NovelToon NovelToon

Love In The Darkness

Episode 1

(Deana Sistina Pov)

Uhuk uhuk uhuk

Oek

Aku memuntahkan air dari dalam perutku. Hah gagal lagi.

Baru saja aku terjun dari tebing berharap hidup ku akan berakhir, tapi nyatanya aku masih hidup. Sial

Nama ku Deana Sistina umurku 18 tahun aku sering di panggil dengan Ana dan aku seorang gadis sebatang kara tak punya saudara apalagi orang tua.

Sedih, yah itulah hidup ku. Itulah mengapa aku selalu ingin mengakhiri hidup ku.

Aku tau ini tak benar, merenggut nyawa sendiri sebelum takdir menentukannya.

Tapi aku juga lelah hiks hiks.

Aku mencoba segala cara untuk menghabisi hidupku tapi? Hanya kegagalan yang kudapat.

"Aaaaaaaa mengapa seperti ini hiks hiks," teriak ku frustasi

Aku berdiri dengan badan basah kuyup, ini sudah malam sebaiknya aku pulang saja. Siapa tau besok aku akan mati dan aku menunggu itu.

Alasan ku selalu ingin mati karena aku sudah lelah. Lelah menghadapi penderitaan yang tak kunjung hilang malah semakin bertambah.

Setiap hari sebelum aku memulai kegiatanku aku selalu berharap kebahagian akan muncul di hari itu.

Jujur saja aku tak pernah tersenyum tulus kepada orang lain. Melainkan senyuman palsu agar aku terlihat baik-baik saja.

Walaupun aku tak baik-baik saja tak akan ada yang peduli juga hahaha.

Aku tak punya kekuatan apapun itu seperti mereka. Meski mereka hanya rakyat biasa mereka mempunyai kekuatan setidaknya satu elemen.

Tapi aku? Aku hanyalah mahluk tak berguna. Mereka selalu menjauhiku, bahkan para orang tua melarang anaknya untuk mendekatiku.

Aku bisa membuat obat untuk segala penyakit, dan hanya itu kelebihan ku. Namun aku tak menggunakan itu untuk orang lain karena trauma yang mendalam.

Suatu hari aku di minta oleh seorang saudagar kaya untuk mengobati anaknya yang terkena racun mematikan. Ia berbicara dengan nada ramah dan sopan membuat aku tidak ragu untuk menyetujuinya.

Setelah aku meracik obat dan berhasil menyembuhkan penyakit itu, sikap mereka berubah,berbanding terbalik dengan sikap yang tadi. Bahkan mereka melempar koin di depan wajah ku lalu mengusirku dari rumah mereka.

Dari situlah aku tak mau lagi mengobati orang lain. Banyak orang yang datang dengan ramah pada ku tapi aku tak menggubris mereka. Mereka mencap ku sebagai orang yang sombong dan berhati busuk karena tak mau menolong orang lain.

Tapi aku tak peduli!

Makanan? Aku tak membelinya karena aku tak punya uang. Jadi aku memilih mencarinya kehutan dan memakan apa saja yang bisa aku makan dan yang terpenting tidak beracun.

Tapi sebenarnya aku berharap makanan itu beracun agar aku cepat mati. Tapi entah mengapa tubuh ku menolak racun itu. Aku menjadi bingung.

Aku hidup di penampungan sewaktu aku kecil, ketika aku berumur 5 tahun mereka baru menyadari bahwa aku tak memiliki kekuatan apapun. Oleh sebab itu mereka mengusirku karena menganggap ku hanyalah sampah yang menyusahkan mereka saja dan tak memperdulikan tubuh kecil ku yang harus tidur dimana.

Setiap hari ku lewati dengan tinggal di hutan. Mencari gua-gua yang bisa di tempati untuk sementara.

Sampai aku bertemu dengan seorang nenek yang akhirnya mau menampungku. Tapi sekarang ia sudah tak ada lagi jadi aku tinggal sendirian di gubuk lusuh milik nenek itu.

Aku juga bisa melihat arwah yang berkeliaran, semuanya terlihat normal bagiku. Hanya saja ada satu arwah yang membuat ku risih, sesosok wanita dengan tampilan mengerikan selalu mengikuti ku.

Terkadang ia berubah menjadi arwah yang normal saat aku hanya ada di rumah dan tak melakukan apa-apa.

