"Ye … akhirnya kita lulus juga. Aku sangat senang karena setelah ini kita bisa melanjutkan untuk bekerja sesuai keinginan kita. Ah rasanya sudah sangat bosan belajar, belajar dan terus belajar," ucap Zea kepada sahabatnya tepat di hari kelulusan mereka.
Zea Jovita Alexander tampak bersorak gembira karena merasa jika bebannya menjadi Mahasiswi di salah satu Universitas ternama di kotanya selama 4 tahun sudah berakhir dan saat ini ia sudah menyandang gelar Sarjana Manajemen (S.M).
"Iya Ze, aku juga seneng banget akhirnya kita sudah lulus. Oh iya, jadi rencananya setelah ini kamu mau melamar bekerja di mana?" Tanya wanita bernama Fianka Clarissa itu.
"Rencananya sih aku mau melamar di Perusahaan Andara Entertainment. Kamu 'kan tahu sendiri dari dulu aku sangat menyukai perusahaan itu," jawab Zea yang terlihat begitu antusias.
"Hm … menyukai perusahaannya apa karena menyukai CEO-nya di sana," kata Fianka.
"Kamu tahu aja, yang pasti selain pekerjaan itu bersangkutan dengan kuliah kita tidak menjadi maslah 'kan kalau aku memang selalu ingin berada di dekat Kak Rein," ungkap Zea dengan yang memang selalu terbuka dengan sahabatnya itu.
Ya Zea memang sudah lama menyukai pria bernama Reinfansyah Delvan Adhitama, pria yang tumbuh bersamanya sejak kecil. Hanya saja sampai saat ini mereka belum memiliki hubungan yang lebih dari sekedar sahabat atau adik kakak.
"Ze, sepertinya sudah saatnya deh kamu mengungkapkan perasaan itu kepada Kak Rein. Mau sampai kapan kamu menyembunyikannya," kata Fianka.
"Apakah menurutmu tidak masalah kalau seorang wanita mengungkapkannya terlebih dulu. Bagaimana kalau Kak Rein menolak?" Tanya Zea yang merasa takut.
"Tidak mungkin, kalau menurut aku dari perhatian yang Kak Rein berikan sudah sangat jelas kalau dia juga menyukaimu. Ya mungkin saja dia belum bisa mengungkapkannya karena ada sebab akibat, salah satunya mau kamu fokus kuliah dulu. Dan mungkin kalau kamu yang mengungkapkannya terlebih dulu, nantinya Kak Rein juga akan jujur dengan isi hatinya yang sebenarnya," ujar Fianka.
"Iya kamu benar juga, terima kasih ya Fi. Kamu memang sahabatku yang paling terbaik," ucap Zea yang merangkul tubuh sahabatnya itu.
"Iya sama-sama Ze. Semangat ya, aku doain semoga semuanya berjalan lancar dan lebih cepat lebih baik. Nah itu yang diomongin udah nongol, kalau begitu aku mau ke sana dulu ya. Kebetulan ada temanku juga yang datang ke sini," ucap Fianka sembari menunjuk ke arah sosok pria tampan yang baru saja tiba di sana, siapa lagi kalai bukan Rein.
"Oh iya, have fun ya Fi," ucap Zea tersenyum.
Fianka sempat menyapa Rein terlebih dulu, barulah setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Zea dan pria tersebut.
"Selamat ya atas kelulusan kamu, semoga ilmunya bermanfaat dan kamu akan sukses nantinya. Maaf aku terlambat datang karena tadi benar-benar ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan," ucap Rein yang saat ini sudah berada di hadapan Zea sembari menyerahkan buket bunga sebagai hadiah di hari kelulusan wanita tersebut.
"Amin, terima kasih banyak ya Kak atas hadiah, doa dan ucapannya. Tidak masalah kok, kamu sudah ada di sini sekarang aja aku udah senang," ucap Zea.
"Iya sama-sama Ze, syukurlah kalau memang seperti itu. Oh ya Mama dan Papa aku juga kirim salam dan mereka minta maaf tidak bisa hadir di wisuda kamu karena belum bisa pulang dari luar negeri, tapi mereka mengucapkan selamat dan doa yang terbaik untuk kamu," ucap Rein yang menyampaikan pesan kedua orang tuanya.
