@Nadam Internasional Senior High School
Pagi yang cerah di sebuah sekolah Internasional kota Seoul. Banyak pelajar yang berlarian ketika mereka sampai di depan sekolah mereka. Tanpa terkecuali, gadis sedikit tomboy memakai seragam perempuan, sekaligus celana olah raga. Karena menurutnya rok seragam sekolahnya terlalu pendek baginya, dan jangan lupa jaket hoodie berwarna biru selalu dia pakai.
"Rae-ya, apa kau sudah mengerjakan PR matematika mu?" ucap salah satu temannya yang baru sampai di sekolah.
"Sudah, kau mau pinjam bukuku lagi?" jawabnya santai.
Sementara gadis bernama Lee Ji Eul itu, langsung menyengir karena dia ingin meminjam buku Raeyoo.
"Aish, ini alasannya kenapa kau menyuruhku datang lebih pagi?" kesal Raeyoo mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
"Ini segera kerjakan, dan ingat saat Park ssaem datang aku titip mengumpulkan tugasnya" ucap Raeyoo.
"Siap komandan," Jieul memberikan hormat kepada Raeyoo.
Sesaat kemudian, mereka berjalan bersama menuju kelas mereka yang berada di lantai 3. Selama menyusuri lorong, sekolah banyak para murid laki-laki mencari perhatian kepada Raeyoo dan Jieul. Karena menurut mereka, kedua gadis itu tidak banyak gaya atau dandan seperti gadis - gadis Korea pada umumnya. Dan itu, membuat salah satu primadona sekolah tidak suka dengan mereka berdua.
"Apa hebatnya mereka berdua, masih cantikan aku." cibirnya kesal.
***
Masih di sekolah yang sama, namun di sudut lain sekolah. Terdapat tujuh orang laki - laki, yang memperhatikan gerak - gerik Raeyoo dengan Jieul.
"Oh, itu titisan Putri Mahkota?" ucap salah satu dari mereka tersenyum sinis.
"Dari bau auranya juga sangat kuat, Jeon." ujar yang lain.
"Dan aura itu, sama seperti dulu. Aura yang membuat ibu kita tewas seperti abu." ucap seseorang bermata merah pekat.
"Kau jangan begitu, Victor. Kita datang ke masa depan untuk menghalanginya menemukan reinkarnasi para Putra Mahkota." ucap seorang pria usia lebih tua dari mereka.
"Aku masih marah dengan dia, hyung. Gara - gara dia dulu, mataku tidak bisa berubah seperti kalian. Orang-orang sampai memanggilku vampir. Bahkan terlahir kembali di masa depan, mataku tetap sama tidak seperti kalian." jelasnya kesal.
Namun tidak dengan pria yang di panggil hyung itu. Justru di hatinya, ada hal yang lain ketika melihat Raeyoo.
"Dulu aku tidak bisa mencintainya, karena kita masih saudara satu ayah. Kau adalah anak permaisuri dan aku hanya anak dari selir memiliki ilmu hitam. Apakah di masa sekarang, aku bisa mencintainya?" ucapnya dalam hati.
"Aku peringatkan sekali lagi, hyung. Jangan terjebak dengan cintamu yang salah itu. Ingat, kita dulu satu keturunan dengan gadis itu. Jika kau memaksa lagi, siap - siap kau menjadi abu." ucap seseorang bernada dingin.
"Aku tidak akan terjebak lagu, Hyungi - ah." bohongnya.
Iya, mereka bertujuh adalah reinkarnasi dari para pengacau kerajaan yang tak bisa menjadi Putra Mahkota. Karena ibu mereka seorang selir, dari keturunan penyihir yang berambisi ingin menguasai kerajaan.
Mereka bertujuh terlahir kembali dengan kuatan serta ingatan yang sama saat mereka hidup di masa lalu. Mereka adalah Jinhoo, Hyungi, Namil, Hoshin, Jimyun, Victor, dan Jeon. Di dunia masa depan, mereka adalah ketujuh pangeran sekolah yang digilai oleh para murid perempuan.
Berbeda dengan Raeyoo, yang sangat tidak tertarik dengan mereka bertujuh. Karena sekali melihat mereka, tanda lahir berbentuk bunga matahari di lengannya memunculkan cahaya seperti api, dan ingin sekali menyerang mereka bertujuh. Namun, Raeyoo masih bisa menahannya agar tidak menimbulkan curiga.