Namun saat aku melakukan aktivitas di luar ia berubah menjadi penampakan yang mengerikan seolah-olah mengatakan jangan keluar dari rumah mu.

Takut?

Kalau masalah takut, yah aku memang takut. Tapi mau bagaimana lagi dia tak mau pergi meski aku sudah mengusirnya.

Yah, seperti sekarang matanya melotot kearah ku dan hampir keluar, darah mengalir dari kedua matanya seolah-olah sedang menangis.

Tangan nya yang sudah tak utuh ditambah lagi dengan darah yang mengguyur tubuhnya.

Sangat mengerikan!

Aku memalingkan wajah ku dari tatapannya.

"Berhentilah menatap ku!" ucap ku kesal sekaligus takut.

Wanita ini muncul ketika aku berumur 10 tahun, meski sudah lama tapi aku masih saja takut karena wujudnya yang berubah-ubah dan itu sangat mengerikan.

"Aku bilang pergi jangan ganggu aku!" ucap ku berharap ia akan pergi.

Tapi bukannya pergi ia malah semakin mendekat dan melotot kearah ku.

Oh tuhan aku tak sanggup lagi hiks hiks.

Aku terus berjalan menghiraukan wanita itu yang terus mengikuti ku.

Hari belum lah terlalu malam sehingga masih banyak warga yang masih beraktivitas.

"Oh lihatlah perempuan itu, dia basah kuyup. Hahaha kau pasti mau mengakhiri hidup mu lagi kan? Tapi sayangnya gagal. Hahaha. Jangan kan kami alam sana saja tak mau menerima sampah masyarakat sepertimu," cemooh salah satu gadis desa itu.

"Kasihan sekali hahaha."

"Jual saja dirimu sana! Biar kau menjadi berguna hahahaha."

Aku tak terlalu memperdulikan mereka dan memilih untuk pergi kerumah saja.

Kata-kata seperti itu sudah sering aku dengar.

Aku melirik wanita yang mengikuti ku itu, ia tampaknya semakin mengerikan dengan darah yang keluar dari mulutnya.

Aku masuk kedalam gubuk ku, gubuk yang jika ada angin kuat pasti akan roboh.

Aku mengganti pakaian ku dengan pakaian yang bersih. Aku memilih membaringkan tubuhku di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu.

Aku menatap atap gubuk ku yang terdapat lubang lubang kecil. Jika hujan pasti air akan masuk kedalam kamarku.

Prak

Benda di rumah ku terjatuh dan aku melihat benda apa yang terjatuh itu.

Aku melihat para arwah sudah berkeliaran dan berterbangan dengan wujud yang berbeda-beda dan yang pasti mengerikan.

Mereka melotot padaku, dan mulai mendekat bahkan ada yang sudah memegangi kaki ku.

Meski mereka arwah, aku tetap bisa merasakannya.

Tangan yang dingin dan menjijikan.

Aaaaaaaaaaa.

Bagaimana ini mereka semakin mendekat, sebaiknya aku tidur saja.

Aku pun berlari menuju tempat tidurku dan memilih menutup mataku.

Suara demi suara terdengar, mulai dari teriakan kesakitan, suara menangis, bahkan yang tertawa.

Ini seperti lagu tidur yang selalu mengiringi tidur ku setiap malam.

Lalu bagaimana dengan wanita yang mengikuti ku tadi?

Ia hanya duduk tersenyum di sudut kamar ku dengan wajah pucat dan mata hitam. Ia selalu saja seperti itu ketika aku di dalam rumah. Dan berubah menjadi mengerikan ketika aku keluar rumah.

Entah siapa dia??

Entah bagaimana?

Bagaimana dengan masa depan ku.

tbc

Episode 2

(Alexander Steven Gerrard POV)

Jleb

Akkhhhhh

"Ampun yang mulia, Ampun."

"Ampun kau bilang, cih menjijikan. Kau tahu aku sudah muak melihat orang sepertimu. Dasar bermuka dua." Aku begitu jijik dengan orang yang seperti ini.

Sangat percaya diri ketika menghianati ku dan lemah ketika dia sudah terkena hukuman.

