NovelToon NovelToon

cinta dalam luka part 1

bab 1

Tak.. Tak.. Tak..

seorang wanita tengah berlari di bawah hujan deras. terlihat wanita itu seperti sedang terburu buru tanpa menghiraukan hujan yang terus menimpanya.

"ibu. Tunggu aku. "ucap gadis itu seraya terus berlari dengan dress putih yang sudah basah.

gadis itu terus berlari hingga sampai di sebuah rumah sakit. Dengan cepat iya memasuki rumah sakit itu dengan keadaan basah kuyup.

Huh..huh..

Gadis itu menarik nafasnya yang tidak beraturan. Iya berdiri tepat di depan resepsionis rumah sakit.

"sus. Ini uang untuk biaya pengobatan ibu ku. Tolong siapkan operasinya" ucap gadis itu seraya menyerahkan setumpuk uang di meja kasir.

"baik. kami akan segera melakukannya." ucap perawat itu.

gadis itu bernama Arsya radella. Iya bekerja sebagai seorang dokter setelah kelulusannya. Iya bekerja di salah satu rumah sakit yang cukup besar.

namun baru saja mendapatkan promosi di rumah sakitnya bekerja iya mendapat kabar buruk. Bahwa ibunya masuk rumah sakit karena jantungnya yang tidak sehat dan kembali memburuk dan sekarang harus segera di operasi.

Arsya berasal dari keluarga sederhana. Iya harus membayar uang operasi serta biaya pengobatan yang jumlah nya mencapai ratusan juta.

Jika hanya mengandalkan gajinya yang sekarang itu tidaklah cukup. Walau iya seorang dokter dengan lulusan terbaik dahulu namun iya masih seorang dokter biasa.

Bahkan demi pengobatan ibunya iya harus berhutang dengan jumlah yang tidak sedikit. Sekarang iya juga harus membayar hutang dan pengobatan ibunya.

"ma. Aku mohon bertahanlah demi aku" ucap Arsya seraya duduk di sebuah lorong rumah sakit.

Terlihat Arsya tengah menangis seraya menatap sebuah ruangan yang bertuliskan RUANG OPERASI. tubuhnya bergetar dengan tubuh yang masih basah.

Whushh.

Tiba-tiba saja seseorang menyelimuti tubuhnya dengan sebuah jas putih seorang dokter.

"kau begitu jelek saat menangis" ucap sebuah suara.

"arkha" ucap Arsya yang mengenali pria di depannya.

"sejak kapan Arsya yang kuat dan berani menjadi lemah di depan sebuah ruangan seperti ini." ucap pria itu berusaha menghibur Arsya.

Arsya menghapus air mata yang ada di sudut matanya. Lalu berusaha untuk tersenyum menandakan dia baik baik saja.

"hmm. aku baik baik saja kok. kau tidak perlu menghibur ku" ucap arsya.

"sya. kau tenang saja ibumu pasti kuat. aku juga ada di sini buat membantu dan menemanimu." ucap pria itu

"terimakasih kha. aku sangat berhutang banyak padamu. Jika bukan karena bantuan mu. Aku gak tau apa yang akan terjadi dengan ibuku" ucap Arsya dengan wajah yang tertunduk.

"aku senang jika bisa membantu mu sya. tapi jika kau mau membayar hutang mu. kau bisa melakukannya dengan menjadi dokter hebat seperti keinginan mu." ucap arkha menghibur Arsya.

"hm. iya kha. aku pasti bakal jadi dokter yang hebat. " ucap Arsya seraya memandang ruangan yang ada di tempat itu.

Kali ini hati Arsya terasa sakit. Demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibunya Arsya harus rela menjual dirinya sendiri pada seorang pria kaya yang tidak dikenalnya. Iya harus menikah dan hidup dengannya.

Arsya bekerja di rumah sakit ini juga. sudah dua tahun iya mengabdikan dirinya di rumah sakit ini. Sementara ibunya sudah tiga bulan berada di rumah sakit ini. Semua tabungannya habis untuk biaya pengobatan ibunya. Sebelum di rawat arkha slalu membantu Arsya untuk biaya pengobatan ibunya.

