"Aku menginginkan wanita itu!" seorang pria menunjuk ke arah sekumpulan wanita muda yang berpakaian super seksi yang ada di lantai bawah. Pria itu adalah Demitri Edgard, dia adalah seorang miliarder berusia 35 tahun yang sangat terkenal di kota Spanyol.
"Wah, kau sangat pandai memilih Tuan tapi dia tidak dijual," ucap seorang wanita paruh baya yang ada di sisi Edgard dan wanita itu adalah seorang muncikari.
"Katakan saja, berapa harganya. Berapa pun yang kau sebutkan, akan aku bayar!" ucap Edgard. Saat itu dia ada di rumah bordil Heaven yang cukup terkenal di Spanyol. Dia datang untuk membeli seorang Psk tapi bukan untuk menyalurkan hasrat melainkan untuk membantunya menyembuhkan penyakit Impoten yang baru saja dia derita.
Akibat kecelakaan yang dia alami, Edgard mengalami impoten tanpa dia inginkan. Penyakit itu dia rahasiakan dari keluarga serta tunangannya. Beberapa bulan lagi dia akan menikah dengan tunangannya tapi dia harus mengalami penyakit yang paling dibenci oleh semua laki-laki dan sialnya, kepala cobranya tidak bisa berdiri tegak lagi meski dia sudah mencoba.
Sebab itulah dia membutuhkan bantuan seorang Psk untuk membangunkan kepala ular cobranya. Edgard mendatangi rumah bordil Heaven karena dia mendengar ada seorang Psk profesional yang selalu memuaskan para tamunya tanpa ada yang pernah kecewa dan Psk itu sedang dia incar.
"Yang itu adalah bintang rumah bordil ini, Tuan. Aku tidak menerima berapa pun uang yang kau tawarkan," ucap sang muncikari.
"Satu juga Euro, apa itu cukup?" tanya Edgardo seraya menghisap cerutunya. Sang muncikari menelan ludah, satu juta Euro? Apa pemuda itu tidak bercanda?
"Jika kurang maka akan aku tambahkan, satu juta lima ratus dan aku rasa itu sudah cukup untuk membeli seorang Psk. Mau dia ahli atau terkenal, Psk tetaplah Psk. Aku akan mengembalikan wanita itu padamu setelah urusanku selesai!" ucap Edgard. Tawaran yang dia berikan sudah sangat menggiurkan dan dia yakin sang muncikari tidak akan menolak lagi.
"Baiklah, mari kita bicarakan lagi hal ini. Aku akan memanggilnya untuk bertemu denganmu," ucap sang muncikari. Dua orang pria dipanggil untuk memanggil wanita yang Edgard inginkan. Wanita itu adalah Roseline, dia adalah gadis muda berusia dua puluh dua tahun yang sudah menjadi Psk di rumah bordil Heaven selama empat tahun.
Roseline terpaksa menjual dirinya karena beratnya kehidupan yang dia jalani. Kedua orangtuanya meninggalkan akibat kecelakaan, Roseline harus menanggung semua sendirian. Di usianya yang menginjak delapan belas tahu, Roseline mengalami kekerasan seksual. Dia diperkosa oleh para perampok yang mencuri semua uang asuransi jiwa yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Akibat kejadian itu, adik laki-laki Roseline mengalami sebuah insiden yang tidak diinginkan sehingga adiknya yang masih bayi harus mengalami koma dan sampai sekarang belum juga sadar di rumah sakit.
Roseline muda yang tak memiliki pengalaman apa pun tak memiliki jalan selain menjadi wanita penghibur untuk biaya rumah sakit adiknya serta untuk kehidupannya sehari-hari. Tidak semua orang memiliki kehidupan yang diinginkan dan dia adalah sebagian orang yang memiliki nasib buruk. Rose, begitu biasanya dia disapa oleh para rekan serta para pria yang menikmati tubuhnya, gadis yang selalu ceria dan tak pernah menunjukkan kesedihan meski pun beban hidupnya cukup berat.
Uang yang dia dapatkan dari bekerja tidak dia gunakan untuk membeli make up mahal. Tidak juga dia gunakan untuk membeli pakaian mahal serta tas dan sepatu mahal karena semua uang yang dia dapatkan untuk biaya hidup juga biaya rumah sakit.