"Yang mulia saya mohon ampuni saya." Pria itu memohon lagi, harus berapa kali aku mengatakan kalau aku tak akan mengampuni nya, tapi sepertinya ia tuli.

"Tak ada ampun bagimu!!"

Sreeetttt

Aku merobek mulutnya yang berisik itu dengan belati ku. Ku dengar teriakan nya dan itu! Sangatlah merdu.

Tak puas dengan itu, aku mulai menyayat kulit lengannya dan menyicipi darah dari lengannya.

Cuih

"Seperti dirimu! darah mu juga sangat menjijikan." Ia malah melotot pada ku ingin rasanya aku mencongkel matanya itu.

Tapi akan ku wujud kan semua keinginan ku.

Aku mulai mengarahkan belati ku ke arah matanya yang sedang melotot. Aku mulai mencongkel dengan pelan agar ia tak kesakitan.

Akkhhhhh sakit...

Ku congkel kedua matanya itu lalu ku cincang-cincang bola matanya itu yang sangat menggemaskan.

Pria itu sudah mati. Cih, terlalu lemah!!

*****

Setelah melakukan kegiatan menyenangkan itu, aku pergi untuk membersihkan diriku.

Sebelumnya.

Namaku adalah Alexander Steven Gerrard, aku adalah anak pertama dari pasangan Raja Diamond dan Ratunya.

Umurku 20 tahun dan aku sering di panggil dengan Alex. Di usiaku ini aku sudah di nobatkan sebagai putra mahkota.

Wajahku tidak lah tampan seperti putra-putra mahkota lainnya. Wajahku cacat karena dulu sewaktu aku kecil aku terkena racun dan mengakibatkan wajahku di bagian samping mata sampai pipi kiri ku terdapat luka yang semakin lama semakin besar.

Aku tak peduli dengan pendapat orang lain yang mengatakan aku buruk rupa. Karena memang sejatinya seperti itu.

Aku juga tak tertarik untuk di puji oleh mereka. Aku hanya menjalani hidup sesuai keinginan ku bukan keinginan orang lain.

Aku sangat suka melakukan kegiatan seperti tadi dan itu berlaku pada orang yang menghianati ku.

Aku juga sangat suka meminum darah, seperti ibu ku.

Dulu aku mempunyai seorang adik perempuan yang lucu, aku sangat menyayangi nya. Tapi gara-gara racun itu, adik ku pergi untuk selamanya dan membuat ku sangat terpukul.

Meski aku kejam, tapi tidak untuk keluarga ku terutama adik ku.

Sekarang aku hanya mempunyai seorang adik, adik sepupu lebih jelasnya!

Tapi aku sudah menganggap dia adik kandung ku.

Ia juga sama seperti ku, sama-sama terkena racun itu. Tepatnya ia terkena racun dan berefek di jantungnya.

Aku berharap dia baik-baik saja karena aku tak ingin kehilangan adik ku lagi. Tak ingin!

Semua akan kulakukan untuk bisa menyembuhkannya. Apapun itu.

"Kakak!!" Itu dia adik tersayang ku. Cassia, aku sering memanggilnya Cia.

Dia berjalan mendekat dengan senyuman manis di bibir pucat nya.

"Ada apa?" tanyaku lembut sambil mengelus rambut nya yang mulai rontok.

"Kakak ayo kita berpetualang!" ucapnya dengan semangat.

"Nanti saja setelah kau sembuh." Dia selalu saja meminta hal itu dan tak mungkin aku menurutinya karena itu sangatlah berbahaya.

"Hmmm selalu saja seperti itu!" keluhnya sambil cemberut.

Aku terkekeh geli melihat adik ku yang paling aku sayang itu sedang cemberut.

"Ayolah kakak aku mohon!" pintanya lagi dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tidak Cia itu berbahaya. Apa sebenarnya yang ingin kau cari hah?"

"Aku tak ingin mencari apa-apa kakak! Aku hanya ingin melihat dunia luar sebelum dunia ini aku tinggalkan." Ini dia, inilah kata-kata yang paling aku tidak suka.

"Berhentilah berbicara seperti itu Cia. kakak akan berusaha menemukan penawar itu!" aku memeluknya. Sungguh aku tak mau kehilangan adik ku untuk kedua kalinya.

"Kalau begitu ayo! Anggap saja ini adalah permintaan terakhirku!"