*****
Bersambung...
*
...****************...
Hai, semua. Ini karya novel terbaruku berikutnya semoga kalian suka dan mendukungnya.
seperti biasa, jangan lupa komentar, like, dan share
agar biar bisa semangat lanjut buat novel ini lagi. 😁✌
Pada sore hari waktu Korea Selatan, seorang laki - laki mengayuh sepedanya dari Kampus tempat dia berkuliah. Sesekali, dia menutupi tanda lahir di pergelangan tangannya yang seperti tato dengan jam tangannya. Sesaat kemudian, dia menghentikan sepedanya di tempat parkir lapangan basket. Tempat biasa dia, bertemu dengan sahabat senasib dengannya yang sama-sama memiliki tanda lahir bunga matahari di pergelangan tangannya.
"Kau sudah lama menungguku di sini, Lee Bangjin?" tanya pria itu duduk di tribun lapangan.
"Baru lima menit yang lalu, Jae - ah." ucap pria keturunan korea jepang itu.
"Kau kenapa lagi, menghubungiku saat di kampus?" tanyanya lagi.
"Hyungku, kurang kerjaan menunjukkan tanda lahir di pergelangan tanganku kepada cenayang." adunya kesal.
"Lalu?" tanyanya lagi.
"Kau tahu, apa yang di katakan oleh cenayang itu?" pria bernama Hyukjae hanya menggelengkan kepalanya karena tidak tahu.
"Tanda lahir ini, ada tujuh orang yang memilikinya. Dan salah satu tujuh orang itu adalah seorang perempuan. Karena dulu, seorang Raja memiliki enam putra mahkota dan satu putri mahkota. Namun, keenam putra mahkota meninggal saat ada kekacauan di kerjaan, dan putri mahkota saat menjadi panglima perang sekaliyan pelindung para saudaranya saat itu di hukum m*ti oleh raja karena tidak bisa menjaga para putra mahkota." jelas Bangjin.
"Dan tadi pagi, aku bertemu gadis yang memiliki tanda lahir yang sama dengan kita di halte. Saat itu, dia menyelamatkan anak kucing yang sedang kelaparan. Langsung saja, otakku mengingat kejadian masa kerjaan ada gadis kecil memanggilku " Oraboni*" sambil menggendong kucing kesayangannya." lanjutnya
(*Oraboni \= sebutan kakak laki-laki dari adik perempuan di masa kerajaan. Kalau sekarang di sebut "Oppa")
Jaehyuk menganggukkan kepalanya, sebagai tanda dia mengerti. Dia sering bermimpi seperti di ceritakan oleh Bangjin namun dia tidak berani menceritakan.
"Apakah kau tahu ciri-ciri gadis itu?" tanya Jaehyuk sekali lagi.
"Sepertinya dia sekolah di Nadam Internasional Senior High School. Aku melihat dari seragamnya, tapi wajahnya selalu di tutupi dengan tudung hoodie warna biru yang dia pakai." jawab Bangjin.
"Hmmm, sulit juga memang untuk mencari dia. Padahal aku juga ingin tahu, dia punya kekuatan apa pada dirinya?" batin Jaehyuk
"Tapi, kalau di pikir - pikir kita harus waspada juga. Jae - ah," Bangjin menghela nafasnya.
"Waspada? Maksudnya apa, Jin - ah?" Jaehyuk terkejut.
"Cenayang itu bercerita kalau, anak - anak dari selir raja yang memiliki ilmu hitam itu. Juga terlahir kembali, dan mereka masih memiliki ingatan masa lalu. Mereka terlahir kembali, untuk menuntut balas dendam atas kematian Ibu mereka. Padahal, mereka dan Ibunya sudah memb*nuh para putra mahkota." jawab Bangjin
"Bangjin-ah, bagaimana liburan kuliah nanti kita mencari gadis itu?" usul Jaehyuk.
Bangjin mulai berpikir, apakah harus dia mencari gadis itu. Secara dia juga sibuk mengurus cafenya, jika dia libur kuliah.
