Ditepi sungai banyak warga yang berkerumun melihat jasad seorang laki-laki yang sudah termutilasi, satu kaki dan satu tangannya hilang. Jasad tersebut bukan orang dari tempat tersebut. Ada yang mengira bahwa jasad tersebut, sengaja di letakkan di tempat itu, hanya untuk menakut-nakuti warga sekitar.
"Ya Allah kejam sekali orang yang sudah membunuh mayat tersebut." ucap salah satu warga yang melihat.
"Aku menjadi takut keluar." ucap salah satu warga lainnya.
"Semoga saja, kasus ini dapat diusut tuntas, supaya tidak menjadikan warga semakin takut." ucap salah seorang laki-laki.
Mobil Polisi kemudian datang dan mengolah TKP, warga sekitar dilarang mendekat. Dan jasad korban dimasukkan kedalam sebuah wadah khusus mayid. Lalu di bawa ke Rumah Sakit untuk diotopsi.
Daniel yang merupakan salah satu warga tersebut, heran dengan banyaknya warga dan Polisi di TKP, karena ia baru pulang dari kerja.
"Maaf pak, ini ada korban kecelakaan ya?" tangan Daniel menepuk pundak salah satu warga yang sedang melihat.
"Tidak Daniel, ini lebih mengerikan lagi, karena jasad korban tersebut termutilasi. Hiiihhh aku jadi begidik ngeri." jawab Bapak tersebut.
"Kenapa akhir-akhir ini banyak penemuan jasad seperti itu ya? Aku jadi penasaran dengan pelakunya." batin Daniel beranjak pergi dari tempat tersebut.
Di tempat lain seorang laki-laki bernama Wahyu sedang menefon seseorang. Ia membahas mengenai rencana pembunuhan selanjutnya.
"Iya, aku sudah menyelesaikan tugas yang diberikan. Sekarang, berapa gaji yang akan aku terima?" tanya Wahyu dari telfonya.
"Nanti kamu melihat sendiri, dan aku akan segera mentransfernya." jawab suara wanita dari balik telfon.
"Baiklah. Aku akan menunggunya." Wahyu kemudian menutup telfonnya.
...*******...
"Sekarang aku akan membuat kalian semua menyesal, dan akan terus aku teror dengan karya-karya terbaikku. Hemhemhem." batin wanita yang barusan ditelfon Wahyu di dalam rumahnya.
Wanita tersebut bernama Sisila, ia merupakan warga desa tersebut yang ingin membalaskan dendam kepada warga yang sudah menghina dirinya dan juga keluarganya. Sampai pada akhirnya, keluarganya harus di asingkan karena kesalahpahaman.
Flashback
Dulu, dimalam hari, pernah terjadi kejadian kebakaran yang menewaskan seluruh penghuni rumah, yaitu Suami, Istri dan kedua anaknya, karena mereka semua tengah tertidur pulas. Ibu Sisila yang bekerja sebagai ART di rumah tersebut, dijadikan tersangka oleh para warga, sampai harus di arak kampung dan dipermalukan dengan cara merobek pakaian yang dikenakan oleh Ibu Sisila. Ibu Sisila hanya menangis karena bukan ia pelakunya.
"Aku mohon jangan hukum aku .. aku tidak bersalah." ucap Ibu Sisila menangis ketakutan.
"Alah! dulu, kamu pernah berkata bahwa kamu tidak suka dengan majikanmu yang galak itu, pasti kamu kan yang sudah merencanakan pembunuhan tersebut?" ucap salah satu teman ART Ibu Sisila yang berkhianat dan iri dengan penghasilan Ibu Sisila.
"Demi Allah, aku tidak tau apa-apa dengan kejadian ini..aku sendiri hendak menolong majikanku saat mendengar suara ledakan yang aku dengar, karena rumahku memang tidak jauh dari rumah majikanku." jawab Ibu Sisila menegaskan.
