NovelToon NovelToon

MADU UNTUK SUAMIKU

Prolog

Sepasang suami istri yang berasal dari keluarga kaya raya, namanya Fransiska Damayanti (33 tahun) dan suaminya bernama Arya Praptama (35 tahun), diumur mereka yang sudah menginjak kepala tiga, seharusnya mereka sudah memiliki beberapa momongan, tapi nyatanya Tuhan belum menghendakinya, 10 tahun Siska menjalani bahtera rumah tangga bersama suaminua Arya, suami yang selalu setia mendampinginya dikala suka maupun duka, tapi sampai saat ini Ia belum bisa menyempurnakan hidup Arya, berbagai cara mereka Ikhtiar dari yang pengobatan tradisional sampai pengobatan medis pun mereka jalani tapi hasilnya nihil.

Siska duduk dimeja rias miliknya, hatinya penuh kegusaran karena Ia harus menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya,

"Rupanya diriku tak muda lagi, tapi sampai saat ini aku belum bisa memberikan anak kepada mas Arya," gumam siska didalam hati sambil mentap wajahnya di cermin.

Siska menatap wajah Arya dibalik cermin, yang selalu tersenyum menatapnya, menunggu pujaan hatinya selesai berdandan, karena Arya sudah tahu kebiasaan istrinya yang suka berdandan sebelum tidur, sedang Siska hanya bisa membalas senyuman Arya, meski didalam hatinya sedang berkecamuk, tekanan batin yang Ia rasakan membuatnya sakit, saking sakit yang Ia rasakan, Ia berusaha menenangkan dirinya dengan meremas kuat dadanya.

Namun semua itu tidak menghalangi rencana Siska yang akan menikahkan Arya dengan seorang gadis yang Ia temui satu tahun belakangan ini.

Siska mencoba mengumpulkan seluruh tenaganya, Ia menghela nafas panjang lalu menghampiri Arya yang sedari tadi menunggunya diranjang asmara milik mereka, dimana ranjang itulah yang menjadi saksi bisu awal pernikahan mereka hingga saat ini.

"Mas," panggil Siska sambil mendekapkan kepalanya di dada Arya yang bidang nan berotot.

"Iya sayang" sahut Arya membelai rambut siska.

"Kamu sayang gak sama aku?" tanya Siska dengan sedikit gugup

"Yah sayang dong" jawab Arya dengan santai

"kamu cinta gak sama aku?" tanya Siska lagi

"Ya cinta lah sayang," jawab Arya sambil tersenyum menatap Siska.

"Apa kamu akan melakukan apapun yang aku mau mas?"

"Hmm selagi aku mampu, akan aku lakukan apapun untukmu sayang"

"Hmm seperti itu yah,"

"Iya sayang, kamu ini kenapa sih? tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Arya keheranan melihat tingkah istrinya yang aneh itu.

Tidak apa-apa mas, aku hanya ingin megatakan sesuatu padamu mas,"

"Apa itu sayang?"

Mendengar pertanyaan Arya membuat Siska semakin gugup, sejenak ia menarik napasnya lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Sebenarnya, aku ingin kenalin kamu dengan seseorang Mas!"

Mendengar ucapan Siska membuat Arya terkejut, Arya langsung mengerutkan dahinya tak mengerti dengan ucapan Siska barusan.

"Apaa? maksud kamu apa sayang?" tanya Arya mulai penasaran.

Siska langsung duduk disamping Arya lalu memegang lembut tangan Arya, Ia menghela nafasnya sejenak lalu mencoba menjelaskan maksudnya kepada Arya.

"Mas, aku mau kamu menikah dengan wanita pilihanku Mas dan besok kamu harus bertemu dengannya Mas" jelas siska serius

Mendengar penjelasan Siska, seketika Arya menarik tangannya dari ganggaman Siska, Ia tak percaya Siska akan melakukan hal sekonyol itu.

"Apa kamu sudah gila Siska! Aku gak mau, kamu boleh menyuruhku apapun, tapi jangan menyuruhku menikahi wanita lain" ucap Arya yang mulai emosi.

"Tapi mas kita tidak punya cara lain, hanya itu satu satunya jalan agar kamu bisa mempunyai anak Mas" ucap Siska dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Tapi kita kan masih bisa berusaha dengan cara lain Siska, dengan bayi tabung aku siap" seru Arya mulai emosi.

"Tidak bisa Mas, aku tidak mau karena itu terlalu beresiko, aku mohon Mas turutin permintaanku yah" ucap Siska bermohon disamping Arya.