"Iya Kak tidak apa-apa, aku mengerti kok. Kirim salam balik ya untuk Om Lukman dan Tante Ambar, terima kasih juga atas doa dan ucapannya," ucap Zea.
"Iya Ze, nanti aku sampaikan ya. Oh iya Om Zayan dan Tante Vita mana?" Tanya Rein.
"Ayah dan Mama baru saja pulang Kak, katanya sih Ayah masih ada urusan pekerjaan," jawab Zea. "Oh ya Kak, bagaimana kalau kita foto-foto," ajaknya dan Rein sama sekali tidak menolak.
Lalu Zea dan Rein pun tampak berfoto bersama untuk menjadikan momen kenangan yang tidak akan pernah dilupakan bagi keduanya.
"Oh ya Ze aku juga minta maaf ya karena tidak bisa lama karena aku ada janji meeting siang ini. Tapi bagaimana kalau nanti malam kita merayakan kelulusanmu ini, apa kamu mau?" Kata Rein.
"Tentu saja aku mau," jawab Zea tanpa berpikir panjang lagi.
"Ya sudah kalau begitu nanti malam aku jemput ya jam 7 malam," ucap Rein.
"Iya Kak, aku tunggu ya," ucap Zea tersenyum, ia merasa sangat senang karena pria yang disukainya itu mengajaknya untuk berkencan.
*****
Saat ini Zea dan Rein sudah berada di tepi danau setelah tadi keduanya makan malam bersama, tempatnya begitu indah dan romantis dengan dihias lampu kelap-kelip di sekitarnya. Di sana juga terdapat sebuah taman yang dilengkapi dengan kursi untuk para muda-mudi ataupun yang membawa keluarga bersantai, serta menghirup udara segar sambil menikmati cemilan yang dijual para pedagang kaki lima.
"Bintangnya sangat indah ya Kak," ucap Zea sembari menunjuk satu bintang di atas langit.
"Iya sangat indah," tapi lebih indah kamu," batin Rein seraya memandangi wajah Zea dari samping.
Menyadari jika saat ini ia sedang di perhatikan oleh Rein, membuat Zea pun langsung menatap ke arah pria tersebut. Sehingga membuat Rein langsung saja tersenyum kepadanya.
"Ada apa Kak, apa ada yang salah di wajahku?" Tanya Zea seraya memegangi pipinya.
"Tidak ada, aku hanya ingin menatapmu saja. Ya kamu benar bintang di sana sangat indah, untuk itu aku mengajakmu ke sini karena aku tahu kamu sangat menyukai alam terbuka seperti ini," ucap Rein yang kini mengalihkan pandangannya menatap ke arah langit, begitu pula dengan Zea.
"Duh … ada apa ini? Kenapa jantungku rasanya berdetak sangat kencang. Sebenarnya Kak Rein mengajakku ke sini untuk apa sih, bukankah untuk berkencan? Tapi kenapa sampai sekarang Kak Rein tidak mengungkapkan perasaannya juga. Benar apa kata Fianka, aku harus mengungkapkannya terlebih dulu, aku harus berinisiatif. mungkin saja Kak Rein merasa malu atau segan dan takut aku marah karena persahabatan kami selama ini," batin Zea yang memejamkan matanya, mencoba untuk menetralisir perasaannya yang sangat tidak karuan.
"Ada apa Ze, apa kamu lagi tidak enak badan? Kita pulang sekarang aja ya," tanya Rein karena melihat tingkah Zea tampak aneh.
"Kak Rein, sebenarnya aku sudah sangat lama memendam perasaan ini dan aku sudah tidak tahan lagi untuk mengungkapkannya Kak. Aku mencintaimu Kak Rein, apa kau mau menjadi kekasihku?" Ucap Zea dengan penuh keberanian, yang membuat Rein sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Bersambung …
Bonus Visual.
Zea Jovita Alexander.
Reinfansyah Delvan Adhitama.
"Ha … ha … ha … ."
Tiba-tiba saja Rein tertawa terbahak-bahak karena menganggap jika saat ini Zea hanya sedang bercanda di hadapannya, ia tidak menanggapi ucapan Zea dengan serius dan sangat yakin jika wanita itu sedang mengerjainya.
