Namanya Elsa Rahayu Al Nuril usia sembilan tahun, gadis cantik, manis dan baik hati, rendah hati walau ia begitu kaya, gadis itu lahir dan dibesarkan oleh seorang Ayah yabg sangat hebat. Dia adalah Dokter Bastian Al Nuril. Seorang dokter bedah yang sangat terkenal dan pemilik rumah sakit swasta terkenal di kota Jakarta. Siapa yang tidak kenal dirinya. Ayahnya adalah seorang yang sangat terpandang.
Elsa begitu dekat dengan ayahnya dan sangat menyayanginya begitu juga dengan ayahnya. Dia selalu menyayangi Elsa layaknya seperti putri kecilnya. Gadis itu tidak kekurangan kasih sayang walau hanya di besarkan oleh ayahnya saja.
Tetapi suatu kejadian membuat gadis itu begitu terkejut. Ayahnya tiba tiba mengalami serangan jantung dan meninggal saat itu juga. Elsa begitu tak percaya dan bagai petir di siang bolong yang menghantam dadanya. Gadis itu masih tidak percaya bahwa Tuhan mengambil Ayahnya begitu cepat darinya. Bahkan Elsa belum sempat berterima kasih kepada Ayahnya karena telah begitu berjuang untuk membesarkannya. Ayahnya meninggal dengan meninggalkan hutang yang begitu banyak untuk putrinya itu. Elsa sangat bingung harus bagaimana dia bertindak. Gadis itu benar benar bingung dan apa yang terjadi kenapa bisa ayahnya memiliki begitu banyak hutang padahal dia orang yang terpandang di kota ini.
Tiba tiba saja rumah sakit di ambil alih oleh seorang dokter muda bernama Reyhan Hardiansyah. Dia berusia dua puluh tujuh tahun. Seorang dokter lulusan universitas terbaik di luar negeri. Dia mengambil alih semua harta kekayaan milik Bastian dengan membayarkan semua hutang hutang Ayahnya. Gadis itu pun kini tak punya tempat untuk tinggal.
Elsa yang masih kuliah kedokteran tingkat satu semester 2, bahkan belum bisa berpikir bagaimana nanti nasih kuliahnya. Jangankan untuk kuliah biaya makan pun ia sudah tak punya. Dan gadis itu kini mau tidak mau harus tinggal bersama dengan dokter Rey beserta anak dan istrinya.
Karena pesan Ayahnya, Akhirnya dokter Rey menikahinya dan menjadikan gadis istri kedua. Gadis itu kini menjadi pelakor walau sebenarnya dia tidak menginginkan itu. Gadis itu begitu sedih disaat dia harus mengingat apalagi menghadapi kenyataan yang sudah di depan matanya. Apapun alasan tentang menolongnya itu, tetap saja gadis itu akan di cap sebagai pelakor.
**********
Malam itu Elsa menangis histeris, menangis dengan pilu, sang ayah meninggalkan luka yang mendalam. Selain meninggalkan hutang, beliau pun meninggalkan sebuah pesan agar Elsa segera menikah dengan Rey. Rey adalah saudara angkat Elsa. Perbedaan usian meraka terbilang lumayan jauh.
Rey disekolahkan oleh ayahnya sampai akhirnya bisa menjadi seorang dokter handal. Namun Elsa sama sekali sangat jarang ketemu dengan Rey karena pria itu tinggal di asrama sedari dia kecil. Semua kebutuhan Rey dipenuhi oleh almarhum ayahnya. Sehingga pas ajal tiba Dokter Bastian meminta Rey untuk membalas jasanya dengan menikahi putri tunggalnya Elsa Rahayu.
Rey sempat kebingungan dengan permintaan Bastian. Pasalnya dia baru menikah dengan Alea dan baru mempunyai seorang putri kecil yang berusia empat tahun. Alea mengamuk dan benar benar marah ketika Rey meminta ijin untuk menikah lagi. Alea menangis sejadi jadinya. Dia tidak mau suaminya menikah lagi. Dia tidak mau berbagi suami.