Seketika Arya langsung menoleh ke hadapan Siska, lalu memegang bahu Siska dengan kuat, Arya menatap mata Siska dengan tajam

"Aku katakan padamu Siska, Aku tidak bisa" seru Arya dengan nada tegas menghempaskan Siska diatas tempat tidur, lalu perlahan berjalan meninggalkan Siska.

"Kalau kamu tidak mau mengikuti kemauanku, lebih baik kamu tinggalkan saja aku Mas hiks hiks" teriak Siska mulai terisak karena Arya menolak permintaannya itu.

Mendengar teriakan Siska, membuat Arya menghentikan langkahnya, Ia langsung membalikkan tubuhnya lalu kembali menghampiri Siska.

"Siska, apa kamu yakin akan melakukan ini semua? " tanya Arya dengan nada emosi.

"Iya, aku sudah yakin Mas" jawab Siska dengam lantang seketika membuat mata Arya terbuka lebar.

"Apa yang kamu pikirkan Siska? kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? atau jangan- jangan kamu sudah gak cinta sama aku Siska ?"

"Justru karena aku cinta kepadamu Mas, aku melakukan semua ini, karena aku ingin melihat kamu bahagia, aku juga ingin melihat mama bahagia melihat cucunya, hiks hiks hiks" ujar Siska sambil meneteskan air matanya.

Arya langsung memeluk erat tubuh Siska yang terguncang karena menangis, hingga akhirnya Arya pun ikut menangis.

"Kamu tahu siska, hampir 11 tahun kita bersama, tak sedikitpun aku mempunyai pikiran untuk menghianatimu Siska, dan sekarang kamu tega menyuruhku untuk menduakanmu" bisik Arya ditelinga Siska.

"Maafkan aku, Mas" ucap Siska memeluk erat Arya.

Kemudian Arya melepaskan pelukannya lalu menatap Istrinya yang sesenggukan menangis.

"Baiklah Siska kalau itu memang kemauanmu, akan aku turuti, tapi ingat aku tidak akan memperlakukan dia sepertimu"

"Iya tidak apa-apa mas, terima kasih yah mas karena kamu sudah mau menuruti kemauanku" ucap Siska seraya memeluk Arya dengan erat.

Mendengar keputusan Arya seketika membuat Siska merasa sedikit lega, meskipun Ia tahu pasti suatu saat ini akan menjadi cobaan terberatnya tapi Ia tidak perduli, yang terpenting baginya adalah kebahagiaan Arya bersama keluarganya.

****

Hari ini Siska sudah bersiap siap untuk menemui gadis yang akan Ia kenalkan kepada Arya, Siska tampak semangat memilihkan baju untuk Arya, Ia tak mau sang gadis kecewa melihat tampang suaminya itu kurang rapih. Sedang Arya duduk ditepi ranjang nampak lesu tidak bersemangat.

"*Mas kamu mau pakai yang mana?" tanya Siska tersenyum.

"Aku gak tahu sayang, kamu aja yang pilih" jawab Arya dengan suara datar.

"Hmm kalau menurut aku kemeja ini bagus, hmm tapi yang warna merah hati lebih keren kayaknya" ucap Siska bingung memilih pakaian yang akan dikenakan Arya.

"Hmm yang ini ajalah mas" ucap Siska sambil memberikan kemeja biru langit polos kepada Arya.

Arya pun menuruti semua perintah Siska, meskipun dalam hatinya kesal dan emosi, tapi Ia berusaha menahannya demi menjaga hati istri yang dicintainya itu.

"Ya udah mas, cepetan ganti baju, entar kita terlambat loh"

Arya hanya menatap tingkah istrinya, lalu berlalu pergi untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai Arya keluar dengan pakaian yang dipilihkan Siska dengan sepatu spokat hitamnya hingga membuat Arya terlihat tampan, seketika Siska langsung terpukau melihat ketampanan suaminya itu.

"Nah kalau gitu kan kelihatan cakep, pasti calon istri mas suka nanti"

"Siska cukup, stop bicarakan itu" ucap Arya yang mulai emosi.

"Aku mohon sama kamu Siska, tolong urungkan Niat gila mu ini" lanjut Arya memegang lengan Siska lalu mengguncangkannya.

Seketika Siska langsung terdiam sejenak lalu menarik napasnya kembali.

"Tidak Mas, aku sudah tekad untuk menikahkanmu, dan aku tidak mau semuanya gagal" ucap Siska menatap Arya tajam.

mendengar ucapan Siska, membuat Arya kembali menitihkan air mata, Ia langsung memeluk Siska.

