Sekelebat bayangan terlihat melompat diantara pepohonan dengan kecepatan tinggi, diikuti dengan beberapa bayangan yang menyusul di belakangnya di iringi derap langkah kaki kuda yang menggema di kejauhan.
Terlihat seorang gadis cantik dengan hanfu baby blue turun dari dahan pohon dan mendarat di atas sebuah tebing yang cukup curam. Lalu gadis itu menoleh ke belakangnya. Terlihat beberapa orang ikut turun dari pohon di susul beberapa orang yang menunggangi kuda, lengkap dengan senjata mereka.
"Lin Yue. Menyerahlah. Kau sudah kami kepung!" Seru seorang gadis cantik dengan angkuh sambil menyodorkan pedang ke arahnya.
Gadis cantik bernama Lin Yue tersenyum miring. Nasibnya hari ini sungguh benar-benar sial. Niat hati menjalankan misi malah bertemu dengan beberapa musuh dari sektenya.
Lin Yue merupakan seorang putri dari seorang bangsawan yang memiliki dua belas selir. Dia adalah putri ke lima dari selir ke sembilan yang di kirim ke sekte Naga Hitam akibat keonarannya.
"Astaga~ Aku seterkenal begitu, ya. Sampai-sampai kalian ingin merebut perhatian dariku. Aku jadi terharu~" Ucapnya centil dengan wajah tengil, membuat beberapa orang mengeram emosi, sisanya hanya mendengus mengejek. Jika saja gadis itu bukan dari musuh sekte mereka, mungkin saja beberapa pemuda tampan diantara mereka langsung terpesona dan melayangkan sejuta rayuan untuk gadis itu.
Siapa yang tidak kenal dengan Lin Yue? Gadis cantik nomor tiga di Kerajaan yang terkenal dengan keonaran dan kejeniusannya. Di usianya yang ke delapan tahun, Lin Yue sudah mahir bermain pedang dan menembus ranah dasar tingkat akhir dalam kurun waktu tiga bulan saja.
Karena kejeniusannya, sang ayah memasukannya ke sekte Naga Hitam yang terkenal dengan murid-murid yang hebat dan tangguh. Konon katanya, kakek dari Kaisar juga pernah menimba ilmu di sekte itu.
Lin Yue kini berada di ranah kaisar akhir yang sedang menjalankan misi solo dari seorang guru alkimia– ralat, merengek meminta misi karena sedang suntuk, mengingat dirinya tidak ada kerjaan selain merayu beberapa senior di perguruan. Jengah dengan kelakuan gadis itu akhirnya sang guru mengutus Lin Yue seorang diri, mencari beberapa herbal di hutan kematian lapis delapan. Siapa sangka gadis itu menemukan banyak sekali herbal langka dan sebuah pedang legendaris indah. Dengan santai Lin Yue berhasil mencabut pedang itu dan menjadi pemiliknya.
Sebuah pedang es dengan sulur mawar biru dan beberapa ornamen yang tampak rumit lainnya menghiasi gagang pedang itu, yang konon katanya merupakan peninggalan Dewi Es, sekaligus pendang incaran kultivator lainnya.
"Justru kami tertarik dengan pedang itu. Serahkan pada kami, maka kami akan mengampunimu." Bujuk seorang pria tampan rupawan. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia adalah putra dari bangsawan tinggi.
Lin Yue berpikir sejenak sambil menatap pria itu dengan mata berbinar, lalu tersenyum manis.
"Ah~ Kakak tampan. Kau benar-benar baik hati. Aku akan memberikan pedang ini cuma-cuma beserta ciuman gratis di pipimu, asalkan kau memberikanku gingseng seribu tahun, lotus emas, dan sepuluh peti koin emas beserta perhiasan, bagaimana?" Lin Yue mencoba memberi penawaran sambil memeluk dan mengelus pedang itu. Sesekali gadis itu menoleh kebelakang dan memikirkan cara kabur dari sekumpulan musuhnya tanpa pertarungan berarti. Tanpa di ketahuinya, tangan gadis itu tergores pedang dan menyerap darahnya.
"Kau berniat merampok ku? Beraninya kau!" Geram pria itu kesal yang membuat Lin Yue tersentak kaget dan secara reflek melompat ke belakang hingga membuatnya terpeleset di bibir tebing.