"Aku tidak mau, Mas! Aku tidak mau berbagi suami dengan siapa pun!" Alea mengamuk dan melempar semua barang yang ada dihadapannya. Rey terlihat begitu frustasi dibuatnya. Rey begitu mencintai Alea dan putrinya Alice. Tetapi Rey tidak bisa mengabaikan Elsa begitu saja. Gadis itu tidak memiliki siapapun selain dirinya.
"Sayang, dengarkan aku, aku akan bersikap adil untuk kalian. Dan perlu kalian ketahui kalo semua ini demi amanat ayah!" ucap Rey dengan penuh harap agar sang istri bisa mengerti semua kondisinya. Namun Alea masih mengamuk dan terus menangis meraung raung.
Rey memeluk istrinya dan mengecupnya serta menenangkannya.
"Aku mencintaimu dan hanya kamu yang aku cintai, Sayang. Kamu dan Alice adalah prioritasku, tapi perlu kamu tau, Elsa adalah tanggung jawabku juga. Karena kalo bukan karena ayahnya Elsa, aku tidak bisa seperti ini. Aku tidak akan bisa berhasil menjadi dokter seperti sekarang ini, sayang. Kamu mengertilah posisiku!" Rey kembali mengecup kening sang istri dengan sangat lembut.
Alea masih terisak dan memeluk sang suami dengan erat. Dia sungguh tak mau berbagi suami dengan wanita manapun. Dia sangat mencintai Rey. Mereka saling jatuh cinta dan menikah. Tidak menyangka hal yang sepedih ini akan tiba. Sebuah permintaan poligami keluar dari mulut Rey sendiri. Sungguh sangat merobek hatinya.
Air mata Alea seolah tak ada habisnya. Terus mengalir membasahi pipi manisnya. Wanita yang kini berusia dua puluh enam tahun itu adalah teman kuliah Rey di luar negeri. Mereka mengikat janji lima tahun lalu saat mereka masih kuliah. Dan saat Rey hendak lulus kedokteran, tidak butuh waktu lama lahirlah seorang bayi cantik nan mungil yang di beri nama Alice Hardiansyah yang membuat hidup mereka lebih berwarna.
"Besok adalah hari ulang tahunku yang ke dua puluh delapan tahun, aku ingin kamu memberi kado untukku sebuah ijin untuk menikahi Elsa, datanglah ke rumah almarhum ayah, Aku akan menikahi Elsa besok. Maafkan aku sayang, aku mencintaimu, aku berjanji akan selalu memprioritaskan kamu dan Alice." ucap Rey lembut sambil memeluk sang istri.
Alea yang masih terisak tak sanggup berkata kata. Istri mana yang tak sakit hati jika mendengar ucapan sang suami yang meminta ijin untuk menikah lagi. Tentunya hati wanita akan sangat perih mendengar itu semua. Seperti halnya Alea yang saat ini sangat terluka, seolah ribuan pedang menusuk ke dalam ulu hatinya. Sangat sakit dan tidak bisa diungkapkan lagi.
"Kamu akan melakukannya walau tanpa ijinku?'' ucap Alea dengan sangat lirih.
Rey menatap Alea dengan sangat iba. Rey mengangguk dan berkata. "Maaf, itu harus aku lakukan. Rumah sakit harus aku ambil alih, untuk membereskan semua kekacauan ini, pihak bank sudah menyita aset lainnya bahkan akan segera menyita rumah ayah dan rumah sakit. Aku tidak bisa membiarkan bank menyita rumah sakit juga, rumah sakit itu milik ayah dan jerih payahnya ayah dari nol. Karenanya aku harus mengambil alih rumah sakit itu. Dengan satu cara yaitu menikahi Elsa, karena semua aset atas nama Elsa, Elsa tidak akan bisa menangani semua ini." ucap Rey pelan.
"Aku benci gadis itu! Aku benci Elsa!'' teriak Alea dengan tangisnya.
"Sayang tenanglah, maafkan aku, maafkan aku. Aku akan merahasiakan pernikahan kami. Hanya dokter senior dan direksi saja yang akan tahu pernikahan kami, jadi di mata umum kamu adalah istriku satu satunya." ucap Rey kembali memeluk Alea dengan erat karena Alea mulai mengamuk kembali.