"Kita lihat saja nanti, Jae - ah. Aku takut waktu kita mencari gadis itu. Cafeku tidak yang mengawasi ketika ramai." jawab Bangjin kepada sahabatnya itu.
***
Sementara di sudut perpustakaan kota Seoul, terdapat tiga orang remaja berseragam SMA dan SMP sedang membaca buku - buku legenda. Karena ingin membantu, mengerjakan tugas siswa yang masih pelajar SMP.
"Hyung, coba lihat. Kenapa bentuk bunga matahari ini, sama seperti di pergelangan kita?" ucap si siswa SMP menunjukan gambar lukisan kuno di buku dia baca.
"Mungkin hanya kebetulan saja, Samuel - ssi." ucap laki-laki bernama Hyukjin dengan nada datar.
"Masak kebetulan, Hyuk - ah. Kau makanya sering - sering baca cerita tentang legenda. Tidak hanya matematika saja yang kau baca." ejek Jungil kepada sahabatnya satu sekolah.
"Aku bukan dirimu yang menyukai sastra dan legenda." ucap Hyujin dingin sambil mencari buku untuk Samuel.
'Deg'
Tiba - tiba dada Samuel sesak, setelah mendengar ucapan Hyukjin.
"Kata - kata itu, kenapa seperti pernah mendengarnya." batinnya terkejut dan tiba-tiba dia pingsan di lantai perpustakaan.
Sontak saja, kedua orang itu terkejut langsung membopong tubuh Samuel ke ruang kesehatan perpustakaan.
"Adik kalian hanya kelelahan saja," ucap Dokter kepada Hyukjin dan Jungil.
"Hah! kelelahan. Padahal, tadi dia makan paling banyak sebelum datang ke sini." ucap Jungil tidak percaya.
"Mungkin saja, dia terlalu banyak keras untuk berpikir. Sampai - sampai dia kehabisan tenaga," Hyukjin menimpali.
"Aish, susah juga bicara dengan kulkas." umpat Jungil.
Sementara yang di umpat, bersikap tidak peduli dan melihat kondisi Samuel.
***
"Kevin - ah, kau dengar tidak penjelasan Choi-ssaem?" ucap seorang pria yang duduk sebangku dengan pria bernama Kevin.
"Hah?! Mwo?" tanya Kevin tersentak dari lamunannya. Sedangkan teman sebangkunya menepuk keningnya karena teman sebangkunya ini sering kali melamun.
"Aish, dasar Kevin. Tadi Choi-ssaem, menjelaskan kalau besok kelas kita akan berkunjung ke Museum Kerajaan Dinasti Joseon. Setelah itu, kita di sana disuruh mempelajari tentang peninggalan budaya dan sejarah pada masa itu. Kebetulan kelompok kita, mendapat tugas tentang legenda kerjaan yang belum terkuak." jelas teman Kevin bernama Jung Mil.
"Ah, ke museum itu lagi. Nanti aku pingsan lagi waktu kelas 10, guru itu mau tanggung jawab?" kesal Kevin.
"Yak! Kau pikir, aku tidak lelah mengangkat tubuhmu yang bongsor itu saat kau pingsan? Salah sendiri, siapa suruh kau iseng di tempat penuh sejarah." omel Jung Mil.
"Bukan itu, pabo. Tempat itu, rasanya aku pernah tinggal di sana. Namun suasananya masih asri istana kerjaan. Dan entah kenapa, tanda lahir di pergelangan tanganku terasa ngilu." ucap Kevin dan tidak dipercayai oleh temannya itu.
"Kau jangan berhalusinasi saat sore hari," ucap temannya.
"Aku tidak bohong, Lee Jung Mil." ucapnya dalam hati.
*******
Bersambung....
Aku bawa part selanjutnya, nih semoga bisa membantu. terimakasih
jangan lupa, like, komennya ya...
Istana Gyeongbok adalah sebuah istana yang terletak di sebelah utara kota Seoul (Gangbuk), Korea Selatan. Istana ini termasuk dari lima istana besar dan merupakan yang terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon.
Sebagai istana utama, Istana Gyeongbok merupakan pusat pemerintahan yang dikelilingi oleh kuil leluhur, altar kurban dan kantor-kantor pemerintahan. Namun, istana yang disukai dan ditempati lebih lama adalah Changdeok. Saat Dinasti Joseon berakhir pada tahun 1910, Istana Changdeok dijadikan aset pemerintah dan dibuka untuk umum.
