NovelToon NovelToon

BADGIRL KESAYANGAN PUTRA MAFIA

1 / Carlista Daniella Hilson

Seorang gadis mengendarai mobil Ferrari hitam dengan kecepatan di atas rata-rata. Dirinya saat ini benar-benar seperti seorang buronan yang tengah dikejar-kejar dengan para polisi. Raut wajahnya dingin dan datar. Sorot mata yang tajam dan penuh intimidasi.

"Kalian pikir, kalian bisa ngejar gue," gumamnya dengan remeh.

Sementara ketiga mobil mewah tersebut terus mengejar mobil Ferrari hitam yang ada di depan mereka saat ini. Kecepatan mobil mereka pun sama seperti pembalap mobil profesional.

Cttiiitt.....

"Gila tuh cewek. Pantesan aja dapet julukan Queen of Badgirl." ucap salah satu wanita yang tengah mengejar mobil Ferrari hitam tersebut.

Sementara mobil Ferrari hitam yang tengah dikendarai oleh sang wanita tersebut perlahan membanting stir dan mobil yang ia tumpangi sempat berputar-putar sebanyak tiga kali sebelum akhirnya mobil Ferrari hitam tersebut berhenti sempurna di tengah jalan dengan posisi menyamping.

Gadis tersebut melepas safety belt lantas keluar dengan wajah angkuh dan sorot matanya yang dingin dan penuh intimidasi. Berbarengan dengan tiga mobil mewah yang terparkir tepat saat ia membuka pintu mobilnya.

Menyugarkan rambutnya ke belakang lantas memantik korek untuk membakar sebatang rokok yang ia selipkan di antara kedua bibir manisnya. Menyenderkan tubuhnya ke bagian pintu mobil. Style yang ia pakai malam ini pun tak main-main.

Ia hanya memakai kaos oblong crop ketat warna putih dengan hotpants jeans nya serta sepatu sneakers putih kesayangannya. Dengan sebelah rambut kiri yang sengaja ia pirang dengan warna ash grey. Sementara rambut sisi kanannya ia biarkan berwarna hitam.

Prok! Prok! Prok!

Suara tepukan tangan berasal dari salah seorang gadis yang berpakaian setelan jaket jeans oversize serta hotpants jeans nya. Berjalan santai dengan senyuman smirk yang tercetak jelas di wajah gadis itu. Menghampiri seorang gadis yang tengah menyesap sebatang rokok tersebut.

"Gila lo, Carl. Bener-bener the real Queen Badgirl." ujar wanita tersebut dengan senyuman miring tercetak jelas di wajahnya.

Sementara kedua wanita yang lain menghampiri gadis yang diberi julukan Queen of Badgirl tersebut dengan langkah angkuhnya.

"Ck, ck, ck. Bestie kita emang paling mantap!" seru salah satu wanita yang memakai topi kupluk merah tersebut.

Wanita yang tengah mengepulkan asapnya di udara lantas terkekeh sinis. "Yoi. Carlista, gitu loh." seru nya.

Ya, dia adalah Carlista Daniella Hilson. Seorang gadis cantik keturunan Australia. Berwajah cantik dengan postur tubuh idealnya. Tingginya sendiri berkisar 168 cm. Berkulit putih, hidung mancung, sorot mata yang dingin dan tajam serta pandangan yang datar, bibir sedikit bervolume dengan warna merah alami.

Banyak orang yang menyandingkan wajahnya dengan salah satu member NewJeans---Danielle Marsh. Karena saking miripnya.

"Mirip banget sama Danielle member NewJeans."

Begitulah salah satu celetukan dari beberapa siswa yang sangat mengidolakan seorang Carlista Daniella Hilson. Memiliki kecantikan yang sangat luar biasa.

Jenna Oliver, seorang Selebgram dan suka memakai topi kupluk. Cantik, di luar keliatan garang, tapi aslinya absurd dan receh banget. Hobi bikin vlog di manapun berada.

Metta Yamawaki, gadis cantik yang sedikit dingin dan irit bicara. Tapi sekali bicara, sarkas banget anaknya. Rambut hitam panjang sebahu dengan style casualnya.

Melody Viktoria, paling receh dan absurd banget anaknya. Paling berisik dengan suara toa 10 oktafnya. Potongan rambut sepunggung dengan warna golden brown.

"Carl. Lo keren banget. Sayang, Carl banyak-banyak," seru Melody sambil memeluk Carlista dengan suara cemprengnya.

Carlista mendengus. "Ck, Mel. Lepasin gue. Perasaan dari kemaren, lo melukin gue mulu. Homo lo!" ujarnya dengan jengah.

Melody lantas mencebikkan bibirnya. "Iiih. Kok Carl, gitu sih sama, Mel?!" rajuknya sembari menghentak-hentakkan kakinya.

Metta hanya memutar bola matanya malas. Gadis blasteran Jepang tersebut sudah sangat jengah dengan kelakuan Melody. Mengenal dan berteman baik dengan Melody hanya akan membuat mereka terkena mental break dance---eh, break down maksudnya.

Sementara Jenna, terkekeh ketika melihat kelakuan Melody yang seperti anak kecil. "Tahan, Carl. Jangan sampe nih anak kita karungin. Kita kiloin sekalian,"

"Jenna, juga jahad sama, Mel." rajuk Melody dengan suara cemprengnya.

Sementara Carlista menghembuskan nafasnya kasar. "Mel. Gak usah kayak anak kecil deh. Manja." cibirnya sembari menyugarkan rambutnya perlahan.

Melody hanya mencebikkan bibirnya dan menghentak-hentakkan kedua kakinya sembari memainkan tali hoodie biru muda yang ia kenakan saat ini.

Metta melipat kedua tangannya di depan dada lantas menoleh kepada Carlista yang tengah menyenderkan punggungnya ke bagian pintu mobil. "Gimana soal misi lo kali ini? Lo serius mau hadapin mereka sendirian?" cecarnya dengan sorot mata datar.

Carlista melirik sekilas lantas tersenyum miring. "Hm. Gue bakal hadapin mereka seorang diri. Lagian, cuma ngebasmi parasit kayak mereka itu perkara yang muda, Met," ujarnya dengan santai.