"Eh? Eeehhhhh!!!" Gadis itu berusaha menjaga keseimbangannya, membuat beberapa orang siaga dan mengeluarkan senjata mereka. Naas, Lin Yue terjatuh ke dasar tebing yang curam.
Beberapa orang menghampiri sisi tebing, memperhatikan Lin Yue yang terjatuh dan mulai mengecil tanpa berniat menolongnya. Mereka justru memasang wajah kepuasan melihat salah satu kultivator yang terkenal itu tewas di dasar jurang.
Sementara Lin Yue merasa tubuhnya melayang dan melihat bibir tebing itu semakin jauh. Dia memejamkan mata menunggu rasa sakit dan kematian datang menjemputnya, tidak menyadari sebuah lubang hitam muncul di belakang tubuhnya dan menghisapnya sebelum tubuh gadis itu mencapai dasar tebing.
🐾🐾🐾
"Ngghhhh..."
Seorang gadis cantik menggeliat tak nyaman saat merasakan leher dan pinggangnya sakit. Terlihat gadis itu meregangkan tubuhnya dan menguap lebar. Sedetik kemudian dirinya tersadar dan membuka matanya spontan.
Seketika dia panik saat mendapati dirinya tidur terduduk dalam sebuah kereta yang berjalan dengan cepat.
Kereta? Tetapi interiornya sangat berbeda dengan kereta pada umumnya. Kereta ini berwarna putih dan tidak terlalu luas, namun lebih memanjang ke samping dan dilengkapi dengan bunyi berisik yang entah apa itu.
Gadis itu melirik sekitar. Terlihat beberapa orang memakai pakaian yang menurutnya aneh tampak sibuk dengan sebuah benda persegi panjang pipih di tangan nya.
Gadis itu adalah Lin Yue tampak kebingungan dengan situasinya sekarang. Bukankah dirinya tadi terpeleset lalu jatuh ke tebing? Harusnya dia mati, kan?
Tapi ini bukan akhirat.
Berbagai spekulasi berseliweran di kepalanya. Lin Yue menatap sekitarnya dengan ekspresi kebingungan.
"Ini dimana?" Tanyanya pada diri sendiri dengan ekspresi kebingungan yang kentara.
"Ini di MRT, Nak." Wanita tua yang duduk di sebelahnya menjawab. "Jurusan ke kota Dyharn." Lanjutnya kemudian.
Lin Yue menatap wanita yang duduk di sebelahnya dengan kebingungan. Wanita berusia sekitar pertengahan abad dengan penampilan yang menurutnya aneh namun modis menatapnya dengan ramah.
"MRT? Dyharn?" Beonya kebingungan. Dia tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya.
MRT itu kemudian berhenti, dan beberapa orang yang sedang duduk tampak berdiri termasuk wanita tua itu. Wanita tua itu berpamitan pada Lin Yue yang menatap mereka dengan bingung, tak tau memutuskan apa dan memilih mengamati gerak gerik mereka.
Seorang pria tampan datang dan berdiri di depannya sambil mengeluarkan sebuah payung yang muat satu orang dewasa berwarna hitam. Lin Yue memperhatikan gerak gerik pria itu dengan kebingungan
Saat pria itu hendak membuka payung, Lin Yue langsung waspada. Jangan-jangan pria itu hendak mengeluarkan pedang yang tersimpan dari payung itu dan menyerang orang-orang. Tanpa pikir panjang Lin Yue mengayunkan gagang pedang lalu memukul pria itu hingga jatuh tersungkur.
Kejadian itu terlalu cepat dan membuat orang-orang memekik kaget.
"Siapa yang berani memukulku!" Seru pria itu dengan marah. Pria itu segera bangkit dari posisi jatuhnya dan menatap sekelilingnya dengan tajam.
"Aku. Kenapa?" Tantang Lin Yue sambil berkacak pinggang dan mengangkat dagunya dengan percaya diri.
Pria itu menatap Lin Yue dengan dahi berkerut. Lihatlah penampilannya. Hanfu baby blue dengan rambut di kuncir kuda lengkap dengan hiasan kepala yang tampak cantik meskipun tampak kuno. Wajah rupawan yang indah membuatnya terpana, namun pandangannya teralihkan pada sebuah pedang cantik yang menyembul di balik hanfu nya. Dahinya berkerut semakin dalam dan menatap Lin Yue dengan galak.