"Datanglah besok untuk memberi restu, maaf aku harus ke rumah Elsa terlebih dahulu, aku mendengar dari bibi kalo Elsa pingsan di kamar mandi." ucap Rey. Lalu Rey segera pergi meninggalkan Alea menuju ke rumah Elsa yang jaraknya kira kira setengah jam dari rumah mereka.
Alea menangis pilu melihat sang suami pergi. Luka hatinya begitu perih dan teramat dalam. Kecemburuan sudah mulai merasuki hawa tubuhnya. Dia sangat terkesan dengan semua rasa sakit ini. Poligami memang tidak ada indahnya. Seseorang pasti akan terluka. Apa dan bagaimanpun alasan berpoligami itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung dan hati.
Walau pilihan Rey untuk berpoligami bertujuan baik untuk menolong Elsa, tetapi baik Alea maupun Elsa pasti akan sangat sakit dibuatnya. Kelukaan seorang istri yang dipoligami akan sangat merusak jiwanya. Alea seorang dokter yang cerdas dan berbakat pun kini roboh ketika sang suami meminta ijin kepadanya untuk berpoligami.
"Alice..." isak Alea menyebut nama putrinya yang begitu cantik. Air mata Alea terus mengalir dan tak ada hentinya. Rasa sakitnya bisa ia rasakan sampai ke tulang dan merasuk ke urat nadinya. Alea berdiri dengan tubuh yang bergetar. Dia berjalan pelan melangkah menuju kamar sang putrinya. Di sana terlihat Alice dengan terlelap tertidur manis. Alea kembali menangis melihat buah cinta mereka.
Dia tidak menyangka hatinya akan serapuh ini. Dia tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh aliran darahnya. Alea kembali menangis sambil memeluk tubuh mungil buah hatinya. Lukanya sungguh teramat dalam. Perih dan amat sakit. Gadis kecil itu adalah buah cinta mereka yang kini menjadi penguat untuknya bisa tetap bertahan bersama dengan Rey. Alea tak henti menangis. Tangisannya kini mulai pelan dan mulai diam karena Alea sudah memejamkan mata. Tubuhnya lelah karena terus menangis dan mengamuk. Kini Alea terlelap sambil memeluk sang buah hati dengan mata yang masih basah.
Wanita itu sangat terluka dengan keputusan sang suami untuk menikah kembali. Dengan gadis yang lebih muda dan cantik. Hatinya begitu tercabik dan dia tak bisa menahan rasa sakit itu. Kini Alea hanya bisa pasrah saja kepada keputusan yang Rey ambil. Tujuan Rey memang baik. Tetapi tidak akan ada poligami yang indah. Tetap saja menyakiti hati.
Rey dengan cepat melajukan sedan hitamnya menuju ke Mansion milik almarhum ayah angkatnya itu. Di sana bibi sudah ada menunggu dirinya.
"Apa yang terjadi, Bi?" tanya Rey dengan cemas.
"Non Elsa, dia pingsan di kamar mandi tuan. Sepertinya dia sangat stress sepeninggal tuan besar." tutur bibi.
"Apa ada orang yang datang kesini?" tanya Rey sambil berjalan menaiki tangga.
"Ada, pihak bank mengatakan bahwa rumah ini akan disita tuan, dan nona terlihat sangat terpukul."
Ceklek.
Rey masuk ke dalam kamar Elsa. Tercium wangi melon di dalam kamar tersebut. Suasana penuh warna hijau mewarnai seisi kamar. Rey sudah lupa kapan terakhir dirinya masuk ke dalam kamar ini, saat itu Elsa dan Rey bahkan tidak pernah saling bertegur sapa karena ibunda Elsa yang membatasi Rey untuk dekat dengan Elsa.
Rey sama sekali lupa dengan paras wajah sang adik. Adik angkatnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
"Itu Elsa?'' tanya Rey sambil melihat ke arah bibi dan menunjuk ke gadis yang kini tengah lemah berbaring tak berdaya. Bibi mengangguk lalu segera pergi meninggalkan Rey dan Elsa berdua.