Metta tersenyum miring. "Gue suka sama gaya lo," ujarnya.

●●●

BUGH!

BUGH!

Carlista memukul perut seorang pria sebanyak dua kali tanpa henti. Pukulan demi pukulan yang diberikan oleh Carlista tak main-main. Dirinya mampu menumbangkan lawan dengan dua kali pukulan saja.

Carlista memang selain cantik, dirinya juga jago dalam hal bela diri. Itulah mengapa, dirinya tak takut dengan hukuman dan ancaman apapun itu.

BUGH!

"Beraninya cuma sama cewek! Cemen lo semua! Ayo maju! Hadapin gue!" seru Carlista dengan nada remehnya.

Kini Carlista tengah dikepung oleh 10 orang pria berbadan kekar dan tinggi. Ia hanya wanita seorang diri. Menghadapi lawan dengan sebanyak itu cukup sulit untuk orang yang tak memiliki kemampuan khusus seperti Carlista. Tetapi, berbeda dengan Carlista. Dirinya mampu menumbangkan lawan sebanyak itu.

Kini ia berhasil menumbangkan lawan sebanyak 5 orang. Tinggal 5 orang yang masih tersisa. Meski wajah cantik tersebut dibanjiri oleh keringat dan terkena pukulan di bagian punggungnya, tak menjadikan dirinya lemah lantas ambruk begitu saja. Dirinya justru terus menghajar lawannya tanpa ampun.

"Gila nih cewek. Boleh juga tenaganya," ujar salah satu di antara mereka yang memakai jaket kulit hitam dengan kepala botak plontos.

Dengan nafas yang memburu, Carlista menyugarkan rambutnya ke belakang dengan sorot mata tajamnya. Ekor matanya terus memperhatikan setiap pergerakan musuh. Tak ada yang terlewat sedikitpun.

"Heh, botak! Ngapain lo cuma cengar-cengir?! Mau pamer gigi, lo?! Sini gigi lo gue bikin rontok sekalian!" sarkas Carlista.

"Ayo maju kalo berani!" seru lelaki berkepala botak plontos tersebut.

"HALAH! GAK USAH BANYAK BACOT LO!!"

BUGH!

BRUKH!

Carlista menendang rahang pria botak plontos tersebut dengan sekali tendangan dan langsung membuat pertahanan pria tersebut ambruk dan terjatuh begitu saja. Darah mengalir deras dari mulutnya dan jangan lupakan gigi depannya yang rontok akibat tendangan Carlista yang tak main-main.

Uhuukk... uhuukk...

Carlista terkekeh sinis. Memandang lawannya yang ambruk bahkan mungkin ada dari mereka yang hanya tinggal nama. "Udah gue bilang, jangan main-main sama gue. Bilangin tuh sama Boss lo yang namanya Raskal itu. Gue gak akan pernah mau jadi pacarnya." ujarnya sembari meniup kuku-kuku jarinya.

"Tapi, Boss kita cuma mau lo yang jadi pacarnya." ujar pria dengan hoodie hitamnya.

BUGH!

"Bangsat!" umpat Carlista ketika dirinya tanpa sengaja dihantam pukulan cukup keras oleh salah satu musuhnya tepat di belakang punggungnya.

Saat tubuh Carlista hendak ambruk jatuh ke jalan aspal yang gelap, tiba-tiba saja kedua lengannya ditahan oleh kedua musuh-musuhnya. Dengan tubuh yang masih lemas dan rasa nyeri yang luar biasa pada punggungnya, dirinya dipaksa untuk berdiri dengan dibantu kedua musuhnya.

"Cewek cantik kayak dia, sayang kalo engga dicicipin terlebih dahulu," ujar salah satu di antara mereka berempat.

"Cantik, sexy. Manis lagi." ucap salah satu lawannya yang juga teman dekat Raskal---Dino.

Dino melangkah mendekat dan membelai wajah cantik milik Carlista. "Gue penasaran sama cewek kayak lo. Selain cantik, elo juga bisa kan, jadi ****** gratis untuk gue dan Raskal?" ujarnya dengan seringaian tipis.

Terdengar suara tawa yang sangat nyaring dan menggelegar tepat di telinga Carlista. Dengan beraninya Dino mengendus aroma tubuh Carlista yang amat sangat memabukkan kaum adam. Membuat Dino menggeram tertahan karena saking dekat wajahnya dengan area leher Carlista.

"Jauhin muka bastard lo dari hadapan gue sekarang!" ucap Carlista mendesis tajam.

Dino menyeringai. "Lo terlalu cantik untuk dilewatkan, Carlista," ujarnya.

Dino semakin memajukan wajahnya tepat di hadapan Carlista. Jarak keduanya sangatlah dekat saat ini.

Deru nafas mereka pun saling bersahut-sahutan. "Lo gak takut dengan apapun kan, hm? Jadi, kenapa lo harus takut kalo wajah gue sedeket ini sama lo?" ujar Dino dengan suara serak.

"Gak usah macem-macem sama gue." desis Carlista dengan gigi bergemelatuk.

"Enggak kok. Cuma satu macem aja," ucap Dino dengan lembut. "Bibir lo yang sexy dan indah ini," sambungnya dengan sedikit serak sembari mengusap lembut bibir Carlista.

Carlista memberontak hingga akhirnya kedua pipinya dicengkram erat oleh Dino. Ia ingin sekali mencicipi rasa bibir Carlista yang sangat sexy itu. Tinggal sedikit lagi Dino menempelkan bibirnya kepada bibir Carlista sebelum akhirnya....

BRUKH!

Dino terjatuh bersamaan dengan keempat musuh-musuhnya yang terjatuh tanpa sebab. Carlista yang masih memiliki sedikit kesadaran pun berusaha untuk bangkit dengan mata yang berkunang-kunang. Kesadarannya mulai hilang dan hendak terjatuh begitu saja.

Alih-alih dirinya terjatuh dan merasakan sakit serta dinginnya jalanan aspal, dirinya justru terjatuh dan merasakan tubuhnya melayang begitu saja dengan kedatangan tiga sosok lelaki asing setelahnya sebelum akhirnya kedua matanya tertutup sempurna dan tak sadarkan diri.