"Hei, Nona. Ada masalah apa kau memukuliku? Apa kau tak lihat di luar sana sedang turun hujan?" Cercanya membuat Lin Yue kebingungan.
"Hujan?" Beonya dan menatap ke arah jendela. Memang benar saat ini sedang turun hujan meskipun gerimis.
"Ck. Kau benar-benar tidak tau?" Pria itu mencibir.
Keduanya cekcok di dalam MRT. Tak lama kemudian beberapa orang polisi datang yang sukses membuat Lin Yue kebingungan.
🐾🐾
"Kami pihak kepolisian sedang melakukan penggeledahan. Mohon kerjasamanya!" Seru seorang polisi sambil memegang surat perintah resmi. Seketika semua penumpang diam di tempat. Bahkan Lin Yue dan pria tadi menghentikan pertengkaran mereka.
Lin Yue menatap sekelompok polisi itu dengan kebingungan. Pakaian mereka terlihat seperti seragam ksatria bangsawan dari Kerajaan barat, namun tampak lebih sederhana dan tidak ada aksesoris selain sulaman berbunyi 'polisi', pangkat dan nama mereka.
"Polisi?" Beo Lin Yue kebingungan sambil mengamati mereka yang sibuk menggeledah beberapa tempat, seperti bawah tempat duduk, tas bahkan meraba tubuh penumpang.
"Eh? Apa yang kalian lakukan?" Tanya Lin Yue memundurkan langkahnya saat seorang polisi mendekat kearahnya.
"Mohon kerjasamanya, Nona." Ucap seorang polisi wanita sambil menyodorkan surat perintah resmi kehadapan Lin Yue. Belum sempat gadis itu menjawab, polisi wanita itu menggeledah tubuh gadis itu dan menemukan sebuah pedang cantik tersampir di pinggangnya.
"Maaf, Nona. Anda membawa senja tajam. Perlihatkan senjata itu pada kami." Ucap polisi itu tegas.
"Ah, ini memang senjataku." Ucapnya sambil mengeluarkan pedang dan menimangnya. Dia memperlihatkan pedang itu pada polisi dengan santai dan memainkannya.
"Karena Anda membawa senjata tajam tanpa ijin, kami menyita senjata milik Anda. Mohon kerjasamanya, Nona." Ucap polisi itu dengan tegas.
Lin Yue menatap polisi itu dengan bingung. Di sita? Hei, bahkan senjata adalah kebanggaan sekaligus status para pendekar.
"Kenapa harus di sita? Bukankah senjata adalah identitas dari seorang pendekar?" Tanyanya kebingungan.
"Maaf, Nona. Disini tidak ada pendekar atau apapun itu." Tukas polisi itu, "Cepat serahkan senjata Anda sebelum kami menahan Anda di kantor polisi."
Dengan ragu-ragu Lin Yue menyerahkan pedangnya pada polisi itu dengan cara melemparkannya kearah polisi pria yang berada di sana.
Salah satu polisi pria menerima pedang itu dengan cara menangkapnya, namun sayangnya sebuah hal tak masuk akal terjadi. Polisi pria terjatuh dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.
"Sial, pedang ini berat sekali."
Beberapa rekannya menatap tak percaya, "Mana ada pedang berat. Jangan bercanda."
Lalu beberapa rekannya mencoba mengangkat pedang itu, namun nihil. Pedang itu terasa sangat berat.
"Kenapa pedang ini tidak bisa di angkat? Bagaimana kau bisa memegang pedang seberat ini dengan santai?"
"Siapa sebenarnya kau?" Tanya pria yang sempat di pukul oleh Lin Yue.
"Aku Lin Yue, murid dari sekte Naga Hitam dari kota Shien." Sahutnya santai tanpa beban dan menatap sekeliling dengan waspada, khawatir ada musuhnya yang sedang menyamar.
"Tidak ada sekte Naga Hitam di dunia ini, Nona. Apalagi kota yang Anda sebutkan. Jangan bercanda." Sahut seorang polisi dengan name tag Dai Zue tak percaya.
"Tapi aku benar-benar murid dari sekte Naga Hitam. Aku adalah putri ke lima bangsawan Lin Bao dari kota Shien. " Tukas Lin Yue.