Namun, para warga malah percaya dengan ART pembohong dan mengarak Ibu Sisila keliling kampung dengan pakaian yang sudah sengaja di robek oleh warga. Sisila yang waktu itu masih kecil, melihat ibunya diperlukan seperti itu, mulai membenci para warga, sedangkan Ayahnya Sisila mendekati para warga dan membujuk mereka supaya tidak melanjutkan hukumannya, tapi bukannya mereka berhenti, para warga malah memukul Ayah Sisila bersama dengan Ibu Sisila, setelah itu, para warga meninggalkan mereka berdua yang kesakitan menahan tubuhnya yang terluka. Ibu dan Ayah Sisila kembali ke rumah dengan lemas, sedangkan Sisila hanya bisa menangis melihat kondisi kedua orang tuanya yang terluka akibat perbuatan para warga. Semenjak kejadian itu, Sisila menjadi anak yang pendiam dan dingin, serta memiliki imajinasi kekerasan yang mulai tercipta saat masih kecil. Di sekolah pun Sisila, dianggap aneh oleh gurunya, karena Sisila kerap kepergok bicara sendiri.
"Sisila sedang bicara dengan siapa? aneh." batin salah satu Guru Sisila dari kejauhan.
...******...
Sisila lalu berdiri dan berniat untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya. Ia keluar dari rumah, dan berjalan menuju TPU, walau harus di lihat aneh oleh orang lain yang melihatnya. Sisila menatap sinis terhadap orang lain yang melihatnya itu.
"Hey lihat, si aneh keluar dari rumahnya, kira-kira mau kemana?"
"Paling mau semedi di goa dalam hutan. hahahaha"
Sisila menoleh ke arah orang tersebut dengan sinis, sehingga membuat mereka berdua menjadi takut dan pergi. Selain niatnya untuk membalas dendam, Sisila juga mempunyai pekerjaan sampingan, yaitu membuat gambar menarik di aplikasi, kemudian ia jual lewat internet dan sudah banyak peminatnya, sehingga walaupun ia hidup sendiri, ia tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Sesampainya di TPU.
"Ma Pa, aku janji, aku akan terus meneror para warga, agar mereka tau seberapa hebat keluarga kita." ucap Sisila menidurkan kepalanya di atas makam ayah dan ibunya.
"Humhh... ternyata si.. Sisila orangnya menepati janji." batin Wahyu setelah mengambil uang di ATM sebentar Rp 4.000.000,-
Tiba-tiba ada sekelebat bayangan hitam lewat di hadapannya.
"Apaan tadi itu... kenapa tiba-tiba bulu kudukku jadi merinding seperti ini... waktu juga hampir magrib seperti ini, aku harus cepat pergi dan pulang dari tempat ini." ucap Wahyu mengelus leher belakangnya, ketika Wahyu memulai ancang-ancang untuk lari, tiba-tiba kaki ia seperti ada yang menarik, dan saat ia melihat siapa yang menarik kakinya dengan rasa takut, ia melihat sesosok hantu yang sudah ia bunuh waktu itu. Wahyu lalu meminta maaf, dan mengompol dicelana karena saking takutnya. Tapi hantu tersebut merangkak naik ke tubuhnya dan hendak mencekik leher Wahyu dengan satu tangannya. Namun Daniel dan kedua temannya yang hendak ke Masjid, melihat Wahyu sedang sekarat, lalu menghampirinya dan membantu Wahyu.
"Wahyu sadar Wahyu.." ucap Daniel menepuk pipi Wahyu. Wahyu pun sadar.
"Kamu kenapa Wahyu?" tanya salah satu teman Daniel.
"Tadi aku melihat hantu..." ucap Wahyu lalu lari ngibrit dari tempat tersebut.