Dua orang pria sudah memanggil Roseline. Gadis itu pasti terlihat sangat polos. Sebab itulah dia menjadi bintangnya di rumah bordil Heaven. Banyak pria yang menyukai yang polos, Edgard menunjuk Roseline karena dia juga tertarik dengan yang polos.
"Mam, apa kau memanggili aku?" tanya Roseline setelah berada di dalam sebuah ruangan di mana ada Edgard dan sang muncikari.
"Kemarilah. Rose. Perkenalkan, dia adalah tuanmu sekarang."
"Maksudmu, Mam?" tanya Roseline tak mengerti.
"Mulai sekarang kau hanya perlu melayani aku saja karena aku sudah membelimu!" ucap Edgard. Gadis yang cantik, tidak dia pungkiri tapi sayangnya hanya seorang Psk saja.
"Aku tidak mengerti, Mam?" Roseline melihat ke arah sang muncikari karena dia memang tidak mengerti.
"Tuanmu sekarang adalah tuan Demitri dan kau sudah dibeli olehnya. Kau hanya perlu melayaninya saja bahkan kau tidak perlu datang lagi ke sini karena kau sudah menjadi milk tuan Demitri sepenuhnya."
"Benarkah?"
"Bisakah beri kami waktu berdua?" pinta Edgard.
"Tentu saja, Tuan Demetri. Dia sudah menjadi milikmu jadi kau boleh memperlakukan dirinya sesuka hatimu."
"Mam?" Roseline tampak canggung tapi dia tidak bisa mencegah saat sang muncikari hendak keluar dari ruangan itu.
"Layani Tuan Demetri dengan baik!"
"Baik!" Rose membungkuk saat sang muncikari keluar meninggalkan dirinya dan Demetri berdua. Rose melangkah mendekati Edgard setelah mereka ditinggal berdua saja. Sebagai kupu-kupu malam yang sudah profesional tentu dia tidak ragu untuk menggoda Edgard.
Roseline duduk di atas pangkuan Edgard tanpa ragu, tangan nakalnya sudah bergerak di dada Edgard dan memberikan usapan pelan. Edgard diam saja, dia ingin melihat reaksi tubuhnya saat ja*ang itu menggodanya dan menyentuhnya.
"Tuan, apa kau ingin aku yang memulai atau kau yang ingin memulai terlebih dahulu?" tanya Roseline menggoda. Tangannya tak berhenti bergerak namun Edgard tidak bereaksi sama sekali.
"Langsung saja, bagian sana!" Edgard langsung menunjuk ke bagian bawah sana.
"Ternyata kau orang yang tidak sabar!" Roseline sudah berjongkok lalu sibuk membuka celana tuan barunya. Dia sudah melakukan hal itu tapi anehnya, milik tuan yang satu itu tidak bereaksi. Kepala ularnya yang seharusnya berdiri tegak justru loyo seperti kepala cumi-cumi.
"Tuan, apa maksudnya ini?" tanya Roseline.
"Sekarang kau tahu, bagian itu tidak bereaksi dan aku membelimu untuk membangunkannya lagi jadi itulah tugasmu!"
"Apa?"
"Mulai sekarang, ikut aku pulang dan tugasmu adalah membangunkannya. Tidak perlu takut, kau tetap aku bayar!" ucap Edgard seraya beranjak lalu celananya kembali dia pakai.
Roseline juga beranjak, apa maksudnya? Apa dia hanya perlu melayani pria itu saja mulai sekarang? Jika begitu, bukankah dia sangat beruntung? Dengan begini dia tidak perlu lagi membuka kedua kakinya untuk banyak pria karena dia hanya perlu membantu pria itu membangunkan juniornya yang loyo.
"Sekarang ikut aku dan ingat, yang tahu hanya kau jadi jika ada yang tahu akan masalah ini, itu berarti kau pelakunya dan aku tidak akan segan menghabisimu jika sampai rahasiaku ini terbongkar!"
"Aku berjanji tidak akan ada yang tahu, Tuan."
"Bagus, ikut aku sekarang dan aku akan mengatakan apa yang boleh kau lakukan dan yang tidak boleh nanti!" Edgard melangkah pergi, diikuti oleh Roseline.
Gadis itu cukup senang karena dia tidak perlu lagi berada di rumah bordil Heaven untuk sementara waktu. Meski dia tahu tidak mudah tapi dia akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan dia akan tetap bersikap profesional karena dia sangat membutuhkan banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Dia adalah bintangnya, dia tidak akan lupa itu.