(Sumber : Wikipedia)
Kevin menitikkan air matanya saat memasuki istana ini. Entah kenapa ada kerinduan mendalam, ketika dia menginjakkan kaki di tempat ini. Dulu, sewaktu dia SMP, dia sempat pingsan di Istana Changdeok. Sekarang, dia kembali lagi ke kompleks yang sama namun di Istana utama.
"Kenapa kau menangis di tempat ini?" tanya seorang gadis dengan nada dingin.
Kevin menengok ke sumber suara, ternyata ada gadis lawan main basketnya dari Nadam Internasional High School.
"Bukan urusanmu," jawab Kevin singkat.
"Ketika ada orang menangis di Istana Utama, apalagi di ruangan singgasana tahta. Pasti ada kaitannya, dengan masa lampau terbawa masa sekarang." jelas gadis itu yang tak lain adalah Raeyoo.
"Yak! Seingat aku murid Nadam Internasional High School, bukan di Istana ini melainkan di Taman Istana melaksanakan study tour." jawab Kevin berusaha mengalihkan topik.
"Ada sesuatu yang bergejolak di dadaku, membuat aku datang ke sini." balas Raeyoo
Kemudian, gadis itu menengok pergelangan tangan kanan Kevin, dan menemukan sesuatu.
"Tanda lahirmu kenapa sama denganku?" tanya Raeyoo.
Kevin menyadari, langsung menyembunyikan pergelangan tangannya di balik punggung.
"I... itu bukan urusanmu," ucap Kevin gugup.
"Aku tak tahu apakah kita dulu saudara apa bukan. Tapi, setiap kita tanding rasanya aku ingin sekali melindungi dirimu." jelas Raeyoo.
"Itu hanya perasaanmu saja mungkin." ucap Kevin mengelak.
Raeyoo menghela nafas kasar, dan mengalihkan pandangannya di lukisan ruangan itu.
"Sepertinya kau mirip dengan pangeran Hyun." tunjuk Raeyoo dan meninggalkan Kevin.
"Aish, kenapa lukisan itu sangat mirip dengan sih?" ucap Kevin kesal setelah memperhatikan lukisan itu.
***
Beberapa jam setelah study tour mengelilingi Istana. Tiba - tina ada angin kencang seperti ****** beliung menghampiri peserta study tour dari Nadam Internasional Senior High School mau Garam Senior High School yang sedang beristirahat di sekitaran Istana. Entah siapa yang mengendalikan angin itu, dengan secara tiba-tiba mata Raeyoo maupun mata Kevin mengeluarkan cahaya biru, dan mereka menghadapi angin itu.
"Raeyoo haksaeng*, kau jangan mendekati angin itu." peringat gurunya kepada Raeyoo.
(*Haksaen \= murid)
Namun Raeyoo tidak memperdulikan ucapan gurunya. Dengan jentikan jarinya, seolah-olah waktu terhenti dan angin itu terus bergerak.
"Victor!" teriak Raeyoo lantang.
Sementara, sang pengendali angin hanya tersenyum sinis melihat amarah Raeyoo. Di balik cahaya mata gadis itu, terdapat nyala api siap menyerang.
Namun dari arah kejauhan, sebuah batuan es menerjang tubuh Victor sehingga angin yang di kendalikan Victor terhenti.
"Siapa kau kep*rat? Kenapa kau menganggu kesenanganku?!" ucap Victor kesal.
"Hei, manusia mata vampir. Sekali kau menganggu saudaraku, kau akan menjadi abu seperti ibumu dulu." ucap nada dingin seseorang yang tak lain Kevin.
Keadaan Kevin memang sama dengan Raeyoo, sama mengeluarkan kekuatannya. Namun bedanya, Kevin dalam di alam bawah sadarnya.
"Aish, kalian berdua. Tidak di masa dulu, maupun masa sekarang. Masih tetap saja, mengacaukan segalanya." geram Victor sesaat kemudian dia menggunakan jurus menghilangnya.