"Jangan berbohong dengan kami, Nona! Kami bisa menjebloskan mu ke penjara kalau bermain-main dengan kami!" Seru Dai Zue marah.
Lin Yue kesal karena tak ada seorangpun yang percaya padanya. Dia berbalik dan segera pergi dari sana dengan teleport yang sukses membuat mereka bengong sebentar, mencerna apa yang terjadi.
Sadar akan kepergian gadis itu, mereka segera berlari mengejarnya.
"Kejar dia!"
Sayangnya Lin Yue sangat cepat, membuat polisi itu tidak bisa mengejarnya. Setelah memastikan polisi itu tidak mengejarnya, Lin Yue memutuskan berjalan sambil menggerutu kesal hingga tak menyadari dirinya tiba di stasiun pemberhentian MRT.
Dia celingukan sebentar dan mendapati suasana yang terasa asing. Tidak ada rumah-rumah seperti terakhir kali yang dia ingat. Gadis itu mendongak dan melihat gedung-gedung pencakar langit dan kendaraan roda empat yang berlalu lalang di hadapannya.
"Ini dimana?" Tanyanya kebingungan. Dia tidak memahami situasi yang dihadapinya sekarang ini. Sangat sedikit orang berjalan kaki. Gadis itu masih asik mengamati sekitar dan tak menyadari beberapa polisi berhasil menemukan dirinya.
"Nona, ikut kami ke kantor polisi terkait senjata yang Anda bawa." Ucap polisi itu dan langsung memborgol tangannya yang berhasil menyadarkan Lin Yue dari lamunan nya dan tergagap.
Lin Yue merasa tak berdaya dan memutuskan menurut. Dia juga ingin mengetahui dunia tempatnya terdampar dan alasan orang-orang menangkapnya. Dengan santainya dia mengikuti polisi itu, toh dulunya dia juga sering keluar masuk penjara karena keonarannya. Dan siapa tau juga dia mendapatkan informasi tentang dunia tempatnya berada sekarang.
Polisi itu mengiring Lin Yue ke arah mobil polisi yang terparkir tak jauh dari sana. Gadis itu terpesona pada sebuah kendaraan roda empat yang belum pernah di lihatnya. Bentuk luarnya seperti kereta kuda, namun lebih mewah dan tampak berkilau meski tidak menggunakan kuda maupun manusia sebagai penariknya yang membuat gadis itu penasaran.
Seorang polisi yang berjaga di mobil membuka pintunya membuat Lin Yue tersadar dan segera masuk ke dalam setelah di persilahkan. Dia mendaratkan bokongnya di kursi mobil uang entah mengapa terasa empuk, bahkan lebih empuk dari tempat duduk di dalam kereta bangsawan tinggi maupun sekelas pangeran sekalipun.
Dengan anteng Lin Yue duduk di sana dan mengamati pemandangan luar daru jendela mobil. Selama perjalanan, gadis itu hanya menatap penuh antusiasme dan kagum membuat seorang polisi pria yang duduk di sebelahnya menggelengkan kepala melihat gadis itu.
🐾🐾🐾
Lin Yue menatap bangunan dengan tulisan 'Police Office' dengan kagum. Pasalnya kantor polisi berlantai lima itu tampak megah dan dia belum pernah melihat bangunan seperti ini sebelumnya.
Lin Yue keluar dari mobil dan mengamati sekitar. Terlihat beberapa kendaraan roda dua dan roda empat terparkir rapi di parkiran, beberapa orang polisi tampak sibuk wara-wiri sambil sesekali menyapa rekan mereka.
Seorang polisi mengiringnya masuk ke dalam bangunan itu. Mata Lin Yue tampak berbinar kagum menjelajah sekitar. Terlihat kesibukan polisi yang belum pernah dia lihat sebelumnya meskipun tugas mereka hampir sama dilihat dari beberapa polisi mengiring seseorang yang memberontak dan berteriak mencoba melepaskan diri dan mengatakan tidak bersalah.
Beberapa polisi berjalan sambil membawa beberapa berkas, ada yang sibuk dengan sebuah benda yang terdapat di atas meja, dan lainnya. Lin Yue bahkan tidak pernah melihat benda-benda itu di kehidupan nya.
Terdengar suara walkie talkie bersahutan di dalam ruangan itu, memberi berbagai informasi dan sesekali pemiliknya menanggapi orang-orang yang berbicara di sana.