Meninggalkan rumah bordil Heaven adalah impian semua wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di tempat itu tapi para wanita yang bekerja di rumah bordil itu terikat kontrak dengan sang muncikari yang licik dan cerdik. Itu dilakukan agar para kupu-kupu malam tidak lari lalu bekerja di tempat lain dengan sesuka hati.
Rata-rata yang bekerja di sana adalah wanita yang masih muda dan gadis yang masih belia. Mereka semua memiliki problem hidup yang berbeda-beda tapi ada pula yang melakukan pekerjaan kotor itu demi uang dan kehidupan sosialita yang tak mudah didapatkan. Rata-rata dari mereka dikontrak selama lima tahun bahkan ada yang sepuluh tahun seperti Roseline, dia langsung dikontrak sepuluh tahun karena dia adalah bintangnya tapi hari ini, dia dibeli dengan harga satu juta lima ratus Euro.
Sebelum mengikuti Demitri Edgard, Roseline meminta ijin pada Edgard untuk mengambil barang-barangnya di rumah yang sudah disediakan oleh semua PSK yang bekerja di rumah bordil Heaven. Semua kebutuhan mereka disediakan bahkan mereka pun mendapatkan perawatan khusus agar para tamu puas. Tentunya harga untuk satu jam para kupu-kupu malam itu tidak murah karena itulah mereka mendapatkan perawatan yang spesial.
Edgard mengijinkan Roseline untuk mengambil barang-barangnya dan meninggalkan Roseline. Sebuah alamat sudah diberikan pada Roseline dan dia harus datang ke alamat itu saat urusannya sudah selesai. Kabar jika Roseline dibeli oleh seorang miliarder sudah didengar oleh semua para pekerja malam tentunya sebagian dari mereka sangat iri.
"Rose, apa benar kau sudah dibeli oleh seorang miliarder?" seorang rekan bertanya pada Roseline yang sibuk mengambil barang-barangnya.
"Begitulah, sekarang aku sudah tidak perlu lagi melayani pada pria hidung belang karena aku hanya perlu melayani satu pria saja."
"Betapa beruntungnya dirimu? Tidak saja menjadi yang nomor satu tapi kini kau pun dibeli oleh seorang miliarder."
"Tidak ada yang beruntung karena pada akhirnya aku harus melayani seorang pria. Tubuh kita sudah kotor dan selamanya akan kotor tapi tidak jadi soal karena aku melakukannya untuk adikku!"
"Semoga kita bisa segera memiliki kehidupan yang lebih baik, Rose. Semoga adikmu segera sadar."
"Terima kasih, aku sudah harus pergi," Roseline berpamitan pada rekannya yang belum pergi. Untuk sesaat dia tidak akan tinggal di sana lagi tapi setelah tugasnya sudah selesai, maka dia akan kembali dan tinggal di sana lagi lalu dia akan kembali bekerja di rumah bordil.
Rose tidak langsung pergi ke alamat yang diberikan oleh Elgardo. Dia pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan adiknya. Sudah empat tahu, adiknya yang mengalami koma semenjak bayi kini sudah empat tahun dan selama empat tahun pula, adiknya tidak pernah membuka matanya.
Benturan keras akibat dilempar oleh para perampok itu membuat kepala adiknya yang masih berusia beberapa bulan membentur dinding sehingga mengalami pendarahan di bagian otaknya. Edmund, itu nama adiknya. Semua gara-gara uang asuransi jiwa yang dia dapatkan saat kedua orangtua mereka meninggal. Sepertinya mereka sudah diincar sebelumnya. Tidak saja harus kehilangan keperawanannya, Rose juga harus menerima kenyataan jika Edmund mengalami koma.
Rose tidak tega melihat keadaan adiknya tapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Jika adiknya akan dipanggil, dia sangat rela karena dia tidak tega melihat adiknya yang hidup tidak mati pun tidak. Tidak hanya itu saja, dokter sudah berkata jika Edmund sadar dari komanya, dia tidak akan menjadi anak yang normal seperti pada umumnya karena benturan yang dia dapatkan sangat parah.
"Edmund, kapan kau akan sadar?" Rose memegangi tangan adiknya yang kecil. Edmund tumbuh dalam keadaannya yang tidak sadar, Rose benar-benar tidak tega melihatnya.