"Siska, Aku tak sanggup menyakitimu, apa kamu rela membagi aku dengan wanita lain? hiks hiks" bisik Arya.

"Mas, aku sudah memikirkan ini dari jauh hari dan aku sudah siap menerima konsekuensinya" ucap Siska melepas pelukan Arya.

"Oke Oke kalau itu maumu, sekarang kita pergi kesana temui gadis itu" ucap Arya dengan nada keras, lalu menarik tangan Siska sampai ke mobil.

Sampai dimobil Arya membuka pintu mobil lalu menyuruh Siska masuk mobil, diikuti Arya masuk ke mobil untuk menyetir.

"Dimana alamat rumah gadis itu?"

"Dijalan kembang desa ci..."

Arya pun mulai melajukan mobilnya menuju alamat rumah gadis yang Istrinya berikan, didalam perjalanan, Arya hanya diam membisu begitu pula dengan Siska yang hanya diam sesenggukan menyeka air matanya.

Setelah menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya Arya dan Siska sampai disebuah desa terpencil, mereka memarkirkan mobilnya tepat didepan sebuah rumah kayu yang sudah tua.

Siska pun langsung turun dari mobil bersama Arya lalu menghampiri rumah tersebut,

Perlahan Siska mulai mengetok pintu rumah itu.

Tok tok tok

"Assalamualaikum" ucap Siska memberi salam sambil mengetok pintu.

Hingga akhirnya, pintu itu terbuka dan terdengar suara jawaban salam dari balik pintu rumah.

"Wa'alaikumussalam" jawab seorang wanita tua yang sudah renta lalu keluar dari pintu.

"Siapa yah?" tanya nenek tua itu memicingkan matanya berusaha melihat siapa yang datang.

"Mbah ini saya Siska" ucap Siska berusaha mendekat agar terlihat oleh mbah Tarmin.

Namanya Mbah Tarmin usianya sudah 75 tahun, matanya rabun karena ada katarak yang sudah menahun dimata hingga Ia sulit melihat sesuatu.

"Oh Nak Siska, Mari masuk nak" ajak Mbah Tarmin mempersilahkan masuk.

Siska langsung mengikuti Mbah Tarmin masuk kedalam rumah itu, tapi tiba tiba Arya memegang tangan Siska untuk berhenti.

Siska menatap Arya, sedang Arya memberikan Isyarat menggelengkan kepalanya agar Siska mau mengurungkan niatnya, lagi lagi Siska keras kepala dan tidak mengindahkan permintaan Arya, Ia meyakinkan Arya untuk masuk kedalam, bahwa semua akan baik baik saja.

Setelah masuk mata Siska tertuju dibalik ruangan dalam rumah itu lalu menanyakan cucu dari mbah Tarmin.

"Mbah, Dinda mana?" tanya Siska.

"Dinda ada didalam nak, bentar yah saya panggilkan"

"Iya Mbah"

"Dindaaa" panggil mbah Tarmin

"Iya Mbah" terdengar suara sahutan seorang gadis dari dalam ruangan tengah ,tiba tiba Dinda muncul dengan wajah yang penuh ketakutan. Dinda sudah tahu bahwa Siska sudah datang bersama suaminya, karena Ia sempat mengintip dari balik jendela kamar depan, Sejujurnya Dinda merasa gugup melihat Siska dan Arya,

Ternyata Siska telah menepati janjinya untuk membawa suaminya ke rumah Dinda, karena seminggu yang lalu Siska sudah berjanji akan datang menikahkan suaminya bersama Dinda.

Bersambung...

Pertemuan Dinda

Saat aku sedang berbelanja di warung bu ima, aku tampak risih melihat lelaki yang ada di sebelahku, dari tadi Ia selalu memperhatikanku sampai membuat aku kesal.

duh kenapa sih nih cowok, liatin aku terus. gumamku dalam hati.

"Nih bu ima uangnya, makasih yah bu" kataku sambil menyodorkan uang dua ribuan kepada bu Ima.

lalu aku segera pergi meninggalkan warung bu Ima.

dalam perjalanan aku merasa ada yang selalu mwmbuntutiku. aku tahu pasti lelaki tadi yang selalu memperhatikanku. namun aku berusaha untuk pura pura cuek.

tiba tiba terdengar suara dari belakangku.

"Hey neng..." panggil lelaki itu. dan entah kenapa tiba tiba langkahku terhenti. dan jantungku mulai berdegub kencang.

aku mendengar suara langkah kaki lelaki itu mendekatiku.

"hey dari tadi aku panggil kamu gak nyaut" kata lelaki itu.