Sesampainya di rumah, Wahyu kemudian pergi untuk mengambil air wudhu, tapi sekelebat bayangan hitam terlihat di belakang Wahyu yang sedang wudhu. Ketika Wahyu selesai wudhu dan berbalik badan, ia terkejut karena saat melihat hantu itu lagi dan berada tepat di depannya, lalu mencekik leher Wahyu lagi, tapi Wahyu tidak tinggal diam, ia mencoba untuk melepaskan cekikan dari hantu tersebut dan berlari ke luar rumah, namun dengan cepat hantu itu tiba-tiba sudah berada di belakangnya, dan mencekik leher Wahyu dari belakang, Wahyu mulai kehilangan nafasnya, kemudian jatuh ke tanah dan meninggal, sedangkan hantu tersebut kemudian tertawa terbahak-bahak dan pergi menghilang.
Keesokan paginya, Ayah Wahyu yang melihat anaknya meninggal dengan bekas cekikan di leher yang berwarna hitam pekat, menangis tersedu-sedu sambil memangku jenazah anaknya yang meninggal, dan menyesal karena telah meninggalkan anaknya di rumah sendirian.
"Maafkan Ayah nak, andai saja Ayah tidak pergi malam itu, pasti kamu tidak akan mengalami hal buruk seperti ini..." ucap Ayah Wahyu, kemudian Ayah Wahyu membawa jenazah anaknya dan mengubur jenazahnya anaknya di belakang rumah, agar ia tidak merasa kesepian.
Hari terus berganti, Ketika Daniel dan satu temannya hendak pergi ke Masjid, ia melihat sesosok hantu Wahyu dari kejauhan dan terdiam menyendiri di tempat yang waktu itu Daniel pernah menolong Wahyu, namun karena Daniel sengaja berpura-pura tidak tau bahwa Wahyu sudah meninggal, ia dan temannya menghampiri hantu Wahyu dan mengajaknya untuk pergi ke Masjid bersama. Tapi, Wahyu hanya diam saja, teman Daniel yang mencurigai ada yang tidak beres, lalu mengajak Daniel untuk segera pergi meninggalkan hantu Wahyu.
"Eh itu bukannya Wahyu, kenapa dia diam saja disitu? ayo kita ajak sholat bersama." ucap Daniel menunjuk ke arah hantu Wahyu yang sedang berdiri.
"Iya, eh tapi tunggu Daniel, sepertinya ada yang aneh." sahut teman Daniel memegang pundak Daniel.
"Wahyu, ayo kita sholat bersama." ucap Daniel saat sudah berada di dekat Wahyu. Tapi Wahyu masih saja terdiam.
"Daniel, ayo cepat kita pergi.." ucap teman Daniel mulai merinding.
"Tapi bagaimana dengan Wahyu."
"Sudah ayo kita tinggalkan dia." teman Daniel mengajak Daniel dengan paksa. Lalu ketika teman Daniel menoleh ke belakang, ia melihat wajah Wahyu yang pucat dan melototi dirinya. Teman Daniel kemudian menceritakan apa yang ia lihat sesampainya di Masjid.
"Daniel, apa kamu tidak merasa kalau Wahyu itu bukanlah Wahyu asli?" ucap teman Daniel yang masih ketakutan.
"Iya, aku tau, dia memang bukan Wahyu, aku hanya ingin tau jawaban dari arwah Wahyu, sebenarnya apa yang sudah terjadi? karena sudah beberapa hari ini, Wahyu tidak terlihat." sahut Daniel dengan tenang.
"Wah wah, kamu sudah gila Daniel, ternyata kamu sudah tau, tapi kamu tidak mau pergi, kamu memang nekat sekali, dan kamu tau tidak, tadi waktu aku melihat ke belakang, dia melototi ku, Hiiii aku jadi semakin merinding." ucap teman Daniel.
"Iya, aku rasa ada sesuatu dengan meninggalkannya Wahyu, karena sebelumnya, waktu kita menyelamatkan Wahyu waktu itu, aku melihat ada arwah jahat yang mengintainya. Mungkin sebelumnya Wahyu merahasiakan sesuatu yang berdampak sangat fatal baginya." sahut Daniel.
"Tapi kalau memang Wahyu sudah meninggal, kenapa tidak ada siarannya?"