●●●

Carlista berjalan dengan wajah angkuhnya. Sorot matanya yang datar dan penuh intimidasi. Berjalan santai dengan sebelah pundak terdapat tas ransel berwarna hitam yang biasa ia pakai ketika bersekolah. Banyak pasang mata yang terus menyorot dirinya terutama penampilannya hari ini yang terlihat sedikit berbeda.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan penampilannya hari ini. Sama seperti yang lainnya. Memakai seragam lengkap khas Antariksa High School. Seragam putih dengan rok pendek kotak-kotak hitam dibalut dengan blazer crop khusus siswi berwarna merah marun. Dasi pita hitam serta badge name yang bertengger di dada kanan blazernya---Carlista D. Hilson.

Ya, rambutnya masih sama seperti semalam. Bagian kiri berwarna ash grey sedangkan bagian kanan berwarna hitam. Padahal diperaturan AHS sendiri tidak diperbolehkan bagi seluruh murid mewarnai rambutnya selain berwarna hitam dan coklat.

Ck, benar-benar the real Queen Badgirl.

Sementara Carlista terus berjalan dengan langkah angkuhnya hingga pergerakannya terhenti ketika empat orang wanita yang dengan sengaja menghadang jalannya.

Menatap datar kepada keempat wanita tersebut. Carlista melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya. "Gue lagi gak mood ngadepin ocehan kalian. Minggir." ujarnya dengan datar.

"Ngerasa paling cantik di AHS? Iya?"

Vanesha dan ketiga sahabatnya---Lyora, Tammy dan Herin. Keempat wanita cantik yang juga tergabung dalam Korean Dance Club dan juga Cheerleaders AHS. Dengan Vanesha yang menjadi ketua Cheerleaders dan wakil ketua KDC.

Carlista menepis jarak di antara keduanya. "Kalo gue emang cantik, kenapa?" ujarnya dengan datar.

Vanesha menatap nyalang kepada Carlista dengan kedua tangan yang mengepal. "Gak usah sok paling cantik. Lo sama temen-temen lo itu cuma parasit di sini." desisnya dengan tatapan tajamnya.

Carlista terkekeh sinis. "Bukannya elo sama temen-temen lo yah, yang jelas-jelas cuma parasit?" ujarnya dengan santai.

"Pantesan aja tingkahnya kayak gini. Lo kan emang gak dianggap sama keluarga Hilson sendiri. Bukan begitu, Carlista?" ujar Vanesha dengan pandangan remehnya.

Carlista menyeringai tipis. "Ck, ck, ck. Segitu populernya gue, sampe-sampe lo tahu kehidupan keluarga gue," ujarnya dengan kekehan kecil.

Vanesha justru semakin mengepalkan kedua tangannya dan terus menatap nyalang pada Carlista. Sementara Carlista hanya menampakkan wajah datar dan senyuman miringnya.

Carlista menaikkan sebelah alisnya dan menatap datar pada Vanesha. "Why? Kok diem," ucapnya dengan datar. "Oh iya, lupa. Lo kan cuma parasit. Mana mungkin bisa ngomong."

Lanjutan kalimat itu yang membuat Vanesha kembali naik pitam dan ingin sekali menghajar wajah cantik plus datar milik Carlista. Sebelum pukulan tersebut dihentikan oleh seseorang yang tiba-tiba saja datang dan menahan pukulan itu.

Metta dan Jenna beserta Melody. Ketiganya datang dan menghadang Vanesha yang akan memukul wajah mulus Carlista.

Seperti biasa, Jenna Oliver---si Selebgram sekaligus Vlogger AHS. Tengah memegangi handphonenya dan sedang melakukan live streaming di Instagram pribadinya.

Sementara Melody, terus meneriaki nama Metta dengan sangat hebohnya. Berbeda dengan Carlista, ia hanya menatap datar dan tenang menyaksikan semuannya. Seulas senyum smirk hadir di wajahnya.

"Kalo lo sama temen-temen lo masih mau hidup dengan tenang. Stop gangguin Carlista. Paham." ujar Metta dengan datar.

"Hajar teruuus Metta! Hajar!" seru Melody sembari mengepalkan kedua tangannya dan bergerak-gerak seperti orang meninju.

"Oh my bestieee! Temen gue yang blasteran Jepang ini keren bingits guuuys!" decak Jenna sembari terus menyoroti keduanya seperti orang yang sedang ngevlog.

Sementara Carlista hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua sahabatnya yang memang sedikit absurd.

"CARLISTA! Miss kasih hukuman buat kamu karena rambut kamu yang sangat aneh itu! Hormat ke tiang bendera sekarang!"

2 / Marvel James Ferioz

BRAK!

Lelaki tersebut membuka pintu menggunakan sebelah kakinya. Pandangannya dingin serta wajahnya yang datar ditambah ruangan tersebut sunyi dan temaram. Hanya ada pencahayaan dari lampu bohlam gantung membuat aura sekitar semakin diselimuti dengan kesunyian dan mencekam.

Tubuhnya yang tinggi berdiri di ambang pintu. Berjalan memasuki ruangan tersebut dengan langkah angkuhnya. Di dalam ruangan tersebut sudah ada keempat tawanan yang mereka kumpulkan dan diikat secara terpisah.

Mulut mereka dibekap pakai lakban hitam, tangan dan kaki mereka diikat dengan tali serta salah satu dari mereka ada yang diikat dengan cara kedua tangannya diikat secara terpisah dan kedua kakinya diborgol seperti membentuk 'Y'.

Byur!

Lelaki tersebut sengaja menyiram salah satu dari mereka berempat. Guna menyadarkan laki-laki tersebut. "Bangun lo." ujarnya dengan suara dinginnya.

Lelaki yang berpakaian serba hitam tersebut tersentak dan merasa perih karena luka di wajahnya yang terkena denga air yang baru saja lelaki tersebut siramkan.

"Siapa lo? Lepasin gue sekarang!" ujar lelaki yang diikat tersebut.

