Suasana bahagia usai pernikahan masih sangat terasa. Aluna yang masih duduk di kamar pengantinnya dengan gaun tidur yang dia pakai terlihat tersenyum bahagia.
Wajahnya berseri, pipinya pun terlihat merah merona memikirkan malam pertamanya sebagai seorang istri untuk Bagas, suaminya. Suasana malam pertama yang panjang dan indah yang penuh dengan gairah bersama suaminya terlintas begitu saja di pikirannya, membuat Aluna mengulum bibir dan dia menjadi malu sendiri memikirkan semua itu.
Bagas Anjaswara adalah seorang Dokter kandungan yang berhasil memenangkan hatinya. Mereka sudah bersama sejak setahun terakhir, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah dan membangun bahtera rumah tangga yang indah.
"Mas Bagas kok lama banget datang kesini. Apa masih ada tamu diluar ya?" Gumam Aluna gelisah. Pasalnya, Bagas tidak kembali sejak tadi berpamitan ingin pergi keluar melihat teman-temannya yang akan pulang dari pesta.
Aluna pun bangkit dari duduknya dan mengikat rambutnya dengan gaya kuncir kuda, lalu melangkah keluar untuk mencari suaminya.
Diluar, Aluna tidak lagi melihat siapapun selain orang-orang yang bertugas membereskan sisa pelaminan. Banyak yang sudah pulang ke rumah masing-masing dan juga sudah tidur. Sebab, jam saat ini pun sudah menunjukan pukul 12 malam.
Aluna berjalan mengendap-endap, terlihat perlahan dan pelan agar kehadirannya tidak membuat orang-orang yang tidur di sekitar ruang tamu merasa terganggu dan tidak terbangun olehnya. Ia terus mengedarkan pandangan keluar rumah, mencari sosok pria pujaannya yang sejak tadi dia cari. Namun nyatanya, Bagas tidak bersama orang-orang di luar sana. Dia pun mendengus sebal, dan pergi ke dapur.
"Apa Mas Bagas ada di dapur ya. Sebaiknya aku kesana saja." Gumam Aluna menebak. Dia pun tanpa memikirkan apapun, langsung pergi kesana.
"Ahhh Mas. Pelan-pelan. Nanti ada yang dengar"
Aluna yang sudah sampai di dapur, sontak terkejut ketika mendengar suara aneh dari balik gudang di dapurnya. Dia yang penasaran pun mendekat dan menajamkan pendengarannya disisi pintu.
"Tenang aja. Aluna palingan sudah tidur. Dia kan gak pernah bisa tidur terlalu malam. Emmm..."
"Ahhh sayang. Emmmm.. "
"Enak sayang. Kamu memang sangat pandai bergoyang uhhh. Emmm, aku gak tahan lagi, ahh cepat yang"
Deg!
Jantung Aluna langsung bergetar kala mendengar suara itu, suara yang terdengar tidak asing baginya.
"Itukan suara Mas Bagas. Siapa yang sedang bersamanya, dan sedang apa mereka?" Batin Aluna gelisah. Perasaannya sudah tidak karuan. Dia takut. Mendadak hatinya menjadi gelisah dan cemas. Suara dua orang itu membuatnya menjadi takut, dia takut menghadapi kenyataan jika benar itu adalah suaminya bersama wanita lain.
"Ahhhh mas. Enak mas. Lagi mas, aku gak kuat ahhhh"
"Kamu juga enak sayang. Mas suka sama punya kamu. Ahhh"
Aluna langsung menutup mulutnya terkejut dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca. Dia sangat yakin itu adalah suara Bagas, suaminya. Tapi kenapa? Kenapa mereka melakukan itu di malam pertama pernikahan?
Suara menjijikan itu semakin besar, membuat Aluna merasa tak tahan lagi menahan gejolak dihatinya untuk mengetahui siapa yang sedang bercinta di balik ruangan tersebut.
Tubuhnya gemetar, dengan perasaan takut bercampur penasaran, Aluna pun memegang gagang pintu.
Tiba-tiba, air matanya jatuh begitu saja. Tubuhnya seolah melemas bersamaan dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Uhhhh, emmm"
Begitu hebatnya permainan mereka berdua, kedua orang itu pun sudah diselimuti oleh hasrat yang memuncak, hingga tak menyadari Aluna yang sudah membuka pintu.