"Aku juga belum tau pasti, tapi aku akan mencoba untuk mencari tau, dengan cara menanyakan keberadaan Wahyu pada Ayahnya." sahut Daniel.
Suara komat pun terdengar, mereka kemudian melaksanakan ibadah sholat Magrib berjamaah.
Keesokan harinya, beredar kabar bahwa banyak warga melihat penampakan hantu Wahyu yang sangat mengerikan, sampai warga yang melihat langsung lari ngibrit. Sisila yang kebetulan lewat mendengar pembicaraan warga.
"Apa benar Wahyu sudah meninggal? Tapi kenapa tidak ada siarannya? padahal waktu itu aku juga masih sempat kontekan dengannya saat hendak mengirimkan transferan uang. Atau jangan-jangan?" batin Sisila, kemudian Sisila mengunjungi rumah Wahyu, namun rumah Wahyu tampak sepi. Sisila lalu mencoba mengintip dari balik jendela, ia seperti melihat Wahyu berdiri membelakanginya, Sisila kemudian memanggilnya.
"Wahyu ..Wahyu. aku Sisila temanmu. bukankan pintunya, aku ingin masuk." teriak Sisila dari balik jendela. Namun ketika Wahyu berbalik arah, ia tiba-tiba berjalan cepat menuju ke arah Sisila tepat di hadapan jendela yang Sisila lihat dengan wajah menyeramkan. Sisila yang terkejut terjatuh, dan tidak menyangka kalau Wahyu menjadi seperti itu. Ia kemudian pergi kembali ke rumah dengan rasa penasaran, tentang keberadaan Wahyu yang arwahnya sudah meneror banyak warga.
"Wahyu kenapa kamu harus meninggal dunia dengan arwah penasaran seperti itu, sebenarnya dimana jenazahmu?" batin Sisila yang syok setelah melihat penampakan hantu Wahyu.
Ditempat lain, Daniel dan temannya berniat untuk mengunjungi rumah Wahyu, sesampainya di sana, Daniel melihat Ayah Wahyu sedang duduk di depan rumah. Daniel kemudian menyapanya.
"Selamat siang om.." ucap Daniel tersenyum.
"Siang." sahut Ayah Wahyu.
"Om kedatangan saya dan teman saya kesini untuk menanyakan kabar Wahyu. Apakah Wahyu ada dirumah? kami ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar." ucap Daniel memaksakan senyuman, padahal ia sendiri takut, karena Ayah Wahyu orangnya sangat keras.
"Untuk apa kalian berdua mengajak anakku keluar?!! dia sedang sibuk di rumah. Jadi tidak bisa diganggu, sudah sana kalian pergi! ganggu orang lagi santai saja." sahut Ayah Wahyu tegas.
"Baiklah kalau begitu, kami pamit." sahut Daniel meninggalkan rumah Wahyu dan menatap ke arah jendela seperti melihat Wahyu sedang menatap mereka berjalan. Daniel pun kembali melanjutkan perjalanannya.
"Daniel, kalau Ayah Wahyu saja bersikap seperti itu, bagaimana kita bisa mencari tau kabar Wahyu." ucap teman Daniel.
"Kita tunggu saja waktunya, aku ada cara lain." sahut Daniel dengan percaya diri untuk rencana keduanya.
Disaat Sisila sedang tidur, ia bermimpi buruk dan melihat arwah Wahyu di tempat yang redup serta dikelilingi arwah para korban yang telah Sisila bunuh untuk meminta tanggung jawab atas kematiannya.
"Sil, tolong aku...?" ucap arwah Wahyu dari kejauhan yang sedang dikelilingi arwah hantu lainnya.
"Iya Wahyu, aku akan menolongmu." sahut Sisila berjalan menuju ke arah Wahyu. Namun, baru satu langkah berjalan, arwah Wahyu terbang mendekat dengan wajah mengerikan, lalu berkata.