"Cia!!!!!" aku mulai kesal karena ia selalu saja berbicara seperti itu.

Aku menghembuskan nafas berat. Lalu menatap lekat matanya yang sayu itu.

"Baiklah, pergi sana minta izin dulu dengan bunda."

"Baiklah."

****

"Kakak."

"Bagaimana? Apa di izinkan?" tanya ku dan berharap ia tak di izinkan.

"Yah, ibu mengizinkanku pergi bersama kakak," aku tahu pasti ia akan mudah mendapatkan izin dengan kata-kata memilukan yang sering di lontarkan nya kalau meminta sesuatu.

"Kemana kita akan pergi?"

"Hutan viona."

Apa? Untuk apa Cia pergi kehutan itu.

"Untuk apa?"

"Aku dengar di hutan itu banyak sekali bunga-bunga langkah yang indah dan aku ingin melihatnya secara langsung, bolehkan? Lagi pula kan hutan itu tak berbahaya."

Memang hutan itu tak berbahaya, tapi baiklah.

"Baiklah, hanya sebentar saja."

"Yeay terimakasih kakak."

*****

Setelah beberapa menit, kami pun sudah ada di kereta masing-masing dan bersiap menuju hutan itu.

Aku tak tahu mengapa hutan itu di beri nama viona hanya saja itu mungkin tak terlalu penting. Jadi aku tak peduli.

"Berhati-hatilah sayang, Alex jaga adik mu yah!"

"Baiklah ibu, kau bisa mengandalkan ku."

"Kembali lah sebelum matahari tenggelam."

"Baiklah," ucapku dan langsung pergi beserta yang lainnya.

****

Kini kami sudah sampai di pinggir hutan itu. Hutan itu masih dalam wilayah kerajaan Diamond.

Kami pun mulai memasuki hutan itu yang terlihat tenang dengan pohon yang tertata rapi.

Angin sepoi-sepoi membuat aku dan Cia menjadi tenang. ini sangat menenangkan.

Kami pergi ke area bunga-bunga langkah itu. Dan memang benar ini memang sangat indah dan menenangkan. Aku belum pernah merasakan ketenangan seperti ini.

"Kakak apa kau merasakan ketenangan ini?"

"Yah, ini sangat tenang Cia."

"Hahahaha sudah ku bilang, kakak pasti menyesal kalau tak mau kemari," ucapnya tertawa.

Aku sangat senang melihat Cia tertawa dan semoga akan seperti itu.

"Apa kau tak lelah?" tanya ku melihat keringat di dahinya.

"Lelah kakak, hanya saja semua itu sudah terbayar dengan ketenangan ini," ucapnya tersenyum manis.

Lama kami menatap dan menikmati semilir angin sepoi-sepoi. Cia mendekat pada salah satu bunga berwarna merah cerah. Bunga yang sangat indah, jujur aku tak tahu apa nama bunga itu.

"Kakak bolehkah aku memetik nya satu saja."

"Hmmm mungkin boleh, kan bunga-bunga ini tak ada yang punya."

Cia mulai memetik satu tangkai bunga cantik itu dan duduk di sampingku. Ia menghirup bunga itu dan tersenyum manis.

Tapi ada yang aneh, tiba-tiba kabut hitam menyelimuti hutan membuat pemandangan ku menjadi tak jelas. Aku menggenggam tangan Cia sekuat mungkin agar tak lepas dari ku.

Kabut itu sudah berhenti. Aku melihat sekitarku, sebagian prajurit ada yang sudah tergeletak dan ada yang terduduk lemas.

Cia??

Aku mencoba melihat keadaan Cia yang tangannya masih ku genggam.

Sisa-sisa kabut itu masih membekas, dan aku harus fokus. Aku melihat ke depan ku tepat Cia berada tadi.

Deg

Deg

Deg

Wajah pucat, mata hitam, rambut panjang. Dan DARAH!!!

Itu bukan Cia!!!!

Dimana Cia???

Siapa dia?

*****

tbc

Episode 3

Author POV

Alex menatap sosok yang ada di depannya.

Kemudian ia melepaskan genggaman nya.

"Siapa kau?" tanya Alex waspada. Sepertinya dia berhadapan bukan dengan manusia.

Perempuan itu hanya tersenyum lalu kabut hitam kembali muncul menutupi hutan tersebut membuat penglihatan Alex terganggu.