"Mas Bagas!" Pekik Aluna menggema disana. Aluna menetaskan air mata, sekujur tubuhnya bergetar.
Ia sudah tak bisa lagi membendung kemarahannya ketika melihat suami yang baru ia nikahi beberapa jam yang lalu, dengan tega bercinta dengan Sania, adik tirinya di gudang.
"Aluna" Bagas kaget. Wajahnya terlihat pucat, lalu spontan ia berdiri dan memperlihat tubuh polosnya yang tak tertutup sehelai benang pun.
Bagas dan Sania yang kaget pun Langsung berhamburan dan mengambil baju masing-masing dan memakainya.
Semua orang yang juga terkejut atas teriakan Aluna pun berbondong-bondong melihat ke dapur dengan wajah cemas.
"Ada apa Aluna?"
"Kenapa kamu berteriak. Apa yang terjadi?"
Aluna tak sanggup mengatakan apapun lagi. Hanya air matanya yang keluar dengan tatapan kecewa yang mengarah ke satu arah, yaitu kepada Bagas dan Sania yang sudah berhasil memakai kembali baju-bajunya sebelum orang-orang datang.
"Aluna. Aluna!"
"Aluna. Tolong dengarkan, Mas. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Mas hanya,,," Bagas meraih tangan Aluna namun dengan cepat Aluna menepisnya. Tatapan kecewa dan air matanya sudah meluruh tak tertahankan.
"Tega kamu, Mas" Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Aluna.
"Sebenarnya ada apa ini?" Tanya Pak Wijaya, ayahnya Aluna, menuntut penjelasan, yang masih terlihat bingung dan tak mengerti.
"Dia.... "
Aluna semakin terpukul. Bibirnya gemetar, menangis dan ia tak sanggup mengatakan kata menjijikan itu kepada ayahnya.
.
.
.
Bersambung.
Hai, jika kalian menyukainya, silahkan subscribe dan jangan lupa untuk dukung karya ini dengan like dan komen ya. Terimakasih 😘
"Katakan Aluna. Ada apa?" Tanya Pak Wijaya semakin mendesak.
"Aluna. Aku mohon, dengarkan penjelasanku dulu!" Bagas kembali memohon, meraih tangan Aluna dengan wajah bersalahnya. Dia mencintai wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut, namun dia juga tidak bisa menahan godaan Sania yang memiliki tubuh yang seksi dan menggoda imannya.
"Dasar pria brengsek. Jangan menyentuhku. Aku jijik melihat wajahmu" Pekik Aluna geram.
"Aluna dia suami mu. Jangan seperti itu" Wijaya menegurnya dan tak suka dengan sikap kurang ajar anaknya kepada menantu laki-laki tersebut.
"Dia memang pantas, Pa. Dia memang laki-laki brengsek. Dia sudah mengkhianati aku, Pa. Dia melakukan hubungan terlarang bersama Sania di dalam gudang. Aku melihatnya sendiri, hik." Tangis Aluna pun pecah setelah mengatakan kebenaran kepada keluarganya.
Bagas dan Sania pun langsung mendapatkan tatapan terkejut dari semua orang. Semua orang terlihat syok sekaligus merasa tak menduga bahwa peristiwa seperti ini akan terjadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
"Papa sangat kecewa dengan kalian berdua" Pak Wijaya pun membuka suara setelah semua keluarga berkumpul di ruang tamu.
Malam yang seharusnya menjadi hari bahagia, namun kini berubah mencekam dan semua orang terlihat sedih atas peristiwa tersebut.
Aluna hanya bisa memeluk tubuh neneknya yang ringkih. Menangis, meratapi nasib pernikahannya saat ini. Kecewa, sedih, marah, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Seolah semuanya terasa ingin meledak begitu saja.
Sementara, Bagas dan Sania duduk bersama dengan kepala menunduk. Tidak ada pembelaan dari keduanya, sebab Sania pun sudah mengakui bahwa mereka sudah melakukan hubungan terlarang bersama Bagas malam ini. Hal ini pun semakin memberatkan Bagas untuk mendapatkan maaf dari Aluna, istrinya.
"Sania. Apa kamu tidak memikirkan kakakmu. Dia suami kakak mu, lalu kenapa kamu melakukan ini, hah?" Pak Wijaya merasa hilang akal memikirkan konflik yang terjadi malam ini. Sungguh, semuanya di luar harapannya.