Akan tetapi Zea terlihat sangat kesal dan kebingungan melihat Rein yang bukan menjawabnya tetapi malah menertawakannya. Padahal ia sudah mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengungkapkan isi hatinya, membuang rasa malunya itu.
"Cukup Kak tertawanya. Apa menurut Kak Rein ungkapan cintaku ini adalah sebuah lelucon, apakah ungkapan ini sama sekali tidak penting untukmu sampai kamu menertawakanku seperti itu," ucap Zea dengan menatap serius, sehingga membuat Rein pun berhenti tertawa.
"Ze, apa kamu serius?" Tanya Rein.
"Kenapa kamu menganggap sekarang ini aku sedang bercanda," tukas Zea.
"Ya karena ini tidak mungkin Ze, bagaimana mungkin kamu mengungkapkan cinta untukku," ujar Rein, sama sekali tak menyangka dan tak bisa mempercayainya.
"Apanya yang tidak mungkin Kak, apa karena aku ini seorang wanita jadi aku tidak pantas untuk mengungkapkan rasa cinta terlebih dulu Kak. Apakah Kak Rein tidak bisa melihat bagaimana sikapku kepada Kak Rein selama ini, apa Kak Rein tidak bisa merasakannya dan hanya kamu satu-satunya pria yang dekat denganku. Selama ini aku tidak pernah mau mendekatkan diri dengan pria lain, aku selalu menjaga perasaanku, aku selalu menjaga hatiku karena aku mencintai kak Rein. Aku hanya ingin menjalin hubungan dengan kamu Kak," ungkap Zea.
"Zea, jadi kamu benar-benar serius? Maaf aku memang tidak menyadarinya selama ini. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menertawakanmu dan aku juga minta maaf karena tidak bisa menjalin hubungan denganmu, aku sudah menganggapmu seperti Adikku sendiri," ucap Rein yang membuat Zea sangat terkejut mendengarnya.
"Hah sebagai adik? Walaupun kamu sudah menganggapku sebagai Adikmu tetap saja kita ini tidak memiliki hubungan darah. Apakah tidak boleh kalau aku ingin memiliki hubungan lebih denganmu? Selama ini kamu selalu memperhatikanku, kamu selalu memberikanku perhatian-perhatian lebih, selalu membuatku tersenyum dan ingin selalu berada di dekatku. Apakah itu bukan karena kamu mencintaiku juga Kak?" Ujar Zea.
"Kamu salah paham Ze, aku melakukan itu semua ya hanya karena aku ingin melindungi Adikku sendiri, tidak ada maksud lainnya," ucap Rein yang terdengar sangat menyakitkan.
"Ck, jadi seperti itu. Jadi sekarang cintaku bertepuk sebelah tangan, iya?" Tukas Zea tersenyum sinis.
"Zea, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu Ze. Aku menyayangimu, tapi tidak lebih dari seorang sahabat atau kasih sayang kakak terhadap adiknya. Lebih baik kamu melupakan rasa cinta itu, kita bersikap seperti biasa saja ya," ucap Rein.
"Maaf Kak aku sudah terlanjur mengungkapkannya, jadi aku tidak mungkin bisa bersikap biasa saja. Tolong jangan menggangguku lagi," ucap Zea yang langsung saja membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Rein.
Rein hanya terlihat diam saja sembari menatap punggung kepergian Zea. "Maafkan aku Ze, aku tidak bisa menjelaskan alasan apa yang membuatku tidak bisa menerima cintamu. Lebih baik kamu mencintai pria lain Ze, karena kamu tidak mungkin bahagia jika bersama denganku. Yang ada kamu pasti akan merasa sedih suatu saat nanti," Batinnya sembari menahan sakit di dada.
Saat ini Rein tak bisa melakukan apapun, mungkin memang lebih baik jika Zea meninggalkannya daripada harus berharap bisa bersama dengannya.
Sedangkan Zea terlihat sangat kesal karena ternyata Rein sama sekali tidak mencintainya, bahkan menolak cintanya. Saat ini Rein juga sudah tidak peduli lagi padanya karena sama sekali tak mengejar atau mencegahnya untuk jangan pergi.
Zea pun memberhentikan taksi yang di saat itu kebetulan lewat di depan taman, lalu segera saja ia pergi meninggalkan taman tersebut dengan perasaannya yang sangat sedih, marah, kecewa, bercampur aduk menjadi satu.