"KALIAN TELAH MENGGANGGU KU. DI ANTARA KALIAN HARUS ADA YANG TINGGAL UNTUK MENEMANIKU HAHAHAHA! !!!!" suara wanita yang menggema di penjuru hutan membuat orang-orang merinding dalam selimutan kabut hitam.

"Siapa kau!" teriak Alex tapi tak ada jawaban.

Kabut hitam itu sudah menghilang, sunyi! Yah itulah yang terasa di hutan itu. Hutan itu kembali ke keadaan semula tenang dengan tiupan angin sepoi-sepoi.

Cia?

Alex mulai mencari keberadaan adiknya yang tiba-tiba menghilang.

Ia mengerahkan para prajurit untuk berpencar mencari keberadaan Cia.

Lama mereka mencari, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Cia.

Alex mengingat kata-kata wanita tadi bahwa harus ada yang tinggal menemani nya karena mereka telah mengganggu ketenangan nya.

Apa mungkin??

Tidak!! Jangan sampai Cia hilang. Ia harus mencarinya. Karena ia sudah berjanji untuk menjaga Cia. Ia tak mau kehilangan lagi untuk kedua kalinya.

"Ciaaaa!!!" teriak Alex yang terus mencari keberadaan Cia.

"CIAAAA!!!!!!"

*****

Hari sudah malam, namun Alex belum kunjung menemukan Cia. Ia sangat frustasi karena tak mendapatkan satupun jejak adiknya itu.

Apa yang harus ia katakan pada ibu nya Cia. Ia sudah berjanji untuk menjaga Cia tapi, sekarang Cia menghilang tanpa jejak.

Sementara itu di kerajaan Diamond. Semua orang panik karena Alex dan Cassia belum juga pulang. Padahal hari sudah malam.

"Kakak mengapa mereka belum pulang juga. Apa sudah terjadi sesuatu?" Tanya Lucy cemas.

"Tenanglah Lucy. Mereka semua pasti baik-baik saja" Ucap Nathan.

"Nathan sebaiknya kau mencari mereka bersama Vian. Karena ayah khawatir" Perintah Ronald.

"Baiklah ayah. Kalian tunggu saja disini. Dan beristirahat lah jika kami pulang terlalu lama"

"Baiklah, hati-hati!" Ucap Zania yang khawatir.

Nathan dan Vian beserta beberapa prajurit pergi menuju hutan Viona.

Jarak hutan itu dengan istana memanglah sedikit jauh. Butuh beberapa jam untuk menempuh perjalanan ke hutan itu.

Sesampainya di sana, mereka mulai turun dari kuda masing-masing dan melihat beberapa kereta kuda yang tadi di pakai oleh Alex dan rombongan nya terparkir di pinggir hutan.

Mereka mulai memasuki hutan dengan penerangan obor.

"Alex!!!"

"Ciaaaa!!" Panggil Nathan. Namun tak ada jawaban, hanya ada suara hewan-hewan malam saja yang menyapa.

"Alex!!! Ciaaaa!!"

Kresek kresek. Suara sesemak yang bergoyang membuat mereka waspada.

"Ayah!!" Ucap Alex yang keluar dari semak-semak itu.

"Alex!!" Nathan langsung memeluk Alex. Vian melihat sekitaran Alex. Mengapa Alex hanya sendiri saja? Dimana Cia? Dimana yang lainnya?.

"Alex dimana yang lainnya. Cia??" Tanya Vian khawatir.

Alex diam sejenak. Apa yang harus ia katakan. Dengan menyesal Alex akhirnya mengatakan yang sejujurnya.

"Paman! Maaf kan Alex! " Ucap Alex sendu.

"Apa maksudmu?"

"Semua prajurit sudah tewas dan Cia!!! Dia menghilang!" Ucap Alex sesal.

Vian yang mendengar itu terkejut bukan main.

"Bagaimana bisa Alex?" Tanya Nathan marah, sedangkan Vian hanya terdiam.

"Sewaktu kami di ladang bunga itu, tiba-tiba kabut hitam datang ayah. Aku sudah menggenggam tangan Cia sekuat mungkin. Dan aku yakin aku tak melepaskannya.