Lelaki tersebut lantas tersenyum miring. "Jangan harap lo bisa gue lepasin gitu aja." ujarnya dengan datar.

"Siapa lo sebenernya? Gue gak ada urusan sama lo!" desis Dino.

Lelaki tersebut lantas mengeringai. "Tapi gue yang punya urusan sama kalian. Terutama Boss lo---Raskal." ujarnya dengan deep voice.

"Lepasin gue, bangsat!" pekik Dino dengan nafas yang memburu sembari menatap nyalang kepada laki-laki di hadapannya saat ini.

BUGH!

Lelaki tersebut memukul rahang Dino yang baru saja memberontak meminta dilepaskan olehnya. Tak semudah itu lolos darinya. Karena dia tak akan pernah melepaskan mereka semua yang telah dengan beraninya mengusik gadis kesayangannya.

Pukulan yang dilayangkan olehnya benar-benar membuat Dino yang tengah diikat memuntahkan darah dan terbatuk. Tubuhnya pun terhuyung kalau saja tidak diikat kedua tangannya dengan tali dengan kuat. Lelaki bertubuh tegap tersebut lantas mengikis jarak di antara mereka. Menatap tajam pada lelaki berpakaian serba hitam tersebut.

"Itu baru peringatan kecil buat lo. Karena lo sudah melanggar apa yang seharusnya enggak lo sentuh." desisnya dengan tajam.

●●●

Seorang remaja lelaki berjalan dengan langkah angkuhnya. Sorot matanya datar, tajam serta penuh intimidasi membuat siapa saja takluk melihatnya. Tubuhnya yang tinggi serta badan yang kekar menambah kesan seram pada remaja berusia 18 tahun tersebut.

Marvel berjalan dengan langkah angkuhnya menuju ruangan markas mereka. Ia membuka pintu markas tersebut, sudah ada tiga orang cowok tampan yang tengah menunggunya di ruangan tersebut. Ia masuk dengan duduk di kursi kebesarannya.

Sementara tiga cowok tampan seusianya duduk di sofa berhadapan dengannya.

Salah satu di antara ketiga remaja tampan tersebut menunjukkan berkas yang ia minta semalam. "Vel. Ini yang lo mau kan?" ujarnya.

Marvel melirik sekilas lantas meraih berkas tersebut. Ia melihat ada empat berkas sekaligus dengan nama-nama yang berbeda. Ia menaikkan sebelah alisnya lantas menatap datar pada ketiganya.

"Kita gak bisa pisah sama lo, Vel. Jadi, kita ikutan. Oke," seru Juna dengan cengiran kuda.

Marvel hanya mendengus.

Pasalnya berkas tersebut adalah berkas perpindahan dirinya ke Antariksa High School. Sebenarnya ia meminta satu untuknya. Tetapi, ketiga sahabatnya tidak mungkin jika tidak ikut karena mereka berempat bukan hanya sekedar pindah sekolah tetapi juga untuk misi penting.

"Gimana soal Raskal? Apa kalian udah tau siapa dia sebenarnya?" ujar Marvel to the point.

"Raskal bukan orang yang kita cari selama ini, Vel. Tapi dia yang udah nyuruh anak buahnya untuk menyerang putri Hilson. Karena Raskal ingin menjadikan Carlista sebagai pacarnya," ujar Galang. "Bagaimanapun caranya."

Sambungan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Galang itu, membuat kedua tangan Marvel mengepal sempurna. Sorot matanya menajam dengan gigi yang bergemelatuk. Ia sungguh tidak rela jika ada satu orangpun yang berniat menyentuh gadis kesayangannya.

"Tapi kita harus pantau dia, Vel. Dia sedikit mencurigakan. Profil dia hanya orang biasa. Tapi---dia cukup berbahaya." ujar Atharel terdengar serius.

"Kita harus ke AHS hari ini juga." ujar Marvel datar namun sarat akan perintah.

Ketiga sahabatnya hanya saling pandang lantas bergegas mengikuti langkah lebar Marvel untuk keluar ruangan markas.

●●●

Pagi ini Carlista benar-benar mendapat hukuman. Harus hormat ke tiang bendera. Dengan sebelah tangan yang ia tekuk dan hormat ke tiang bendera. Ia sudah terbiasa mendapat hukuman apapun. Hanya untuk hormat ke tiang bendera, ia sudah biasa melakukannya.

Terhitung dari ia masuk AHS hingga ia berada di kelas XII, ia selalu saja mendapat hukuman. Entahlah, dirinya amat kebal dengan hukuman apapun. Mau dia dihukum gantung sekalipun, ia tak takut.

Negara hukum, coy. Ya kali main gantung anak orang.

Carlista yang tengah serius menjalani hukumannya kali ini harus teralihkan oleh satu bola basket yang melayang terkena kepalanya. Hingga membuat konsentrasi hukumannya buyar.

"Awwhsstt... bangsat! Siapa yang lempar pala gue pake bola basket?!" decak Carlista dengan sinisnya.

"Gue!" ujar Metta dengan tidak tahu diri.

Carlista memutar bola matanya malas. "Ck, lo ganggu konsentrasi gue tau!" ujarnya malas.

Metta berjalan ke arah Carlista dan menoyor kepalanya cukup keras. "Lebay lo. Cuma dihukum doang pake konsentrasi segala." cibirnya.

"Ngapain sih lo ke sini? Gue lagi dihukum." ujar Carlista datar.

"Ngajakin lo main basket." ujar Metta sembari mengembalkan bola oranye tersebut.

Carlista berdecih. "Gue lagi dihukum, Metta. Gak mungkin gue maen basket sambil hormat ke tiang bendera," ujarnya dengan malas.

"Ck, katanya larangan adalah perintah," ujar seorang gadis dengan suara cukup cempreng mengalihkan atensi keduanya. "Masa iya cuma ngelanggar satu larangan lo gak bisa," sambungnya.

"Kalian berdua ngapain ikut-ikutan ke sini? Kan gue yang kena hukuman. Bukan kalian," ujar Carlista dengan datar sembari memandangi kedua sahabatnya.

Jenna dan Melody sama-sama menampakkan cengirannya. "Kita berdua mau ikutan main basket sama Metta," ujar Melody dengan santainya.