"Kamu harus bertanggung jawab atas kematianku ini. Haaaa..hahahaaaaa"
Seketika Sisila terbangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran. Ia kemudian melihat ke spreinya, karena ada sesuatu yang lengket, bau anyir dan basah menempel di telapak tangannya. Ia ternyata sudah menyentuh darah, tapi bukan seperti darah segar, melainkan darah orang yang sudah meninggal lama. Sisila kemudian terkejut, dan turun dari tempat tidurnya, untuk membersihkan tangannya terlebih dahulu, kemudian ia akan mencuci spreinya. Ketika Sisila sedang mencuci tangan di toilet dari arah cermin terlihat ada bayangan arwah Wahyu berdiri menatap tajam kepadanya. Dengan rasa gemetar, Sisila kemudian menoleh ke belakang, tapi ia tidak melihat apa-apa, tapi saat ia melihat cermin lagi, ia melihat arwah Wahyu masih tetap berdiri, ia pun berjalan mundur dan mulai keluar dari toilet tersebut, namun dengan anehnya tiba-tiba lampu rumahnya padam, ia berusaha untuk keluar dari rumahnya, tapi suara arwah Wahyu bersisik ditelinganya.
"Sil, ayo ikut denganku.."
"Tidak, aku tidak salah, kamu sendiri yang menyetujui permintaanku waktu itu, jadi aku tidak ada kaitannya dengan kematianmu." sahut Sisila ketakutan dalam kegelapan.
"Hahahaha tapi kamu juga harus merasakan apa yang pernah aku rasakan." suara arwah Wahyu menggema dalam ruangan.
"Tidak, tolong jangan ganggu aku." Sisila berusaha berdiri untuk membuka pintu, lalu tiba-tiba Daniel datang dan membuka pintu rumah Sisila, Sisila yang ketakutan lalu memeluk Daniel, namun Daniel melepaskannya.
"Kamu kenapa Sil? kenapa rumah kamu gelap seperti ini?" tanya Daniel.
"Ini adalah ulah arwah Wahyu yang gentayangan. Ak,a,aku takut Daniel, apa kamu mau menemaniku semalam saja." ucap Sisila ketakutan.
"Kamu tidak perlu takut lagi, aku akan segera menghidupkan kembali lampu rumahmu, dan kamu bisa tenang lagi." sahut Daniel tersenyum, kemudian pergi untuk membetulkan saklar lampu. Sisila yang ketakutan terus saja mengikuti Daniel.
"Tuh kan sudah menyala lagi, sudah kamu kembali tidur sana, lagian ini masih jam 1 malam. Kamu besok kan juga harus beraktivitas." ucap Daniel.
"Jangan Daniel, kamu jangan pergi, aku mohon, temani aku semalam saja, aku takut sekali.. bila harus berada di rumah sendirian, setelah kejadian tadi." sahut Sisila menahan tangan Daniel.
"Sisila memang seperti sedang diteror oleh sesuatu. Baiklah aku akan menjaganya satu malam ini, karena aku tidak mau Sisila kenapa-napa." batin Daniel melihat Sisila yang ketakutan.
"Iya, tapi satu malam ini saja ya. Aku tidak mau kalau warga tau dan bergosip tidak-tidak pada diriku. Lagi pula besok aku juga libur kerja. Ya sudah, sana kamu masuk duluan." ucap Daniel di belakang Sisila.
Ketika Daniel tidur, ia bermimpi melihat sesuatu keburukan yang sudah seseorang lakukan, dan ia tidak bisa melihat jelas wajah orang tersebut, dan para korban tewas yang ada pada mimpi Daniel sama persis dengan kejadian yang baru-baru ini terjadi. Daniel kemudian terbangun, ternyata sudah pagi. Ia pun segera bergegas keluar, sebelum warga melihat ia baru saja dari rumah Sisila.
"Kenapa aku bermimpi seperti itu? lalu siapa pelaku dari semua kejahatan itu? kenapa aku tidak bisa melihatnya dengan jelas...(menengok ke jendela) ternyata sudah pagi, aku harus cepat-cepat pergi dari tempat ini." batin Daniel, lalu ia mengendap-endap keluar dari rumah Sisila.