Tapi ketika kabut itu menghilang, Cia sudah tak ada lagi dan tangan yang ku genggam bukanlah tangan Cia. Melainkan seorang wanita yang mengerikan. Ia juga mengatakan harus ada yang tinggal di sini menemaninya karena kami telah mengganggu nya." Jelas Alex.

"Sudahlah ayo kita cari. Siapa tahu Cia masih ada di sini!" Ucap Vian.

"Maafkan Alex paman" Ucap Alex sesal.

"Sudah lah Alex, ini bukan kesalahan mu."

Mereka langsung mencari keberadaan Cia dalam kegelapan. Mencari kesana-kemari tapi hasilnya nihil.

Mereka melihat ada pemukiman penduduk tak jauh dari hutan itu. Siapa tahu Cia berada di sana.

"Permisi tuan, apa kau melihat seorang wanita yang keluar dari hutan itu?" Tanya Alex.

"Siapa kalian, dan wanita mana yang kau maksud?" Tanya balik pria paruh baya itu.

"Kami anggota dari kerajaan Diamond. Dan yang baru saja bertanya pada mu itu adalah Putra mahkota kerajaan Diamond." Ucap salah satu prajurit.

"A apa?" Ucap pria itu gugup.

"Sa salam yang mulia!" Ucapnya menunduk hormat.

"Kau belum menjawab pertanyaan kami tuan" Tukas Nathan.

"Pertanyaan yang mana yang mulia. Maaf bila saya kurang mengingat."

"Apa kau melihat seorang wanita yang keluar dari hutan itu?" Tanya Vian tak sabaran.

"Saya berdagang di daerah sini tuan, tapi saya belum pernah melihat satu orang pun keluar dari hutan itu hari ini kecuali yang mulia dan yang lainnya"

"Apa kau yakin?"

"Ya yang mulia. Saya yakin"

"Bagaimana dengan cerita wanita yang ada di hutan itu? apa kau tahu." Tanya Alex penasaran.

"Oh, itu.!! Nama hutan ini adalah viona karena dulu ada seorang wanita yang tinggal di hutan itu bernama Viona. Karena ia mengalami kekerasan seksual, ia memilih mengakhiri dirinya di hutan itu dan arwahnya berkeliaran tak tenang.

Konon katanya jika ketenangan nya di usik oleh seseorang yang berkunjung di situ untuk melihat hamparan bunga langkah di situ. Salah satu diantara mereka harus ada yang tinggal. Lebih kurang seperti itu lah ceritanya Karena saya pendatang baru di sini jadi tidak terlalu tau" Ucap pria itu.

Tubuh Alex menegang. Tidak mungkin?

"Ayah??"

"Sebaiknya kita kembali ke istana dulu dan kita lanjutkan besok. Akan mudah mencarinya jika di siang hari" Ucap Nathan.

"Tenanglah Vian, Cia pasti baik-baik saja" Ucap Nathan menenangkan Vian.

Mereka akhirnya memilih untuk pulang saja dan melanjutkan pencarian besok. Semoga besok Cia dapat di temukan.

Sesampainya di istana.

"Kakak!!! Bagaimana?" Tanya Lucy berlari menuju mereka.

"Suamiku bagaimana? Apa mereka sudah di temukan?"

Tak ada jawaban. Ia melihat sekitar dan ada Alex di situ!

"Alex!! Kau baik-baik saja. Dimana Adik mu?" Tanya Lucy khawatir sambil celingak celinguk.

"Bunda maaf kan aku!" Ucap Alex sesal.

"Apa maksud mu?"

"Cia menghilang!!" Ucap Vian menyela.

Lucy begitu terkejut begitu juga dengan yang lainnya.

"Ba bagaimana bisa"Tanya Lucy dalam tangisnya.

Alex memeluk Lucy dengan erat. Ia begitu menyesal. Seandainya waktu itu ia tak mau menuruti permintaan Cia.

Ia mengingat perkataan Cia yang mengatakan ini adalah permintaan terakhir nya.

"Maafkan Alex bunda!!Alex tak bisa menjaga Cia dengan baik" Ucap Alex sendu.

Maaf, maaf kan aku yang tak bisa menjaga kedua adik ku hingga aku harus kehilangan mereka.

Cia semoga kau baik-baik saja!!

****

Yup lanjut kagak yah??

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!