*****
Setelah beberapa kali Fianka menghubunginya, pada akhirnya Zea pun menjawab telepon tersebut. Ternyata sahabatnya itu mengajaknya untuk bersantai di sebuah cafe yang baru saja dibuka dengan banyak diskon minuman serta makanan di sana. Meskipun awalnya Zea sangat malas karena kejadian tadi malam yang sudah mengikuti saran Fianka tetapi malah kenyataannya cintanya itu bertepuk sebelah tangan, pada akhirnya ia pun menyetujui karena sahabatnya itu terus memaksa.
Saat ini mereka sudah berada di cafe tersebut dan Zea juga sudah menceritakan kepada Fianka tentang apa yang terjadi padanya.
"Hah kamu serius, jadi Kak Rein menolak cinta kamu?" Tanya Fanka yang terlihat begitu histeris.
"Hust … kecilkan sedikit dong Fi suaramu. Kamu sengaja ya ingin membuatku malu di cafe ini," imbuh Zea.
"Maaf, maaf. Aku benar-benar sangat syok mendengarnya. Padahal selama ini Kak Rein begitu sayang dan peduli sama kamu 'kan, dia sama sekali tidak pernah mau menyakitimu dan ingin selalu menjaga kamu. Masa iya itu bukan karena cinta," kata Fianka, merasa sangat heran dan tidak masuk akal.
"Tapi kenyataannya memang seperti itu Fi. Kak Rein sendiri yang bilang kalau dia tidak mencintaiku, dia hanya menganggapku sebagai adik saja. Rasa sayang dan perhatiannya selama ini hanya sebatas sebagai kakak kepada seorang adik, tidak lebih," ucap Zea yang terlihat sangat sedih.
"Zea, sabar ya sayang. Ini benar-benar aneh sih," ucap Fianka sembari mengusap lembut pundak sahabatnya itu.
"Iya Fi. Tapi kenapa ya aku merasa seperti ada sesuatu yang dirahasiakan oleh Kak Rein. Sebenarnya dia menolakku itu karena ada alasan lain atau mungkin karena memang saat ini dia belum menyadari cintanya untukku. Maksudku seperti ini, 'kan kami sudah lama dekat, kami sudah tumbuh bersama sejak kecil, mungkin saja Kak Rein belum bisa menyimpulkan bahwa perasaannya itu adalah perasaan cinta," kata Zea yang masih sangat berharap jika cintanya untuk Rein tidak bertepuk sebelah tangan.
"Bisa jadi seperti itu. Atau mungkin juga Kak Rein takut jika kalian nanti berpacaran terus kalian putus, hubungan kalian tidak akrab lagi seperti sekarang ini," ujar Fianka.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang Fi?" Zea meminta pendapat sahabatnya itu.
"Kalau begitu kamu harus tetap melamar bekerja di Perusahaan Andara. Jangan hanya gara-gara cinta kamu ditolak, kamu malah mengurungkan niatmu. Nanti setelah kamu diterima bekerja di sana, kamu akan dekat dengan Kak Rein setiap harinya, tunjukkan perhatian dan rasa cinta kamu untuknya. Aku yakin kali ini Kak Rein akan merasakan cintanya dan mengejar cinta kamu, disaat itu kamu akan menjadi pemenangnya," ucap Fianka.
"Kamu yakin? Kamu tidak sedang menjerumuskan aku ke dalam kesalahan yang sama 'kan?" Tanya Zea.
"Usaha saja dulu. Mana mungkin sih aku sengaja ingin menjatuhkan sahabatku atau membuat kamu malu. Tadi kamu sendiri 'kan yang bilang, mungkin saat ini Kak Rein belum yakin dengan perasaannya. Kalau kamu terus berada di dekatnya, aku yakin dia pasti akan menyadari hal itu dan tinggal giliran kamu yang menarik ulurkan perasaan Kak Rein," kata Fianka, yang membuat Zea terdiam dan tampak berpikir sejenak.
Bersambung …
"Kamu benar, tidak sia-sia aku memiliki sahabat yang sudah gonta-ganti pasangan. Sedangkan aku sama sekali tidak pernah berpacaran. jadi aku tidak mengerti soal ini," kata Zea.
"Tidak gonta-ganti pasangan juga lah Ze, baru juga tiga kali. Kau itu sahabatku, jadi memang sudah seharusnya 'kan aku membantumu," ucap Fianka.