"Kapan penderitaanmu akan berakhir, Edmund!" ucap Rose dengan lirih. Tidak ada yang tega melihat keadaan adiknya yang harus mengalami hal itu semenjak bayi. Setiap kali dia datang, Rose hanya bisa menangis saja. Dokter pernah menyarankan untuk merelakan adiknya yaitu dengan mencabut alat bantu yang terpasang di tubuh Edmund tapi sebagai seorang kakak, dia tidak tega bahkan dia merasa jika dia melakukannya maka dia adalah seorang pembunuh.
"Kau datang lagi, Nona. Apa ada reaksi dari Edmund hari ini?" tanya seorang perawat pada Rose yang sedang termenung di sisi Edmund.
"Tidak, dia seperti biasanya."
"Nona, bukankah sebaiknya kita cabut saja alat bantunya? Mungkin dengan demikian Edmund akan bahagia di surga."
"Tidak, aku tidak mau melakukannya!" tolak Roseline.
"Tapi, Nona. Sudah empat tahun Edmund seperti ini, tidak ada perkembangan sama sekali. Apa Nona tidak tega? Dokter selalu menyarankan Nona melakukannya agar Edmund tidak menderita. Nona juga sudah tahu, jika dia sadar nanti, dia tidak akan bisa tumbuh seperti anak seusianya dan dia tidak akan bisa berbicara," Jelas sang perawat dan ini bukan pertama kali mereka membahas hal itu.
"Aku tidak peduli, selama aku mampu membayar maka lakukan yang terbaik untuk Edmund. Jangan pernah melakukan hal itu untuk merampas kehidupannya tapi jika aku sudah tidak mampu membayar atau aku mati, maka kalian boleh melakukannya tapi selama aku masih hidup dan mampu, aku tidak akan membunuh adikku sendiri!"
"Baiklah, Nona. Aku hanya iba dengan keadaan Edmund. Dokter selalu meminta aku untuk membahas hal ini padamu agar kau mengambil tindakan yang tepat karena kita tidak tahu, sampai kapan Edmund akan terbaring seperti ini."
Roseline tidak menjawab, tatapan matanya tertuju pada wajah adiknya. Tubuh Edmund begitu kurus, hanya tulang dibalut dengan kulit. Dokter yang menangani Edmund memang sudah membahas hal itu begitu lama karena tidak tega dengan keadaan Edmund tapi dia selalu menolak karena dia lebih tidak tega lagi mengambil kehidupan adiknya.
"Kakak tidak akan melakukannya, Edmund. Apa pun yang akan terjadi padamu nanti, selama napas ini masih ada maka kakak tidak akan berhenti berjuang untuk dirimu. Kakak tidak akan ragu untuk melakukan apa pun, bahkan jika tubuh ini sudah tidak bisa dijual, masih ada anggota tubuh yang bisa kakak jual asalkan kau mendapatkan perawatan. Kakak berharap kau segera sadar agar kau dapat menikmati masa kanak-kanakmu!" Rose menggenggam tangan adiknya yang kurus bahkan dia seperti menggenggam tulang.
Air mata tak tertahankan, Roseline berada cukup lama di rumah sakit karena dia memang selalu berada cukup lama di sana untuk menghabiskan waktu bersama dengan adiknya. Meski Edmund tidak bisa menjawab tapi Roseline selalu berbicara dengan adiknya sambil membersihkan tubuhnya dan menggantikan pakaian untuk adiknya. Rose juga membelikan pakaian baru untuk Edmund dan memakaikannya.
Banyak yang dia bicarakan. Tentang indahnya taman bermain, pantai dan beberapa tempat lainnya tapi adiknya tidak bereaksi sama sekali. Hatinya sangat pedih, lagi-lagi Rose hanya bisa menangis saja. Entah apa lagi yang harus dia katakan, harapan agar adiknya sembuh tentu saja sangat tinggi tapi prediksi dokter mengenai adiknya selalu membuatnya takut karena adiknya diprediksi akan terus seperti itu tanpa tahu kapan ajal akan menjemput atau tanpa tahu kapan dia akan sadar.
Setelah menghabiskan waktu bersama adiknya, Roseline membayar biaya rumah sakit yang cukup besar dan setelah itu, dia pergi ke alamat yang diberikan oleh Edgard karena dia harus mencari uang lagi untuk biaya perawatan adiknya.