Rey melihat betapa cantiknya paras Elsa. Dengan posisi tidur seperti ini gadis itu seperti seorang bidadari yang tengah tertidur. Bulu mata yang lentik, alis yang sedikit tebal alami dan hidung yang mancung membuat Rey menelan salivanya. Rey melihat bibir Elsa yang merah pink alami serta kulit yang sangat putih bersih mulus membuat Rey takjub terpesona dibuatnya.
"Elsa, kamu tumbuh menjadi gadis secantik ini." ucap Rey dalam hatinya. Rey lalu melakukan pemeriksaan pada Elsa. Dimulai dengan memeriksa tekanan darahnya, suhu nadi dan respirasi.
Rey lalu memberikan kapas alkohol pada hidung Elsa.
"Eemmh," leguh Elsa mulai sadar. Rey yang sudah duduk disamping Elsa dan memperhatikan gadis itu yang mulai siuman dari pingsan.
"Kamu sudah bangun?'' tanya Rey pada Elsa. Rey menatap Elsa dengan sangat inten. Rey masih takjub melihat adiknya bisa menjadi secantik ini. Elsa layaknya seorang model. Tidak ada cela dan cacar sedikit pun. Elsa bisa membuat semua kaum adam tertarik dan mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitu pula dengan Rey. Rey tertarik dengan Elsa pada pandangan pertama.
Namun semua itu bukanlah sebuah rasa cinta. Rey hanya tertarik saja. Karena rasa cinta Rey sudah habis untuk Alea.
"Kamu siapa?'' tanya Elsa dengan suara yang sangat lemah.
"Aku Rey, kakakmu." ucap Rey sambil menatap Elsa peluh.
"Kamu, kamu itu, anak angkatnya ayah?" ucap Elsa pelan. Rey mengangguk dan tersenyum tipis.
"Maaf aku baru bisa menemuimu, aku sibuk mengurusi pemakaman ayah sampai lupa menyapamu, Dek."
Elsa langsung menangis dengan sesenggukan. Elsa terbangun dan langsung memeluk sang kakak dengan tangis bahagia.
"Aku pikir, aku sendirian di dunia ini. Aku sangat takut, aku takut kak." tangis Elsa tak terelakkan lagi. Rey hanya diam menerima pelukan dari Elsa. Rey merasa jantungnya berdebar seketika Elsa memeluknya seperti itu.
"Jangan menangis lagi, aku berjanji pada ayah bahwa aku akan selalu menjagamu." ucap Rey membalas pelukan sang adik dengan lembut.
Elsa masih belum tahu kalo Rey adalah calon suaminya. Elsa berpikir bahwa Rey hanya akan menjadi kakaknya saja. Karena itu Elsa begitu bahagia karena mendadak memiliki seorang kakak.
"Kamu bisa bangun, sebentar lagi akan ada pengacara yang mengumumkan soal hak waris." kata Rey pelan, sambil menatap elsa dengan penuh iba.
"Aku masih lemas kak, tunggu beberapa menit lagi." ucap Elsa pelan. Rey pun mengangguk dan masih memeluk Elsa dengan lembut. Sepuluh menit kemudian Rey memapah Elsa turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Pak Soni seorang pengacara. Beliau pengacara pribadi dokter Bastian. Elsa duduk dekat dengan Rey. Elsa bersandar di bahu Rey karena kepalanya masih terasa pusing.
Pak Soni lalu membacakan semua pesan almarhum dokter Bastian.
"Mengatakan bahwa seluruh aset milik pribadi semua akan jatuh kepada Elsa." ucap Pak Soni.
"Tapi bagaimana dengan hutang ayah?'' tanya Elsa masih terisak.
"Karena itulah nona Elsa harus segera menikah dengan dokter Rey untuk menyelamatkan aset yang kini sisa satu yaitu rumah sakit. Jika anda tidak menikah dengan dokter Rey maka pihak direksi akan mengganti CEO oleh dokter lain yang bukan keluarga kita." ucap Pak Soni tegas.
Elsa tersentak kaget mendengar ucapan pak Soni yang mengharuskan dirinya menikah dengan Rey. Elsa yang bersandar kepada Rey kini menjauhi pria itu.