"Mas. Jangan terlalu kasar kepada Sania. Dia masih anak-anak. Seharusnya kita bertanya kepada Bagas. Siapa tahu dia yang merayu Sania dan dia juga harus tanggung jawab atas semua ini" Sekar terlihat menenangkan suaminya dan malah membela anaknya, Sania.
"Tidak. Bukan aku, tapi Sania yang sudah menggodaku selama ini" Bagas mengangkat wajahnya dan membela diri.
"Mas. Kamu kok bicara gitu. Semua ini kan atas kemauan kita sendiri. Kamu yang mau menikmati tubuhku, dan aku juga menyukai kamu. Semua ini atas kemauan kita berdua. Kamu jangan menyalahkan aku gitu dong" Protes Sania. Keduanya pun nampak berdebat dan mengatakan hal-hal kotor yang seharusnya tidak di dikatakan di depan semua orang.
"Tapi kan.... " Bagas masih tak ingin menyerah, namun ucapannya segera dipotong oleh Aluna.
"Aku ingin cerai saja. Aku gak mau sama orang seperti dia. Menjijikan!" sinis Aluna setelahnya. Dia sudah sangat jijik melihat kedua orang didepannya ini. Hancur sudah perasaannya karena ulah mereka.
"Tapi....." Bagas hendak protes lagi, namun di potong oleh Sania.
"Biarin aja Mas. Kamu bilang kamu cinta sama aku dibandingkan Aluna. Bagaimana setelah ini aku hamil. Emang Aluna mau jadi maduku. Kamu kan harus tanggung jawab." Potong Sania.
Pak Wijaya pun memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Biar bagaimana pun, dia harus membuat keputusan. Perkataan Sania ada benarnya juga. Bagaimana setelah ini jika Anak tirinya tersebut Hamil? Jika benar nanti dia hamil, mereka juga yang akan repot jika Bagas masih menjadi suami Aluna, dan semua orang pasti akan membicarakan semua ini. Dia tidak ingin malu, sudah jatuh, ditimpa tangga pula.
"Bagaimana Aluna. Apa keputusan kamu?" Tanya Pak Wijaya kepada Aluna.
Aluna diam, menatap dalam pria yang begitu ia cintai itu, hatinya menjadi sakit, dan rasanya lebih menyakitkan daripada sebuah kematian. Bukan ini yang dia harapkan, bukan kehancuran ini yang dia bayangkan.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen🥰
"Aku ingin bercerai" Jawab Aluna dengan bibir bergetar. Berat, rasanya sangat berat mengatakan kata cerai. Namun, dia tidak ingin mentolerir penghianatan yang dia terima saat ini.
Wijaya menarik nafas berat, lalu menghembuskan kasar, "Bagas. Talak anak saya sekarang juga. Setelah itu kamu menikah bersama Sania" Ujar Wijaya dingin.
"Ayo mas cepat!" Seloroh Sania memaksa. Bagas menatap Sania ragu, lalu kemudian perlahan menatap Aluna yang nampak diam mematung dengan tatapan kosong. Aluna sepertinya sudah sangat siap, hingga Bagas mengira tidak ada tatapan cinta lagi dimata Aluna untuknya.
"Aluna. Ka-kamu saya Talak. Mulai hari ini, detik ini, kamu bukan lagi istri saya" Ucap Bagas.
Suasana mendadak menjadi hening, dan semua orang nampak hanya diam tak bersuara menyaksikan semua ini.
"Baik, Mas. Aku terima talakmu" jawab Aluna kemudian.
Sania yang mendengar itupun langsung tersenyum senang, "Akhirnya, Bagas menjadi milikku. Tidak sia-sia aku mendekatinya selama ini. Rasakan kamu Aluna. Apapun yang menjadi milikmu, itu juga akan menjadi milikku, hingga kamu tidak mempunyai kesempatan apapun untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini" Gumam Sania di dalam hati sembari menyeringai licik.
Usai mendengar kata talak di malam pertama pernikahannya, Aluna pun mendadak berdiri dan pergi ke dalam kamarnya begitu saja. Nenek melihat itu dan menjadi khawatir lalu buru-buru berdiri untuk menyusul. Namun sebelum itu, Nenek Asila menatap kedua orang di depannya dengan tatapan tajam.