Arsya tidak ingin terus berhutang Budi dan merepotkan arkha. Maka itu iya berusaha mencari uang sendiri. Hingga akhirnya iya di tawarkan untuk menjadi seorang istri pria kaya dan mendapat imbalan 100 juta perbulan.

karena penyakit ibunya yang sudah tidak bisa bertahan dan harus dioperasi tanpa pikir panjang Arsya menerima tawaran itu.

"Arsya. Makan dlu nih" ucap arkha yang masuk tiba tiba keruangan perawatan ibu Arsya.

"terimakasih. Tapi aku gak lapar" ucap Arsya seraya memegang erat tangan ibunya.

"kau harus makan sya. Kau sudah seharian menjaga ibumu. Jika kau sakit siapa yang akan menjaga ibu mu nanti" ucap arkha menasehati Arsya.

"tapi\_"

"makan sya" paksa arkha dengan lembut

"arkha. Maaf tapi aku sungguh tidak lapar. "

"hmm..itu tolong bantu aku jaga mama ya. aku harus pergi sekarang " ucap Arsya seraya berdiri dari kursinya.

"kau mau kemana. Bukankah yang harusnya menjaga ibumu adalah kau" ucap arkha penasaran.

"enggak kha. Tolong bantu aku kali ini. Untuk biaya kedepannya juga tidak perlu khawatir. aku sudah mendapatkannya. Terimakasih atas bantuan mu selama ini." ucap Arsya berjalan keluar.

arkha menarik tangan Arsya untuk meminta kejelasan namun Arsya hanya diam dan melepaskan tangan arkha dari tangannya.

"terimakasih arkha " ucap Arsya lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Arsya duduk di sebuah sofa di dalam kamar yang di siapkan oleh seorang pelayan. Iya telah di hias dengan gaun pengantin putih dan di dandan dengan cantik.

tangannya terlihat gemetar jantung nya berdetak kencang. Iya merasa sangat takut dengan pria yang telah menjadi suaminya. Entah seperti apa dia.

Krakkk

Pintu kamar tiba tiba terbuka. Arsya melihat kearah pintu yang terbuka. Terlihat seorang pria dengan jas hitam lengkap membuka pintu kamarnya.

Betapa terkejutnya Arsya melihat pria di depannya. Pria itu bukanlah orang asing melainkan iya adalah mantan pacarnya sendiri tiga tahun yang lalu.

"elvano" Arsya tiba tiba menyebut nama pria itu tanpa sadar.

pria itu masuk kedalam ruangan itu dan mengunci pintu kamarnya. Iya berjalan melangkah mendekat ke arah Arsya.

"mengapa wajahmu seperti itu..apa kau senang bisa melihat ku lagi." ucap elvano mendekatkan wajahnya ke wajah Arsya.

"kau.. Mengapa kau.._"

"apa. kau tidak senang. Tenang saja. Aku bukan pria miskin seperti yang kau katakan waktu itu. Kau tidak sangka bukan kau akan jatuh kembali ke tangan ku." ucap elvano seraya menyentuh dagu Arsya.

Arsya hanya menatap tidak percaya dengan pria yang ada di depannya. bagaimana bisa mantan kekasihnya yang sudah lama tidak bertemu kini menjadi suaminya.

"mengapa hanya diam. Apa kau begitu kesulitan berbicara setelah berpisah begitu lama dengan orang miskin ini" ucap elvano dengan mencengkram wajah Arsya.

"akh" Arsya merasa sakit di bagian pipi dan rahang nya saat elvano mencengkram nya dengan kasar.

"dimana keberanian mu saat itu. Lakukanlah saat ini seperti yang kau lakukan Waktu itu"

"gak.. aku_"

"apa. Kalau begitu biar aku yang membantu mu mengembalikan penghinaan yang kau berikan padaku waktu itu." ucap elvano dengan tatapan mengerikan.

Elvano menarik tangan Arsya dengan kasar lalu membantingnya di atas kasur.

Tatapan elvano terlihat sangat mengerikan. iya seperti akan menguliti arsya hidup hidup.

"setelah malam ini jangan harap kau bakal dapat ketenangan" ucap elvano seraya melepaskan jas dan aksesoris yang ada di tubuhnya.

"kau.. Kau mau apa. kau tidak bisa macam macam dengan ku" ucap Arsya dengan wajah yang sudah ketakutan.