"Emangnya lo bisa main basket?" tanya Carlista memicingkan matanya kepada Melody.

Melody menggeleng dengan menampakkan cengiran andalannya. "Hehe. Enggak,"

Ketiganya hanya memutar bola matanya malas. "Hah, kamvret!" ujar Metta dengan jengah.

Carlista merebut bola basket yang ada di tangan Metta lantas dengan gerakan gesit dirinya mendribble bola tersebut dan memasukkannya ke ring.

"Main bakset skuy!" ujar Carlista sembari menddrible bola oranye tersebut.

Jenna dan Melody saling pandang sementara Metta hanya tersenyum miring.

Keempat wanita cantik tersebut kini tengah berada di lapangan basket. Mereka bermain basket two on two. Carlista bersama Jenna dan Metta bersama Melody. Dengan Carlista dan Metta yang sama-sama menjadi kapten tim mereka.

Metta dan Carlista sama-sama melangkah maju dan sama-sama memandang datar pada lawannya saat ini.

"Siap untuk kalah, Carl," ujar Metta dengan remeh.

Carlista terkekeh. "Lo juga pasti kalah, Met," ujarnya dengan remeh.

"So, let's play together." ujar Metta sembari melambungkan bola oranye tersebut dan langsung ditangkap mulus oleh Carlista.

Carlista terus mendribble bola tersebut hingga untuk pertamakalinya ia yang memperoleh dua poin sebagai pembuka. Metta yang melihat betapa gesitnya permainan Carlista hanya tersenyum smirk. Carlista terus mendribble bola oranye tersebut menuju ring, saat ia hendak melompat dan memasukkan bola tersebut ke ring tiba-tiba...

"Panggilan kepada Carlista Daniella Hilson, kelas XII IPA 2. Harap ke ruang guru sekarang."

****!

●●●

Keempat mobil mewah saat ini sukses mencuri perhatian seluruh murid Antariksa High School. Keempat mobil tersebut terparkir tepat di area AHS. Saat keempat pintu mobil tersebut terbuka, nampaklah empat orang pria tampan berseragam SMA putih abu.

Keempatnya berjalan melewati lapangan utama AHS dengan langkah angkuh dan pandangan datarnya. Sementara kedatangan keempat cowok dengan ketampanan yang nyaris tanpa celah sukses mengundang atensi seluruh murid AHS pada pagi ini.

Suara decakan dan pekikan heboh terdengar seperti para supporter saat pertandingan bola. Terutama dari kaum ciwi-ciwi yang genitnya sudah mendarah daging.

"Aaaaahh! Mereka siapa woy?! Sumpah mereka ganteng banget!"

"Oh my God! Demi apa. Mereka kayak pangeran!"

"Yang pake hoodie merah jangan sampe lolos! Manisnya kebangetan!"

"Anjiirr! Baru kali ini gue ngeliat serbuk berlian berwujud manusia!"

Sementara keempat pria tampan tersebut hanya terdiam tanpa ekspresi dan menatap datar ke depan. Ya, keempat pria tampan tersebut adalah Marvel James Ferioz beserta ketiga sahabatnya. Oh iya, yang pakai hoodie merah tersebut adalah Juna.

Marvel James Ferioz. Paling tampan di antara yang lain. Kumpulan serbuk berlian. Sama-sama keturunan Mafia. Paling dingin. Tapi perhatian, sama gadis yang ia sayang. Pintar, pake banget.

Juna Leonard. Cowok tampan dengan warna rambut sedikit ia highlight coklat. Ganteng. Pintar. Apalagi dalam memikat hati wanita, Juna lah juaranya. Pemilik senyum termanis dan humoris. Absurd juga yang pasti.

Atharel Dewata. Ganteng dengan wajah yang sedikit sangar. Dingin? Gak juga. Ganteng? Oh, jelas. Pintarnya sebelas dua belas sama Marvel. Tapi, tingkahnya sebelas dua belas sama Juna---cukup absurd.

Galang Samudra. Ganteng. Dingin. Datar. Sebelas dua belas sama Marvel. Tapi, lebih dingin Marvel, sih, ketimbang Galang. Jarang senyum. Irit kata-kata. Tapi, sekalinya senyum, bikin melting kaum wanita.

Berbeda dengan mereka berempat yang sukses mencuri perhatian seluruh murid AHS, Carlista justru menyita perhatian guru-guru AHS yang ada di ruangan tersebut. Bagaimana tidak mencuri perhatian jika warna rambut Carlista saja warnanya terbagi menjadi dua. Seperti dua kubu yang terbelah.

Ya, rambut hitam dan ash grey milik Carlista sukses membuat seluruh guru AHS geleng-geleng kepala. Ini bukan pertama kalinya ia mewarnai rambutnya seperti itu. Ia juga pernah mewarnai rambutnya lebih dari satu warna.

Carlista berjalan santai memasuki ruangan tersebut dengan langkah angkuh dan sorot mata dinginnya. Berdiri tepat di depan meja Miss Tisa---guru bahasa Inggris sekaligus guru terkiller di AHS. "Miss Tis, panggil saya?" ujarnya dengan datar.

"Duduk." titah Miss Tisa dengan penuh penekanan.

Carlista duduk di kursi yang berhadapan tepat di depan meja Miss Tisa. "Kenapa, Miss panggil saya?" ujarnya dengan sorot mata datarnya.

Miss Tisa menyodorkan sebuah amplop coklat yang berisikan surat teguran dari pihak yayasan AHS untuk dirinya. "Silahkan kamu tanda tangani surat itu. Setelah itu, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau." ujarnya dengan tegas dan tajam.

Carlista meraih surat teguran tersebut. Belum ia membuka dan membaca apa isi suratnya, ia justru dengan sengaja merobek amplop coklat tersebut dan membuangnya ke sembarang arah. Hal itu justru membuat Miss Tisa semakin geram terhadap tingkah Carlista.

"Selesai kan. Gak ada yang perlu ditanda tangani lagi. Saya permisi, Miss Tis," ujar Carlista dengan datar. Bangkit dari kursi lantas pergi meninggalkan meja Miss Tisa.