Roseline sudah tiba dialamat yang diberikan oleh Edgard. Dia sudah berdiri di sebuah rumah berlantai dua yang terlihat cukup mewah dan rumah itu baru dibeli oleh Edgard untuk menyembunyikan wanita malam yang akan membantunya menyembuhkan penyakit impoten yang dia derita. Dia membutuhkan tempat itu agar tidak ada yang tahu terutama keluarga besarnya serta tunangannya.
Roseline berdiri di depan rumah itu cukup lama, mulai sekarang dia akan tinggal di sana tapi hanya untuk sementara waktu. Sekarang dia sudah menjadi simpanan dari pria yang mungkin saja sudah memiliki istri atau kekasih tapi apa bedanya? Pada akhirnya pekerjaannya tetaplah sama.
Roseline menghela napas, kedua kakinya kembali melangkah menuju pintu rumah dua lantai itu. Rose memberanikan diri mengetuk pintu, jantungnya berdegup karena dia pikir pria yang membayarnya yang akan membuka pintu tapi ternyata, seorang wanita paruh baya menyambut kedatangannya. Setidaknya itu lebih baik karena dia tidak perlu bertemu dengan pria itu lebih cepat.
"Nona Roseline?" tanya wanita paruh baya yang menyambutnya.
"Ya, aku," jawab Rose dengan sopan.
"Masuklah, aku sudah diperintahkan untuk menyambut Nona oleh Tuan Demitri," pintu dibuka lebar, Rose dipersilahkan masuk oleh wanita paruh baya itu.
"Terima kasih, Nyonya."
"Jangan memanggil aku Nyonya, aku pelayan di rumah ini. Panggil saja aku Aunty Gracia. Aku ditugaskan untuk melayani dirimu jadi katakan padaku jika kau menginginkan sesuatu."
"Baik," Rose mengikuti langkah Aunty Gracia menuju sebuah kamar. Semoga saja dia betah tinggal di sana tapi yang paling penting adalah, semoga pria bernama Demetri itu adalah pria baik dan tidak kasar.
"Ini kamarmu, silakan beristirahat," ucap Gracia.
"Terima kasih, Aunty," Roseline tersenyum sebelum melangkah masuk ke dalam kamar itu.
"Aku tinggal, aku harus memberi kabar pada Tuan Demetri jika kau sudah datang," ucap Gracia. Roseline mengangguk, Gracia pun keluar dari kamar karena dia harus menghubungi majikannya dan memberi laporan jika Roseline sudah datang.
Edgard sedang makan malam di rumah pribadinya bersama tunangannya yang cantik, Angelica. Mereka sudah akan menikah dua bulan lagi dan dia tidak ingin Angelica tahu akan keadaannya. Penyakit yang baru dia sadari beberapa minggu belakangan tidak boleh sampai Angelica tahu karena itu memalukan. Lagi pula dia tidak mau kehilangan Angelica, wanita yang sangat dia cintai.
"Edgard, minggu depan aku harus fitting gaun pengantin. Kau bisa menemani aku, bukan?"
"Tentu saja, katakan saja kapan. Aku pasti akan menemanimu."
"Thanks, aku tahu kau pasti akan meluangkan waktu untukku," Angelica tersenyum, dia adalah wanita paling bahagia dan beruntung karena dicintai oleh pria paling kaya dan yang paling diminati oleh banyak wanita. Hubungan mereka juga didukung oleh keluarga besar Demitri dan sekarang, tinggal menunggu dua bulan lagi maka dia akan menjadi Nyonya Demetri. Semua wanita pasti akan iri padanya karena begitu banyak yang menyukai Edgard tapi dialah pemenangnya.
Selagi makan, ponsel Edgard berbunyi. Nama sang pelayan tertera, dia menebak kupu-kupu malam yang dia beli untuk menyembuhkan penyakitnya sudah datang tapi bisa juga tidak jadi sebaiknya dia memastikannya dengan baik apalagi dia sudah mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk membelinya.
"Aku jawab telepon terlebih dahulu!" ucap Edgard seraya beranjak.
"Jangan terlalu lama, aku tidak suka kau tinggalkan begitu lama," ucap Angelica.
"Aku hanya sebentar saja," Edgard melangkah pergi, untuk menjawab panggilan dari pelayan yang dia tugaskan. Dia tidak mau Angelica mendengar pembicaraannya sebab itu dia berada cukup jauh.
"Bagaimana, apa wanita itu datang?" tanya Edgard.