"syuutttt... kau tenang saja. Sekarang aku adalah suami mu dan kau istri ku. kau harusnya tau apa yang akan dilakukan suami istri bukan." ucap elvano dengan senyum menyeringai...

bab 2

Semalaman Arsya bergumal dengan elvano. Meski beberapa kali Arsya menolak namun tidak dihiraukan oleh elvano.

Hingga pagi Arsya terbangun dengan tubuh yang terasa sakit karena kebrutalan elvano di atas ranjang sebelumnya. Sedih. Sakit semua iya rasakan.

Iya tidak menyangka akan menikah dengan mantan kekasih yang sudah berpisah lama dengannya. Bahkan menghabiskan malam pertamanya dengan pria itu.

Entah perasaan benci atau bagaiman yang harus di rasakan nya. Hatinya bercampur aduk. Namun karena ibunya iya harus bertahan dan mengabaikan perasaannya saat ini.

Melihat elvano yang sudah tidak ada di kamarnya Arsya segera membersihkan dirinya walau harus berjalan dengan bertatih tatih.

saat di dalam kamar mandi iya mengguyur tubuhnya dengan air shower. Iya duduk di lantai merasakan dinginnya air. Air itu juga membantu menyembunyikan air matanya yang mengalir dengan deras.

Iya meringkuk memegang kakinya sembari mengingat perkataan elvano di tengah tengah permainan mereka sebelumnya.

Flash back...

"tidak ada gunanya terus menangis. Ini hanya pembuka dari penderitaan mu saja" ucap elvano seraya masih menyetubuhi Arsya.

"stop.. Pliss. Ku mohon jangan seperti ini Van"

"sstt.. Aku akan membuatmu membayar atas penghinaan mu saat itu. Kau suka uang dan aku membeli mu dengan uang."

"aku memiliki hak penuh atas dirimu. Namun kau sudah kehilangan hak atas dirimu" ucap elvano dengan sorot mata yang tajam.

"sampai kapan kau akan mengingatnya. Kita sudah berpisah mengapa kau tidak mau melepaskan ku." ucap Arsya sedih.

"aku tidak melepaskan mu?! Oh haruskah aku ingatkan bahwa kaulah yang datang sendiri padaku dan setuju menikah dengan bayaran 100 juta itu." ucap elvano di telinga Arsya.

Mendengar ucapan elvano Arsya hanya terdiam. Memang benar iya sendiri yang mau menikah dengannya karena tawaran uang itu. Namun iya juga tidak tau dan tidak menyangka bahwa pria yang akan iya nikahi adalah elvano mantan kekasihnya.

Arsya merasa malu akan dirinya sendiri. Demi uang iya harus rela menjual dirinya. Entah sampai kapan iya akan mengakhiri ini. Namun demi ibunya iya harus bertahan. Saat ini ibunya pasti menunggu nya.

"aku tidak lemah. Dan tidak boleh lemah. mama membutuhkanku aku harus kuat." ucap Arsya menyemangati dirinya sendiri.

jika tidak mengandalkan diri sendiri iya sungguh tidak bisa bergantung pada siapapun. Iya tidak punya siapa siapa selain ibunya. Ayahnya pergi meninggalkannya dan ibunya sekarang ibunya berbaring di rumah sakit. Iya sungguh tidak ingin kehilangan orang yang paling iya sayangi di dunia ini.

rumah ini terlihat besar namun begitu kosong. Selain para pembantu dan pengawal yang hanya beberapa tidak ada siapapun lagi. bahkan elvano setelah malam itu masih belum kembali.

Arsya sendiri dilarang keluar oleh elvano. Para penjaga begitu ketat menjaga Arsya seperti tahanan saja.

Drttt....

Ponsel Arsya berdering di sakunya. Dengan segera iya memeriksa ponselnya. Sebuah pesan singkat terlihat dari notifikasi di layar handphone nya.

^^^Arkha.^^^

^^^*Arsya kau di mana. kau baik baik saja kan. Mengapa tidak ada kabar dua hari ini.*^^^

Arsya.

*maaf arkha. Aku ada pekerjaan.

maaf ya😊*

^^^Arkha^^^

^^^*baguslah jika kau baik baik saja.^^^

^^^aku sangat mengkhawatirkan mu*^^^

Arsya

*bagiamana dengan ibuku*

^^^Arkha^^^

^^^*dia baik baik saja.^^^

^^^aku akan memantau terus^^^

^^^perkembangan ibumu*^^^

Setelah beberapa pesan singkat yang mengatakan ibunya baik baik saja. Hati Arsya terasa lebih baik.