"Berhenti, Carlista!" bentak Miss Tisa membuat satu ruangan guru terdiam dan memandang ke satu arah.

Carlista tersenyum miring lantas membalikkan poros tubuhnya. Menatap datar pada Miss Tisa dengan kedua tangan yang ia lipat ke depan dada. "Why?" datarnya.

"Miss memberikan kamu sebuah surat untuk kamu tanda tangani! Bukan untuk merobek surat itu!" ujar Miss Tisa dengan tegas.

"Larangan adalah perintah. Dan perintah ada hanya untuk dibantah." ujar Carlista dengan bangganya. "Bukan begitu, Miss Tisa?" sambungnya dengan seringaian tipis.

Kedua tangan Miss Tisa mengepal sempurna. Kedua matanya menajam dan gigi yang bergemelatuk. "CARLISTA!!"

Carlista hanya mengedikkan bahunya acuh lantas memutar poros tubuhnya. Berjalan dengan pandangan angkuhnya lurus ke depan. Hingga mata datarnya tak sengaja bertemu pandang pada si pemiliki mata dingin dan tajam milik Marvel.

Tepat di hadapan Carlista saat ini, berdiri empat cowok berseragam SMA tengah menatap datar pada Carlista.

"Minggir, gue mau lewat." ujar Carlista dengan datar.

Keempat remaja tampan tersebut tak bergemimg sedikitpun membuat Carlista mendengus. "Minggir, woy! Gue mau lewat!" sarkasnya.

Marvel memberikan sedikit celah kepada Carlista umtuk ia lewati. Tepat saat Carlista berjalan bersisian, Marvel menahan pergelangan tangan Carlista membuat dirinya tersentak kaget.

"Jika menurut lo larangan adalah perintah. Maka gue yang ngelarang lo untuk jatuh cinta sama gue," bisik Marvel tepat di telinga Carlista.

Carlista menatap tajam pada sosok lelaki tampan yang ada dihadapannya saat ini. "Lepasin tangan gue. Gue gak berbicara sama orang asing kayak lo," desisnya.

Marvel tersenyum miring. "See you again, Baby." ujarnya seperti berbisik sembari melepaskan genggaman tangannya.

●●●

Marvel, Galang, Atharel serta Juna. Keempat pria tampan tersebut tengah duduk berhadapan dengan Bu Fanny---ketua yayasan Antariksa High School. Karena mulai besok dan seterusnya, mereka berempat akan resmi menyandang status sebagai murid Antariksa High School.

"Selamat datang di Antariksa High School untuk kalian berempat," ucap Bu Fanny dengan senang hati.

Marvel mengangguk. "Hm. Terimakasih," ucapnya singkat.

Bu Fanny tersenyum kikuk. "Ada yang ingin ditanyakan perihal sekolah Antariksa High School ini?" ujarnya.

"Saya punya satu permintaan." ujar Marvel dengan datar.

"Apa itu?"

Marvel menyerahkan sebuah map coklat tepat di meja kaca tersebut. Bu Fanny lantas meraih map coklat tersebut dan membukanya. Ia sedikit tidak percaya dengan apa yang Marvel inginkan saat ini.

"Bagaimana?" tanya Marvel datar. "Kau bisa memenuhinya?" lanjutnya.

3 / Murid Baru serta Ketos Baru AHS

"Ibu ada apa panggil saya ke sini? Apa ada sesuatu hal yang penting?" tanya seorang siswa berjas merah marun dan celana hitam lengkap dengan badge name silver yang tertera di blazer dada kanannya.

FYI saja, murid yang memakai badge name berwarna silver adalah murid yang berstatus sebagai ketua OSIS dan wakil ketua OSIS Antariksa High School. Untuk para anggota tidak ada perbedaan. Semua sama seperti murid biasa. Badge name hitam.

"Gabriel. Duduklah," titah Bu Fanny dengan sopan.

Gabriel Nathanio---ketua OSIS Antariksa High School. Memiliki wajah yang tampan serta tatapan yang dingin dan datar. Meski begitu, ia tak semenakutkan penampilannya. Ia memiliki kepribadian yang cukup hangat, terutama pada Carlista.

Kenapa harus Carlista? Nanti kalian akan tahu jawabannya.

Gabriel mendudukkan dirinya tepat di hadapan Bu Fanny dengan meja kaca yang menjadi pembatas mereka. Bu Fanny berdehem pelan guna mengurangi rasa canggung di antara mereka berdua. Meletakkan sebuah map berwarna merah lantas sebuah pulpen, Gabriel menatap bingung pada selembar kertas yang ada di dalam map merah tersebut.

"Sebelumnya Ibu meminta maaf kepada kamu, El. Mungkin kamu tidak akan pernah menerima keputusan ini, apalagi tidak ada pembicaran antara kamu, Ibu, dengan anggota OSIS yang lainnya," ujar Bu Fanny dengan penuh penyeselan.

Gabriel hanya menatap selembar kertas tersebut lantas pandangannya beralih pada Bu Fanny dengan datar. "Apa maksud semua ini, tolong jelaskan?" ujarnya dengan datar.

"Maaf, El. Ibu terpaksa menggantikan posisi kamu menjadi ketua OSIS Antariksa High School. Karena---" Bu Fanny melirik sekilas pada Gabriel. "Kinerja kamu selama ini tidak bagus dan tidak ada progress untuk sekolah ini." sambungnya.

Gabriel tersenyum miring. "Apa ini permintaan murid baru itu?" ujarnya dengan datar.

Bu Fanny tertegun. "T-tidak, El. Ini murni keputusan dari Ibu sendiri dan Miss Tisa. Silahkan tanda tangani surat pengunduran diri ketua OSIS Antariksa High School, setelah itu kamu bisa pergi," ujarnya dengan

pelan namun sarat akan perintah.

"Apa jaminan Ibu, jika dia lebih baik dari saya?" ujar Gabriel dengan sorot mata dinginnya.

"Ibu akan mundur dari jabatan kepala yayasan dan akan memberhentikan Miss Tisa pada saat itu juga." ujar Bu Fanny dengan tegas dan lancar.