"Ya, Tuan. Dia sudah datang dan sekarang sudah berada di kamar," jawab Gracia.
"Jika begitu suruh dia istirahat, pekerjaannya akan dimulai besok jadi katakan padanya, mandi yang bersih karena aku tidak mau ada bau lelaki lain pada tubuhnya!" perintahnya dengan suara sepelan mungkin agar Angelica tidak mendengar. Bagaimanapun, Psk itu sudah tidur dengan banyak pria tapi yang dia butuhkan hanya tangannya dan mungkin juga mulutnya untuk membangunkan juniornya yang sudah tidak berfungsi.
"Baik, Tuan. Aku akan meminta Nona Roseline untuk membersihkan dirinya dan menyampaikan pesanmu."
"Bagus, aku sedang bersama dengan Angelica jadi jangan menghubungi aku lagi!"
"Baik, Tuan. Maaf mengganggu waktumu!" percakapan mereka berakhir namun Edgard tidak langsung kembali ke meja makan. Dia lebih memilih berdiri di depan jendela dan membakar sebatang cerutu. Semoga sana PSK itu bisa menyembuhkan penyakitnya sebelum dua bulan di mana dia dan Angelica akan menikah.
Edgard menikmati waktunya dan cerutunya sampai akhirnya Angelica menyusulnya dan memeluknya dari belakang. Rasanya sudah lama tidak seperti itu tapi memang sudah beberapa minggu mereka tidak begitu in*im lagi. Entah kenapa, Edgard sudah tak menyentuhnya.
"Edgard," tangan Angelica sedang meraba dada Edgard karena dia sedang menggoda tunangannya saat ini.
"Apa kau sudah selesai makan?" Edgard menahan tangan Angelica. Jika bukan karena keadaannya, sudah dia bawa Angelica ke kamar lalu mereka akan menghabiskan waktu berdua di sana.
"Kau tidak juga kembali, aku menunggumu sampai aku merasa kenyang!" ucap Angelica.
"Ada bisnis yang sedang aku bahas. Sekarang ayo kembali, makanannya belum habis," ajak Edgard.
"Edgard, dari pada makan bagaimana jika kita?" tangan Angelica kembali bergerak dan mengusap dada Edgard.
"Aku sedang tidak ingin, Angel. Kita kembali makan saja!"
"Apa? Tapi kita sudah lama tidak melakukannya. Apa kau sudah bosan denganku?" Angelica menunjukkan ekspresi sedih. Dia tidak suka seperti ini karena dia takut Elgard mulai bosan dengannya.
"Tidak, jangan salah mengartikan. Kita sudah mau menikah dua bulan lagi, bukankah lebih baik kita menahan diri agar kita dapat menikmati malam pernikahan kita lagi?" ini adalah alasan paling masuk akal agar Angelica tidak curiga sama sekali.
"Kau tidak mau menyentuh aku karena kau tidak bosan padaku, bukan?" tanya Angelica.
"Tentu saja tidak!" Edgard memeluk Angelica, wanita yang dia cintai tidak boleh salah paham apalagi Angelica sudah akan menjadi miliknya sebentar lagi.
"Kita lakukan nanti setelah kita menikah. Aku ingin memiliki malam pernikahan yang berkesan jadi kau bisa menahan diri, bukan?" tanyanya.
"Tentu saja, aku hanya takut kau bosan padaku!" Angelica tersenyum, ternyata apa yang dia takutkan tidak terjadi.
"Bodoh, kita sudah mau menikah lalu bagaimana aku bisa bosan? Bagiku kau adalah wanita sempurna yang tak tergantikan."
"Aku sangat senang mendengarnya," Angelica berjinjit untuk mencium bibir tunangan tampannya. Edgard pun sudah memeluk pinggang Angelica dan membalas ciumannya.
Untuk saat ini masih aman karena dia memiliki alasan yang bagus tapi nanti, semoga saja penyakitnya bisa disembuhkan oleh pelacur yang dia bayar mahal. Bukankah wanita itu berpengalaman dalam melayani laik-laki? Itulah sebabnya dia membelinya karena Roseline selalu memuaskan pelanggan dan pelacur itu pun harus memuaskan dirinya dengan cara membantunya sembuh tapi jika tidak, dia tidak akan segan pada pela*ur itu karena dia telah dibohongi tapi dia berharap, Roseline dapat menyembuhkan juniornya dengan pengalaman yang dia miliki dalam waktu dekat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!