"Iya soalnya Aku disuruh mama, jadi aku jalan cepat, kamu ngapain sih panggil aku?" aku mencoba pura pura ketus, soalnya lelaki jaman now gak bisa dipercaya. itu menurut aku sih.

"oh gitu, gak kok ,aku cuma mau kenalan sama kamu, boleh kan?" tanya lelaki itu sambil mengulurkan tangannya kepadaku.

"hmm gimana yah" jawabku sambil berpikir pikir.

"ya udah gak apa apa, kalau kamu gak mau kenalan sama aku" kata lelaki itu dengan nada sedikit kecewa kudengar. lalu ia melajukan langkahnya dan meninggalkanku.

"hey tunggu" aduh entah kenapa tiba tiba aku spontan langsung memanggilnya. seperti ada rasa kasihan ketika melihatnya. akhirnya lelaki itu menghentikan langkahnya. dan aku pergi menuju ke arah lelaki itu.

"aku intan.." ku ulurkan tanganku yang mulai dingin karena gugup. kulihat mata lelaki itu bahagia.

"aku Rio.. " balas  lelaki itu sambil menjabat tanganku.

tiba tiba aku baru sadar kalau aku sedang disuruh mama belanja. akupun pamit kepada Rio.

"duh mas rio, maaf aku pergi dulu soalnya ditungguin mama." bergegas kutinggalkan mas Rio. namun tiba tiba aku mendengar teriakan mas Rio dari belakang.

"besok aku tunggu kamu di depan sekolahmu jam 12 siang yah" kata mas rio dengan suara keras. ku arahkan pandanganku ke belakang dan melihatnya sambil tersenyum sabagai tanda setuju.

***

sesampainya dirumah aku melihat mama sedang memasak hidangan untuk makan malam.

"dari mana saja kamu ini, masa beli garam aja lama?" tanya ibuku dengan penasaran.

"maaf ma, tadi intan ngantri diwarung bu Ima, jadi lama banget" jawabku sedikit kebingungan.

"oh gitu, ya sudah kamu bantu mama masak dulu ya nak" kata mamaku lagi.

untunglah mama gak curiga dengan aku, soalnya mama sama papa aku orangnya keras, mereka gak pernah ngijinin aku untuk pacaran sebelum lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan. maklum saat ini usiaku masih 17 tahun, dan sekarang aku sudah duduk dikelas 3 SMK, sebentar lagi aku ujian kelulusan. jadi orang tuaku benar benar ketat soal itu.

selesai makan malam, aku segera membereskan meja, lalu menuju kamar untuk melanjutkan belajar, karena besok akan mulai Try out.

saat aku sedang fokus untuk belajar tiba tiba saja aku teringat perkenalanku dengan mas rio tadi.entah kenapa ada rasa bahagia di hatiku. ternyata lelaki yang selama tinggal di belakang rumah ku itu namanya Rio, hmm kalau dipikir pikir mas Rio itu tampan juga sih, meskipun kelihatanya sih dia lebih dewasa dari aku, gumamku dalam hati sambil tersenyum

keesokan harinya saat aku pulang sekolah tiba tiba aku melihat mas Rio sudah ada didepan sekolahku. aku kaget bukan kepalang, aku kira yang dikatakan mas Rio semalam itu cuma bercanda, ternyata betulan dia jemput aku. mana banyak temen temen aku lagi duh.

aku berusaha pura pura tidak melihatnya dengan harapan agar mas Rio juga tidak melihatku.

"Intan..." panggil mas Rio sambil melambaikan tangannya.

aku jadi salah tingkah dan merasa deg degan. secara dengan spontan semua temanku langsung melihat ke arah mas Rio.

"Intan ada yang panggil kamu tuh.." ucap lina sambil menarik bahu aku untuk menoleh ke arah mas rio.

"hmm..siapa sih yang panggil aku?" aku pura pura tidak tahu dan mencoba mengarahkan pandanganku kepada mas rio.

"Itu ada cowok manggil kamu," kata lina lagi.

"cie cie... pacar kamu ya ntan.." ledek mira dari samping.

aku yang merasa malu, mencoba menjelaskan ke teman temen aku kalau aku gak ada hubungan apapun dengan mas Rio.

"ih apaan sih kalian, itu tuh temen aku kok" jawab aku dengan santai.

"temen apa temen nih" ledek mira lagi.

"ih beneran, suer, kalau gak percaya coba kalian tanya mas Rio"

"oh jadi namanya Rio, ceileh berarti kamu udah kenalan dong sama dia?" ucap Lina.