Arsya duduk di sofa seraya membaca sebuah buku untuk mengisi waktunya karena di tahan sangat membosankan.

Saat tengah membaca Arsya melihat elvano kembali. Mata Arsya terbuka lebar saat melihat elvano kembali dengan wanita sexy dan cantik.

Keduanya terlihat sangat kasmaran. Namun Arsya paham dengan posisinya. Iya tidak marah atau pun kesal. Iya hanya bangkit dari Sofanya lalu beranjak pergi.

"hei siapa yang mengijinkan mu pergi" ucap wanita sexy itu menghentikan langkah Arsya.

"cepat bawakan aku minum dan makanan ke sini" ucap wanita itu kembali seraya duduk di pangkuan elvano di atas sofa.

Elvano hanya diam dengan apa yang akan di lakukan wanita itu pada Arsya. iya seakan tidak peduli dan tak ingin perduli dengan Arsya.

"baik. Tunggu sebentar" ucap Arsya dengan senyum yang di paksakan.

Arsya tau bahwa pernikahannya hanya lah sebuah kesepakatan. dan hubungannya dengan elvano telah lama terputus. Namun perasaan dan hatinya tidak bisa berbohong. Iya masih merasakan sakit saat melihat elvano bermesraan dengan wanita lain di depan matanya.

Arsya mengambil minuman dan beberapa buah yang ada di dapur untuk di berikan pada mereka. Namun saat membawa makanan itu Arsya di buat terkejut dengan pemandangan di depannya sehingga tanpa sadar menjatuhkan nampan yang iya bawa.

Pranggh...

Suara benda jatuh itu membuat dua orang di depannya menatapnya. Dengan cepat Arsya meminta maaf dan akan mengambilkan yang baru.

Arsya tidak percaya dengan yang di lihatnya. Suaminya berani bermain dengan wanita lain di hadapan iya yang seorang istri sahnya. Bahkan melakukan hal tak senonoh di tempat terbuka seperti itu.

Tanpa sadar saat akan menyangkan air Arsya meneteskan air matanya.

"bodoh. Mengapa kau begitu cengeng Arsya. Dia bukan elvano mu yang dulu. Sadarlah kau dan dia sudah berada di jurang yang dalam" ucap Arsya pada dirinya sendiri seraya menyeka airmata nya yang menetes dari kelopak matanya.

Arsya kembali membawa makanan itu namun sudah tidak terlihat lagi elvano dan wanita sexy itu berada di ruang tamu lagi.

"nona. Tuan meminta nona mengantarkan makanannya kekamar tuan" ucap seorang pelayan tiba-tiba.

Kamar? Entah apa yang di pikirkan Arsya tentang suami dan wanita asing yang masuk kedalam kamar.

Arsya melangkahkan kakinya menuju kamar elvano yang tak lain juga kamarnya.

tok..tok..tok....

Arsya mengetuk pintu kamar itu lalu membukanya perlahan. Sekali lagi iya di kagetkan dengan pemandangan di depannya.

Arsya berusaha untuk tetap tenang. Arsya masuk dan meletakkan buah dan minuman itu di atas meja lalu dengan segera keluar dari kamar itu dengan wajah yang tertunduk.

Jantung Arsya berdetak semakin kencang. Hatinya semakin sakit. Semakin iya berusaha menyembunyikan perasaan nya semakin iya terluka karenanya.

Arsya kembali ke dapur. Entah mengapa kakinya melangkah membawanya ke dapur. Saat ini sungguh tidak ada tempat untuk nya berbagi cerita. Bahkan untuk sekedar mengeluarkan keluh kesahnya.

"apa sih sya. Apa yang kau harapkan. Pernikahan ini mutlak hanya kesepakatan. Sadar arsya sadar" ucap Arsya pada dirinya sendiri seraya sesekali menampar ke dua pipinya sendiri.

Arsya menarik nafas dalam dalam dan mencoba untuk menenangkan diri. Iya harus sadar akan posisinya saat ini. Selain status istri iya tidak punya hak apapun lagi termasuk marah.

bab 3

Drttt.