"Kenapa? Tidak mau?'' tanya Rey pelan sambil menatap Elsa.
Elsa terdiam dalam kebingungan.
"Bukankah kakak sudah menikah dan punya seorang anak, aku sempat mendengar ayah begitu senang saat mendengar kabar kelahiran putri kakak." ucap Elsa dengan mata yang berkaca kaca. Rey mengangguk halus. Sambil terus menatap Elsa inten.
"Aku akan menjadi istri kakak, dan menyakiti hati kakak ipar?" Elsa mulai cemas dan air matanya menetes membasahi pipi putihnya. Rey lalu memeluk Elsa dengan lembut.
"Tidak ada jalan lain selain kita menikah, rumah sakit akan diselamatkan, kamu akan terus kuliah, dan kakak janji kamu akan tetap menjadi nona muda bukan istri muda." ucap Rey.
"Maksud kakak?'' tanya Elsa kebingungan dengan perkataan Rey.
"Kamu bebas tinggal dimanapun yang kamu mau, aku tidak akan mengekang, kamu boleh melanjutkan sekolah di luar negeri, aku akan merahasiakan pernikahan kita." Rey berbisik lembut.
"Be...benarkah? Apa...apa aku boleh berteman dengan laki laki?'' tanya Elsa penuh harap.
"Boleh, asal kamu tidak melewati batas. Kamu boleh berteman tetapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah istriku, sejauh apapun kamu bermain, ingatlah ada suamimu di rumah." tutur Rey.
Elsa pun begitu senang mendapat kebebasan seperti itu. Walau jauh di lubuk hatinya dia tidak akan pernah mau untuk istri kedua atau hal apapun yang menyangkut dengan sebutan poligami.
Elsa akan tetap kuliah dan menikmati masa mudanya dengan bebas tanpa kekangan walaupun Elsa sudah menikah. Gadis itu pun akhirnya menyetujui pernikahan itu hanya untuk menyelamatkan rumah sakit milik ayahnya itu. Apapun akan ia lakukan untuk menyelamatkan aset ayahnya yang hanya tersisa satu itu. Elsa sendiri merasa Rey datang sebagai penyelamat dalam hidupnya. Perahu yang hampir karam kini sudah ada penyelamat hidup.
"Besok kita akan menikah." ucap Rey pelan.
"Apa,m secepat itukah?!'' Elsa tersentak. Rey mengangguk dengan senyuman. Rey memang sangat tampan. Namun sayang ketampanan Rey belum bisa membuat Elsa jatuh hati padanya. Elsa tetap merasa terpaksa harus menikahi Rey. Karena Elsa terbilang masih cukup muda dan belia untuk sebuah pernikahan dan Elsa hanya menganggap Rey sebagai kakaknya saja.
"Semakin cepat semakin baik. Aku akan mengundang beberapa direksi untuk menjadi saksi pernikahan kita, dan---" ucapan Rey terhenti.
"Dan apa?'' tanya Elsa.
"Dan besok, sepertinya Alea dan anakku Alice akan ikut hadir juga."
Deg
Elsa langsung merasakan aura ketakutan mendengar ucapan Rey barusan. Elsa masih belum siap untuk membuat hati perempuan lain tersakiti. Tapi apalah daya dirinya yang tidak bisa berbuat apapun lagi. Karena hanya inilah jalan yang terbaik untuk dirinya.
"Saya terima nikahnya, Elsa Rahayu binti Bastian Al Nuril almarhum dengan maskawin seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Sah, bagaiman saksi?''
"Sah."
"Sah."
"Sah."
"Alhamdulillah, silahkan pengantin perempuan keluar kamar!'' ucap penghulu ketika Rey sudah sah menjadi suami Elsa.
Elsa berjalan perlahan begitu anggun dengan gaun putihnya. Saat itu Rey melihat istri mudanya begitu cantik. Dia terkesima dengan kecantikan istri kecilnya. Rey tak berhenti memandangi gadis yang kini telah sah menjadi istrinya. Kini Elsa duduk disamping Rey.
"Silahkan cium tangan suamimu!'' ucap penghulunya.