"tapi dia tampan juga kok ntan, keren pula" timpal Mira lagi sambil menggodaku.

"hmm biasa aja kok" jawab ku dengan santai lagi,

"ya udah yuk temenin aku ke mas Rio" aku mengajak Lina dan Mira bertemu dengan mas rio.

"hay mas, kenalin nih temen aku Mira dan Lina"

mas rio pun berkenalan dengan mira dan lina sambil berjabat tangan.

"oh iya ntan, kamu jadi kan ikut aku" tanya Rio kepadaku.

"kemana sih ntan?" tanya mira

aku hanya menganggukkan kepala pertanda bahwa aku tidak tahu sama sekali kemana aku dan mas Rio akan pergi.

"cuma mau antar intan pulang kok" jawab mas Rio dengan sigap.

"oh kirain mau hmm.. hmm.." olok Mira lagi kepadaku.

"ih apaan sih Mira, aneh aneh aja pikiran mu itu" timpalku merasa kesal.

"hahaha.. sudah sudah jangan pada ribut, aku cuma mau jemput Intan kok, gak papa kan aku antar pulang temanmu yang cantik ini"

"hahaha ya udah mas, bawa aja sineng intan nya biar gak marah marah lagi" celoteh Mira sambil tertawa membujuku untuk pergi bersama mas rio.

"Ya udah lin,  mira aku pergi dulu yah" kataku sambil berpamitan dan menaiki motor mas Rio. tak lupa mas Rio memberikan helm cadangan kepadaku. sebenarnya aku senang sih dijemput mas rio, cuma aku malu aja sama mira dan lina karena mereka pasti akan sering mengolok olok aku selama disekolah,ampun deh.

"yoi, hati hati yah dijalan.." jawab lina dan mira.

"oke siip" jawabku.

mas Rio mulai menghidupkan motornya dan malanjukan motornya meninggalkan mira dan lina.

Ijab kabul

Arya sudah siap dengan mengenakan kemeja putih ,celana hitam ,bersama dasinya yang bergaris horizontal berwarna hitam biru .

Arya kembali menatap dirinya dibalik cermin kamar penginapan, Ia tampak begitu cemas menghadapi semua ini ,Karena untuk kedua kalinya Ia akan mengikrarkan janji suci didepan penghulu, bersama wanita yang tidak Ia cintai,dan tentu saja paksaan dari istri tercintanya itu. Berulang kali Arya meyakinkan dirinya, menghilangkan segala kecemasannya yang ada pada dirinya, tapi tetap saja tak bisa.

"Arrrghh, ini benar benar konyol, bagaimana bisa aku akan menikah dengan seorang anak kecil" gerutu Arya dalam hati.

Sedangkan Siska tampak sibuk dari tadi pagi menyiapkan seseraha untuk pernikahan Arya dan Dinda, Ia hanya kesana kemari menelfon seseorang.

"Siska" panggil Arya.

"Iya Mas" sahut Siska menghentikan langkahnya.

"Hmm, Itu siapa namanya yang anak kecil itu?" tanya Arya.

"Oh Dinda"

"Hmm Iya iya, nama lengkapnya siapa? soalnya aku harus menghapal namanya jika Ijab kabul nanti"

"Oh iya aku lupa mas, seharusnya aku sudah memberitahukan ini kepadamu dari semalam" ucap Siska menepuk jidatnya.

"Namanya Dinda Kinara Binti Sudarsono Mas" lanjut Siska menyebut nama lengkap Dinda.

"*Apa? Dinda Kirana?"

"Bukan Mas, Dinda Kinara"

"Oh ya ya"

"Macam nama artis saja, hah" gumam

Arya dalam hati merasa heran.

"Mas kamu sudah Siap?"

"Hmmm"

Arya hanya menganggukan kepalanya lalu membalikan badannya kembali ke arah cermin. Tiba tiba Siska memeluk Arya dari arah belakang, Ia merasakan betul kesedihan yang mendalam, Sehingga butiran kristal dimatanya jatuh membasahi pipinya.

Arya juga turut merasakan kesedihan istrinya, seketika Ia mengerjapkan matanya lalu berbalik arah menatap Istrinya yang sudah 11 tahun Ia kenal itu.

"Sayang kenapa kamu sedih? bukankah ini kemauanmu?" tanya Arya membelai kepala Siska yang dibalut hijab pashmina berwarna kuning keemasan itu.

Siska langsung mengusap Air matanya, lalu mendongakkan kepalanya menatap wajah Arya.

"Aku, tidak sedih Mas, Aku hanya merasakan terharu bahagia karena kamu akan menikah" ucap Siska berusaha menutupi kesedihannya, walau ada rasa sakit menggerogoti lehernya.