Lalu keduanya pun sama-sama melemparkan senyuman, merasa sangat bahagia memiliki sahabat yang saling melengkapi, menyayangi dan saling membantu.
"Pokoknya dari dulu kamu itu memang sahabat aku yang paling the best, tidak ada yang lain," ucap Zea.
"Ah masa? Terus Kak Rein gimana?" Tukas Fianka.
"Itu beda lah Fi. Apa lagi kamu 'kan tahu sendiri kalau aku juga memiliki perasaan lebih terhadap kak Rein, aku tidak menganggapnya hanya sebagai sahabat. Tapi sayangnya cintaku bertepuk sebelah tangan," ucap Zea yang lagi-lagi tampak murung.
"Sudah dong, bukannya tadi sudah semangat, kok sedih lagi sih. Pokoknya kamu harus semangat mengejar cinta Rein, jangan sampai menyerah. Jadi kapan kamu mau mengantar lamaran ke Perusahaan Andara Entertainment?" Tanya Fianka yang memberikan semangat untuk sahabatnya itu.
"Besok," sahut Zea.
"Wow cepat sekali ya. Kenapa, apa kamu takut Kak Rein akan diambil orang lain?" Tukas Fianka.
"Bukannya kamu yang bilang tadi, jangan menyerah mengejar cinta Rein. Bukankah lebih cepat lebih baik?" Kata Zea.
"Ya, kamu benar juga. Semangat ya sahabatku, pokoknya aku akan selalu mendukungmu," ucap Fianka.
"Iya sahabatku, terima kasih banyak ya. I love you," ucap Zea.
"I love you too," balas Fianka.
"Oh ya Fi bagaimana kabar Kak Brandon di Sydney, kapan dia akan kembali? Memangnya nggak capek LDR terus, jangan-jangan Kak Brandon di sana sudah punya pacar baru lagi," goda Zea.
"Ih … Zea, jahat banget sih doanya seperti itu. Kak Brandon masih ada tugas di sana, kalau jadi sih akhir tahun ini pulang," kata Fianca.
"Oh ya? Wah … akhirnya selama 2 tahun LDR kalian akan bertemu lagi. Yang tadi itu aku hanya bercanda kok dan ini yang benar, aku doakan semoga saja tidak ada halangan apapun," ucap Zea.
"Amin, semoga saja Ze. Aku benar-benar sudah sangat merindukan Brandon," ucap Fianka.
"Cieh … yang lagi kangen," goda Zea.
"Namanya juga sudah 2 tahun LDR, bagaimana nggak kangen coba. Ya sudah ayo kita makan dulu, kalau dilanjutin terus ngobrolnya kita nggak makan-makan nih, keburu dingin deh makanan kita," ucap Fianca.
"Tadinya sih aku kurang selera ya, tapi sekarang aku sudah sangat selera," ucap Zea begitu antusias.
Lalu keduanya pun segera menyantap makanan yang telah tersaji di atas meja, sesuai dengan pesanan mereka.
*****
Setelah satu minggu lamanya menaruh lamaran di Perusahaan Andara Entertainment, pada akhirnya hari ini Zea mendapat panggilan wawancara di perusahaan tersebut.
Zea sengaja tidak memberitahu Rein karena ingin memberi kejutan kepada pria tersebut. Bahkan saat Rein menghubunginya pun Zea tampak cuek dan Rein juga menganggap jika ia masih marah padanya karena waktu itu telah menolak cintanya. Akan tetapi tak mengapa bagi Rein, karena menurutnya jika menjalin hubungan dengannya sudah pasti itu akan lebih sangat menyakitkan bagi Zea nantinya.
"Jadi saya benar-benar diterima di perusahaan ini Nona?" Tanya Zea yang terlihat tidak mempercayainya.
"Ya benar dan kamu di sini diterima sebagai Manager salah satu artis yang baru saja kami kontrak. Nanti siang artisnya akan datang ke sini, jadi mulai hari ini juga kamu sudah bisa bekerja. Hanya saja sekarang ini nikmati saja waktu santai kamu dulu, kamu boleh melihat sekeliling perusahaan, kamu juga boleh berkenalan dengan teman-teman baru kamu. Sama sekali tidak ada larangan," ucap salah satu staf yang tadi telah mewawancarai Zea.