Gabriel tersenyum miring. "Ibu bisa mengatakan seperti itu karena kemampuan dia jauh di atas saya, iya kan, Bu Fanny?"

"El! Ini sudah keputusan sekolah untuk memberhentikan kamu menjadi ketua OSIS. Tanda tangani sekarang surat itu dan silahkan pergi dari ruangan ini." ujar Bu Fanny dengan tegas.

Gabriel dengan gerakan kasar mengambil pulpen tersebut. Dengan perasaan yang dongkol dan campur aduk, ia menanda tangani dan menaruh pulpen tersebut lantas tanpa sepatah katapun langsung pergi meninggalkan ruangan kepala yayasan.

"Maafkan kami, El," lirih Bu Fanny.

Gabriel berjalan dengan langkah angkuh dan pandangan datarnya. Ia masih dongkol dengan apa yang sudah menjadi keputusan pihak kepala yayasan. Hingga akhirnya sorot mata dinginnya bertemu dengan si pemilik mata tajam milik Marvel tepat di lorong koridor kelas XII.

Seperkian detik mata mereka bertemu. Gabriel seorang diri sementara Marvel bersama tiga sahabatnya, siapalagi jika bukan Galang, Juna dan Atharel. Keempat calon pangeran Antariksa High School tersebut tengah berjalan dengan langkah angkuhnya.

Marvel menatap datar kedua mata Gabriel yang menatap dingin pada Marvel. Hanya Marvel.

Gabriel tersenyum miring lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitamnya.

"Congrats." ucapnya dengan datar.

Marvel memandang datar pada Gabriel. "Apapun untuk gadis kesayangan." ujarnya dengan datar lantas pergi meninggalkan Gabriel seorang diri.

Gabriel memutar poros tubuhnya dan memandang datar pada keempat punggung lelaki tampan tersebut dengan kedua tangan yang terkepal di balik saku celana.

●●●

Mansion Hilson

Carlista berjalan dengan langkah gontai memasuki mansion Hilson. Sorot matanya tak berubah. Tetap dingin dan datar adalah ciri khas seorang Carlista. Tak terlebih dengan penampilannya dan juga rok kotak-kotak hitam yang ia pakai.

Mungkin, lebih dibilang seperti mini skirt. Yah, seperti itulah dirinya. Akan melampiaskan semua kekesalan hatinya pada penampilannya yang cukup barbar.

"Rambut kamu kenapa, Carl? Kok warnanya beda sebelah gitu?"

Carlista memutar bola matanya malas. Memutar poros tubuhnya lantas memandang datar pada gadis berseragam SMA sama seperti dirinya. "Gak usah caper di depan gue. Gak ngaruh." ujarnya lantas melengos menaiki tangga sebelum akhirnya...

"Apa-apaan kamu, Carl?! Carisa itu saudara kamu---"

"Saudara tiri!" Sela Carlista dengan cepat. "Selalu membela Carisa. Anak kandung Mommy itu, aku atau Carisa?! Selalu Carisa. Apa-apa Carisa! Carisa! Carisa! Carisa! Dunia kalian itu hanya seputar Carisa!" seru nya dengan sangat muak dan jengah.

PLAK!

Sang Mommy---Rosalinda, menampar keras pipi Carlista hingga ia menoleh ke samping saking kerasnya tamparan yang dilayangkan oleh Rosalinda padanya. Carisa yang melihat itu hanya bisa menitihkan air mata.

Entahlah, mungkin ia baru merasakan memiliki keluarga lengkap termasuk seorang saudara. Meski Carlista tak pernah menganggapnya.

"Jangan kurang ajar kamu, Carlista! Apa yang Mommy bilang memang benar, jika kamu dan Carisa adalah saudara!" ujar Rosalinda dengan tegas.

Carlista memegangi sebelah pipinya yang memar akibat tamparan Rosalinda barusan. Menatap datar pada Rosalinda. "Mom, kenapa setelah kedatangan Carisa ke mansion ini, Mommy dan Daddy mendadak sikapnya berubah? Apa karena aku ini anak bodoh, sedangkan dia---" tunjuknya pada Carisa yang berdiri mematung. "---anak pintar yang selalu Mommy sama Daddy banggakan? Iya kan?" ujarnya dengan air mata yang perlahan mengalir.

Carisa menggeleng samar lantas berjalan mendekat pada Rosalinda. "Mom, udah. Jangan marahin, Ita. Carisa enggak papa kok," ujarnya dengan pelan.

Rosalinda menghela nafasnya perlahan lantas mengusap surai rambut Carisa dengan sayang. "Enggak, Sayang. Kamu harus berani melawan Carlista. Carlista udah kurang ajar sama kamu." ujarnya dengan pelan.

"Ck, drama. Gak usah caper di depan Nyokap. Muak gue dengernya." dengus Carlista lantas menaiki tangga dengan gerakan kasar.

Carisa hanya memandangi Carlista dengan tatapan yang sendu.

●●●

Hari yang menyebalkan adalah hari di mana Carlista harus kembali ke sekolah. Untuk cewek seperti dirinya, sekolah hanya ajang formalitas saja. Tak seperti yang lainnya menempuh pendidikan untuk memperbaiki diri demi masa depan yang cerah. Mereka berlomba-lomba masuk ke sekolah terfavorit hanya untuk menjadi lulusan dengan kualitas yang terbaik.

Antariksa High School adalah salah satu sekolah terbaik dan terakreditasi A+ untuk sekolah setingkat SMA di Jakarta. Banyak orang yang menggantungkan harapan mereka untuk bisa masuk dan bersekolah di Antariksa High School.

Selain tempatnya kaum sultan dan terpandang, di sana juga banyak meluluskan lulusan terbaik hingga ada yang melanjutkan pendidikan hingga ke Universitas terkenal dunia lewat jalur undangan.

Tapi, bagi seorang Carlista Daniella Hilson. Cukup terlahir dari orang kaya dan memiliki harta, hidupnya pasti akan sejahtera. Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya butuh uang.

"Hidup tuh harus realistis. Kalo enggak ada uang, lo gak bakal dianggap, man."