Meski memiliki kesamaan dengan penjaga keamanan kerajaan, namun kantor ini lebih canggih dari zamannya.
Belum lagi udara di ruangan itu terasa sejuk, membuat gadis itu terheran-heran. Bahkan rasa herannya makin bertambah ketika para polisi membawanya menuju sebuah pintu yang bisa terbuka sendiri.
Lin Yue sibuk memperhatikan sekitar dalam diam meskipun banyak pertanyaan tersimpan di otaknya. Mereka segera masuk ke dalam lift dan menekan lantai tiga yang mana merupakan ruangan khusus penyelidikan.
Di sana terlihat beberapa polisi tampak sibuk dengan komputer nya. Suara keyboard beradu dengan jemari terdengar menggema di ruangan itu. Lin Yue hanya bisa memperhatikan kegiatan mereka dan sesekali beberapa orang mencuri-curi pandang kearahnya.
Lin Yue yang menyadari dirinya menjadi pusat perhatian hanya bisa tersenyum manis sambil mengedipkan matanya dengan menggoda yang sukses membuat beberapa polisi laki-laki bertabrakan dan memeluk rekannya yang lain secara tidak sengaja, bahkan ada sampai terjatuh dan pingsan akibat mimisan.
Lin Yue mengabaikan keributan itu dan nyengir tanpa dosa saat melihat seorang polisi yang membimbingnya menoleh ke arahnya. Mereka akhirnya tiba di sebuah meja dengan seorang polisi pria berkacamata sibuk dengan laptopnya.
"Bagaimana rekaman CCTV-nya, Liam Wen?" Tanya polisi wanita bernama Xia Ra.
"Aku sudah berkali-kali menonton rekamannya dan selalu sama." Sahut Liam Wen menyodorkan laptop miliknya.
Mereka memutuskan menonton rekaman itu, sementara Lin Yue hanya menatap laptop itu dengan penasaran dan memilih menganalisis ruangan tempatnya berada. Matanya tak sengaja menemukan pedangnya berada di atas meja yang terletak tak jauh dari sana. Dia tersenyum miring dan menunggu para polisi lengah.
Sementara para polisi sibuk menonton hasil rekaman di laptop yang menayangkan sebuah bayangan saja yang terlihat di sana, bahkan rekaman CCTV juga menampilkan hal yang sama dan terus menontonnya berulang-ulang. Bahkan beberapa diantara mereka kembali sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard.
Dalam rekaman itu hanya terlihat bayangan Lin Yue yang melesat cepat bagai angin. Berbagai komentar pun bermunculan dari bibir mereka.
"Ulangi lagi."
"Aku sudah menonton nya berkali-kali, tetapi semuanya sama saja."
"Mustahil."
Lin Yue yang merasa sekarang adalah kesempatannya segera menggunakan jurusnya untuk mengambil pedang cantik yang sempat di rampas oleh polisi itu dengan kedua tangannya mengingat ada borgol yang menghiasi pergelangan tangannya.
Perlahan pedang itu mengambang, naik setinggi dada orang dewasa dan melesat terbang ke arahnya.
Lin Yue menarik pedang itu agar terbang ke arahnya dan menyimpannya dalam cincin ruang yang tersemat cantik di jari manisnya.
Tanpa dia sadari, aksinya membuat beberapa polisi menganga tak percaya.
Lin Yue hanya mengangkat bahunya acuh dan kembali menatap sekitar dengan tak acuh, mengabaikan tatapan penasaran sekaligus tak percaya dari para polisi yang berada di ruangan itu dengan memainkan tangan yang masih di borgol.
🐾🐾🐾
"Apa kau sudah menemukan identitas gadis itu?" Tanya seorang polisi berpangkat tinggi dengan name tag Lui Ahin. Mereka berdua berjalan menuju lift sambil sesekali membalas sapaan anak buahnya.
"Dia bernama Lin Yue dan berasal dari sekte Naga Hitam kota Shien dan putri bangsawan Lin Bao, tapi anehnya ada beberapa orang bernama Lin Yue dan memiliki wajah yang berbeda. Setelah ditelusuri tidak ada yang nama sekte itu dimanapun, kota itu maupun nama orang yang disebutkan olehnya." Sahut pria muda berparas tampan sambil membaca ulang berkas di tangannya.