"Terima kasih banyak ya Mbak, Nona, Kak," ucap Zea yang merasa kebingungan hendak memanggil wanita yang kira-kira 3 tahun lebih tua di atasnya.
"Panggil Kak atau namaku saja, tidak apa-apa kok Zea. Aku juga belum menikah dan umurku juga masih muda, baru 24 tahun," kata wanita bernama Gladys itu.
"Oke, terima kasih banyak ya Kak Gladys. Oh ya kalau aku boleh tanya ruangan CEO-nya di mana ya Kak?" Tanya Zea yang membuat Gladys menatapnya dengan curiga.
"Maaf Kak, Kakak jangan salah paham dulu. Jadi CEO di sini namanya Reinfansyah 'kan? Dia itu sahabat aku dari kecil Kak," terang Zea.
"Oh … jadi kamu Zea sahabatnya Pak Rein ya?" Tanya Gladys.
"Iya Kak, apa Kakak sudah tahu sebelumnya?" Tanya Zea.
"Kebetulan Pak Rein pernah bercerita padaku. Ruang CEO ada di lantai 2 sebelah kanan, kamu boleh ke sana kok. Ya sudah aku tinggal dulu ya, selamat bekerja Zea," ucap Gladys.
"Terima kasih banyak ya Kak," ucap Zea.
_____
Zea melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas hingga saat ini ia sudah berada di depan ruang CEO. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk menetralisir perasaan yang saat ini rasanya berdebar tak karuan.
Semangat Zea, kamu harus semangat mengejar cinta Rein. Ingat kamu berada di sini untuk Rein," batin Zea.
Saat Lea hendak mengetuk pintu, bertepatan di saat itu Rein membuka pintunya dan sangat terkejut melihat Zea yang berada di hadapannya.
"Zea, kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya Rein.
Rein mengajak Zea masuk ke dalam ruangannya, lalu Zea menceritakan kenapa saat ini ia berada di perusahaan tersebut.
"Jadi kamu sudah melamar di perusahaan ini dari seminggu yang lalu dan kamu tidak memberikan kabar apapun padaku?" Tukas Rein.
"Maaf Kak Rein. Aku hanya ingin memberi kejutan dan sekarang kamu juga sudah tahu 'kan," ucap Zea.
Rein sangat senang karena mulai hari ini ia bisa terus melihat Zea dan ternyata wanita itu sudah tak marah lagi padanya. Rein berharap jika Zea memang benar-benar sudah merupakan rasa cinta itu padanya.
Tok … tok … tok …
Terdengar suara ketukan pintu dan di terlihat Gladys yang masuk ke dalam ruangan CEO.
"Maaf Pak Rein mengganggu. Zea, ternyata kamu masih ada di sini. Artisnya sudah datang, sekarang kamu cepat menemuinya ya," ucap Gladys.
"Iya Kak, terima kasih ya," ucap Zea. "Kak aku permisi dulu ya, aku mau bekerja," pamitnya.
"Oke, selamat bekerja ya Ze. Semangat," ucap Rein tersenyum.
Saat Zea dan Gladys pergi hendak menemui artis baru, diam-diam Rein mengikuti keduanya. Akan tetapi tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang sangat sakit di dalam tubuhnya, sehingga Rein mengurungkan niatnya dan terlihat menahan kesakitan.
Tanpa sengaja Gladys yang menoleh ke arah belakang itu melihat dan mengetahui apa yang saat ini terjadi dengan Rein.
"Zea, kamu temui artis itu di ruangan artis sebelah kanan, aku ada keperluan mendadak," ucap Gladys seraya mengalihkan pandangan Lea.
Zea pun menuruti perintah Gladys, sedangkan Gladys langsung saja menghampiri Rein yang di saat itu tampak bersembunyi di balik dinding.
"Pak Rein, kamu tidak apa-apa? Sampai kapan kamu mau menyembunyikan penyakit ini dari Zea?" Tanya Gladys yang merasa sangat khawatir.
"Saya minta tolong jangan sampai Zea mengetahui hal ini. Tolong bantu saya ke ruangan, obat saya ada di sana," pinta Rein, sehingga Gladys pun mengikuti perintah pria tersebut.
Bersambung …
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!