"Aku tidak akan memaafkan kalian berdua karena sudah menyakiti cucuku" Kecam Nenek Asila, lalu pergi menyusul Aluna.
Semua orang tahu bagaimana menyedihkannya keadaan Aluna saat ini, jadi tak menyalahkan kemarahan nenek yang ditunjukan untuk Bagas dan Sania saat ini.
Keduanya pun nampak hanya diam tak menjawab, namun berbeda dengan Sekar yang nampak menatap anaknya, Sania, dengan menyeringai licik penuh arti.
Tepat jam satu malam. Pernikahan antara Bagas dan Sania pun di langsungkan malam itu juga. Tidak banyak yang hadir, hanya penghulu, serta kerabat Bagas dan juga tetangga disamping rumah.
Malam ini yang seharusnya menjadi malam pernikahan Aluna dan Bagas, namun kini berubah menjadi malam pernikahan untuk Sania dan Bagas.
"Pergi kamu dari sini Aluna. Sekarang, kamar ini sudah menjadi milikku dan Mas Bagas." Usir Sania kepada Aluna.
Kamar pengantin yang seharusnya menjadi milik Aluna, namun kini di ambil paksa oleh Sania. Aluna hanya bisa pasrah disaat Sania mengusirnya dari kamar pengantinnya dan Bagas dan dia hanya pergi ke kamar tamu untuk menenangkan diri.
"Kenapa kamu tega melakukan ini, Mas?" Aluna menangis sesenggukan di pojok dinding dengan kedua lutut yang ditekuk ke atas. Tubuhnya masih bergetar dengan diiringi suara tangisan yang menyedihkan.
Sungguh menyakitkan memang jika orang yang benar-benar kita percayai ternyata berkhianat bersama adik sendiri. Sejak kecil, Sania dan Aluna selalu bersama dan tumbuh dewasa bersama. Walaupun Sania bukan adik kandungnya, namun Aluna sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Tapi kejadian hari ini benar-benar membuat Aluna sangat hancur dan tak percaya. Dua orang yang dia percayai dengan tega berkhianat kepadanya tepat di malam pertama pernikahannya.
Kesal karena dia tidak mengetahuinya sejak awal, dan penyesalan itupun sudah tak ada gunanya lagi. Nyatanya, kebenaran itu ia ketahui setelah ijab kabul di malam pertamanya. Rasanya, Aluna ingin sekali mati saja daripada menanggung kesakitan ini.
"Aluna. Buka pintunya, nenek mau masuk sayang." Nenek Asila mengetuk pintu dan tak berhenti meneriaki Aluna dari luar. Hatinya sangat Khawatir, mengingat penghianatan yang diberikan Bagas kepada cucunya tersebut, pasti akan membuat mental Aluna semakin kacau dan terganggu.
Beberapa kali pun nenek mengetuk pintu, namun Aluna sama sekali tak berniat membukanya. Tangisnya pun semakin besar dan dia tak sanggup untuk bertemu siapapun saat ini.
"Biarkan saja dia, Bu. Aluna butuh waktu untuk menenangkan diri. Jika ibu masuk, itu akan membuatnya semakin sedih" Wijaya datang dan langsung menasehati ibunya.
Nenek hanya bisa menghela nafas berat, "Kasihan sekali nasib mu nak" Nenek sangat sedih. Namun, Mau tak mau dia harus mendengarkan ucapan Wijaya, dan pergi meninggakkan kamar Aluna yang masih setia terkunci dari dalam.
Sementara itu, Wijaya pun menatap pintu kamar anaknya dengan menghela nafas berat. Dia ikut sedih atas apa yang menimpa anak semata wayangnya tersebut.
Selama ini hubungan Sania dan Aluna sangat baik. Tentu saja kejadian ini akan membuat anaknya sangat terguncang. Namun apa daya dirinya, Sania juga putrinya. Jika Sania hamil tanpa suami, maka keluarga mereka akan semakin malu, apalagi anak yang ada di dalam kandungan nya nanti adalah anak dari suami kakaknya. Keputusan menceraikan Aluna dan Bagas adalah keputusan terbaik, walaupun akhirnya akan membuat luka untuk anaknya, Aluna.
.
.
.
Bersambung
Jangan Lupa Like dan komen 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!