Mereka tiba di depan pintu lift dan menekan tombolnya. Pintu itu akhirnya terbuka dan mereka masuk ke dalam lift setelah menekan lantai tujuannya.
Perlahan lift bergerak menuju lantai tiga. Dua pria berbeda generasi tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Ini aneh." Batin Lui Ahin yang tampak berpikir keras. Dia segera meminta dokumen yang di bawa oleh pemuda itu dan membacanya.
Memang benar, tidak ada orang dengan ciri seperti gadis itu. Meski beberapa orang memiliki nama yang sama, tetapi gadis ini tampak muda dan sangat cantik. Apalagi mengingat tidak ada identitas lain dari gadis itu selain sebuah pedang cantik yang kini berada di dalam ruangan.
'Ting'
Pintu lift terbuka dan keduanya segera keluar menuju ruangan khusus di lantai tiga. Lui Ahin mengembalikan berkas itu kepada pemuda di sampingnya dan segera masuk ke ruangan tempat Lin Yue berada.
'Cklek'
Ruangan itu mendadak sunyi. Terlihat beberapa orang tampak menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya, sisanya tampak sibuk dengan tugas masing-masing. Lui Ahin segera memasuki ruangan itu bersama pemuda itu.
Kedatangan kepala Polisi dan seorang pemuda tampan membuat ruangan itu menjadi tegang. Siapa yang tidak mengenal Lui Ahin? Pria yang masih bugar di usianya yang memasuki kepala empat dengan segala prestasinya. Dia bahkan menjabat sebagai kepala kepolisian saat usianya menginjak tiga puluh lima tahun atas rekomendasi atasannya yang kagum dengan segala prestasi dan pencapaiannya.
Sementara pria muda berkisar dua puluh lima tahun itu bernama Shan Deo, detektif swasta yang terkenal dengan kemampuannya memecahkan kasus serba mencari informasi yang sangat akurat.
Lui Ahin menatap Lin Yue yang masih berdiri dengan tenang sambil memainkan jemarinya. Aura yang dipancarkan gadis itu tidak main-main.
"Nona muda, silahkan duduk." Ucap Lui Ahin tak enak hati saat melihat seorang gadis cantik berdiri dalam waktu lama.
Lin Yue menoleh dan menjawab dengan ramah, "Ah, iya. Terimakasih." Lalu gadis itu duduk di sofa yang ada di sana. Sofa itu terasa empuk dan nyaman, seperti sofa di ruang kerja ayahnya dulu.
Ah, kenapa dia malah mengingat pria renta yang selalu mengabaikan dirinya itu, sih?
Lin Yue menatap seorang pria yang berdiri di sebelah Lui Ahin dengan tatapan tak percaya. Bukankah tadi pria itu sempat dia pukul di dalam MRT? Lihatlah, pria itu bahkan memberikan tatapan mengejek ke arahnya.
Lin Yue tidak ingin ribut untuk saat ini. Dia mengalihkan perhatiannya dengan menatap Lui Ahin yang tampak sibuk dengan sebuah benda di mejanya. Entah mengapa benda itu terdapat di setiap meja ruangan ini. Bahkan sejak dirinya memasuki gedung ini, sepertinya benda itu menyambut kedatangannya, dan dia akan menanyakannya nanti.
Lin Yue memilih diam mengamati. Dia cukup cerdas yang sayangnya sengaja dia sembunyikan dengan membuat onar. Jika dia mengeluarkan kecerdasannya, mungkin saja ayahnya yang menurut Lin Yue tua renta itu menjodohkannya dengan para pangeran maupun putra bangsawan. Dia masih kecil dan tidak ingin terlibat drama picisan seperti kediamannya yang selalu ribut setiap hari.
Melihat Lin Yue seperti orang ling lung, Lui Ahin merasa kasihan. Tetapi gadis itu harus diinterogasi agar mengetahui asal usulnya dengan jelas, siapa tau gadis itu kabur dari rumah dan mengada-ada.
"Nona kecil, perkenalkan namaku Lui Ahin. Aku menjabat sebagai kepala Kepolisian di kota Dyharn. Dan dia adalah San Deo, detektif swasta yang cukup terkenal di kota ini." Lui Ahin memperkenalkan diri dan San Deo dengan ramah.