Elsa terdiam lalu dia menatap Rey dengan tatapan sendu. Elsa kini telah sah menjadi istri mudanya Rey. Elsa meraih tangan Rey lalu mengecupnya dengan perlahan. Rey menatap Elsa tanpa henti. Rey hendak mengecup kening Elsa, namun tiba tiba saja Alea datang bersama Alice sang putrinya.
"Papa..." teriak anak kecil itu dengan sangat lucu. Rey tersenyum dan langsung memeluk sang putri dengan senyuman manisnya. Alea datang dengan wajah kecut tanpa senyum.
Alea duduk disamping Rey dan Elsa. Elsa merasa gemetaran ketika Alea datang. Sebuah aura ketakutan kini telah merasuk ke dalam jiwanya.
Kini Elsa telah resmi menikah dengan Rey. Acara akad nikah pun telah selesai. Tamu undangan sudah mulai pulang. Yang tersisa kini hanya empat orang yang saling terikat. Rey, Elsa, Alea dan Alice. Alice yang masih lengket dengan Rey memeluk sang ayah tanpa mau melepaskannya. Begitu pula dengan Rey yang masih terus memeluk dan mengecup sang buah hati yang sangat dia sayangi.
Alea memperhatikan Elsa mulai dari atas sampai ke bawah. Alea terkekeh.
"Hahaha.... Cewek murahan, tidak tahu diri. Sudah beruntung Rey mau menikahimu, pelacur!" ucap Alea.
Ucapan Alea membuat hati Elsa merasakan sebuah kesakitan dengan rasa sakit yang amat pedih yang belum pernah ia alami sama sekali. Sebuah hati yang remuk karena harga dirinya yang terjatuh karena ucapan itu.
"Sayang," ucap Rey pelan.
"Diam kamu Mas!'' bentak Alea tanpa menoleh kepada Rey sama sekali. Alea terus menatap Elsa dengan tajam.
"Mbak," ucap Elsa dengan bibir yang bergetar menahan tangis.
"Kamu itu sudah bangkrut, ya bangkrut aja, untuk apa menjual diri kepada suamiku?!'' Alea mulai berteriak. Mata Alea mulai memerah karena marah dan menahan tangis. Hati Alea sakit sekali ketika melihat gadis cantik yang suaminya nikahi ternyata masih usia belasan tahun.
Dia tidak bisa menerima dengan mudah pernikahan itu. Rasa marahnya tidak bisa dia bendung lagi.
"Sayang, jangan bicara begitu!'' ucap Rey sambil menatap sang istri.
Namun Alea tak menghiraukan ucapan Rey.
"Pelacur kecil, senang kah kamu merebut suamiku? Brengsek! Betina ******!''
Plak.
Alea menampar Elsa dengan sangat keras membuat Elsa sangat kesakitan dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
Rey terkejut. "Alea!'' bentak Rey.
"Apa? Kamu mau membela betina, bajingan binal ini?!''
"Sayang, jangan seperti itu, aku mohon bersabarlah sayang!'' ucap Rey menenangkan sang istri yang mulai mengamuk. Elsa masih memegangi pipinya yang memerah karena bekas tamparan tadi.
"Bersabar apanya Mas! Kamu tega menduakan aku dengan dalih membantu cewek yang bangkrut ini, cewek yang menjual dirinya padamu!" jerit Alea mengamuk.
Rey melepaskan pelukan Alice dan mulai memeluk sang istri.
"Sayang, maafkan aku sayang!'' Rey memeluk sang istri dengan erat lalu mengecup kening Alea dengan mesra. Elsa menatap semua perilaku suaminya. Hatinya begitu tersakiti dengan ucapan Alea, dan kini bahkan Rey tak peduli dengannya. Dengan mesra Rey memeluk dan mencium Alea di depan Elsa. Air mata Elsa menetes tak bisa lagi dia bendung. Dia begitu merasa sangat amat tersakiti dengan keadaan ini.
