengan gayanya yang manja.

“Ti, nanti tetanggamu datang.”

“Tenang saja , tidak ada siapa-siapa. Mbak Lala dan suaminya pulang. Bu  Dinar lagi ke undangan malam baru pulang.”

“Kamu yakin, tidak ada orang?”

“Tenang saja Sayang tidak ada.” Ia kembali meraih bibir Faruh dan kembali mencoba membangunkan junior milik Fahar. Ia berjongkok di antara kaki Fahar.

Setiap kali Atika melakukan servisan seperti itu Fahar langsung kelepak-kelepak dan tercandu-candu.

******* panjang  dan mata meram melek di lakukan Fahar, ia berpengan erat pada tembok kamar mandi *******-******* terlarang itu bahkan sampai keluar kontrakan  hanya saja semua tetangga Atika tidak ada di rumah maka tidak ada yamg mendenagar.

“Apa kamu menyukainya?” tanya Atika mengarahkan ujung lidahnya untuk membersihkan lelehan di ujung bibirnya.

“Sa-sangat suka sayang. Jihan si bodoh itu tidak pernah mau melakukannya denganku . Kamu yang terbaik, sayang,” sahut Fahar dengan suara terbata-bata.

“Mau lagi?” tanya gadis nakal itu sembari mendorong tubuh Fahar ke tembok.

“Mau, sangat mau.”

Mereka berdua kembali melakukannya di kamar mandi. Puas  melakukan dosa kedua insan durzana itu kembali bersikap sok alim.   Atika mengatakn kalau Faruh adalah kakak sepupunya sekaligus guru ngaji  untuknya. Jadi  orang-orang tidak ada yang curiga karena keduanya terlihat baik.

Bersambung

Jangan lupa berikan  like, komen   ya kakak terimakasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!