"Sudahlah Siska, kamu tak perlu berbohong, aku tahu kamu sedang sedih, aku sudah lama mengenalmu ,jadi aku tahu betul sifat kamu yang sebenarnya"

Mendengar ucapan Arya, Siska langsung menundukkan wajahnya, Ia langsung melepaskan pelukannya kepada Arya.

"Sudahlah Mas, nanti kita bicarakan itu, bersiaplah karena penghulu akan segera datang di rumah Dinda" ucap Siska berusaha mengalihkan suasana dengan beranjak pergi dari Arya, namun tiba tiba Arya menahan tangan Siska,

"Apa kamu sudah yakin Siska, ?" tanya Arya memegang tangan Siska.

"kalau kamu tidak yakin kamu bisa membatalkannya pernikahan ini sekarang" lanjut Arya berbicara.

Tiba tiba Siska terdiam sejenak, Ia berusaha menahan Air matanya agar tidak tumpah, Ia menarik nafasnya lalu berbalik arah menatap Arya.

"Mas kamu tahu kan aku orangnya keras kepala, jadi sekali aku memutuskan, aku tak akan merubahnya" ucap Siska melepaskan tangannya dari genggaman Arya, dan berlalu meninggalkan Arya.

Sedang Arya hanya mengepalkan jari jemarinya, menahan emosinya, saat Siska meninggalkannya,

Siska mulai keluar dari Penginapan dengan membawakan sebuah seserahan kecil untuk dihadiahkan kepada Dinda, sedang Arya menyusul Siska keluar dari penginapan, Segera Arya memencet tombol yang berada di kunci mobil, agar Siska bisa segera masuk mobil, tampa harus menunggunya,

Arya pun ikut masuk ke mobil, lalu mulai menyetir, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Mbah Tarmin.

Sampai dirumah Mbah Tarmin, Siska mulai menuruni mobil dengan membawa seserahan , disana sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu, termasuk pak penghulu, perlahan Siska dan Arya masuk ke dalam rumah, lalu memberikan seserahan itu kepada Mbah Tarmin.

Arya mulai duduk dilantai kayu beralaskan tikar yang mulai usang menghadap pak penghulu, sedang Siska sibuk mencari keberadaan Dinda.

"Mbah, Dinda mana?" tanya Siska.

"Dinda ada di dalam kamarnya nak"

"Boleh saya masuk Mbah?"

"Boleh sekali nak, Silahkan"

Setelah Mbah Tarmin mengizinkan, Siska langsung beranjak lalu masuk kedalam menuju kamar Dinda yang berada didepan.

"Dindaa" Panggil Siska dari arah pintu kamarnya

"Iya Bu Siska" sahut Dinda yang sedang duduk ditepi ranjang, ia segera menghampus air matanya agar Siska tak curiga bahwa ia sedang sedih.

Dinda sudah siap dengan busana kebaya putih bersama hijab yang terbalut menutupi kepalanya, wajahnya memancarkan cahaya, karena Riasan wajah yang sangat natural hingga terlihat cantik, dan ini semua karena Siska yang telah mengundang MUA (Make Up Artist) terbaik dikotanya.

Perlahan Siska masuk ke kamar lalu menghampiri Dinda.

"Dinda kamu cantik banget" ucap Siska pangling melihat wajah Dinda.

Dinda hanya tersenyum menatap Siska, meski didalam hatinya dirundung rasa gugup karena akan menikah dengan Arya.

"Bu Siska, Dinda deg-degan banget" kata Dinda sambil meremas jari-jemarinya

"Kamu tenang saja Dinda, Memang begitu kalau baru pertama menikah ,pasti akan merasakan yang namanya deg-degan Sih, sama seperti Mbak juga begitu waktu awal menikah dengan Mas Arya" ucap Siska Tersenyum.

Dinda langsung menarik napasnya, berusaha manahan rasa gugupnya.

"Nak Siska, Dinda, acaranya sudah mau mulai, ayo keluar" panggil Mbah Tarmin dari balik pintu kamar Dinda.

"Oh iya Mbah, kami akan segera keluar" sahut Siska.

"Ayo Dinda kita segera keluar, acaranya akan dimulai"

"Iya Bu Siska" sahut Dinda bersnjak dari duduknya.

"Eh iya, mulai sekarang kamu gak usah panggil saya Ibu, tapi panggil saya mbak atau kakak saja yah, begitu juga dengan Mas Arya"

"Hmm Iya, jadi saya panggil Mbak Siska saja yah, biar enak" jawab Dinda.