"Gimana Mas?! Enak ya meniduri perawan, huh?!'' teriak Alea meronta melepaskan pelukan sang suami. Mendorong Rey sampai Rey terjatuh. Lalu mengambil air dalam gelas dan menyiramkan air itu tepat di kepala Elsa. Setelah itu Alea melempar gelas kristal itu ke lantai sampai pecahan gelas itu berserakan kemana mana.
Elsa semakin gemetaran dan ketakutan melihat tingkah istri pertama Rey. Elsa sudah basah dan hanya bisa menangis dengan isakan pilu.
"Sayang, sabarlah, dengan aku dulu sayang, aku hanya mencintaimu, bersabarlah!'' ucap Rey dengan kembali memeluk dan mengecup kening sang istri dengan mesra.
"Kamu bohong! Kamu menyukai dia kan? Karena dia lebih cantik dan lebih muda dariku''
"Tidak, tidak begitu sayang. Aku hanya merasa kasihan pada gadis itu karena dia sebatang kara." ucap Rey.
"Itu tidak masuk akal dan aku tidak terima!'' jerit Alea.
"Dengar sayang, hanya kamu yang aku sayangi dan aku cintai. Aku hanya melakukan ini demi almarhum ayah."
"Jangan bahas hal itu lagi, kalian bahkan kakak beradik, kenapa kamu memanfaatkan hal itu untuk menikahi ****** ini! Katakan padaku, bahwa dia ****** yang menjual diri padamu, katakan cepat!''
Rey sempat terdiam mendengar ucapan Alea. Rey tidak bisa mengatakan hal itu pada Elsa. Karena itu pasti akan menyakiti hati Elsa.
"Baiklah kamu terdiam Mas, ceraikan aku dan berbahagialah dengan wanita ****** murahan ini!" ucap Alea sambil mendorong suaminya dan berjalan menghampiri putrinya Alice. Tubuh anak kecil itu bergetar melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Gadis kecil itu tidak bisa menangis seolah menjadi sebuah patung mungil yang bergetar.
"Ayo, Nak. Kita pulang!'' Alea menggendong sang putri dengan mata yang masih basah.
"Tunggu sayang, jangan seperti ini!" Rey berteriak dan memeluk sang istri dari belakang.
"Jangan pergi, aku hanya mencintai kamu. Hanya kamu istri kesayanganku, dan dia wanita itu hanya jalangku, aku beli dia karena dia butuh biaya sekolah dan bangkrut, aku kasihan sama dia, aku hanya anggap dia wanita murahan dan seorang pelacur." kata Rey pelan. Rey memejamkan matanya sambil memeluk sang istri dari belakang.
Ucapan yang Rey katakan membuat jantung Elsa seolah remuk dan hancur. Rasa sakit hatinya kini menjalar ke setiap aliran darahnya.
Air mata Elsa menetes dan tidak bisa ia bendung lagi. Air mata yang semakin deras karena rasa sakit hatinya begitu membuat dia seolah tak mau hidup lagi. Ternyata Rey hanya menganggap dirinya wanita murahan dan seorang ******.
Elsa terus menangis dan menangis. Elsa menatap Rey yang masih memeluk punggung Alea dengan penuh kasih sayang.
"Aku hanya seorang pelacur, ****** yang menjual diriku padamu, kak!" lirih Elsa dengan suara yang bergetar.
Rey lalu menatap Elsa dan berkata. "Maaf, Elsa. Hiduplah dengan bahagia dan sesekali aku akan menengokmu!" tutur Rey sambil menarik tangan istri keluar dari rumah Elsa.
Rey dan Alea lalu meninggalkan rumah Elsa dengan cepat. Malam ini adalah malam pengantin Elsa dan Rey. Jangankan malam pengantin, kini Elsa hanya bisa merasakan sebuah kesakitan dalam hatinya yang tidak bisa ia lupakan sampai kapan pun.
"Siapa yang ingin menjadi istrimu? Siapa yang ingin mengambil suaminya? Aku hanya terpaksa, aku hanya ingin melanjutkan hidupku saja, karena aku tidak punya apapun dan siapapun lagi. Aku pikir aku punya sandaran, tetapi aku malah masuk ke dalam sebuah lubang kesakitan," kata Elsa dengan isakan yang sangat lirih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!