Lalu saat Sisila terbangun, ia tidak melihat Daniel lagi, ia pun berfikir Daniel sudah pulang, karena takut dengan gosipan warga. Sisila yang bangun dari sofa, teringat kembali dengan spreinya, ia kemudian berjalan perlahan menuju kamar tidurnya, kemudian mengecek kondisi spreinya, dan ternyata darahnya menjadi banyak seperti sungai di tempat tidur, Sisila yang ketakutan, memberanikan diri untuk mengambil sprei tersebut, dan mencucinya. Setelah selesai mencuci, Sisila menjemur sprei tersebut di halaman rumahnya. Ia sedikit heran dengan wajah para warga yang terlihat pucat, dan saat ia hendak masuk rumah, ia melihat ibunya terdiam di depan pintu, namun ketika Sisila hendak memeluknya sosok ibunya menghilang dan membuatnya terjatuh, seketika itu juga Sisila tersadar dari mimpinya, ternyata waktu Sisila hendak mengambil sprei tersebut, ia yang tidak tahan dengan bau anyir yang menyengat membuatnya pingsan dan tersadar setelah bermimpi.
"Kenapa aku menjadi sering bermimpi buruk? Apa mimpi tersebut termasuk dari teror arwah Wahyu? ah sudahlah, aku akan mencuci sprei ini." batin Sisila kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
...*******...
Daniel yang kemarin sudah merencanakan sesuatu dalam menggali informasi tentang keberadaan Wahyu, berjalan sendirian menuju rumah Wahyu, sesampainya di sana, ia melihat Ayah Wahyu di depan rumah sedang berbicara sendiri, karena ia tidak mau terkena semprot lagi dari Ayah Wahyu, ia kemudian berkeliling dan menuju ke belakang rumah Wahyu, setelah ia berhasil masuk ke lingkungan belakang rumah Wahyu, ia melihat gundukan tanah yang mencurigakan. Ia lalu mencoba untuk menggali tanah tersebut dengan cepat, sebelum ayah Wahyu melihatnya, namun, ketika ia hampir sedikit lagi melihat jenazah Wahyu, Ayah Wahyu sudah berdiri di depannya sambil membawa pasau dan melihat Daniel dengan wajah beringasnya. Daniel perlahan mundur, dan memulai ancang-ancang untuk lari. Seketika itu juga Ayah Wahyu mengejar Daniel, karena akan membunuhnya. Daniel yang ketakutan terus berlari sampai di ujung gang ramai, Ayah Wahyu mengehentikan langkahnya dan menatap tajam kearah Daniel lalu pergi.
"Huhh huhhh... kenapa Ayah Wahyu bisa segila itu? hampir saja aku terbunuh olehnya." batin Daniel terengah-engah. Daniel lalu pergi pulang. Di rumah, ia yang masih penasaran dengan gundukan tanah di belakang rumah Wahyu, ia yakin bahwa jenazah Wahyu berada di tempat itu. Kerena di lihat dari tatapan mata Ayah Wahyu, ia seperti tidak terima kalau gundukan tanah tersebut di bongkar oleh Daniel.
"Aku yakin, jenazah Wahyu pasti ada di gundukan tanah tersebut, tapi bagaimana aku bisa kesana lagi. Sedangkan Ayah Wahyu sudah memergokiku. Ah sial." batin Daniel dalam kamarnya.
"Daniel makanan sudah siap, cepat dimakan, karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan seorang wanita cantik pilihan Mama." teriak Mama Daniel di luar.
"Huhh jodoh lagi.. jodoh lagi... sampai kapan sih Mama mau berhenti untuk menjodohkanku? Aku masih ingin mengumpulkan tabungan dulu, belum siap menikah, dan aku tidak suka dengan perjodohan ini." batin Daniel dan mulai keluar dari kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!