Setelah Victor menghilang, cahaya dari mata Kevin dan Raeyoo padam. Kemudian, secara bersamaan mereka berdua limbung ke tanah, dan saat itu juga waktu yang di hentikan Raeyoo berjalan kembali.
"Astaga, kenapa dengan mereka mereka berdua?" ucap guru mereka berlari ke arah Raeyoo maupun Kevin.
Banyak yang menyaksikan, kejadian itu terutama murid dari masing-masing sekolah. Namun tidak dengan seseorang pria dengan berpakaian jas kantor yang sempat memperhatikan tanda lahir di pergelangan dua siswa itu.
"Tidak mungkin, apakah ramalan para cenayang dulu benar-benar terjadi?" ucapnya terkejut.
Orang itu adalah Park Hyun Wook, seorang ilmuwan yang sedang meneliti legenda Raja pada dinasty Joseon.
"Tanda lahir itu, seperti milik putra dan putri mahkota. Tanda lahir, berbentuk bunga matahari bertangkai naga. Ini masih dua orang, kemana kelimanya yang lain. Seharusnya mereka ada tujuh." gumamnya penasaran.
***
Berita tentang angin misterius, dan pingsannya dua pelajar di Istana peninggalan dinasty Joseon. Mulai menjadi tranding topik di semua platform media sosial maupun breaking news di televisi. Jaehyuk yang melihat berita itu di kantin kampus langsung menghubungi Bangjin.
"Kita bertemu tempat biasanya, Bangjin - ah." ucapnya melalui telepon.
Sementara di tempat sekolah lain, Jungil juga melihat berita itu, dan dia penasaran dengan kedua siswa yang pingsan itu. Karena dia sempat melihat tanda di pergelangan tangan kedua siswa itu.
"Aigoo..., kenapa juga ada angin misterius itu di tempat bersejarah?" celetuk Hyukjin.
"Kau tidak ada keanehan, Jin-ah?" tanya Hyukjin.
"Ya, mungkin hanya perubahan alam yang mendadak." jawab Hyukjin santai.
Ingin sekali Jungil menyadarkan sahabatnya satu itu tentang keanehan yang terjadi. Karena menurut Jungil, itu peristiwa di luar nalar dan logika. Beda sekali apa yang dikatakan Hyukjin.
Berbeda dengan Jungil dan Hyukjin, di sebuah rumah sederhana Samuel melihat berita tentang Angin misterius itu, dan melihat wajah kedua siswa yang pingsan itu. Sontak saja, air matanya mengalir deras karena ada kerinduan yang mendalam ketika melihat wajah itu.
"Noona, Hyung..., Aku rindu kalian. Hiks.. hiks.." ucapnya tanpa sadar.
Sementara orang tua Samuel, merasa heran apa yang di katakan anaknya itu.
"Kenapa terjadi lagi, Oppa?" lirih Ibu Samuel kepada suaminya.
"Ini semua karena takdir, Natalie. Kau ingat kata kakek tua ketika kau hamil Samuel? Kita tidak tidak bisa mengubah takdir seorang titisan dari masa lalu. Karena ikatan batin mereka sangat kuat. Sampai mereka bereinkarnasi berkali-kali pun, takdir akan tetap sama." ucap Changhyun kepada istrinya.
"Tapi, kita harus bagaimana?" tanya Natalie.
"Aku akan mencari tahu, tentang kedua orang tua siswa itu. Siapa tahu, mereka bisa kerja sama tentang anak - anak itu." usulnya dan menangkan Natalie.
Natalie hanya bisa menganggukkan kepalanya, atas usulan suaminya itu. Karena mereka sudah lelah, dengan keanehan sang anak mulai sejak kecil hingga beranjak remaja.
Keanehan itu berawal, ketika Samuel baru bisa berbicara ketika anak itu mengatakan akan ada pencuri di rumahnya, dan benar saja satu jam setelahnya terjadi pencurian di rumah itu.
Keanehan lainnya, ketika Samuel berusia 5 tahun. Ketika itu, Samuel marah besar kepada orang dewasa mengerjai temannya. Dengan sekali hantaman dari tangan mungil Samuel, orang itu terpental jauh, dan jangan lupa ada api yang menyala di bola matanya ketika dia marah besar.
*****
Bersambung....
jangan lupa like komennya supaya bisa lanjut ceritanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!