Ya, begitulah kalo kata Jenna Oliver. Selebgram terkenal Antariksa High School yang hobinya bikin vlog dan live streaming di Instagram pribadinya.

Entah memang perasaan Carlista saja atau memang Antariksa High School yang memiliki suasana berbeda pagi ini. Pasalnya banyak murid AHS yang tengah kisruh sekaligus ricuh karena pengalihan jabatan ketua OSIS AHS yang secara mendadak dan sangat tiba-tiba sekali.

Membuat Carlista memandang aneh pada seluruh murid yang membicarakan tentang pemberhentian jabatan Gabriel secara sepihak.

"Gabriel Nathanio resmi berhenti menjabat sebagai ketua OSIS Antariksa High School," gumam Carlista yang tengah membaca berita hot di akun sosmed AHS.

"Oh my bestie! Demi apa, ketos Gabriel Nathanio yang gantengnya sebelas dua belas sama Gabriel Prince, diberhentikan secara sepihak kayak gini?!" pekik Jenna dengan sangat hebohnya.

Semenjak kapan si Selebgram AHS itu muncul dan berada tepat di samping Carlista. Ia yang mendengarnya langsung berjengkit kaget. Tak hanya ada Jenna saja, sudah ada Metta dan Melody.

Keempat wanita cantik itu tengah berkumpul di lorong koridor kelas XII.

Sama-sama merasa bingung sekaligus linglung dengan semuanya. Mereka tak mengerti kebijakan seperti apa yang diterapkan oleh yayasan untuk Gabriel.

"Gimana menurut lo, Carl?" ujar Metta.

Carlista mendongak dan mengedikkan bahunya acuh. "Tau," cueknya.

"Oh my bestie! Demi apa, AHS bakal kedatangan empat murid baru sekaligus!" decak Jenna sambil melihat berita terbaru dari akun lambe AHS.

"Gue juga udah ngeliat kemarin. Sumpah, ganteng-ganteng banget. Kayak aktor terkenal." seru Melody tak kalah hebohnya.

Sementara Carlista dan Metta hanya memutar bola matanya malas.

.

.

.

"Car, gue denger El, diberhentiin jadi ketos dan bakalan digantiin sama salah satu murid baru yang akan bersekolah hari ini," ujar Aleana.

Carisa menaikkan sebelah alisnya. "El, diberhentiin jadi ketos?" beo nya.

Aleana mengangguk. "Hm, lo tau gak, yang bakal gantiin Gabriel jadi ketos baru AHS siapa?" ujarnya membuat Carisa penasaran.

Carisa menggeleng. "Enggak tau. Emangnya siapa?" ucapnya dengan bingung.

"Namanya, Marvel James Ferioz. Dia itu anak keturunan Mafia terkenal asal Amerika, Josh Ferioz. Masa lo gak tau sih?" ujar Aleana memicingkan matanya pada Carisa.

"Y-ya, mana gue tahu. Gue aja yang jadi wakil ketua OSIS, baru tahu kalo El diberhentiin secara sepihak," ujar Carisa dengan polosnya.

"Ck, lo gak update sih. Marvel itu adalah cowok tertampan yang pernah gue liat. Selain tampan, dia juga pintar. Cocok banget lah, sama lo. Lo kan cantik. Pintar pula. Sepaket gak tuh," ujar Aleana sambil menaik turunkan alisnya.

Carisa tersenyum kikuk. "Apaan sih lo. Carlista juga cantik. Lebih cantikan dia malah ketimbang gue," ujarnya membuat Aleana mendengus.

"Tapi lo lebih pinter dari dia, Car," seru Aleana.

Carisa tak menanggapi ucapan sahabatnya, Aleana. Ia hanya memandang lurus ke depan dengan kedua mata yang tak putus memandang seseorang.

●●●

Bel masuk sekolah sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu. Seharusnya tak ada yang berkeliaran di area sekolah. Tetapi, ada satu murid yang dengan santainya berjalan sambil mengemut permen kaki di mulutnya. Tak ada raut wajah takut atau bagaimana, yang ada hanya raut wajah santainya sambil melihat ke sekeliling koridor kelas XII Antariksa High School.

"Ehemm!"

Hingga suara deheman memberhentikan langkah Carlista. Dengan mulut yang masih setia mengemut permen gagang tersebut, Carlista membalikkan tubuhnya dengan ekspresi polosnya. Menaikkan sebelah alisnya mengisyaratkan kata 'apa?'

Marvel yang memang tengah berjalan di koridor lorong AHS untuk menuju ke ruangan OSIS yang berada tak jauh dari lorong kelas XII memandang datar dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana hitamnya.

Carlista memperhatikan penampilan Marvel dari atas sampe bawah dan kembali ke bagian badge name cowok itu. Marvel James Ferioz. Bukan itu yang menjadi masalahnya. Melainkan badge name silver yang ada di blazer dada kanannya.

Wait, wait. Seingat Carlista, yang memakai badge name dengan warna silver adalah saudari tirinya---Carisa Dalena. Jika saudari tirinya saja wakil ketua OSIS Antariksa High School. Berarti, lelaki tampan yang ada di hadapannya saat ini....

"Kenapa gak masuk kelas? Gak denger, bel masuk udah bunyi 15 menit yang lalu?" ujar Marvel dengan datar.

"Gabut." ucap Carlista dengan santai.

"Masuk kelas." titah Marvel dengan datar.

Carlista menaikkan sebelah alisnya. "Buat apa?"

"Belajar."

"Bosen gue kalo belajar. Mending jalan-jalan keliling koridor sekolah sambil **** permen," ujar Carlista dengan santai.

"Rambut lo benerin. Warnanya gak make sense." ujar Marvel dengan datar namun sarat akan perintah.

Carlista menyugarkan rambutnya yang memang terbelah menjadi dua kubu tersebut. Memandang santai dengan mulut yang setia mengemut permen kaki tersebut. "Ini namanya trend masa kini maseh! Gak ada yang berani ngasih warna rambut kayak gini kecuali gu---"

"Lari keliling lapangan 10 kali tanpa henti." sela Marvel dengan nada dingin dan datarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!