"Nah gitu donk, Ayo kita keluar," ajak Siska seraya memegang tangan Dinda.

Sampai diruang tamu, semua mata tertuju melihat kecantikan Dinda,

Sedang Arya hanya menatap Dinda sebentar lalu menundukkan wajahnya, meskipun Dinda terlihat lebih cantik dan muda dari Istrinya, tapi itu semua tidak akan memudarkan cinta Arya kepada Siska.

Perlahan Siska mengantarkan Dinda duduk disamping Arya, jantungnya mulai berdegub kencang karena rasa cemburu mulai membakar hatinya, namun Ia berusaha tegar, seakan akan semuanya baik baik saja.

Sementara Arya hanya diam membisu, menahan emosi sambil menghafal nama Dinda, Ia berusaha menjaga sikapnya sebaik mungkin agar Istri tercintanya itu tidak kecewa dengan ucapannya saat ijab kabul.

"Baik semuanya sudah kumpul, jadi acaranya kita mulai saja yah?" tanya pak penghulu ditengah ruang tamu Mbah Tarmin.

"Iya Pak segera dimulai saja" jawab Siska.

Seluruh saksi dan Mbah Tarmin hanya menganggukan kepala sebagai tanda setuju.

Pak penghulu pun mulai membacakan doa doa yang sakral itu, hingga saat yang ditunggu tunggu itu tiba, Pak penghulu mulai memegang tangan Arya lalu menuntun Arya untuk membacakan Ijab kabul.

Mata Siska hanya terbelalak saat menyaksikan semuanya, Dinda hanya meremas jemarinya saat melihat Arya mulai memegang tangan pak penghulu, rasanya ia benar-benar tak percaya bahwa secepat ini ia akan menikah. Hingga pada akhirnya terdengarlah suara itu,

"Saya terima nikahnya Dinda Kinara binti Sudarsono dengan mas kawin cincin seberat dua gram dibayar Tunai" ucap Arya dengan lugas tanpa celah.

"Bagaimana saksi , sah?" tanya Pak penghulu.

"SAH !" Seru semua saksi dan orang-orang yang berada didalam ruangan itu

"Alhamdulillahirobbill'alaamiin" ucap pak penghulu sambil membacakan doa selamat untuk pengantin baru.

Setelah selesai penghulu membacakan doa, Arya memasangkan cincin mas kawin dijari manis Dinda, kemudian Dinda mencium punggung tangan Arya yang telah menjadi suami sah nya itu.

Kini semuanya telah terjadi, hari ini Siska harus memulai hidup baru bersama madunya Dinda, dan mulai hari ini juga suami yang mendampinginya selama 10 tahun pernikahan, harus membagi hati untuk kedua Istrinya.

Dinda menangis, langsung memeluk Siska, seketika tangisan Siska pecah membalas pelukan dari Dinda, beberapa kali ia mengucapkan selamat kepada Dinda, memberikan doa yang terbaik untuk suaminya dan Dinda.

Sementara Arya hanya menundukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya,

ia berusaha menahan kekecewaannya terhadap Siska, sejujurnya ia tak sanggup melakukan ini semua, namun apa daya rasa cintanya terlalu besar terhadap Siska ,hingga dengan terpaksa Arya harus menikahi Dinda.

Kemudian Dinda menghampiri dan memeluk Mbah Tarmin, untuk meminta restu karena Mbah Tarmin adalah satu satu orang tua yang tersisa dikeluarganya.

"Selamat yah Nduk, semoga kamu bahagia bersama suamimu dan Mbakmu" ucap Mbah Tarmin terisak.

"Iya Mbah, Makasih hiks hiks" ucap Dinda terisak.

***

Setelah usai melangsungkan acara pernikahan, Siska menyuruh Dinda untuk mengemasi barang-barangnya ,karena sore ini mereka akan segera kembali ke Jakarta.

"Mbah, hati hati yah disini, jaga kesehatan" ucap Dinda terisak mengucap pamit kepada Mbah Tarmin.

"Iya Nduk, kamu juga hati-hati dijalan, selalu jaga kesehatan yah Nduk"

"Iya Mbah" jawab Dinda seraya mencium punggung tangan Mbah Tarmin.

Kemudian Dinda berlalu pindah kepada adiknya untuk berpamitan, Ia memeluk Dandi , lalu memberi pesan kepada Dandi adik semata Wayangnya.

"Dandi, jaga mbah baik baik yah, kamu sekolah yang betul-betul, jangan suka kelayapan"

"Iya Mbak, mbak juga jangan lupa ngabarin kami disini yah kalau sudah sampai disana" ucap Dandi.