"Detektif? Apa itu?" Tanya Lin Yue kebingungan.
"Detektif adalah seorang penyelidik yang bertugas mencari bukti suatu kasus dan bekerjasama dengan pihak kepolisian." Lui Ahin menjelaskan yang dibalas dengan anggukan dari Lin Yue.
"Nona kecil, siapa namamu?" Kepala Polisi Lui Ahin mencoba bertanya dengan ramah, sementara jemarinya berada di atas keyboard.
"Aku Lin Yue."
"Nona Lin Yue tinggal dimana?"
"Kota Shien, aku putri dari bangsawan Lin Bao. Tetapi aku tinggal di padepokan sekte Naga Hitam untuk menimba ilmu." Sahut Lin Yue jujur.
Beberapa polisi mendengar perkataan gadis itu menahan tawa. Hei, sekarang ini sudah abad ke 21. Tidak ada bangsawan maupun sekte-sekte di dunia ini.
Lui Ahin segera memberi kode kepada Shan Dao untuk mencari identitas gadis itu, namun sayangnya pria itu menggeleng setelah berkutat selama beberapa jam dengan laptopnya.
"Pekerjaan Anda?" Tanya Lui Ahin menatap Lin Yue dengan serius.
"Aku adalah kultivator terhebat di kota Shien, bahkan di kerajaan Tianing sekalipun." Ucapnya bangga sambil menepuk dadanya dengan wajah sombong yang sayangnya terlihat menggemaskan.
Sontak seisi ruangan tertawa mendengar keterangan gadis itu–kecuali Lui Ahin. Apalagi saat melihat tatapan serius dan auranya bukan seperti orang kebanyakan. Bahkan terasa lebih dari seorang mafia kelas atas sekalipun.
"Hahaha! Nona, mana ada kultivator, pendekar atau apapun itu. Sekarang jaman sudah modern. Hal seperti itu hanya ada dalam novel." Celetuk Xia Ra sambil mengusap air mata akibat tertawa.
Liam Wen ikut menimpali, "Nona, khayalanmu begitu bagus. Bahkan lebih bagus dari pengkhayal tokoh fiksi."
Lin Yue geram. Dia mengatakan sejujurnya tetapi orang-orang malah mentertawakan dirinya dan tidak mempercayai ucapannya.
"Apa aku perlu membuktikan semuanya?" Desis Lin Yue sambil mengeluarkan hawa membunuh pekat, membuat ruangan itu tiba-tiba terasa berat dan dingin.
Sontak saja seisi ruangan mendadak hening seketika, bahkan mereka telah mengeluarkan keringat dingin. Xia Ra mencoba mematikan AC yang menyala di ruangan itu namun suhu ruangannya tetap dingin. Bahkan di luar mulai gelap dan sedang tidak turun salju mengingat sekarang sedang musim panas.
"Tidak perlu. Aku percaya padamu." Sahut Lui Ahin tegas yang sukses membuat Lin Yue terbelalak tak percaya. Seketika suhu ruangan kembali normal seperti sedia kala.
🐾🐾🐾
Setelah kejadian tadi, Lin Yue kini berada di ruangan kepala Kepolisian yang tampak besar dan mewah. Gadis itu menatap sekelilingnya dengan tatapan berbinar yang terpancar dari matanya. Sementara Lui Ahin tidak pernah sepercaya pada seseorang yang baru di temuinya. Memang seorang kultivator tidak ada lagi di negara ini, tetapi terdapat beberapa sekte bela diri yang memiliki kemampuan luar biasa yang sayangnya sudah mulai jarang di datangi orang.
Lui Ahin yang serius mengamati Lin Yue, melihat aura yang terpancar dari gadis itu serta kemampuannya sudah pasti bukan manusia biasa. Seorang pemimpin dunia hitam terkenal paling kejam maupun pebisnis terhormat tidak memiliki aura dan wibawa seperti Lin Yue.
Belum lagi melihat pakaian dan aksesoris yang di gunakan oleh gadis itu. Hanfu baby blue indah meskipun polos dan tampak sederhana, tetapi kualitas kain tidak bisa berbohong. Kain itu tampak sangat mahal. Belum lagi aksesoris yang digunakan oleh Lin Yue.