Sekali lagi ponsel Arsya berdering. Arsya mengecek ponselnya dan terlihat nomor tak di kenal sedang menghubunginya.

"halo".

"kau tidak melupakanku bukan" ucap suara dari ponsel Arsya.

"kapan kau akan membayar hutangmu. Ini sudah lebih dari janjimu. Atau kau ingin melihat ibumu terbaring di peti mati" ucap suara itu mengancam Arsya.

Mendengar ucapan itu tubuhnya seperti tersengat listrik. Iya tau saat ini seorang penagih hutang menagih janji padanya. Namun bagaimana iya harus hadapi. Saat ini iya sama sekali tidak memiliki uang. Bahkan uang yang terakhir kali di dapat sudah di habiskan untuk pengobatan ibunya.

"jangan. Jangan sentuh ibuku. Aku akan segera membayarnya. Tapi aku mohon beri aku sedikit waktu. "

"baik. Dua hari. Jika kau tidak bisa membayarnya kau tau sendiri akibatnya " ancam suara pria dari ponsel Arsya.

setelah mengatakan itu ponsel itu pun mati. Tubuh arsya bergetar mengingat perkataan pria itu.

kaki Arsya terasa begitu lemas hingga iya terjatuh dan terduduk lemas di atas lantai. Iya menutup wajahnya dengan tangannya untuk menyembunyikan wajahnya yang kini sedang menangis.

Saat ini demi mencari uang untuk membayar hutang Arsya harus bekerja. Namun tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang cepat selain bar. Kebetulan Arsya memiliki kenalan dan membantunya untuk mendapatkan pekerjaan.

Arsya mendapat kerjaan sebagai pelayan di sebuah bar yang cukup terkenal dan bergengsi di kalangan konglomerat.

Arsya hanya cukup berpenampilan sedikit cantik saja untuk menjadi pelayan di bar itu. Maklum soalnya bar bergengsi.

Arsya mengenakan dress hitam dengan lengan pendek dan panjang sedikit di atas lutut.

![](contribute/fiction/7640002/markdown/5641180/1695837266700.jpeg)

Dress ini juga bukan ke inginkan dia. Namun ini adalah dress paling tertutup yang di siapkan di bar ini.

saat menjadi pelayan di bar itu beberapa kali Arsya di goda oleh pelanggan saat mengantar minuman atau makanan.

Namun dengan sabar Arsya menghadapi semua itu selagi mereka tidak begitu keterlaluan.

"hei kau. Pelayan baru. Cepat antar minuman ini ke ruang VIP. " ucap seorang kepala pelayan pada Arsya.

"ah. Baik"

Arsya lalu membawa beberapa botol bir ke ruangan VIP itu. Saat masuk Arsya di buat kaget tak percaya. ternyata yang memesan ruangan itu adalah elvano suaminya sendiri dengan beberapa teman pria dan wanitanya.

"hei. Bukankah ini pelayan di rumah kamu sayang" ucap seorang wanita sexy seraya bermanja di bahu elvano.

Elvano juga terlihat tidak senang dengan kehadiran Arsya di bar itu. Bukan karena apa. Iya tidak menyangka istrinya akan datang ketempat seperti ini dan bahkan menjadi pelayan. Mungkin ini akan sedikit mencoreng wajahnya kali.

"wah. Pelayan ini cantik sekali. Sepertinya kau senang menjadi pelayan" ucap salah satu pria di ruangan itu.

"hahaha.. Bagaimana jika menjadi pelayan ranjang ku saja."

"aku juga mau jika di ranjang"

Terdengar beberapa ucapan pria di ruangan itu merendahkan Arsya namun tidak di hiraukan olehnya.

"tidak ku sangka orang di rumahku bisa begitu menjijikan hingga datang ketempat seperti ini" ucap elvano memandang arsya dengan mata menjijikan.

Mendengar ucapan elvano tanpa sadar Arsya meremas dress yang iya pakai.

"apa kau begitu kekurangan uang." ucap elvano seraya melangkah mendekat kearah elvano.

Jika bukan karena iya membutuhkan uang Arsya juga tidak akan mau menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.

"kau ingin ini bukan" elvano mengeluarkan beberapa ikat uang dari sakunya.