"Iya dek, Pasti Mbak kabarin"

"Dinda ayo cepetan kita sudah mau jalan" panggil Siska yang sudah siap didalam mobil.

"Iya Mbak," sahut Dinda menoleh ke belakang. kemudian Dinda mengangkat Tas yang berisikan pakaiannya, lalu berjalan menuju Mobil Arya, lalu ikut masuk ke mobil.

Dari dalam mobil Siska pamit kepada Mbah Tarmin dan Dandi, dan ketika mereka mulai jalan, Dinda dan Siska masih sempat melambaikan tangan kepada Mbah dan Adiknya sampai akhirnya mereka tak terlihat. didalam perjalanan Dinda masih menoleh ke belakang melihat Mbah Tarmin dan Dandi untuk terakhir kalinya.

Dinda hanya bisa menangis sesenggukan harus meninggalkan keluarga yang ia sayangi itu,

"Dinda, kamu kenapa?" tanya Siska.

"Hmm, nggak Mbak, Dinda cuma sedih aja ninggalin mbah sama Dandi, karena selama ini Dinda gak pernah pisah sama mereka Mbak, hiks hiks" ucap Dinda terisak.

"Kamu gak usah khawatir, Mbah Tarmin dan Dandi pasti akan baik baik saja disana" Siska mengusap bahu Dinda, berusaha menenangkan Dinda.

"Nggih Mbak Siska"

"Siska" Panggil Arya dari depan memotong pembicaraan Siska dan Dinda.

"Iya Mas" sahut Siska.

"Jadi bagaimana nanti jika Dinda dirumah? nanti apa yang akan kita katakan kepada orang tua kita, jika mereka tanya tentang Dinda?" tanya Arya sambil menyetir mobilnya.

"Hmm Iya juga Mas, aku juga belum memikirkan soal itu"

Sejenak Arya menghela napasnya lalu mengatakan sesuatu kepada Siska.

"Bagaimana kalau dia berpura-pura sebagai pembantu kita disana? hanya untuk sementara waktu saja"

"Bener juga idemu mas"

"Bagaimana Dinda, kamu mau kan pura pura jadi pembantu kita"

"Hmm iya Mbak, saya mau" ucap Dinda mengiyakan pendapat Arya dan Siska.

Mendengar Dinda yang setuju membuat Siska merasa lega dan senang.

"Makasih yah Din" ucap Siska tersenyum.

Didalam perjalanan Dinda hanya melihat pemandangan lewat jendela mobil, sesekali ia berhitung mobil dijalan agar bisa menghilangkan kebosanannya, hingga akhirnya Ia tertidur pulas.

Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga,

Siska menatap Dinda yang tertidur pulas,

"kasihan Dinda, pasti dia kelelahan" gumam siska dalam hati.

"Dinda, bangun! kita sudah sampai" panggil Siska mengguncangkan tubuh Dinda.

Karena terkejut Dinda langsung terbangun dari tidurnya.

"kenapa Mbak? kita sudah sampai mana?" tanya Dinda kebingungan.

"kita sudah sampai Dinda" ucap Siska.

"Hah, masak Mbak, Alhamdulillah kalau begitu" ucap Dinda merasa lega lalu bersiap turun dari mobil. dan setelah turun dari mobil betapa terkejutnya Dinda melihat rumah mewah yang ada dihadapannya.

"Waah, besar banget rumahnya Mbak? Kayak Istana" ucap Dinda dengan mulut menganga terkesima sambil memegang Tas bututnya

Melihat tingkah Dinda, membuat Siska merasa lucu dan tertawa.

"Mari Dinda kita masuk" ajak Siska.

"Iya Mbak"

Merekapun masuk bersama sama kedalam Rumah, namun sampai didepan pintu rumah, tiba-tiba Dinda membuka sendalnya,

"Eh kenapa itu sendalnya dilepas?" tanya Siska merasa aneh dengan kelakuan Dinda.

"Gak papa Mbak, sendal saya kotor Mbak, takut lantainya kotor" ucap Dinda polos.

"hahaha, gak papa kok Dinda, dipakai aja"

"Tapi Mbak"

"Sudahlah pakai saja" bujuk Siska.

Mendengar celotehan Siska dan Dinda didepan rumah membuat Arya kesal,

"Dasar Gadis Kampungaaan"

Teriakan Arya sontak membuat Dinda dan Siska terkejut. Selesai mengucap kata itu, Arya langsung pergi meninggalkan Siska dan Dinda didepan rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!