Kalung dengan liontin teratai yang terbuat dari batu asli, anting yang tampak berkilauan serta gelang berukiran rumit dengan hiasan batu yang indah, tidak lupa sebuah cincin motif rumit namun tampak indah dan berkilauan serta hiasan rambut berukiran sulur dengan taburan beberapa permata.
Di kota ini dia tidak pernah melihat aksesoris seperti yang digunakan Lin Yue. Meskipun terlihat kuno, tetapi sangat indah.
Apalagi saat melihat tatapan gadis itu yang tampak kagum dan berbinar serta penasaran. Tidak ada orang seantusias itu saat berada di dalam kantor polisi, apalagi saat di interogasi. Mereka biasanya menundukkan kepala atau cepat-cepat ingin keluar dari tempat itu meski sedang membuat laporan penting sekali pun.
"Aku mempercayai mu. Asalkan kau mau membantu kami dalam menyelesaikan kasus dan kau bisa bertahan hidup di tempat ini." Lui Ahin memberikan sebuah penawaran.
Lin Yue tampak berpikir dan menimang tawaran Lui Ahin.
"Baik. Setuju." Lin Yue menyetujui ucapan Lui Ahin setelah berpikir beberapa saat.
Dirinya juga perlu bertahan hidup di tempat asing begini. Lagipula pasti berbeda cara bertahan hidup di dunia ini mengingat di tempatnya dulu, orang-orang memilih mempelajari seni bela diri dan berburu untuk bertahan hidup. Bahkan kemanapun mereka pergi, senjata mereka tetap siaga di tangan.
Di tempatnya sekarang dia melihat beberapa orang tampak wara wiri dengan santai tanpa senjata. Hanya berbekal sebuah benda persegi panjang pipih, benda bentuk aneh di depannya serta sebuah kertas yang entah apa isinya.
Lin Yue sendiri melihat seorang polisi memasuki ruangan sambil membawa nampan yang berisi kotak makanan yang tampak asing di matanya dan menyuguhkan di meja yang menjadi pembatasan Lin Yue dengan Lui Ahin. Setelah tugasnya selesai, dia segera undur diri meninggalkan mereka.
"Dunia ini sangat berbeda dengan duniaku dulu. Tidak ada salahnya aku menyetujui ucapan pria paruh baya ini. Lagipula aku tidak tau bagaimana bertahan hidup di dunia yang tampak aneh ini." Batinnya tanpa menyadari Lui Ahin menatapnya yang sedang melamun.
🐾🐾🐾
Setelah menginterogasi Lin Yue dan mendengar cerita gadis itu, Lui Ahin yakin bahwa gadis itu berasal dari dimensi yang berbeda. Pikiran nya tampak bercabang kemana-mana.
Terdengar tidak masuk akal memang dan pria itu tengah berusaha menerima informasi yang baru saja dia dengar, bahkan saat melihat tatapan gadis itu dia tidak mendapati kebohongan di sana.
Apalagi saat dirinya mengingat rekaman yang diputarnya berulang-ulang dan menampilkan hasil yang sama. Tidak mungkin manusia biasa berlari secepat kilat seperti itu bahkan melakukan teleportasi.
Lui Ahin membutuhkan seseorang yang sangat cepat untuk menangkap beberapa penjahat yang sulit di tangkap. Apalagi mereka memiliki banyak ide licik untuk melarikan diri. Keberadaan Lin Yue pasti sangat membantu jika saja gadis itu mau membantu pihak kepolisian untuk menyelesaikan kasusnya.
"Aku akan membuatkan identitas untukmu untuk bertahan hidup di dunia ini." Ucap Lui Ahin sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Mulai sekarang namamu Regina Xiau dan pekerjaanmu adalah asisten detektif San Deo." Lui Ahin menyodorkan laptopnya kearah Lin Yue.
Lin Yue menatap layar laptop itu dengan kagum dan membaca identitas yang di buat oleh Lui Ahin. Untungnya tulisan di dunia ini dan dunianya sama dan dia bisa membaca tulisan itu. Namanya tidak buruk dan dia juga menyukainya.
"Tidak buruk. Regina Xiau terdengar cukup bagus." Ucapnya dengan senyum manis yang terkembang di wajahnya. Dia memutuskan memakai nama buatan kepala Kepolisian sekarang juga, "Kalau begitu namaku adalah Regina Xiau dan menjadi asisten San Deo."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!