"aku bisa memberikannya padamu dengan mudah asal kau mau berlutut di bawah kakiku" ucap elvano dengan senyum menyeringai.

"apa kau sungguh akan memberikannya padaku." ucap Arsya meyakinkan.

"tentu saja. Kita lihat dari caramu" ucap elvano dengan mata merendahkan Arsya.

Arsya memejamkan matanya sejenak. Lalu tanpa berkata apa apa lagi iya langsung berlutut di hadapan elvano. Hal itu membuat elvano membulatkan matanya tak percaya.

Di mata elvano Arsya saat ini begitu rendahan. Demi beberapa uang iya bahkan rela berlutut di hadapan banyak orang. Entah mengapa hal itu bukannya membuat elvano senang tetapi semakin membuatnya kesal.

"baik. Kau sungguh membuktikan betapa rendahnya dirimu." elvano lalu melemparkan uang itu pada Arsya begitu saja lalu duduk dan meminum secangkir bir yang ada di meja.

Arsya hanya bisa menutup matanya dan bertahan agar air matanya tidak jatuh.

"kau sungguh kekurangan banyak uang bukan. Aku akan memberikan mu lebih dari itu jika kau meminum bir ini" ucap elvano seraya menyerahkan segelas bir pada Arsya.

"setiap gelasnya akan bertambah dua kali lipat." ucap elvano dengan santai seraya mengeluarkan sebuah cek dan pena di atas meja. Elvano kembali bermesraan dengan wanita di sampingnya.

"tapi. Aku.. Aku tidak bisa minum" ucap Arsya.

"aku tidak memaksamu." ucap elvano tanpa melihat Arsya.

Karena Arsya yang sudah terdesak uang. Mau tidak mau iya harus meminum bir itu untuk mendapatkan uang untuk membayar hutang nya.

Perlahan Arsya mengambil gelas di atas meja. Dengan sedikit memaksa Arsya menghabiskan bir itu dengan sekali minum. Terasa begitu menyiksa saat meminum bir itu namun iya harus bertahan.

Elvano melihat Arsya meminum bir itu semakin kesal.

"bagus. Kau benar benar layak di puji. \*\*\*\*\*\*." ucap elvano seraya menulis cek sesuai dengan kesepakatan sebelumnya lalu kembali melemparnya pada arsya dan pergi begitu saja.

sakit. Malu. Hancur. Semua perasaan itu seperti bercampur aduk di hatinya. Yang paling membuat hati nya sakit saat elvano menyebutnya \*\*\*\*\*\* dari mulutnya sendiri.

Iya tidak menyangka iya akan jatuh ke tahap yang paling menyedihkan dalam hidupnya. Iy dulu begitu bahagia saat bersama elvano. Iya dijadikan layaknya putri yang berharga. Namun kini semua berubah. Iya yang sekarang tak lebih hanya seorang \*\*\*\*\*\* bagi elvano graha.

Arsya mengambil uang dan cek itu. lalu bergegas pergi dari ruangan itu. Perutnya terasa mual dan kepalanya pusing karena bir yang iya minum sebelumnya.

Arsya berlari menuju toilet. Dan memuntahkan sebagian isi perutnya. Kepalanya terasa pusing dan pipinya juga memerah karena bir itu.

"huh. Sakit banget"

Arsya tidak pernah menyentuh bir karena iya tidak bisa meminumnya. iya mudah mabuk bahkan saat meminum sedikit bir saja.

setelah menyimpan uang nya Arsya pergi dari bar itu. saat di jalan Arsya begitu mabuk. Iya meracau racau tidak jelas di jalanan.

"elvano. Aku bukan \*\*\*\*\*\*."

"elvano aku Arsya"

Dengan langkah yang tertatih dan sempoyongan Arsya terus berjalan tidak tentu arah.

Brakkk

Saat sedang berjalan kaki Arsya tersandung oleh batu dan terjatuh.

"ah.. Sakit. uhh.." Arsya meniup kakinya yang sakit seperti anak kecil.

Tepat saat itu arkha melihat Arsya dan menghampiri nya.

"Arsya"

"eh.. Arkha." ucap Arsya dengan wajah yang masih mabuk.

"arsya. Apa yang kau lakukan di sini."

Arkha melihat kaki Arsya yang terluka lalu menggendongnya ke pinggir jalan agar lebih aman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!